Anda di halaman 1dari 2

Etos Kerja

ۖ ‫ك ِم َن ال ُّد ْنيَا‬ ِ َ‫س ن‬


َ َ‫صيب‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬ َ ‫َوا ْبتَ ِغ فِي َما آتَا‬
ِ ْ‫ك ۖ َواَل تَب ِْغ ْالفَ َسا َد فِي اأْل َر‬
‫ض ۖ إِ َّن هَّللا َ اَل‬ َ ‫َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َس َن هَّللا ُ إِلَ ْي‬
َ ‫ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِد‬
‫ين‬
“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)

Kandungan Qur'an Surat Al-Qashash ayat 77.

Allah Swt memerintahkan manusia bekerja dan berusaha untuk kepentingan urusan
duniawi dan ukhrawi secara seimbang. Tidak boleh orang mengejar duniawinya saja, dan
melupakan akhiratnya. Begitu juga sebaliknya. Keduanya hendaknya berjalan dan diperhatikan
secara seimbang. Al-Qur’an mengajarkan manusia akan pentingnya memiliki kearifan
equilibrium, yakni kearifan untuk menciptakan keseimbangan dalam dirinya dan kehidupannya,
berupa keseimbangan intelektual dan hati nuraninya, jasmani dan rohaniah, serta keseimbangan
dunia dan akhiratnya. Bahkan keseimbangan itu pun ditunjukkan oleh Allah Swt melalui
penyebutan kosa kata antara ad-dunya dan al-akhirah, masingmasing disebut dalam al-Qur’an
sebanyak 115 kali. Pada ayat di atas kata al-akhirah (akhirat) disebut lebih dulu, baru kemudian
menyebut kata ad-dunya. Hikmahnya bahwa manusia ada kecenderungan kuat sibuk berusaha
hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawinya. Terkadang untuk urusan duniawi ia menghalalkan
segala cara, padahal kehidupan dunia bersifat sementara. Sedangkan kehidupan akhirat bersifat
langgeng/kekal. Maka manusia dipesan bahwa kalau bekerja keras untuk kepentingan ukhrawi,
dengan sendirinya urusan duniawinya juga didapat. Untuk itu ayat ini menggarisbawahi
pentingnya mengarahkan pandangan kepada akhirat sebagai tujuan dan kepada dunia sebagai
sarana mencapai tujuan.

Hadits Tentang Etos Kerja.

ِ ‫الزبَ ْي ِديِّ ع َْن َرس‬


‫ُول‬ ُّ ‫ب‬ َ ‫ير ْب ِن َس ْع ٍد ع َْن خَالِ ِد ْب ِن َم ْعدَانَ ع َْن ْال ِم ْقد َِام ْب ِن َم ْع ِدي َك ِر‬
ِ ‫ش ع َْن بَ ِح‬ٍ ‫ار َح َّدثَنَا إِ ْس َم ِعي ُل بْنُ َعيَّا‬ٍ ‫َح َّدثَنَا ِه َشا ُم بْنُ َع َّم‬
ٌ‫ص َدقَة‬ َ ْ
َ ‫ق ال َّر ُج ُل َعلَى نَف ِس ِه َوأ ْهلِ ِه َو َولَ ِد ِه َوخَا ِد ِم ِه فَهُ َو‬ ْ َ
َ َ‫ب ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه َو َما أنف‬ ْ َ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم قَا َل َما َك َس‬
َ َ‫ب ال َّر ُج ُل َك ْسبًا أطي‬ َّ َ ِ ‫هَّللا‬

"Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata, telah menceritakan kepada kami
[Isma'il bin 'Ayyasy] dari [Bahir bin Sa'd] dari [Khalid bin Ma'dan] dari [Al Miqdam bin
Ma'dikarib Az Zubaidi] dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidak ada
yang lebih baik dari usaha seorang laki-laki kecuali dari hasil tangannya sendiri. Dan apa-apa
yang diinfakkan oleh seorang laki-laki kepada diri, isteri, anak dan pembantunya adalah sedekah."
(HR. Ibnu Majah).

Penjelasan Hadits.
Hadits di atas merupakan motivasi dari Nabi Saw kepada kaum muslimin untuk me- miliki
etos kerja yang tinggi. Kita dilarang oleh Nabi Saw hanya bertopang dagu dan berpangku tangan
mengharap rezeki datang dari langit. Kita harus giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup
diri dan keluarga. Bahkan dikatakan oleh Nabi Saw bahwa tidak ada yang lebih baik dari usaha
seseorang kecuali hasi kerjanya sendiri. Hal ini tentunya juga bukan sembarang kerja tetapi
pekerjaan yang halal dan tidak bertentangan deng syari’at agama Islam. Nilai mulia bukan hanya
dari sisi memerolehnya saja, membelanjakannyapun untuk anak, istri, dan pembantu dinilai
sedekah oleh Allah. Betapa luhur ajaran Islam yang mendukung betul bagi para pemeluknya
untuk giat bekerja. Dalam hadis lain Nabi pernah mengajarkan kepada kita sebuah do’a yang
sangat indah sekaligus memotivasi kita untuk memiliki etos kerja yang tinggi, sebagai berikut:

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل اللَّهُ َّم إِنِّي أَعُو ُذ بِكَ ِم ْن ْال َعجْ ِز َو ْال َك َس ِل َو ْال ُجب ِْن َو ْالهَ َر ِم َو ْالب ُْخ ِل‬ ٍ ِ‫َح َّدثَنَا أَنَسُ بْنُ َمال‬
َ ِ ‫ك قَا َل َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬
ْ ْ ْ
ِ ‫ب القَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ال َمحْ يَا َوال َم َما‬
‫ت‬ ُ
ِ ‫َوأعُوذ بِكَ ِم ْن َع َذا‬ َ

Telah menceritakan kepada kami Anas bin Mālik dia berkata; “Rasūlullah pernah berdoa:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, rasa takut, kepikunan, dan
kekikiran. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan
kematian” (HR. Muslim). Hadits di atas jelas menunjukkan bahwa Islam sangat menekankan pada
pentingnya bekerja keras serta sangat tidak mengajarkan umatnya untuk menjadi pemalas, lemah,
apalagi menjadi peminta-minta sebagaimana hadits Nabi Saw:

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَل َ ْن يَأْ ُخ َذ أَ َح ُد ُك ْم أَحْ بُلَهُ فَيَأْتِ َي ْال َجبَ َل فَيَ ِج َئ‬
َ ِ ‫ع َْن ِه َش ِام ْب ِن عُرْ َوةَ ع َْن أَبِي ِه ع َْن َج ِّد ِه قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ُ‫اس أَ ْعطَوْ هُ أَوْ َمنَعُوه‬ َ َّ‫ظه ِْر ِه فَيَبِي َعهَا فَيَ ْستَ ْغنِ َي بِثَ َمنِهَا خَ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أَ ْن يَسْأ َ َل الن‬ َ ‫ب َعلَى‬ ٍ َ‫بِح ُْز َم ِة َحط‬

Dari Hisyam bin ‘Urwah dari bapaknya dari Kakeknya ia berkata, Rasulullah Saw
bersabda: “Sekiranya salah seorang dari kalian mengambil tali dan membawanya ke gunung, lalu
ia datang dengan membawa satu ikat kayu di atas punggungnya, kemudian menjualnya hingga
dapat memenuhi kebutuhannya adalah lebih baik daripada meminta-minta manusia, baik mereka
memberi ataupun tidak” (HR. Ibnu Majah).

Anda mungkin juga menyukai