Anda di halaman 1dari 14

Eksplorium ISSN 0854 – 1418

Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

IDENTIFIKASI BATUAN GUNUNG API PURBA DI PEGUNUNGAN


SELATAN YOGYAKARTA BAGIAN BARAT BERDASARKAN
PENGUKURAN GEOLISTRIK

ANCIENT VOLCANIC ROCKS IDENTIFICATION THE WESTERN PART


OF YOGYAKARTA SOUTHERN MOUNTAINS BASED ON
GEOELECTRICAL MEASUREMENT

Winarti* dan Hill Gendoet Hartono


Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Jl. Babarsari, Catur Tunggal, Depok Sleman, Yogyakarta, 55281
*E-mail: winyayadina@yahoo.com

Naskah diterima: 15 November 2014, direvisi: 18 Maret 2015, disetujui: 11 Mei 2015

ABSTRAK
Daerah penelitian berada di perbatasan antara Dataran Yogyakarta dengan Pegunungan Selatan
Yogyakarta bagian barat. Secara morfologi dan litologi yang tersingkap, indikasi gunung api purba
yang dibuktikan dengan keterdapatan batuan gunung api seperti lava, breksi, dan tuf. Tujuan dari
penelitian ini adalah identifikasi adanya batuan gunung api purba di bawah permuaan sepanjang
Berbah-Imogiri berdasarkan data geolistrik. Metode yang digunakan adalah melakukan pengukuran
geolistrik di empat lokasi secara mapping dengan konfigurasi dipole-dipole. Panjang bentangan untuk
setiap lintasan 500 meter. Hasil pengukuran geolistrik menunjukkan pada lintasan 1 di Sumber Kulon-
Kalitirto, Kecamatan Berbah,diinterpretasi adanya batuan gunung api berupa lava basal dan tuf.
Lintasan 2 di Pilang-Srimulyo, Kecamatan Piyungan, diinterpretasi berupa breksi skoria.
Lintasan 3 di Ngeblak-Bawuran, Kecamatan Pleret, diinterpretasi adanya tuf dan lava. Lintasan
4 di Guyangan-Wonolelo, Kecamatan Pleret diinterpretasi berupa tuf dan lava. Batuan gunung
api secara umum terbaca mempunyai nilai tahanan jenis yang tinggi, yaitu >300 Ωm. Adanya
kandungan air atau mineralisasi cenderung menurunkan nilai tahan jenis batuan gunung api
tersebut.
Kata kunci: batuan gunung api, geolistrik, tahanan jenis

ABSTRACT
The study area is located between western part of Yogyakarta plains and Southern
Mountains. The morphology and lithology along the Berbah-Imogiri show the existence of an
ancient volcano. This is proven by outcrop of volcanic rock like lava, breccia and tuff. The aim
of this study is to identify the existence of ancient volcanic rocks along Berbah-Imogiri based
on geoelectrical data. The method used to perform measurements at four locations
geoelectrical mapping with dipole-dipole configuration a long stretch of track for every 500
meters. Geoelectrical measurement results showed on track 1 in Source Kulon-Kalitirto,
District Berbah, interpreted as volcanic rocks such as basalt lava and tuff. Tracks 2 in Pilang-
z

57
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

Srimulyo, District Piyungan, iterpreted as volcanic rocks of scoria breccia. Tracks 3 in


Ngeblak-Bawuran, District Pleret, interpreted as lava and tuff. And track 4 on Guyangan-
Wonolelo, District Pleret interpreted as form of tuff and lava. Volcanic rocks are generally
having a high resistivity value > 300 Ωm. The content of water or mineralization tends to
reduce the resistivity value of resistant volcanic rock.
Keywords: volcanic rock, geoelectric, resistivity

PENDAHULUAN dengan data bawah permukaan belum pernah


Secara umum tektonika di selatan Pulau dilakukan.
Jawa dipengaruhi oleh zona subduksi dari Tujuan dari penelitian adalah
lempeng Samudra Hindia-Australia di bawah mengidentifikasi adanya batuan gunung api di
kerak benua Eropa-Asia yang terjadi sejak Pegunungan Selatan Yogyakarta bagian barat
pertengahan Zaman Tersier. Akibat khususnya di sepanjang jalur Berbah-Imogiri,
pergerakan subduksi tersebut menghasilkan dengan mendasarkan kisaran harga tahanan
gejala magmatisme-volkanisme. Hal ini jenis batuan. Nantinya diharapkan akan
dibuktikan dengan adanya batuan gunung api teridentifikasi keberadaan gunung api masa
berumur Tersier (gunung api purba) yang lampau jika terbukti batuan gunung api
diperkuat dengan munculnya lava dan breksi tersebut ada.
gunung api di beberapa tempat di Lokasi penelitian berada di empat
Yogyakarta. Gunung api purba tersebut wilayah (Gambar 1), yaitu di Dusun Sumber
tercermin sebagai bukit-bukit terisolir, yang Kulon Desa-Kalitirto Kecamatan Berbah
membentang dari Berbah-Imogiri. Lokasi Kabupaten Sleman, Dusun Pilang Desa-
tersebut merupakan perbatasan antara Srimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten
rangkaian Pegunungan Selatan Yogyakarta Bantul, Dusun Ngeblak-DesaBawuran
bagian barat dengan Dataran Yogyakarta[1]. Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul dan
Keberadaan gunung api purba di lokasi Dusun Guyangan-Desa Wonolelo, Kecamatan
tersebut memang tidak mudah dilihat di Pleret, Kabupaten Bantul (Gambar 1).
permukaan karena bentuk bentang alamnya
sudah lapuk dan tererosi lanjut sehingga DASAR TEORI
penampakan visual bentuk tubuh dan proses Geolistrik Resistivitas
volkanisme seperti gunung api masa kini Metode resistivitas merupakan salah satu
tidak bisa terlihat. Oleh karena itu, untuk metode geofisika yang dapat memberikan
identifikasi keterdapatan gunung api purba gambaran susunan litologi atau struktur
perlu dilakukan survei geologi bawah bawah permukaan suatu daerah berdasarkan
permukaan, dalam hal ini geolistrik. . Daerah sifat kelistrikan batuan[3]. Batuan merupakan
ini telah dilakuakn penelitian berdasarkan medium yang dapat menghantarkan arus
data permukaan untuk mengindikasikan listrik karena di dalam batuan terdapat
adanya gunung api purba di sepanjang elektron dan ion-ion yang menjalar di dalam
Berbah-Imogiri[2]. Akan tetapi, penelitian struktur batuan dan air tanah jika di dalam
yang mengkaitkan antara data permukaan batuan diberikan beda potensial. Resistivitas
batuan dapat dihitung dengan mengetahui

58
Eksplorium ISSN 0854 – 1418
Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

besar arus yang dipancarkan melalui tahanan suatu sampel bahan di laboratorium
elektroda tersebut dan besar potensial yang yang skemanya diberikan oleh Gambar 2[4].
dihasilkan. …………..(2)
Prinsip dasar metode geolistrik tahanan
jenis adalah Hukum Ohm dimana hambatan dengan R = tahanan yang diukur (Ω), ρ =
diperoleh dengan mengukur beda potensial resistivitas bahan (Ωm), L= panjang (meter)
dan arus yang dilewatkan dalam dan A= luas penampang (meter). Dengan
suatu penghantar. Arus yang mengalir (I) menggabungkan persamaan (1) dan
pada suatu medium sebanding dengan persamaan (2) maka diperoleh:
potensial (V) yang terukur dan berbanding ……..…..(3)
terbalik dengan resistansi (R) medium, atau Besarnya kisaran harga tahanan jenis dari
dapat dirumuskan sebagai berikut: beberapa jenis batuan dan mineral terlihat
…………..(1) pada Tabel 1.
Konsep dasar pengukuran resistivitas
batuan dimodifikasikan dari pengukuran

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian.

59
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

kajian keberadaan akuifer airtanah di daerah


batuan gunung api dengan menggunakan
metode geolistrik di daerah Nganjuk
menunjukkan nilai tahanan jenis dari batuan
gunung api cenderung tinggi, namun bila
mengandung airtanah memiliki nilai tahanan
jenis yang kecil[6].
Secara umum metode resistivitas dapat
dibagi menjadi dua, yaitu metode mapping
Gambar 2. Contoh batuan yang dilalui arus[4].
dan sounding[3]. Metode mapping digunakan
untuk mengetahui variasi resistivitas ke arah
Kajian sebaran mineral mangan dalam
lateral. Dalam penelitian ini digunakan
breksi di daerah Srati, Kebumen dengan
pengukuran geolistrik secara mapping dengan
menggunakan metode geolistrik Induksi
menggunakan konfigurasi dipole-dipole
Polarisasi yang terindikasi mempunyai nilai
(Gambar 3).
tahanan jenis relatif kecil (< 30 Ωm)
sedangkan breksi relatif besar[5]. Sedangkan

Tabel 1. Kisaran harga tahanan jenis batuan dan mineral[4].


Jenis batuan/bijih %H2O ρ (ohm-meter)

Granit porfiri 4,5 x 103 (basah) – 1,3 x 106 (kering)


Diorit porfiri 1,9 x 103 (basah) – 2,8 x 104 (kering)
Granit 0,31 4,4 x 103
0,19 1,8 x 106
0 1010
Andesit 1,7 x 102 (basah) – 4,5 x 104 (kering)
Tuf 2 x 103 (basah) – 105 (kering)
Basal 10-1,3 x 107 (kering)
Lava 102 -5 x 104
Batupasir 0 1 – 6,4 x 108 4,2
1,0 x 103
Pirit 300
FeAsS 10-4 - 10-2
CusFeS4 3 x 10-3
Fe, Mn, WO4 103 – 107
PbS 0,8
Fe2O3 0,1 – 300
MoS2 2 x 102 - 4 x 103
Cu2S 3 x 10-2
Grapit 10-4 – 5 x 10-3
Galena 18
Grapit 10-4 – 5 x 10-3
Barit 8,6

60
Eksplorium ISSN 0854 – 1418
Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

Gambar 3. Susunan elektroda konfigurasi dipole-dipole[3].

Besaran fisis yang diukur langsung di mengarah ke komposit dengan sesar


lapangan adalah beda potensial dan kuat arus. mempengaruhi migrasi magma menuju ke
Nilai faktor geometri (K) dihitung permukaan bumi[2].
berdasarkan susunan elektroda yang Secara regional, sebagian besar batuan
digunakan. Dengan mensubstitusi faktor K, gunung api Tersier di daerah penelitian
maka resistivitas (nilai tahanan jenis) batuan termasuk dalam Formasi Nglanggran[7,8].
dapat diperoleh dari persamaan Hukum Pembahasan stratigrafi regional daerah
Ohm[4]. penelitian ditekankan pada stratigrafi
………………….…..(4) Pegunungan Selatan Jawa Tengah-Daerah
Istimewa Yogyakarta bagian timur, yaitu jalur
Besarnya faktor geometri untuk konfigurasi Baturagung dan Kambengan. Peta geologi
dipole-dipole: Pacitan memaparkan batuan beku intrusi di
K = πan(n+1)(n+2)………………..(5) daerah Pegunungan Selatan terletak di lokasi
sehingga besarnya harga tahanan jenis untuk yang sama atau berdekatan dengan batuan
konfigurasi dipole-dipole adalah gunung api endapan turbidit[7,8,9]. Daerah jalur
..…(6) Baturagung tersusun oleh batuan gunung api
berumur Miosen Bawah (Tabel 2).
Geologi Umum
Daerah penelitian merupakan wilayah Gunung Api dan Gunung Api Purba
perbatasan bentang alam antara Pegunungan Gunung api merupakantempat atau
Selatan di bagian timur dengan Dataran lubang tepat batuan pijar dan atau gas,
Yogyakarta di sebelah barat. Bentang alam di biasanya kedua-duanya, keluar ke permukaan
daerah ini berupa bukit-bukit terisolir bumi dan bahan padat yang menumpuk di
(isolated hills) di antara dataran endapan sekitar bukaan tersebut membentuk bukit atau
aluvium Gunung api Merapi. Peneliti gunung[10]. Tempat atau bukaan tersebut
terdahulu menyebutnya sebagai bukit-bukit adalah kawah atau kaldera, sedang batuan
inlier karena tersusun atas batuan tua yang pijar dan gas adalah magma. Volkanisme
dikelilingi oleh endapan muda dan adalah proses alam yang berhubungan dengan
berpendapat bahwa bukit-bukit terisolir kegiatan kegunungapian, dimulai dari asal-
tersebut disebabkan oleh kegiatan tektonika usul pembentukan magma di dalam bumi
berupa pensesaran[1]. Hartono dan Bronto hingga kemunculannya di permukaan bumi
menyatakan bahwa bukit-bukit terisolir yang dalam berbagai bentuk dan kegiatannya[10].
tersusun oleh lava dan atau breksi
piroklastika/aglomerat tersebut adalah
gunung api purba monogenesis atau

61
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

Tabel 2. Kolom stratigrafi Pegunungan Selatan Jalur Baturagung[7,8,9].

Menurut Bronto gunung api purba atau volcanic terrain dengan mempertimbangkan
fosil gunung api (paleovolcanos) adalah kondisi morfologi (pola kontur) yang
gunung api yang pernah aktif pada masa menunjukkan kesamaan resistensi batuan.
lampau tetapi sekarang ini sudah mati dan Pola kontur yang terisolasi menunjukkan
bahkan sudah terkisis sangat lanjut sehingga suatu tubuh yang lebih resisten dibanding
fitur atau penampakan fisis tubuhnya sudah daerah sekelilingnya (intrusi/volcanic neck),
tidak sejelas gunung api aktif masa kini. sedangkan pola kontur yang menyebar ke
Bahkan, sebagian sisa tubuhnya sudah suatu arah menunjukkan satuan batuan dan
ditutupi oleh batuan yang lebih muda. arah akumulasi bahan gunung api. Analisis
Gunung api purba pada umumnya berumur citra landsat memberikan berbagai penam-
Tersier (> 2 juta tahun yang lalu) atau lebih pakan seperti struktur cekungan melingkar
tua[11]. (circular depressions), tonjolan setempat, dan
Mengingat proses eksogenik yang lain-lain yang didasarkan pada bentuk atau
berjalan sudah sangat intensif sehingga relief, rona atau warna dan lokasi atau satuan
mengakibatkan bentuk kerucut dari gunung bentang alam. Pusat erupsi adalah bagian
api tersebut tidak bisa diamati lagi maka paling tinggi dari seluruh daerah yang
diperlukan pengenalan secara lebih cermat ditandai oleh pola kontur yang memusat,
dari gunung api purba tersebut. Pengenalan aliran sungai berpola radier menjauhi sumber
gunung api purba dapat dilakukan dengan erupsi, dan bentuk-bentuk volcanic terrain
beberapa cara, yaitu melalui pendekatan yang lain.
indraja dan geomorfologi, analisis peta Pegunungan Selatan Jawa Tengah bagian
geologi, stratigrafi dan litofasies gunung api, barat diinterpretsikan adanya bentukan sirku-
sedimentologi, struktur geologi, petrologi dan ler (hasil analisis SRTM dan data
geokimia, data pemboran, serta pendekatan geomorfologi) yang menunjukkan adanya
analisis geofisika[11]. aktivitas gunung api purba pada umur Tersier.
Studi bentang alam dipakai sebagai Diantara bentukan sirkuler tersebut dapat
indikator awal pemisahan satuan-satuan dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok

62
Eksplorium ISSN 0854 – 1418
Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

gunung api purba Parangtritis-Dengkeng dan Selatan, khususnya yang ada di daerah
kelompok gunung api purba Candisari- Berbah-Imogiri seperti yang terdapat pada
Nglanggeran (Gambar 4)[12]. Kelompok fosil Tabel 3, yang didasarkan pada pengamatan
gunung api purba yang ada di Pegunungan singkapan di permukaan[11].

Gambar 4. Interpretasi dua kelompok tubuh gunung api purba di Pegunungan Selatan bagian barat berdasarkan data
geomorfologi[12].

Tabel 3. Daftar fosil gunung api purba di Pegunungan Selatan khusunya di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Yogyakarta[11].
No Nama Gunung Lokasi Indikasi Bentang Alam dan Litologi
Api Purba
1 G. Wonolelo Dusun Guyangan, Desa Bukit +123 m tersusun oleh perlapisan lava dan
Wonolelo, Kecamatan Pleret breksi andesit, sisipan konglomerat dan tuf
2 G. Gelap Desa Bawuran, Kecamatan Bukit +131 m, tersusun oleh lava dan breksi piro-
Pleret klastika basal–andesit basal
3 G. Banyakan Dusun Banyakan, Desa Bukit +96 m, tersusun oleh lava dan breksi piro-
Srimulyo, Kecamatan Piyungan klastika basal-andesit basal
4 G. Pilang Dusun Pilang, Desa Srimulyo, Bukit +136 m, tersusun oleh breksi piroklastika,
Piyungan batulapili scoria, tuf dan klastika lava basal-
andesit basal
5 G. Watuadeg Dusun Sumberkidul, Desa Aliran lava basal piroksin berstruktur bantal,
Kalitirto, Kecamatan Berbah struktur aliran berarah U70oT di bagian utara
sampai dengan U150oT di bagian selatan Kali
Opak, 200 m di sebelah baratnya terdapat bukit
kecil juga tersusun oleh basal piroksen berumur
56,3 + 3,8 Ma.

63
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

Metode Dusun Sumber Kulon, Desa Kalitirto,


Metode yang dipergunakan dalam Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman
menyelesaikan masalah di atas, yaitu dengan Pengukuran di lokasi ini menghasilkan
melakukan pengukuran geolistrik resistivitas penampang resistivitas dengan kedalaman 34
dengan mapping resistivity, konfigurasi meter dari permukaan (Gambar 7) dengan i
dipole. Pengukuran dilakukan dengan penampang topografi tinggian di sisi barat
membuat lintasan sebanyak empat buah laut dan tenggara. Berdasarkan kisaran nilai
(Gambar 5) dengan panjang masing-masing tahanan jenis dan data singkapan di
lintasan 500 meter. Pengukuran geolistrik permukaan maka dapat diinterpretasikan
resistivitas dimaksudkan untuk mendapatkan terdapat dua litologi, yaitu lava basal dan tuf
harga arus dan potensial dari batuan/mineral. dengan sifat yang berbeda.
Dalam melakukan penelitian ini Pola dengan warna biru muda yang
ditunjang oleh beberapa peralatan pendukung mempunyai nilai resistivitas 17–52,8 Ωm
(Gambar 6). Peralatan tersebut antara lain diinterpretasikan sebagai lava basal yang
resistivitimeter yang dipergunakan untuk lapuk dalam keadaan basah dengan pola
mengukur besarnya arus dan beda potensial, penyebaran secara setempat-setempat di
sumber arus (genset), kabel multi channel (2 bagian barat laut sampai ke tengah, dengan
buah) dengan panjang masing-masing 100 kedalaman yang bervariasi antara 3,42–17,4
meter, kabel mono channel (2 buah) dengan m. Pola dengan warna hijau muda–orange
panjang masing-masing 250 meter, elektroda yang mempunyai nilai resistivitas 52,8–1557
(20 buah), kompas geologi, palu, GPS, tabel Ωm diinterpretasikan sebagai lava basal yang
data, dan peralatan tulis. lapuk akan tetapi dalam keadaan kering,
dengan penyebaran menerus dari bentangan
HASIL DAN PEMBAHASAN titik 0–380 m, dan mempunyai kedalaman
antara 20 sampai 30 m.
Hasil pemrosesan data geolistrik dari
Pola dengan warna merah–ungu yang
keempat lintasan menghasilkan profil nilai
mempunyai nilai resistivitas 1557 Ωm
tahanan jenis secara lateral dan horisontal.
sampai >4891 Ωm dinterpretasikan sebagai
Keempat profil tersebut tersaji pada Gambar
lava basal yang masih dalam keadaan segar,
7–10. Berdasarkan profil tersebut selanjutnya
dengan penyebaran dari berada di bawah dari
akan diinterpretasikan mengenai jenis
lava basal yang lapuk, berada di antara meter
litologi, pola peyebaran secara lateral maupun
160 sampai 360 dan kedalamannya >34
vertikal. Interpretasi didukung oleh data
meter. Pola dengan warna biru tua–biru muda
geologi permukaan dan hasil penelitian
yang mempunyai nilai resistivitas 1,77–17
terdahulu. Setelah dilakukan evaluasi serta
Ωm diinterpretasikan sebagai batuan
interpretasi maka dapat dikelompokkan
piroklastika berupa breksi pumis, batu lapilli,
beberapa jenis batuan yang terdapat di bawah
dan tuf. Secara umum penyebaran batuan
permukaan, kedalaman serta ketebalan yang
berada pada bentangan titik 310–500 m (pada
didapatkan dari nilai tahanan jenis atau
kedalaman mulai dari permukaan sampai >34
resistivitasnya.
meter) dan sedikit dijumpai di titik 260 m
yang bersifat mengisi diantara lava basal yang
lapuk (pada kedalaman mulai permukaan
sampai 17 meter).

64
Eksplorium ISSN 0854 – 1418
Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

Gambar 5. Lokasi pengukuran geolistrik.

65
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 6. Peralatan lapangan yang dipergunakan untuk penelitian: a) resistivitimeter, b) sumber arus, c)
elektroda, d) kompas geologi, GPS dan HT, e) kabel multi channel.

Dusun Pilang, Desa Srimulyo, Kecamatan Dusun Ngeblak, Desa Bawuran,


Piyungan, Kabupaten Bantul Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul
Pengukuran geolistrik di lokasi Penampang resistivitas pada lokasi ini
dihasilkan penampang resistivitas dengan (Gambar 9) mencapai kedalaman 34 meter
kedalaman 34 meter dari permukaan (Gambar dari permukaan. Pada lintasan ini terlihat
8). Pada penampang terlihat adanya topografi adanya topografi tinggian di bagian timur
yang relatif datar. Berdasarkan kisaran nilai laut. Berdasarkan kisaran nilai tahanan jenis
tahanan jenis dan data singkapan di dan data singkapan di permukaan maka dapat
permukaan maka dapat diinterpretasikan diinterpretasikan terdapat dua litologi, yaitu
terdapat satu litologi, yaitu breksi skoria yang tuf dan lava yang mempunyai sifat yang
mempunyai sifat yang berbeda-beda. berbeda-beda.
Pola dengan warna hijau muda–ungu Pola dengan warna biru muda–hijau
memiliki nilai resistivitas 5,47–64,5 Ωm muda yang mempunyai nilai resistivitas
diinterpretasikan sebagai batuan piroklastika 0,601–32 Ωm diinterpretasikan sebagai tuf
yang lapuk, yaitu breksi skoria basal. Breksi dengan kondisi lapuk yang bisa terisi air
di sini sangat memungkinkan dalam keadaan sehingga menurunkan nilai tahanan jenis.
kompak sehingga tidak terisi air. Pola Pola penyebaran dari tuf lapuk ini secara
penyebaran dari batuan ini mulai dari lateral mulai dari bentangan titik 30–470 m,
bentangan titik 500 m dengan kedalaman serta secara vertikal mulai permukaan sampai
mulai dari permukaan sampai kedalaman 34 kedalaman 34 m.
m. Pola dengan warna kuning–oranye yang
Pola dengan warna biru tua–biru muda mempunyai nilai resistivitas 132–389 Ωm
memiliki nilai resistivitas 0,86–2,95 Ωm. diinterpretasikan sebagai tuf dengan kondisi
Kondisi ini diinterpretasikan sebagai material segar dengan penyebaran secara vertikal
breksi skoria yang banyak mengalami berada di bawah tuf lapuk pada kedalaman
mineralisasi. Kenampakan di lapangan pada 17,4–34 m, tersebar di bagian tengah sampai
breksi skoria ini banyak terisi oleh urat-urat barat daya. Pola dengan warna oranye–ungu
kuarsa yang sangat memungkinkan terisi oleh yang mempunyai nilai resistivitas lebih dari
mineral sekunder. Pola penyebaran dari 389 Ωm dinterpretasikan sebagai lava dengan
breksi ini dijumpai secara setempat-setempat kondisi segar, dengan pola penyebaran secara
pada kedalaman yang bervariasi, yaitu pada vertikal berada di bawah tuf lapuk pada
kedalaman 17,4 m, 25,3 m, dan 34 m. kedalaman 30–34 m.

66
Eksplorium ISSN 0854 – 1418
Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

Gambar 7. Penampang geolistrik lintasan 1, Dusun Sumber Kulon, Desa Kalitirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten
Sleman.

Gambar 8. Penampang geolistrik lintasan 2, Dusun Pilang, Desa Srimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten
Bantul.

67
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

Gambar 9. Penampang geolistrik lintasan 3, Dusun Ngeblak, Desa Bawuran, Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul.

Dusun Guyangan, Desa Wonolelo, serta secara vertikal mulai permukaan sampai
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul kedalaman 25 m.
Penampang resistivitas di lintasan ini Pola dengan warna kuning–oranye yang
(Gambar 10) mencapai kedalaman 34 meter mempunyai nilai resistivitas 90–364 Ωm
dari permukaan. Pada lintasan ini terlihat diinterpretasikan sebagai lava dengan kondisi
adanya topografi tinggian di bagian tengah. lapuk. Lava ini dimungkinkan terisi oleh air.
Berdasarkan kisaran nilai tahanan jenis dan Pola penyebaran lava ini secara vertikal
data singkapan di permukaan maka dapat berada di bawah tuf lapuk pada kedalaman 0–
diinterpretasikan terdapat dua litologi, yaitu 34 m dan hanya dijumpai di bagian tengah
tuf dan lava yang mempunyai sifat yang sampai timur laut.
berbeda-beda. Pola dengan warna merah–ungu yang
Pola dengan warna biru muda–hijau mempunyai nilai resistivitas lebih dari 364
muda yang mempunyai nilai resistivitas 1,39– Ωm dinterpretasikan sebagai lava dengan
90 Ωm diinterpretasikan sebagai tuf dengan kondisi segar. Pola penyebarannya secara
kondisi lapuk yang kemungkinan besar vertikal berada di bawah lava lapuk pada
banyak mengandung air. Penyebaran secara kedalaman > 30 meter.
lateral mulai dari bentangan titik 30–470 m

68
Eksplorium ISSN 0854 – 1418
Volume 36 No. 1, Mei 2015: 57–70

Gambar 10. Penampang geolistrik lintasan 4, Dusun Guyangan, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul.

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Daerah penelitian secara fisiografi berada 1. ASTUTI, B.S., RAHARDJO, W.,
di perbatasan antara Dataran Yogyakarta LISTYANI, R.A., DAN HUSEIN, S.,
dengan Zona Pegunungan Selatan bagian “Morfogenesa bukit-bukit inlier antara
barat dan secara regional termasuk dalam Watuadeg hingga Pengklik, Daerah
Formasi Nglanggran. Hasil penelitian hasil Berbah, Sleman Yogyakarta”, Prosiding
analisis bawah permukaan berdasarkan data Workshop Geologi Pegunungan Selatan
geolistrik diinterpretasikan keterdapatan 2007, Badan Geologi, Pusat Survei
batuan gunung api dengan bentukan Geologi, Bandung, 2009.
morfologi di lapangan menunjukkan adanya 2. HARTONO, G., & BRONTO,S.,
isolated hills. “Lapangan Gunung Api Tersier Daerah
Lokasi pengukuran geolistrik dilakukan Berbah Sleman – Imogiri Bantul,
secara maping menggunakan konfigurasi Yogyakarta”, Proceedings International
dipole-dipole di empat lokasi yang terindikasi Conference on Earth Science and
sebagai daerah bekas gunung api purba. Technology, 1, UGM, Yogyakarta, 2009.
Lintasan 1 terindikasi adanya batuan gunung 3. DOBRIN, M.B. AND SAVIT, C.H.,
api berupa lava basal dan tuf. Lintasan 2 “Introducton to Geophysical
terindikasi batuan gunung api berupa breksi Prospecting”, 4 Edition, Mc Graw Hill
th

skoria. Lintasan 3 terindikasi adanya tuf dan Co, New York, San Fransisco, 1988.
lava sebagai batuan gunung api dan di 4. TELFORD, W.M., GELDART, L.P.
lintasan 4 terindikasi batuan gunung api AND SHERIFF, R.E., “Applied
berupa tuf dan lava. Geophysics” Second Edition, Cambridge

69
Identifikasi Batuan Gunung Api Purba di Pegunungan Selatan Yogyakarta Bagian Barat Berdasarkan
Pengukuran Geolistrik. Oleh: Winarti dan Hill Gendoet Hartono

University Press, Melbourne, Australia, Daerah Gunung Gede-Imogiri Daerah


1990. Istimewa Yogyakarta”, Prosiding
5. WINARTI DAN CHUSNI ANSORI, Seminar Aplikasi Sains & Teknologi
“Studi Induced Polarization (IP) Untuk (SNAST) Periode III, Yogyakarta, 2012.
Eksplorasi Mineral Mangan Di Daerah
Strati, Kecamatan Ayah, Kabupetan
Kebumen, Jawa Tengah”, Prosiding
Seminar Nasional Ke-4 RETI, STTNAS
Yogyakarta, 2009.
6. WINARTI DAN JOKO SUNGKONO,
“Studi Geolistrik Untuk Mengetahui
Akuifer Airtanah di Desa Bajulan,
Kecamatan Loceret Kabupaten
Nganjuk”, Seminar Nasional
SNTEKPAN, ITAT Surabaya, 2013.
7. RAHARDJO, W.,
SUKANDARRUMIDI DAN ROSIDI,
H.M.D., “Peta Geologi Lembar
Yogyakarta, skala 1:100.000”, Direktorat
P3G, Bandung, 1977.
8. SURONO, TOHA, B., DAN
SUDARNO, I., “Peta Geologi Lembar
Surakarta Giritontro, Jawa, skala
1:100.000”, Direktorat P3G, Bandung,
1992.
9. SAMODRA, H., GAFOER, S., DAN
TJOKROSAPOETRO, S., “Peta Geologi
Lembar Pacitan, skala 1:100.000”,
Direktorat P3G, Bandung, 1992.
10. MACDONALD, A.G., “Volcanoes”,
Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs,
New Jersey, 1972.
11. BRONTO, S.,“Penelitian Gunungapi
Tersier Dan Implikasinya Terhadap
Bahan Tambang”, dipresentasikan pada
Kolokium dan Pameran Pertambangan,
Dirjen. Pertambangan Umum, Dep.
Pertambangan dan Energi, Bandung,
1997.
12. MULYANINGSIH, S dan SANYOTO,
S., “Geologi Gunung Api Merapi;
Sebagai Acuan Dalam Interpretasi
Gunung Api Komposit Tersiser di

70

Anda mungkin juga menyukai