Anda di halaman 1dari 16

MODUL 1

SINGLE PHASE AC POWER CIRCUIT

Sarah Rahayu (13117026)


Asisten : Khansa Salsabila Suhaimi (13116046)
Tanggal Percobaan : 29/04/2020
EL3208 Praktikum Sistem Tenaga Elektrik
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera

Abstrak- Pada praktikum Sistem Tenaga Elektrik modul 1 dalam pemanfaatan gelombang sinus sendiri dalam
ini dilakukan untuk mempelajari Fasa Tunggal pada berbagai penerapan dalam kehidupan ataupun lenih
Rangkaian AC yang dilakukan dalam bentuk simulasi pad spesifik dalam teknik elektro. Kedua bagian percobaan
yang dilakukan bertujuan agar praktikan mampu
web lvsim labvolt dari FESTO. Pada praktikum modul ini
menganalisa dan memanfaatkan gelombang sinus.
terbagi menjadi dua bagian, percobaan bagian pertama
dilakukan untuk mengamati gelombang sinus yang
terbentuk serta beberbagai parameter gelombang sinus. II. TEORI DASAR
Menentukan pergeseran fasa dengan mengamati sudut
fasa baik membandingkan ataupun memisahkan kedua 1. Gelombang Sinus
gelombang sinus tersebut. Serta mengamati dan
membedakan daya sesaat dengan daya rata-rata.
Kemudian pada percobaan bagian kedua untuk
mengamati reaktansi yang terdapat pada inductor dan
kapasitor serta impedansi pada rangkaian AC.
Kata kunci: Gelombang sinus, pergeseran fasa,
reaktansi, impedansi.

Gambar 2.1 Gelombang sinus digambarkan menggunakan


defleksi sumbu-vertikal sebagai fungsi dari posisi sudut fasor
I. PENDAHULUAN berputar.

Pada tahun 1822, Joseph Fourier, seorang ahli Gambar 2.1. Menunjukkan contoh di mana fasor
matematika Prancis, menemukan bahwa gelombang berputar berlawanan arah jarum jam di sekitar pusat
sinusoid dapat digunakan untuk membentuk (paling lingkaran dengan kecepatan konstan. Ketika fasor
tidak mendekati) semua gelombang periodik, berputar, jarak vertikal antara ujung fasor dan
termasuk gelombang persegi. Fourier menggunakan sumbu horizontal lingkaran terus berubah. Proyeksi
penemuan ini sebagai alat untuk menganalisis grafis dari nilai jarak, pada bidang XY sebagai
gelombang dan aliran panas. Analisis ini sering fungsi dari posisi sudut memberikan gelombang
digunakan dalam pengolahan sinyal dan analisis sinus.
statistik seri waktu. Waktu yang diperlukan untuk satu siklus
lengkap dari gelombang sinus terjadi disebut
Gelombang sinus atau sinusoidal adalah fungsi
periode (T). Jumlah siklus yang terjadi dalam satu
matematika yang berbentuk osilasi halus berulang.
detik disebut frekuensi (f) dari gelombang sinus.
Fungs ini sering muncul dalam ilmu matematika
Frekuensi diukur dalam hertz (Hz), 1 Hz sama
fisika, pengolahan sinyal, dan teknik listrik, dan berbagai
dengan 1 siklus per detik. Dalam sistem tenaga ac
bidang lain. Untuk itu diperlukan pemahaman lebih
60 Hz, siklus tegangan dan arus sinusoidal berulang
60 kali per detik. Oleh karena itu, periode satu 2. Sudut Fasa dan Beda Fasa
siklus adalah 1/60 s 16,7 ms. Dalam sistem daya ac Sudut fasa dan beda fasa adalah informasig
50 Hz, siklus tegangan dan arus sinusoidal berulang tentangg tegangan dan arus. Beda fasa antara
50 kali per detik. Oleh karena itu, periode satu tegangan dan arus pada listrik bolak balik akan
siklus adalah 1/50 s 20 ms. memberikan informasi tentang sifat beban dan
Itu amplitudo adalah nilai maksimum yang penyerapan daya atau energi lestrik. Dengan
dicapai oleh gelombang sinus selama siklus. Nilai mengetahui beda fasa antara arus dan tegangan
maksimum adalah sama untuk setengah gelombang maka dapat diketahui apakah beban listrik bersifat
positif dan negatif dari siklus, kecuali untuk resistif,.induktif.atau.kapasitif.
polaritas yang berubah dari positif (+) ke negatif (-). Ada tiga kemungkinan hubungan fasa antara
arus dan tegangan dalam satuan rangkaian, yaitu:
1. Pada elemen tahanan murni R untuk arus
dan tegangan dengan fungsi sinusoidal,
sudut fasanya adalah sefasa.

Gambar 2.2. Gelombang sinus tegangan.

Nilai efektif (rms) dari tegangan ac terkait


dengan panas yang dihasilkan oleh elemen resistif 2. Pada elemen induktor murni L untuk arus
ketika disuplai dengan tegangan ini. Sebagai dan tegangan dengan fungsi sinusoidal, arus
contoh, pertimbangkan tegangan ac yang memiliki ketinggalan terhadap tegangan sebesar sudut
amplitude Emaks diterapkan pada resistor beban. fasa 90° atau π/2 (lagging).
Diterapkan tegangan menyebabkan arus mengalir
melalui resistor, yang memiliki efek meningkatkan
suhu resistor hingga itu stabil ke tingkat tertentu
(suhu kesetimbangan). Nilai rms atau efektif dari
tegangan ac ini dapat ditemukan dengan
menerapkan tegangan dc melintasi resistor beban,
dan menyesuaikan tegangan dc hingga resistor
stabil ke suhu kesetimbangan yang sebelumnya
dicapai dengan tegangan ac. Nilai tegangan as ini
3. Pada elemen kapasitor murni C untuk arus
sesuai dengan rms atau nilai efektif tegangan ac.
dan tegangan dengan fungsi sinusoidal, arus
mendahului terhadap tegangan sebesar sudut
fasa 90° atau π/2 (leading).

Gambar 2.3. Nilai efektif, atau root-mean-square (rms), dari


tegangan sinusoidal.
3. Resistansi, Reaktansi dan Impedansi Selanjutnya lakukan Buka osiloskop untuk
Merupakan istilah yang mengacu pada pengukuran tegangan mengetahui nilai
dan arus menggunakan tegangan dan arus
karakteristik dalam rangkaian yang bersifat Metering amati maks.
melawan arus listrik. Resistansi merupakan tahanan hasilnya.
yang diberikan oleh resistor. Reaktansi merupakan
tahanan yang bersifat reaksi terhadap perubahan Catat dan rekam hasil
tegangan atau perubahan arus. Nilai tahanannya percobaan.
berubah sehubungan dengan perbedaan fase dari
tegangan dan arus. Selain itu reaktansi tidak
Lakukan prosedur yang sama untuk rangkaian dibawah ini
mendisipasi energi. Sedangkan impedansi mengacu
pada keseluruhan dari sifat tahanan terhadap arus
baik mencakup resistansi, reaktansi atau
keduanya. Ketiga jenis tahanan ini diekspresikan
dalam satuan ohm.
Impedansi listrik, atau lebih sering disebut
impedansi, menjelaskan ukuran penolakan terhadap
arus bolak-balik sinusoidal. Impedansi listrik
memperluas konsep resistansi listrik ke sirkuit AC,
menjelaskan tidak hanya amplitudo relatif dari
tegangan dan arus, tetapi juga fase relatif. Bila 2. PHASE ANGLE DAN PHASE SHIFT
sebuah beban diberi tegangan, impedansi dari beban Buka aplikasi FESTO melalui
Pilih modul yang
tersebut akan menentukan besar arus dan sudut fase link
dibutuhkan
http://lvsim.labvolt.com/
yang mengalir pada beban tersebut. Faktor daya
merupakan petunjuk yang menyatakan sifat suatu
beban. Rangkai modul tersebut sesuai dengan gambar rangkaian
dibawah ini:

III. METODOLOGI

A. Alat yang Digunakan


 1 unit PC
 Simulator FESTO

B. Prosedur Percobaan
Setelah rangkaian
1. GELOMBANG SINUS selesai atur sumber Selanjutnya lakukan
tegangan yang akan pengukuran tegangan
digunakan, sebelumnya dan arus menggunakan
Buka aplikasi FESTO ON kan terlebih dahulu Metering amati
Pilih modul yang
melalui link modul power supply hasilnya.
dibutuhkan
http://lvsim.labvolt.com/

Buka osiloskop untuk


Rangkai modul tersebut sesuai dengan gambar
mengetahui nilai Ukur nilai fasa dengan
rangkaian dibawah ini:
tegangan dan arus Phasor Analyzer
maks.

Lakukan prosedur
Catat dan rekam hasil
yang sama untuk
percobaan.
rangkaian dibawah ini
4. REAKTANSI INDUKTIF

Buka aplikasi FESTO


Pilih modul yang
melalui link
dibutuhkan
http://lvsim.labvolt.com/

Rangkai modul tersebut sesuai dengan gambar rangkaian


dibawah ini:

3. DAYA SESAAT DAN DATA RATA-RATA

Buka aplikasi FESTO melalui


Pilih modul yang
link
dibutuhkan
http://lvsim.labvolt.com/

Rangkai modul tersebut sesuai dengan gambar rangkaian


dibawah ini:
Setelah rangkaian selesai atur sumber tegangan yang
akan digunakan, sebelumnya ON kan terlebih dahulu
modul power supply

Selanjutnya lakukan Buka osiloskop untuk


pengukuran tegangan mengetahui nilai
dan arus menggunakan tegangan dan arus maks.
Metering amati hasilnya.

Setelah rangkaian
Ukur nilai fasa dengan Catat dan rekam hasil
selesai atur sumber Selanjutnya lakukan Phasor Analyzer percobaan.
tegangan yang akan pengukuran tegangan
digunakan, sebelumnya dan arus menggunakan
ON kan terlebih dahulu Metering amati hasilnya.
modul power supply 5. REAKTANSI KAPASITIF

Buka aplikasi FESTO


Pilih modul yang
Buka osiloskop untuk melalui link
Catat dan rekam hasil dibutuhkan
mengetahui nilai http://lvsim.labvolt.com/
tegangan dan arus maks. percobaan.

Rangkai modul tersebut sesuai dengan gambar


rangkaian dibawah ini:
Lakukan prosedur yang sama untuk rangkaian dibawah ini

Setelah rangkaian selesai atur sumber tegangan yang akan


digunakan, sebelumnya ON kan terlebih dahulu modul
power supply
Selanjutnya lakukan Buka osiloskop untuk
pengukuran tegangan mengetahui nilai
dan arus menggunakan tegangan dan arus maks.
Metering amati hasilnya.

Ukur nilai fasa dengan Catat dan rekam hasil


Phasor Analyzer percobaan.
IV. HASIL DAN ANALISIS

1. GELOMBANG SINUS
6. IMPEDANSI Pada percobaan ini akan dilakukan pengukuran
nilai rms dari tegangan resistor (E1) dan sumber
Buka aplikasi FESTO melalui Pilih modul yang
link http://lvsim.labvolt.com/ dibutuhkan
arus (I1). Maka diperoleh nilai pada pengukuran
rangkaian 1 nilai tegangan resistor (E1) sebesar
100,5 Volt dan arus (I1) adalah 0,335 A. Dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
Rangkai modul tersebut sesuai dengan gambar rangkaian
dibawah ini:

Gambar 4.1 Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus pada


Rangkaian 1

Setelah dilakukan pengkuran tegangan pada


Setelah rangkaian selesai atur
sumber tegangan yang akan Selanjutnya lakukan resistor dan sumber arus maka dilakukan
digunakan, sebelumnya ON pengukuran tegangan dan pengukuran untuk mengetahui tegangan dan arus
kan terlebih dahulu modul arus menggunakan Metering
power supply amati hasilnya. maksimum melalui besarnya amplitude pada
gelombang sinus yang ditampilkan pada osiloskop
seperti gambar dibawah ini.

Buka osiloskop untuk


mengetahui nilai tegangan Catat dan rekam hasil
dan arus maks. percobaan.

Lakukan prosedur yang sama


untuk 2 rangkaian dibawah ini

Gambar 4.2 Output Osiloskop pada Rangkaian 1

Untuk mengetahui besarnya amplitude dengan


menggeser kursor horizontal pada garis nol dan
puncak pada gelombang. Gelombang yang
berwarna kuning merupakan output nilai tegangan
dan gelombang brwarna biru merupakan output pada tegangan dan arus adalah sinusoidal dengan
arus. Untuk lebih jelasnya dapat ditunjukkan oleh fasa yang sama antar keduannya.
gambar dibawah ini. Setelah pengukuran pada rangkaian 1 selesai
maka dilanjutkan dengan pengukuran pada
rangkaian 2. Yang membedakan antara rangkaian 1
dan rangkaian adalah posisi resistor yang disusun
seri. Untuk pengukuran diperoleh hasil pada gambar
dibawah ini.

Gambar 4.3 Mengukur Tegangan Maks pada Rangkaian 1

Nilai yang amplitude yang ditunjukkan adalah Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Tegangan dan Arus pada
2,87 V. Ditunjukkan dengan melihat nilai diff pada Rangkaian 2

gambar diatas. Untuk nilai arus maksimal Maka diperoleh nilai tegangan pada E1 = 36,63
ditunjukkan pada gambar dibawah ini. V dan E2 = 64,11 V. Untuk arus I1 diperoleh nilai
0,213 A pada pengukuran yang sudah dilakukan.
Pada nilai perhitungan diperoleh dengan
menggunakan rumus :

Untuk
REqui = R1 + R2 = 171 + 300 = 471 Ω
IS = =
Tegangan pada R1 dan E2
E1 = IS . R1 = 0,212 . 171 = 36,252 V
E2 = IS . R2 = 0,212 . 300 = 63,6 V

Nilai pengukuran dan perhitungan diatas jika


Gambar 4.4 Mengukur Arus Maks pada Rangkaian 1
dibandingkan memiliki nilai yang hampir sama.
Jika tegangan pada R1 dan R2 dijumlahkan maka
Nilai amplitude gelombang arus yang
nilainya akan sama dengan tegangan sumber yang
ditunjukkan adalah 0,49 A. Dari kedua nilai
diberikan 36,63 + 64,11 = 100,74 V. Nilai tersebut
tegangan dan arus maksimal maka dapat diperoleh
sama dengan tegangan sumber yaitu 100 V. Dan
tegangan dan arus rms menggunakan persamaan
rasio perbandingan nilai E1:E2 sama dengan R1:R2
dibawah ini :
yaitu 0,57 hal ini dikarenakan arus yang mengaalir
ERMS = dan IRMS = pada tiap resistor bernilai sama. Beberapa parameter
Sehingga diperoleh nilai 2 V untuk ERMS dan pengukuran tegangan dan arus sesuai dengan
0,346 A untuk nilai IRMS. Jika dibandingkan dengan hukum Ohm dan hukum Kirchoff.
hasil pengukuran di awal nilai tegangan rms Chanel 1 dan chanel 2 osiloskop digunakan
pengukuran dengan tegangan rms perhitungan sebagai E1 dan E2 sedangkan chanel 3 digunakan
berbeda. Sedangkan pada nilai arus rms pengukuran sebagai I1. Output yang dihasilkan osiloskop dapat
dan perhitungan memiliki nilai yang berdekatan dan dilihat pada gambar dibawah ini:
hampir sama. Bentuk gelombang yang dihaslikan
Pada gambar output osiloskop diatas fase arus
(gelombang berwarna hijau) tertinggal dari
tegangan (gelombang berwarna kuning) sebesar
perbedaan fasa yaitu 42,33 derajat atau dikenal
dengan istilah lagging , tertinggal / terbelakang.
Beda fasa ditunjukkan pada gambar dibawah

Gambar 4.6 Output Osiloskop pada Rangkaian 2

Terlihat pada gambar diatas antara tegangan R1,


R2 dan arus IS memliki fasa yang sama. Hal ini
dikarenakan pada rangkaian hanya terdapat
resistansi (R) murni yang menjadi komponen
penyusun rangkaian sehingga fungsi sinusoidal,
sudut fasanya adalah sefasa. Gambar 4.9 Output Fasor pada Rangkaian Induktor

2. PHASE ANGLE DAN PHASE SHIFT Pada tampilan diagram phasor diatas
Percobaan sudut fasa dan beda sudut dilakukan 2 menunjukkan beda fasa sebesar 42,33 derajat antara
kali percobaan dengan rangkaian yang berbeda. gelombang tegangan sumber dan gelombang
Rangkaian pertama menggunakan induktor sebagai tegangan yang melewati resistor.
komponen utama dan pada rangkaian kedua Dan pada percobaan menggunakan rangkaian
menggunakan kapasitor sebagai komponen utama. kapasitor diperoleh hasil pengukuran seperti gambar
Untuk rangkaian pertama diperoleh hasil dibawah ini.
pengukuran seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.10 Hasil Pengukuran Tegangan pada Rangkaian


Kapasitor

Gambar 4.7 Hasil Pengukuran Tegangan pada Rangkaian


Induktor

Output osiloskop ditunjukkan pada gambar


dibawah, chanel 1 terhubung dengan Es dan chanel
2 terhubung dengan ER.

Gambar 4.11 Output Osiloskop pada Rangkaian Induktor

Sedangkan pada beban kapasitif fase arus


mendahului tegangan sebesar beda fasa yaitu 63,55
derajat sehingga dikenal dengan istilah leading,
Gambar 4.8 Output Osiloskop pada Rangkaian Induktor mendahului/ terdepan.
Sedangkan periode pada Ps bernilai 8,23 s
ditunjukkan oleh gelombang berwarna merah muda
pada gambar dibawah ini. Frekuensi yang berosilasi
pada gelombang tegangan sumber dan arus bernilai
½ dari gelombang daya. Karena besarnya daya
merupakan perkalian antara nilai tegangan dan arus.

Gambar 4.12 Output Fasor pada Rangkaian Kapasitor

Diperoleh beda fasa sebesar 63,55 derajat antara


dua gelombang tegangan sumber dan gelombang
tegangan yang melewati resistor.

3. DAYA SESAAT DAN DATA RATA-RATA


Dalam percobaan bagian ini dilakukan untuk
mengetahui daya rata-rata pada rangkaian. Terdapat
tiga parameter pengukuran yaitu, tegangan (Es), Gambar 4.15 Output Osiloskop untuk Periode Ps

arus (Is) dan daya (Ps). Output osiloskop dapat di Diperoleh nilai pengukuran tegangan E1 = 99,98
lihat pada gambar 4.13. chanel 1 dihubungkan V, arus I1 = 0.583 dan daya E1.I1 = 58,31 W. untuk
sebagai tegangan sumber Es, chanel 2 dihubungkan nilai ditunjukkan oleh gambar berikut.
sebagai arus Is, dan chanel 3 dihubungkan sebagai
daya Ps

Gambar 4.16 Hasil Pengukuran Tegangan, Arus, dan Daya


Gambar 4.13 Output Osiloskop
Daya rata-rata PAVG merupakan hasil perkalian
Untuk gelombang tegangan dan arus memiliki
antara tegangan rms dan arus rms.
fasa yang sama sedangkan untuk gelombang daya
tidak. Hal ini dipengaruhi oleh rangkaian yang
4. REAKTANSI INDUKTIF
hanya terdiri dari resistor saja. Periode T gelombang Pada percoaan reaktansi induktif digunakan
tegangan sumber dan arus bernilai 16,53 s sebuah inductor yang tersambung dengan sumber
ditunjukkan pada gambar berikut. tegangan AC. Digunakan sumber tegangan AC
dengan frekuensi sebesar 60Hz dengan inductor
sebesar 0,8 H. Nilai induktansi reaktif memiliki
satuan ohm, untuk hasil perhitungan diperoleh
sebagai berikut.

XL = 2πf. L
= 2. 3,14 . 60 . 0,8
= 301,44 Ω

Gambar 4.14 Output Osiloskop untuk Periode Es dan Is


Hasil pengukuran nilai tefgangan dan arus pada tegangan sebesar 101,1 V dan arus sebesar 0,167 A
inductor ditunjukkan pada gambar dibawah ini. nilai arus pada perhitungan kedua kapasitor dapat
dituliskan sebagai berikut.

IL = A

IL = A

Nilai pengukuran dan perhitungan arus bernilai


sama, untuk pengukuran kedua kapasitor ditunjukkan
pada gambar dibawah ini
Gambar 4.17 Hasil Pengukuran Tegangan, Arus Induktor

Tegangan yang mengalir pada inductor


sama dengan nilai tegangan sumber yaitu 100 V
karena tidak ada hambaran lain selain induktor
yang digunkan. Sedangkan arus pada inductor
bernilai 0,330 A dikarenakan nilai arus
merupaka hasil bagi antara tegangan dan
hambatan, hambatan yang dimaksud merupakan Gambar 4.18 (a) Hasil Pengukuran Tegangan, Arus Kapasitor
resistansi induktif yaitu 301,44Ω. Perhitungan 8,8uF

arus pada inductor sebagai berikut

IL = A

Antara nilai pengukuran dan perhitungan


diperoleh nilai yang sama. Selanjutnya akan
dilakukan pengamatan pada gelombang sinus
yang terbentuk dikarenakan output osiloskop
yang diperoleh tidak maksimal maka tidak Gambar 4.18 (b) Hasil Pengukuran Tegangan, Arus Kapasitor
ditampilkan pada analisis laporan. 4,4uF

Selanjutnya akan dilakukan pengukuran output


5. REAKTANSI KAPASITIF osiloskop untuk mengetahui periode dan selang
Untuk percobaan reaktansi kapasitif akan waktu gelombang (d). Yang ditunjukkan pada
dilakukan menggunakan 2 rangkaian dengan nilai gambar dibawah ini
kapasitor yang berbeda namun rangkaian dan input
frekuensi sama. Pada rangkaian pertama dan kedua
digunakan nilai kapasitor sebesar 8,8uF dan 1,6uF.
Sehingga dihasilkan reaktansi kedua kapasitor
sebesar

XC8,8uF = = 301,58 Ω

XC4,4uF = = 610,94Ω a b
Gambar 4.19 Hasil Output Osiloskop (a) untuk C=8,8uF (b) untuk
C=4,4uF.
Untuk pengukuran tegangan dan arus pada
kapasitor 8,8 dihasilkan tegangan sebesar 101,1 V Dari output osiloskop yang ditampilkan
dan arus pada kapasitor sebesar 0,335A. Sedangkan perbedaan gambar terletak pada gelombang
untuk pengukuran pada kapasitor 4,4 diperoleh berwarna biru sebagai output nilai arus yang
dihasilkan, sesuai dengan pengukuran dan
perhitungan bahwa nilai arus untuk kapasitor 8,8uF
lebih besar dibanding kapasitor 4,4uF. Terlihat dari
puncak gelombang yang dihasilkan pada kedua
gambar. Nilai periode C8,8uF adalah 16,82 s dan
pada periode C4,4uF adalah 16,67 s. Untuk selang
waktu yang dihasilkan pada C8,8uF dan C4,4uF
sama yaitu 4,29 s. Dengan begitu nilai fasa yang
dihasilkan oleh kedua kapasitor adalah sama. Gambar 4.21 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 1
Ditunjukkan oleh gambar dibawah ini
Untuk percobaan dengan rangkaian selanjutnya
haya dilakukan penukaran nilai pada indu ktor
dan kapasitor, sehingga perhitungan reaktansi setara
menjadi sebagai berikut.

XEqui = XL - XC = 100-600 = - 500 Ω

Diperoleh hasil pengukuran dan output


a b osiloskop sebagai berikut
Gambar 4.20 Hasil Output Fasor (a) untuk C=8,8uF (b) untuk
C=4,4uF.

Nilai fasa yang dihasilkan sebesar 90 derajat.


Dengan begitu beda fasa antar gelombang adalah 90
derajat. Nila beda fasa dapat dihitung menggunakan
persamaan dibawah ini.

Beda pasa untuk


Gambar 4.22 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 2
C8,8uF =
Setelah dibandingkan output osiloskop pada
C4,4uF = kedua rangkaian berbeda karena pada rangkaian 1
gelombang arus mendahului tegangan sehingga
Untuk beda fasa antara pengukuran dan lagging sedangkan pada rangkaian 2 gelombang
perhitungan bernilai hampir sama hanya terdapat arus tertinggal sehingga leading. Dengan begitu
sedikit selisih. diketahui bahwa reaktansi pada rangkaian pertama
adalah inductor dan pada rangkaian kedua adalah
6. IMPEDANSI kapasitor.
Percobaan rangkaian 3 dan 4 menggunakan
Untuk percobaan terakhir dilakukan percobaan
komponen RL seri dan RC seri sehingga resistor
untuk mengamati reaktansi dan impedansi pada
dan inductor disusun seri brgitu juga resistor dan
inductor (L), kapasitor (C) dan resistor (R).
kapasitor disusun seri. Untuk perhitungan
Percobaan rangkaian 1 yaitu reaktansi setara pada
impedansi (Z) pada kedua rangkaian adalah sebagai
rangkaian LC seri, hasil perhitungan reaktansi
berikut.
setara (XEqui) adalah sebagai berikut.
ZRL = =
XEqui = XL - XC = 600-100 = 500 Ω ZRC = =

Pengukuran tegangan diperoleh 100,4 V dan Hasil pengukuran dan tampilan osiloskop dapat
arus diperoleh 0,49 A. Gambar pengukuran
dilihat pada gambar dibawah ini.
ditunjukan pada gambar dibawah ini.
Untuk hasil pengukuran dan output osiloskop
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.3 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 3

Gambar 4.26 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 6

Gambar 4.24 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 4

Pada output kedua rangkaian terlihat sama yaitu


gelombang arus mendahului tegangan, sehingga Gambar 4.27 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 7
bersifat lagging.
Selanjutnya pada rangakaian 5 disusun Untuk kedua output osiloskip dapat dilihat
komponen R,L,C secara seri sehingga diperoleh bahwa gelombang berwarna biru merupakan arus
impedansi sebesar dan gelombang berwarna kuning merupakan
Z= tegangan sehingga gelombang arus mendahului
=√ gelombang tegangan sehingga kedua output tersebut
= 198 Ω merupakan leading.

V. KESIMPULAN

 Sudut fasa dan beda fasa adalah informasi tentang


tegangan dan arus.
 Ada tiga kemungkinan hubungan fasa antara arus
dan tegangan yaitu sefasa, leading dan lagging.
Gambar 4.25 Hasil Pengukuran dan Osiloskop Rangkaian 5
 Perbedaan leading dan lagging adalah posisi
gelombang arus yang mendahului leading dan
Untuk output osiloskop rangkaian 5 fasa arus tertinggal lagging dengan gelombang tegangan.
mendahului tegangan segingga leading. Dan pada
 Induktor menyimpan energi dalam medan magnet
rangkaian 6 dan 7 disusun secara parallel untu
dan menentang perubahan arus. Kapasitor
komponen RL dan RC. Sehingga dihasilkan nilai
menyimpan energi dalam medan listrik dan
impedansi sebagai berikut.
menentang perubahan tegangan.
 Perbedaan yang dapat diamati antara reaktansi
Z RL= inductor dan kapasitor dengan melihat osilasi
Z RC= gelombang arus dan tegangan. Jika lagging
merupakan resistansi induktif apabila leading
merupakan resistansi kapasitif.

DAFTAR PUSTAKA

Modul 1 Praktikum Sistem Tenaga Elektrik Teknik


Elektro Institut Teknologi Sumatera.
Video tutorial praktikum STE
https://id.wikipedia.org/wiki/Gelombang_sinus (
diakses tanggal 01 Mei 2020)
https://blog.ub.ac.id/mkautsarharis/2015/03/02/resista
nsi-reaktansi-dan-impedansi/ (diakses tanggal 01
Mei 2020)
https://www.electrical4u.net/leading-and-lagging/
(diakses tanggal 4 Mei 2020)

Anda mungkin juga menyukai