Anda di halaman 1dari 28

Modul I

Sirkuit AC Fase Tunggal


I Made Widhi Widana (118130009)
Asisten : Agnis Walentine (13117123)
Tanggal Percobaan : 05/12/2020
EL3106 Praktikum Sistem Kendali
Laboratorium Teknik Elektro
Institut Teknologi Sumatera

parameter parameter apa saja yang bisa mempengaruhi


Abstrak—Pada praktikum kali ini yaitu srivuit AC fase tunggal komponen komponen yang digunakan dalam pembakiit lsitik.
dilakukan 2 percobaan yang masing masing percobaan memiliki
bagian. Pada percobaan pertama ada 3 percobaan yang dilakukan Adapun tujuan dari dari modul 1 ini adalah
yaitu The Sine Wave Phase Angle and Phase Shift Instantaneous 1.Memahami pengertian gelombang sinus dan bagaimana
Power and Average Power, percobaan The Sine Wave dibai lagi
gelombang itu dapat di expresikan dengan fasor yang berputar
menjadi 2 percobaan yaitu Mengukur tegangan, arus, dan
frekuensi dalam rangkaian ac, Hubungan antara frekuensi dan mengelilingi lingkaran ,
periode, mengukur tegangan, arus, dan frekuensi dalam 2.Memahami berbagai parameter gelombang sinus,
rangkaian ac seri, untuk percoban 1.2 Phase Angle juga di bagi 3. Memamahi konsep rms dan menghitung nilai rms
lagi menjadi mengukur pergeseran fasa antara dua gelombang
sinus tegangan dalam rangkaian resistor-induktor (RL), II.Landasan Teoretis
mengukur pergeseran fasa antara dua gelombang sinus tegangan A.The Sine Wave,Phase Angle and Phase Shift,Instantaneous
dalam rangkaian resistor-kapasitor (RC), pada percobaan 1.3 Power and Average Power
Instantaneous Power and Average Power dibagi lagi menjadi Tegangan atau arus sinusoidal dapat digambarkan
Pengukuran daya rata-rata, Alasan dibalik nilai perusahaan,
menggunakan defleksi sumbu vertikal sebagai fungsi dari posisi
setelah percocaan 1 ada juga percobaan dua yang terdiri dari
Resistensi, Reaktansi, dan Impedansi, untuk percobaan reaktansi sudut ߙ dari fasor berputar . Fasor adalah vektor berawal di pusat
dibagi menjadi Induktansi dan reaktansi induktif, or. Pengaruh (0, 0) dari bidang kartesius. Setiap siklus a sinyal sinusoidal
frekuensi pada reaktansi ind, Mengukur pergeseran fasa induktif sesuai dengan satu putaran penuh (satu putaran) fasor
pada rekatansi Reaktansi kapasitif dibagi lagi menjadi Kapasitansi mengelilingi lingkaran, yang sama dengan 360 ° atau 2 Ɏ
dan reaktansi kapasitif,pengaruh frekuensi pada reaktansi radian. Gambar 1-4 menunjukkan sinus gelombang
kapasitor, Mengukur pergeseran fasa kapasitif, pada percobaan digambarkan menggunakan defleksi sumbu vertikal sebagai
terakhor yaitu impedansi di bagi menjadi Reaktansi setara dari
fungsi dari sudut posisi fasor berputar. ξ Awalnya fasor berada
rangkaian LC seri, Impedansi rangkaian RL seri, Impedansi
rangkaian RL parallel, dan praktikum kali ini bertujuan untuk pada 0 ° (posisi horizontal), sehingga jarak vertikal ݀ antara
memahami pengertian gelombang sinus dan bagaimana fasor dan sumbu horizontal adalah nol. ξ Saat fasor berputar
gelombang itu dapat di expresikan dengan fasor yang berputar dari 0 ° hingga 90 °, jarak vertikal ݀ antara ujung fasor dan
mengelilingi lingkaran , memahami berbagai parameter sumbu horizontal secara bertahap meningkat dari nol ke nilai
gelombang sinus, memamahi konsep rms dan menghitung nilai positif maksimum (puncak). ξ Saat fasor berputar dari 90 °
rms
hingga 180 °, jarak vertikal ݀ antara ujung fasor dan sumbu
Kata Kunci—rekatansi,impedansi , sinus,phasa,power horizontal secara bertahap berkurang dari nilai positif
maksimum ke nol. ξ Saat fasor berputar dari 180 ° hingga 270
°, jarak vertikal ݀ antara ujung fasor dan sumbu horizontal
I. PENDAHULUAN meningkat dari nol ke nilai negatif maksimum (puncak). ξ Saat
Pada masa saat ini kita tidak bia terlepas dari yang Namanya fasor berputar dari 270 ° hingga 360 °, jarak vertikal ݀ antara
benda elektronik mulai dari handpon yang selalu kita pegang, ujung fasor dan sumbu horizontal berkurang dari nilai negatif
lapto yang membatu tugas tugas kita hingga televisi yang maksimum menjadi nol.
memberikan kita hiburan dikala penat,semua benda benda B.Amplituda dan Nilai Instantaneous dari tegangan atau arus
elektonik itu membutuhkan yang Namanya listrik untuk sinusoidal
bekerja, selain digunkakan pada benda elelktroik listrik juga Persamaan gelombang sinus adalah:
digunakan sebgaai penenrangan sumber energi gerak dan masih
𝑎(𝑡) = 𝐴 sin(α(𝑡)) = 𝐴 sin (ω𝑡)
banyak lagi, .\pada praktikum kali ini kita akan mencoba
memamahi bagaimana suatau listrik dapat di buat hingga ada
di mana a(t) adalah nilai instantaneous, A adalah amplituda,
α(t) adalah posisi sudut, ω adalah kecepatan sudut, dan t adalah
waktu.Amplituda adalah nilai maksimum yang dicapai oleh di mana 𝑋𝐶 adalah reaktansi kapasitor, f adalah frekuensi, dan
gelombang sinus dalam siklusnya. Nilai maksimum yang C adalah kapasitor.
dicapai sama di bagian positif dan negatif gelombang.
Persamaan umum dari gelombang sinus dapat digunakan untuk
mendeskripsikan tegangan sinusoidal secara matematis: II. METODOLOGI
𝐸(𝑡) = 𝐸𝑚𝑎𝑥. 𝑆𝑖𝑛(𝑎(𝑡)) = 𝐸𝑚𝑎𝑥. 𝑆𝑖𝑛(ω𝑡)

di mana E(t) adalah nilai instantaneous tegangan saat waktu A. Alat dan Bahan
instan dalam siklus dan Emax. Adalah amplituda dalam 1. Power Supply
tegangan sinusoidal. Seperti persamaan di atas, persamaan 2. Beban Induktif
umum dari gelombang sinus juga dapat digunakan untuk 3. Beban Kapasitif
mendeskripsikan arus sinusoidal secara matematis: 4. Beban Resistansi
𝐼(𝑡) = 𝐼𝑚𝑎𝑥. 𝑆𝑖𝑛(𝑎(𝑡)) = 𝐼𝑚𝑎𝑥. 𝑆𝑖𝑛(ω𝑡) 5. Osiloskop
6. Multimeter digital
di mana I(t) nilai instantaneous dari arus saat waktu instan dari 7. PC dengan software Lab-Volt
siklus dan Imax adalah amplituda dari arus sinusoidal. B. Langkah Kerja
Percobaan 1A: Sine Wave
C Nilai efektif (rms) dari tegangan atau arus sinusoidal
Nilai efektif (rms) dari tegangan sinusoidal 𝐸𝑅𝑀𝑆 dapat
dihitung dengan:
𝐸𝑀𝐴𝑋
𝐸𝑅𝑀𝑆 =
√2
dan nilai efektif (rms) dari arus sinusoidal (𝐼𝑅𝑀𝑆 ) dapat
dihitung dengan:
𝐼𝑀𝐴𝑋
𝐼𝑅𝑀𝑆 =
√2
D Daya Rata-Rata
Walau daya instantaneous bervariasi dari waktu ke waktu,
daya rata-rata yang terdisipasi di dalam resistor memiliki nilai
yang konstan terhadap waktu dan merupakan hasil dari
tegangan rms dan arus rms seperti yang ditunjukkan pada
persamaan di bawah ini:

𝑃𝐴𝑉𝐺 = 𝐸𝑅𝑀𝑆 𝑥𝐼𝑅𝑀𝑆


E.Reaktansi Induktif
Karakteristik fundamental dari induktor adalah induktansi L,
yang diekspresikan dalam Henry (H). Induktansi adalah salah
satu faktor yang menentukan oposisi dari aliran arus induktor,
atau reaktansi induktif 𝑋𝐿 . Reaktansi induktif diekspresikan
dengan Ohm (Ω), dan persamaannya seperti berikut

𝑋𝐿 = 2πfL

di mana 𝑋𝐿 adalah reaktansi induktor, f adalah frekuensi, dan L


adalah induktor.

F Reaktansi Kapasitif
Karakteristik fundamental dari kapasitor mana pun adalah
kapasitansi C, yang diekspresikan dalam Farad (F). Kapasitif
reaktansi 𝑋𝐶 diekspresikan dalam Ohm (Ω), dan persamaannya
seperti berikut,

1
𝑋𝐶 =
2𝜋𝑓𝐶
Pastikan power supply dalam keadaan off Pastikan power supply dalam keadaan off

Hubungkan USB port Data Acquisition ke PC Hubungkan USB port Data Acquisition ke PC

Nyalakan power supply on dan atur Operating Nyalakan power supply on dan atur Operating Mode ke
Mode ke Power Supply Power Supply

Jalankan software LVDAC-EMS


Jalankan software LVDAC-EMS

Rangkai rangkaian seperti gambar 1-8


Rangkai rangkaian seperti gambar 1-15
Pada software, buka window power supply dan
ikuti setting-an yang tertulis Pada software, buka window power supply dan ikuti
setting-an yang tertulis
Enable AC power pada power supply
Enable AC power pada power supply
Set metering E1 dan I1 untuk mencari rms

Set metering E1 dan I1 untuk mencari rms


Set osiloskop input E1 dan I1 pada Ch1 dan Ch2

Hitung nilai rms ER dan IS Set osiloskop input E1 dan I1 pada Ch1 dan Ch2

Set frekuensi pada power supply menjadi 40 Hz Gunakan osiloskop untuk mencari T

Gunakan osiloskop untuk mencari T


Set phasor analyzer input E1 dan E2

Hitung hasil frekuensinya Hentikan power supply dan rangkai rangkaian seperti
gambar 1-16
Hentikan power supply dan rangkai rangkaian
seperti gambar 1-9
Hitung R equivalent serta ER1 dan ER2
Hitung R equivalent serta ER1 dan ER2
Nyalakan kembali power supply dan set 100 V
Nyalakan kembali power supply

Ukur T dengan osiloskop


Set metering E2 untuk mengukur rms ER2

Set osiloskop input E1, E2, I1 pada Ch1, Ch2, dan Menggunakan phasor analyzer ukur sudut ES dan ER
Ch3

Matikan power supply dan tutup software Matikan power supply dan tutup software
Percobaan 1B: Phase Angle and Shift
Percobaan 1C: Instantaneous Power and Average Percobaan 2A: Reaktansi Induktif

Pastikan power supply dalam keadaan off Pastikan power supply dalam keadaan off

Hubungkan USB port Data Acquisition ke PC Hubungkan USB port Data Acquisition ke PC

Nyalakan power supply on dan atur Operating Mode ke


Nyalakan power supply on dan atur Operating Mode ke
Power Supply
Power Supply

Jalankan software LVDAC-EMS


Jalankan software LVDAC-EMS

Rangkai rangkaian seperti gambar 2-4


Rangkai rangkaian seperti gambar 1-15

Pada software, buka window power supply dan ikuti


Pada software, buka window power supply dan ikuti setting-an yang tertulis
setting-an yang tertulis

Hitung reaktansi induktif XL dengan menggunakan nilai L


Enable AC power pada power supply

Set metering E1 dan I1 untuk mencari rms

Set metering E1 dan I1 untuk mencari rms

Hitung XL dengan nilai E1 dan I1

Set osiloskop input dan set parameter ES, IS, dan PS

Pada metering window, ukur rms dari EL dan IL

Gunakan osiloskop untuk mencari T


Set osiloskop dan display VL dan IL

Pada osiloskop catat Pavg dari PS


Gunakan osiloskop untuk mencari T

Pada power supply enable sumber DC


Buka phasor analyzer dan display input E1 dan I1. Catat
hasilnya

Matikan power supply dan tutup software


Matikan power supply dan tutup software
Percobaan 2B: Reaktansi Kapasitif Percobaan 2C: Impedansi

Pastikan power supply dalam keadaan off Pastikan power supply dalam keadaan off

Hubungkan USB port Data Acquisition ke PC Hubungkan USB port Data Acquisition ke PC

Nyalakan power supply on dan atur Operating Mode ke


Nyalakan power supply on dan atur Operating Mode ke Power Supply
Power Supply

Jalankan software LVDAC-EMS


Jalankan software LVDAC-EMS

Rangkai rangkaian seperti gambar 2-16


Rangkai rangkaian seperti gambar 2-6

Pada software, buka window power supply dan ikuti


setting-an yang tertulis
Pada software, buka window power supply dan ikuti
setting-an yang tertulis
Hitung reaktansi induktif XC dengan menggunakan nilai
C
Hitung reaktansi induktif XC dengan menggunakan nilai
C
Set metering E1 dan I1 untuk mencari rms

Set metering E1 dan I1 untuk mencari rms


Hitung XC dengan nilai E1 dan I1

Hitung XC dengan nilai E1 dan I1


Pada metering window, ukur rms dari EC dan IC

Pada metering window, ukur rms dari EC dan IC


Set osiloskop dan display VC dan IC

Set osiloskop dan display VC dan IC


Gunakan osiloskop untuk mencari T

Gunakan osiloskop untuk mencari T Buka phasor analyzer dan display input E1 dan I1. Catat
hasilnya

Buka phasor analyzer dan display input E1 dan I1. Catat Ulangi seluruh step untuk rangkaian 2 hingga rangkaian
hasilnya 7

Matikan power supply dan tutup software Matikan power supply dan tutup software
IV.HASIL DAN ANALISIS Metering
Percobaan 1
Rangkaian 1

Osi

Osiloskop

Phasor analyzer

Phasor analyzer

Rangkaian 2
Tabel 1. The Sine Wave
Rangkaian Parameter Nilai
I1/IS 0.324 A
E1/ER 97.28 V
1
Erms 97.28 V
Irms 0.32 A
I1 0.207 A
ER1 35.44 V
ER2 62.01 V
2 E3 97.45 V
Requi 471 Ω
IS 0.21 A
ER1+ER2 98.91 V

𝑅𝑒𝑞𝑢𝑖 = 𝑅1 + 𝑅2 = 171 + 300 = 471 Ω

𝐸𝑆 100
𝐼𝑆 = = = 0.21 𝐴
𝑅𝑒𝑞𝑢𝑖 471 Osi

𝐸𝑅1 = 𝐼𝑆 𝑅1 = 0.21𝑥171 = 35.91 𝑉


𝐸𝑅2 = 𝐼𝑆 𝑅2 = 0.21𝑥300 = 63 𝑉
𝐸𝑅1 + 𝐸𝑅2 = 98.91 𝑉

Analisis : Pada percobaan pertama kita melihat gelombang


sinus yang dihasilkan dalam tegangan bolak balik,pada
rangkaian pertama yaitu rangkaian yang menggunakan I1 dan
E1 yang pararel menggunakan 300 ohm, didapatkan hasil untuk
gelombangan tegangan dan gelombang arus terbaca di
oisloskop sedangkan untuk fasor sendiri tidak terbaca, mungkin
hal ini disebabkan karena adanya kesalahan dalam praktikum,
pada percobaan kedua yaitu rangkaian yang lebih komples dari
pertama yaitu tegangan, arus, dan frekuensi dalam rangkaian ac
seri, pada gambar osiloskop terlihat ada 2 gambar gelombang Phasor analyzer
tegangan dan 1 gambar gelombang arus dari kedua itu yang
tegangan E1 dan E2 sedangkan arus I1 , kenapa E3 tidak
muncul dalam osi, hal ini karena pada percobaan ini kita
mengukur yang seri saja sedangkan pada E3 pada rangkaian
kita pararel, pada phasor juga di dapatkan susut 0, beraarti
gelombang dimulai dari 0 atau gelombang sinus. Nilai Is di
dapat dengan membagi antara sumber dengan resistansi
eqivalen. Hal ini karena Is merupakan arus keseluruhan makan
sumberdibagi dengan r Eqivalen
Phase angle and phase shift
Rangkaian 1
Multi

Percobaan 2
metering
E2rms 65.14 V
T (E1) 0.016675 s
T (E2) 0.01667 s
θ (E1) 0.0°
θ (E2) -42.3°
E1 97.41 V
E2 43.39 V
E1rms 97.4 V
E2rms 43.39 V
2
T (E1) 0.01667 s
T (E2) 0.01667 s
θ (E1) 0.0°
θ (E2) 63.5°

Osiloskop Pada percbaan ini kita akan melihat pengaruh peletakan


inductor pada rangkaian, pada percobaan pertama terlihat nilai
dari E1 dan E2 dimana E1 pararel dengan sumber sedangkan E
2 melewati inductor, pada gambar osi terlhiat sinyal E2
melambat atau lagging dari E1, sedangkan pada percobaan 2
yang mengggunakan kapasito terlihat nilai dari gelombang E2
mendahului gelombang E 1 atau leading. Dari percobaan itu
dapat disimpulkan bahwa inductor dapat membuat gelombang
menjadi lebih kambat dan kapasitor dapat membuat gelombang
lebih cepat. Untuk kecepatan lambat atau cepatnya bis akita liat
pada gambar phasor. Pada percobaan pertama terlihat gambar
phasor bersudut -45 derajat hal ini berarti gelombang E 2
melambat sebesar 45 deajat sedangkan pada percobaan kedua
terlihat sudut sebesar 60 derajat hal ini berarti gelombang E2
lebih cepat sebesar 60 derajat.

Instantaneous power and average power


Phasor analyzer Rangkaian 1 (sumber AC)
metering

osiloskop

Tabel 2. Phase Angle and Shift


Rangkaian Parameter Nilai
E1 97.26 V
1 E2 65.75 V
E1rms 97.26 V
Osiloskop

Phasor analyzer

Rangkaian 2 (sumber DC)


Metering Tabel 3. Instantaneous Power and Average Power

Rangkaian Parameter Nilai


I1 0.564 A
E1 96.66 V
1. Sumber AC
P (E1, I1) 54.5 W
Pavg 54.5 W
Irms 0.56 A
Vrms 96.75 V
TPs 0.00833 s
FPs 120 Hz
I1 0.654 A
E1 112.1 V
P (E1, I1) 73.33 W
Pavg 73.33 W
2. Sumber DC
Irms 0.65 A
Vrms 112.12 V
TPs 0s
FPs 0 Hz
Pada percobaan ini kita akan melihat pengaruh dari rangkaian
bila menggunakan sumber tegangan yang berbeda, pada
percobaan pertama yang masih menggunakan rangkaian yang
sama dengan percobaan 1 terliihat ada 3 komponen gelombang
pada sumber Ac yaitu gelombang tegangan arus dan power,
pada power memilkiki frekuensi 2 kali lipat lebih besar hal ini osiloskop
berhubungan dengan rumus dayatetapi hanya memilki setengan
amplitude .untuk phasor sendiri menunjukan tidak adanya
perubahan phasa berarti ketiga gelombang tersebut sephasa
pada percobaan dengan suber tegangan dc terlihat tidak ada
frekuensi tidak ada sudut phasa dan gambar yang keluar pada
osiloskop hanya berupa garis lurus, selain itu hal ini juga
meunjukan bahwa tegangan lebih komples dari tegangan
dengan sumber DC

Percobaan 2
Reaktansi induktif L= 0.80

Phasor analyzer

Rangkaian 2 L = 1.60

multimeter

multimeter
terjadi karen sifat indukto sendiri merupakan pelambat arus,
untuk phasa nya hamper tertinggal 90 derajtat dari gelombang
tegangan, sedangkan pada percobaan kedua yang menggunakan
inductor sebesar 1.6 hendri atau 2 kali lipat lebih besar teihat
pengaruh yang di berikan , untuk phasa masih hampir sama
sinyal atau gelombang arur lagging sebesar hampir 90 derajat
tetapi ada perbedaan darii amplitude sinyal arus yang semakin
kecil, dari percobaan into dapat di simpukan bahwa nilai dari
induktif daoat membuat gelombang arsu lagging dan bial terlalu
besar juga dapat mempengaruhi nilai dari amplitude

reaktansi kapasitif
C =0.88
osiloskop

Phasor analyzer
Tabel 4. Inductive Reactance multimeter
Rangkaian Parameter Nilai
I1 0.322 A
E1 97.64 V
XL 305 Ω
1. L = 0.8 H IL 0.32 A
EL 97.64 V
Vrms 97.64 V
Irms 0.32 A
I1 0.16 A
E1 97.68 V
XL 610.37 Ω
2. L = 1.6 H IL 0.16 A
EL 97.47 V
Vrms 97.47 V
Irms 0.16 A

𝐸𝐿 97.64
𝑋𝐿1 = = = 305 Ω
𝐼𝐿 0.32
osiloskop
𝐸𝐿 97.66
𝑋𝐿2 = = = 610 Ω
𝐼𝐿 0.16

Pada percobaan ini kita akan akan melihat rangkaian yang


induktif fsn melihat pengaruh besarnya nilai inductor akan
mempengaruhi output gelombang, pada percobaan pertama
yang menggunakan inductor sebesar 0.8 H terlihat adanya
lagging pada arus hamper sebesar 90 derajat, kenapa hal ini bisa
Phasor analyzer
Percobaan 2 C = 4.4
Phasor analyzer

Tabel 5. Capacitive Reactance


Rangkaian Parameter Nilai
I1 0.324 A
E1 97.5 V
XC 304.68 Ω
1. C = 0.88 uF IC 0.32 A
EC 97.5 V
Vrms 97.5 V
Irms 0.32 A
I1 0.162 A
E1 97.5 V
XC 609.37 Ω
2. C = 4.4 uF IC 0.16 A
EC 97.5 V
Vrms 97.5 V
Irms 0.16 A
Multi meter
𝐸𝐶 97.69
𝑋𝐶1 = = = 305 Ω
𝐼𝐶 0.32

𝐸𝐶 97.69
𝑋𝐶2 = = = 610 Ω
𝐼𝐶 0.16
Pada percobaan ini yaitu nilai pengaruh nilai kapasitif pada
rangkaian atau output gelombang, pada kapasitor 0.88 uF
terlihat arus sudah leading hamoir sebesar 90 derajat , pada
kapasitor sebear 4.4 uF atau yang berarti lebih besar nilai
leading dari arus masih sama, yang berbeda ada pada besar aru
yang semakin besar hal ini dapat disimpukan bahwa percobaan
ini membuktikan bahwa nlai kapasitansi yang besar dapat
membuat perbesaran nilai dari arus dan untuk leading sudah
mento sampai 90 derajat.

1. Rangkaian 1 (dengan induktor=600 dan


capasitor=100)

osiloskop Multimeter
osiloskop b. Osiloskop

4. rangkaian 4 (resistor =200 capasitor=100)


a. multimeter
2. Rangkaian 2 (induktor= 100 capasitor= 600)
Multimeter

a. Osiloskop b.osiloskop

3. Rangkaian 3 (resitor =171 dan induktor=300)


a. Multimeter 5. rangkaian 5 (kapasitor= 300 induktor=200 resistor=171)
a. multi meter
b. osiloskop
b.osiloskop

6. rangkaian 6 (pararel resistor=171 nduktor=300)


a. multimeter Rangkaian parameter nilai
I1 0.195A

1 E1
Ix
Ex
Xequip
97.42V
0.20 A
97.45 V
487.25 Ω
Vrms 97.45 V
Irms 0.20 A
I1 0.194A

b.osiloskop
2 E1
Ix
Ex
Xequip
97.25V
0.19A
97.49V
513.10 Ω
Vrms 97.49 V
Irms 0.19 A
I1 0.269A

3 E1
Ix
Ex
Zohm
97.25V
0.27 A
97.28 V
360 Ω
Vrms 97.28 V
Irms 0.2 7A
I1 0.566A

7. rangkaian 7 (pararel resistor= 171 capasitor= 200)


a. multimeter
4 E1
Ix
Ex
Zohm
97.50V
0.57 A
97.50 V
171 Ω
Vrms 97.50 V
Irms 0.57 A
I1 0.421A
E1 97.00V
Ix 0.46A

5 Ex
Zohm
Vrms
Irms
96.98 V
487.25 Ω
97.45 V
0.42 A 1.
V .SIMPULAN
Gelombang sinus dapat di expresikan ke diagram
I1 0.657A phasor, seperti bila tegangan puncat akan di tulis do

6 E1
Ix
Ex
Zohm
96.60V
0.68 A
96.60 V
141 Ω
2.
diagram phasor sebesar 90 derajat sedangkan pada
lembah akan sebesar -90 derajat
Parameter parameter pada gelombang sinus seperti
phasor , sust, phasa, frekuensi dan perioda
Vrms 96.60 V 3. Konsep rms atau root meas square intinya mencari
Irms 0.68 A niali rata rata, untuk Langkah mecarinya
I1 0.795A dikuadratkan, lalu diambil rata-ratanya, kemudian

7 E1 96.62V diakarkuadratkan
Ix 0.8 A
Ex 97.13 V
Zohm 121.4 Ω
Vrms 97.13 V REFERENSI
Irms 0.8 A [1] Labdas Teknik Elektro ITERA. 2020. Modul 1 Praktikum Sistem Tenaga
Elektrik: Single Phase AC Circuits. Bandar Lampung.
Pada percobaan terakhir yaitu nilai impedansi didapatkan
nilai dari perhitungan dan percobaan yang tidak jauh berbeda. .[2] Data dari kelompok agung Setiawan dikarenakan
kelompok kami tidak ada yang bisa menginstal
Ini membuktikan bahwa teori yang dipelajari sudah benar.
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
INSTITUT TEKNOLOGI Lampiran SUMATERA
Jalan Terusan Ryacudu, Desa Way Hui, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan 35365
Telepon : (0721) 8030188, Email: pusat@itera.ac.id, Website: http://www.itera.ac.id

PRAKTIKUM SISTEM TENAGA ELEKTRIK


Lembar Pembagian Tugas

Modul :1
Nama Asisten / NIM : Agnis walentine (13117123)

Shift – Kelompok :A-3


Pembagian Tugas :
No Nama NIM Rincian Tugas
1. I Made Widhi Widana 118130009 Merangkai percobaan 1
2.
3.

Tugas : I Made Widhi Widana


1. Percobaan 1:
N Percobaan Link Video
o
1. Percobaan https://drive.google.com/drive/folders/1In2tqREZJRWVpJERilFKRMa4D15d2QIs?u
sin wave sp=sharing
2. Percobaan https://drive.google.com/drive/folders/1In2tqREZJRWVpJERilFKRMa4D15d2QIs?u
phase sp=sharing
3. Instantaneo https://drive.google.com/drive/folders/1In2tqREZJRWVpJERilFKRMa4D15d2QIs?u
us Power sp=sharing
and
Average
Power

2. Percobaan 2:
No Percobaan Link Video
1.
2.
3.
B

Anda mungkin juga menyukai