Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PENGARUH INOVASI PRODUK MELALUI KINERJA

PEMASARAN UNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN BERSAING


BERKELANJUTAN
(Studi kasus pada Industri Kecil dan Menengah Batik Pekalongan)

GINANJAR SUENDRO
Fakultas Margister Manajemen, UNDIP, Semarang
 
ABSTRAKSI
Penelitian  ini  menganalisis  faktor‐faktor  yang  mempengaruhi  inovasi  produk  sebagai  upaya 
mempengaruhi  kinerja  pemasaran  untuk  peningkatan  keunggulan  bersaing  berkelanjutan. 
Permasalahan  riset  bersumber  pada  2  (dua)  hal  yaitu  pertama  adalah  research  gap  dari  Baker  dan 
sinkula (1999), dengan han et al. (1998). Permasalahan kedua bersumber dari research problem yaitu 
kurangnya inovasi produk (dari pra survei). 
Dari permasalahan diataslah yang mendasari dilakukan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui 
faktor‐faktor  yang  mempengaruhi  inovasi  produk  yang  nantinya  mempengaruhi  kinerja  pemasaran 
dan  akhirnya  pada  terbentuknya  keunggulan  bersaing  berkelanjutan.  Dalam  penelitian  ini 
dikembangkan  suatu  model  teoritis  dengan  mengajukan  enam  hipotesis  yang  akan  diuji  dengan 
menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan menggunakan software AMOS 16. Responden 
yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  diambil  dari  responden  pengusaha  batik  berjumlah  114 
responden.  
Hasil dari pengolahan data SEM untuk model penuh telah memenuhi kriteria goodness of fit 
sebagai berikut, nilai chi square =170,190; probability = 0,067; GFI = 0,862; AGFI = 0,817; CFI = 0,979; 
TLI  =  0,975;  RMSEA  =  0,040;  CMIN/DF  =  1,182.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan  bahwa  model  ini 
layak  untuk  digunakan.  Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  inovasi  produk  dapat  ditingkatkan 
dengan meningkatkan orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan koordinasi lintas fungsi. Selanjutnya, 
inovasi  produk  yang  semakin  tinggi  akan  mempengaruhi  kinerja  pemasaran  dan  selanjutnya 
meningkatkan keunggulan bersaing berkelanjutan. 
 
 
Kata Kunci :   orientasi pelanggan, orientasi pesaing, koordinasi lintas fungsi, inovasi produk, kinerja
pemasaran dan keunggulan bersaing berkelanjutan

Latar Belakang dagang. Perkembangan yang dipicu oleh


Asal mulanya batik dalam buku hilangnya kain asal di India dan
Batik Fabled Cloth Of Java, disebutkan munculnya pasar baru seiring dengan
bahwa batik telah diperdagangkan di munculnya sejumlah kelas menengah baru
wilayah nusantara mulai tahun 1840, tetapi di wilayah Indonesia sebagai akibat
kemungkinan ini bisa lebih awal lagi. pemberlakuan kebijakan tanam paksa
Hanya sejak saat itu, dapat disebutkan (cultivation system) oleh Belanda.
bahwa di wilayah nusantara telah Kalangan pedagang ini pada awalnya
berkembang perdagangan batik yang pesat. hanya memesan batik pada pengrajin batik
Kalangan pedagang keturunan, terutama yang saat itu banyak tersebar di desa-desa.
keturunan Cina dan Arab yang banyak Praktek pemesanan batik oleh kalangan
tinggal di wilayah pesisir terdorong untuk keturunan asing kepada pengrajin yang ada
menjadikan batik sebagai komoditas di wilayah pedesaan ini telah berlangsung

  1
sejak sebelum VOC. Menurut Heringas menghasilkan ciri batik Pekalongan
dan Veldhuisen seorang keturunan mutakhir.
belanda, batik pesisir terbagi menjadi Batik Solo terkenal dengan corak dan pola
delapan model : tradisionalnya batik dalam proses cap
1. Batik pesisir tradisional yang merah maupun dalam batik tulisnya. Bahan-
bahan yang dipergunakan untuk
biru pewarnaan masih tetap banyak memakai
bahan-bahan dalam negeri seperti soga
2. Batik hasil pengembangan pengusaha Jawa yang sudah terkenal sejak dari
dahulu. Polanya tetap antara lain terkenal
keturunan, khususnya Cina dan indo dengan “Sidomukti” dan “Sidoluruh”.
Intensitas kompetisi di pasar dapat
Eropa mendorong perusahaan batik untuk
mengupayakan inovasi yang tinggi guna
3. Batik yang dipengaruhi kuat oleh meraih keunggulan yang kompetitif yang
berkelanjutan atas pesaingnya karena dapat
Belanda menghasilkan kinerja pemasaran yang
optimal, sehingga dengan inovasi dapat
4. Batik yang mencerminkan kekuasaan memperluas basis pasar lokal dan
ditingkatkan untuk preferensi lokal
kolonial tertentu. Inovasi juga akan mempengaruhi
pilihan strategi pemasaran sebuah
5. Batik hasil modifikasi pengusaha Cina perusahaan batik sehingga produk
perusahaan batik menjadi lebih baik dari
yang ditujukan untuk kebutuhan segi kualitas, kuantitas dan nama
mereknya yang akan membawa
kalangan Cina perusahaan batik kepada keunggulan
bersaing berkelanjutan pada akhirnya.
6. Kain panjang Keunggulan bersaing

7. Batik hasil pengembangan dari model berkelanjutan merupakan nilai yang

batik merah biru mampu diciptakan oleh perusahaan untuk

8. Kain adat konsumennya. Secara terus menerus.

Sampai dengan hari ini Pekalongan Keunggulan bersaing berkelanjutan ini


dikenal sebagai kota penghasil batik
dengan ciri-ciri motif flora, fauna, dan dapat dilihat dari ketepatan perusahaan
sebagian geometris, warna-warni, disain
batik tidak terpaku dengan pakem, seperti dalam menyediakan produk dipasar dan
pada batik Solo dan Jogjakarta. Pengaruh
budaya Cina, Arab, indo eropa dan respon terhadap keluhan konsumen seperti
bagaimana penduduk pribumi menemukan
cara baca baru terhadap osmose budaya itu kualitas produk, kebutuhan konsumen,

  12
pengusaan pasar baru serta adanya inovasi dan Yogya sehingga penerusan

produk secara terus menerus (Helmi penyelesaian batik dilakukan oleh

Aditya, 2004:311). pembatik Solo dan Yogya )

Pelanggan umumnya • Pembelian bahan baku pada


menginginkan produk-produk yang
inovatif sesuai dengan keinginan mereka. periode yang lalu bisa dengan
Bagi usaha kecil dan menengah (UKM),
keberhasilan dalam pengembangan inovasi tempo yang cukup panjang (2, 3, 4
produk baru berarti UKM tersebut
selangkah lebih maju dibanding dengan bulan) tetapi pada saat ini pihak
pesaingnya. Hal ini menuntut kepandaian
UKM dalam mengenali selera pabrik/ pedagang besar/ distributor
pelanggannya sehingga pengembangan
inovasi produk yang dilakukannya pada memberikan waktu yang cukup
akhirnya memang sesuai dengan keinginan
pelanggannya. Dengan demikian singkat bahkan sering terjadi
pengembangan inovasi produk harus betul-
betul direncanakan dan dilakukan dengan secara cash(harus membayar
cermat.
Adanya perubahan-perubahan secara tunai) sehingga dibutuhkan
yang terjadi didalam industri batik
pekalongan menjadi pilihan adalah uang untuk membayarnya
kurangnya inovasi produk hal ini diperoleh
dari dilakukannya pra survey dengan • Para UKM terbelenggu oleh
menggunakan 30 pengusaha batik hal ini
sudah sesuai dengan distribusi normal rutinitas yang terus menerus sama
sehingga sudah valid. Kesimpulan dari pra
survey kurangnya inovasi produk sebagai sehingga kurang inovasi
berikut :
• Inovasi terpenggal oleh • Para pembatik sering dibiarkan

tergiurnya akan uang tunai ( sering membatik sesuai dengan selera

terjadi para UKM yang sedang keinginan para pemilik dana

merancang desain batik karena • Pemilik usaha batik tidak berani

kebutuhan uang tunai sangat tinggi memberikan kelonggaran kepada

maka ditawarkan pembatik yang para pembatik disebabkan biaya

ada diluar pekalongan antara Solo yang dikeluarkan terlalu besar

  13
• Harga bahan baku yang relatif 2)    Apa  inovasi  produk 

tinggi menyebabkan para berpengaruh  terhadap  kinerja 

pengusaha batik maupun pembatik pemasaran? 

takut berinovasi karena biaya 3)    Apa  kinerja  pemasaran 


cukup mahal
berpengaruh  terhadap 
• Kebanyakan para pembatik
keunggulan  bersaing 
ilmunya didapat dari warisan
berkelanjutan? 
orang tua bukan berdasarkan
 
pendidikan mengenai perbatikan Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Perumusan Masalah
Masalah  penelitiannya  adalah  1. Menganalisis pengaruh orientasi
kurangnya inovasi produk batik. Rumusan 
masalah  dalam  penelitian  ini  yaitu  apa  pelanggan terhadap inovasi
faktor‐faktor  yang  dapat  meningkatkan 
produk.
inovasi  produk  untuk  menghasilkan 
kinerja  pemasaran  yang  optimal  sehingga 
2. Menganalisis pengaruh orientasi
akan  tercapai  keunggulan  bersaing 
berkelanjutan. Pertanyaan untuk research  pesaing terhadap inovasi produk.
gapnya  :  bagaimana  orientasi  pelanggan, 
orientasi  pesaing  dan  koordinasi  lintas‐ 3. Menganalisis pengaruh
fungsi  dapat  meningkatkan  kinerja 
pemasaran  Adapun  perumusan  tersebut  koordinasi lintas-fungsi terhadap
jika  dijabarkan  secara  rinci  dalam 
pertanyaan  penelitian  adalah  sebagai  inovasi produk.
berikut : 
1)    Apa  orientasi  pelanggan,  4. Menganalisis pengaruh inovasi

orientasi pesaing dan koordinasi  produk terhadap kinerja

lintas‐fungsi  dapat  pemasaran.

5. Menganalisis pengaruh kinerja


mempengaruhi  inovasi produk? 
pemasaran terhadap keunggulan

bersaing berkelanjutan.

  14
Telaah Pustaka Dan Pengembangan merupakan budaya organisaasi yang
Model memiliki karakteristik untuk selalu
memberikan nilai yang unggul (superior
Orientasi Pelanggan value) kepada pelanggan (Raharso, 2006).
Orientasi pelanggan (customer Prakosa (2005) menyatakan bahwa
orientation) diartikan sebagai pemahaman orientasi pasar berpengaruh positif tetapi
yang memadai terhadap pembeli sasaran, tidak signifikan terhadap kinerja
sehingga superior value dapat diberikan permasaran. Akan tetapi dalam
secara terus menerus, menurut Narver & penelitiannya tersebut dinyatakan bahwa
Slater (1990) Pemahaman disini mencakup orientasi pelanggan berpengaruh signifikan
pemahaman terhadap seluruh rantai nilai terhadap kinerja pemasaran, melalui
pembeli, baik pada saat terkini maupun inovasi produk sebagai variabel
pada perkembangannya di masa yang akan intervening. Mengingat didalam orientasi
datang. Pemahaman yang menyeluruh pasar terdapat pula orientasi pelanggan dan
terhadap rantai nilai pembeli dapat dicapai inovasi termasuk di dalamnya inovasi
melalui perolehan informasi tentang produk maka dapat diajukan hipotesis
pelanggan dan pengetahuan terhadap pertama dalam penelian ini sebagai berikut
hambatan politis dan ekonomis yang :
dihadapi oleh setiap tingkatan dalam H1: Orientasi pelanggan memiliki
saluran distribusi, Narver & Slater (1990). pengaruh positif terhadap inovasi
Pemahaman menyeluruh seperti ini produk.
menjadikan penjual (seller) memahami
siapa saja para pelanggan potensialnya, Orientasi Pesaing
baik pada saat ini maupun pada masa yang Orientasi pesaing berarti
akan datang, apa yang diinginkan mereka pemahaman yang dimiliki penjual dalam
pada saat ini dan pada saat mendatang, memahami kekuatan-kekuatan jangka
serta apa yang dirasakan mereka pada saat pendek, kelemahan-kelemahan,
ini maupun apa yang mungkin mereka kapabilitas-kapabilitas dan strategi-strategi
rasakan di saat yang akan datang, Dicky jangka panjang baik dari pesaing utama
Imam Prasetya (2002). Slater & Narver (Day adan Wensley 1988, Potter 1980,
(1998) mengemukakan kesulitan yang 1985). Oleh karena itu tenaga penjualan
akan dihadapi oleh perusahaan yang hanya harus berupaya untuk mengumpulkan
memusatkan perhatiannya pada pelanggan informasi mengenai pesaing dan membagi
yang ada (existing customers), selain informasi itu pada fungsi-fungsi lain dalam
kecenderungan bersikap reaktif dan hanya perusahaan dan mendiskusikan dengan
mempunyai fokus jangka  pendek, namun pimpinan perusahaan bagaimana kekuatan
juga apa yang disebut sebagai “tyranny of pesaing dan stategi yang mereka lakukan.
the served market” yang mencerminkan Telah dikembangkan pula dasar
kecenderungan para manajer untuk penelitian yang mendalam dan menyatakan
memandang dunia menurut kacamata bahwa manajer mengidentifikasi pesaing-
pelanggan semata. pesaingnya tidak secara individu,
Beberapa ahli berpendapat bahwa melainkan dengan menempatkan diri
kedudukan orientasi pelanggan sama mereka ke dalam suatu kategori kompetitif
pentingnya dengan komponen orientasi (Wirasati, 2005, h. 282)..
pasar yang lain, yaitu orientasi pesaing dan Masih berpijak pada pendapat
koordinasi antar fungsi. Orientasi pasar Han et al. (1998) yang menyatakan bahwa

  15
orientasi pesaing berpengaruh positif tetapi perubahan desain, komponen dan
tidak signifikan terhadap kinerja arsitektur produk. Drucker (1954, dalam
perusahaan. Akan tetapi dalam Berthon dkk 1999) menyatakan bahwa
penelitiannya tersebut dinyatakan bahwa inovasi produk merupakan satu hal yang
orientasi pesaing berpengaruh signifikan potensial untuk menciptakan pemikiran
terhadap kinerja pemasaran, melalui dan imajiinasi orang yang pada akhirnya
inovasi sebagai variabel intervening, maka menciptakan pelanggan. Menurut
dalam penelitian ini akan dilakukan Dourgerty (1996) inovasi produk
pengujian hipotesis kedua yaitu : merupakan suatu cara yang penting bagi
H2 : Orientasi pesaing memiliki pengaruh perusahaan agar tetap dapat beradaptasi
positif terhadap inovasi produk. dengan pasar, teknologi, serta pesaingan.
Wahyono (2002) mengajukan dua
konsepsi inovasi yaitu 1) keinovatifan dan
Koordinasi Lintas Fungsi 2) kapasitas untuk berinovasi. Keinovasian
Banyak penelitian-penelitian adalah fikiran tentang keterbukaan utuk
terhadap kesuksesan dan kegagalan dari gagasan baru sebagai sebuah kultur
pengembangan produk yang menyatakan perusahaan. Sedangkan kapasitas untuk
bahwa level dari koordinasi antara berinovasi adalah kemampuan perusahaan
pemasaran dengan litbang akan untuk menggunakan atau menerapkan
mempengaruhi tingkat kesuksesan gagasan, proses, atau produk baru secara
pengembangan produk. Proses berhasil.
pengembangan produk akan semakin Berpijak pada batasan penelitian
berhasil apabila hubungan antara bagian ini yang membahas tentang inovasi produk
pemasaran dengan litbang harmonis, baru, maka konsepsi inovasi yang tepat
artinya tiap-tiap bagian saling digunakan adalah kapasitas berinovasi,
menghormati satu dengan yang lain, sama- lebih khusus pada inovasi teknis. Inovasi
sama merasa yakin bahwa tiap-tiap bagian teknis memiliki pengaruh kuat dan positif
memiliki kompetensi di bagiannya masing- terhadap kinerja permasaran (Wahyono
masing, sama-sama merasa saling 2002, hal 30). Demikian pula penelitian
bergantung satu dengan yang lain, dan Prakosa (2005: 51) membuktikan bahwa
tiap-tiap bagian harus saling percaya dan untuk memperoleh keunggulan bersaing,
terbuka satu dengan yang lain (Sitorus, kinerja permasaran dipengaruhi oleh
2004). orientasi pasar, orientasi pembelajaran dan
Berdasarkan penelitian terdahulu inovasi. Inovasi juga dapat bertindak
yang telah diuraikan diatas maka hipotesis sebagai variabel intervening dari orientasi
ketiga yang diajukan adalah : pasar dan orientasi pembelajaran terhadap
H3 : koordinasi lintas-fungsi kinerja perusahaan.
memiliki pengaruh positif Didasari hasil penelitian terdahulu,
terhadap inovasi produk.  maka hipotesis yang diajukan adalah:
H4: Inovasi produk memiliki pengaruh
Inovasi Produk positif terhadap kinerja pemasaran.
Nelly dkk (2001) berpendapat
bhawa inovasi produk menunjukkan pada Kinerja Pemasaran
pengembangan dan pengenalan produk Kinerja pemasaran merupakan
baru atau dikembangkan yang berhasil di konsep untuk mengukur prestasi
pemasaran. Inovasi produk dapat berupa pemasaran suatu produk (Permadi, 1998).

  16
Kinerja pemasaran merupakan konstruk terdiri dari keunggulan biaya relative
atau faktor yang umum digunakan untuk rendah dan keunggulan nilai bagi
mengukur dampak dari sebuah strategi pelanggan.
perusahaan. Strategi perusahaan selalu Merujuk pada Day dan Wensley
diarahkan untuk menghasilkan kinerja, (1988) serta Bharadwaj (1993), maka
baik berupa kinerja pemasaran ( seperti indikator keunggulan bersaing
volume penjualan, porsi pasar atau market berkelanjutan yang digunakan adalah
share dan tingkat pertumbuhan penjualan) bernilai, berbeda dengan yang lain dan
maupun kinerja keuangan (Ferdinand, tidak mudah digantikan.
2002). Untuk itu ukuran yang sebaiknya Kerangka Pemikiran Teoritis
digunakan adalah ukuran yang bersifat Berdasarkan telaah pustaka
activity based measure yang dapat yang menjelaskan bahwa pengembangan
menjelaskan aktivitas-aktivitas pemasaran inovasi produk baru dipengaruhi oleh
yang menghasilkan kinerja pemasaran orientasi pelanggan, orientasi pesaing dan
tersebut (Ferdinand, 2000). koordinasi lintas-fungsi. Dimana
Berdasarkan penelitian Prakosa pengembangan inovasi produk ini akan
(2005) ada pengaruh yang positif antara mempengaruhi kinerja pemasaran, maka
kinerja pemasaran dengan keunggulan kerangka pemikiran teoritis yang dapat
bersaing berkelanjutan, serta hasil-hasil dikembangkan adalah seperti pada gambar
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang 1 berikut ini :
diajukan dalam penelitian ini adalah:
H5: Kinerja pemasaran memilki pengaruh e1
1 e2
1 e3
1
positif terhadap keunggulan bersaing x1 x2 x3
berkelanjutan. 1

Orientasi Pelanggan

Keunggulan Bersaing Berkelanjutan e13


1
e14
1
e15
1
e16
1
Z3

Keunggulan bersaing menurut Z1


1
adalah cara terpenuhi jika pelanggan x13 x14 x15 x16
1 1
e4 x4 1
memperoleh perbedaan yang konsisten 1 Keunggulan Bersaing
dalam attribute yang terpenting dari e5 x5
1 Orientasi pesaing Inovasi Produk
1
Kinerja Pemasaran Berkelanjutan
1
produk yang dihasilkan dibandingkan e6 x6
1 1

pesaingnya, dimana perbedaan tersebut x10


1
x11
1
x12
1 Z2
merupakan dampak langsung dari Koordinasi Lintas Fungsi
x17 x18 x19
e10 e11 e12
kesenjangan/ kemampuan antara produsen 1
1 1 1

dan pesaingnya. Perusahaan yang e17 e18 e19


melakukan inovasi berkelanjutan x7 x8 x9
1 1 1
dipandang sebagai sumber keunggulan
bersaing (Prakosa, 2005) e7 e8 e9

Pengukuran keunggulan bersaing


dalam penelitian Day dan Wensley (1988)
Metode Pengumpulan Data
menyatakan ada dua pijakan dalam
Metode pengumpulan data yang
mencapai keunggulan bersaing, pertama
digunakan dalam penelitian ini adalah
adalah keunggulan sumber daya yang
kuesioner (angket). Kuesioner dapat
terdiri dari keunggulan keahlian dan
berupa pertanyaan terbuka yang meliputi
keunggulan dalam bahan baku, kemudian
identitas responden dan pertanyaan
yang kedua adalah keunggulan posisi yang
tertutup disertai alternatif jawaban

  17
sehinggan responden tinggal memilih salah sablon, 22 sampel batik kombinasi.
satu dari alternatif jawaban tersebut Adapun responden dipilih pengusaha
(Sugiyono, 1999, p.40). batik/ orang yang memiliki kewenangan
Responden diminta untuk mengisi mengambil keputusan perusahaan.
jawaban kuesioner dengan cara
memberikan tanda check ( √ ) pada skala
Analisis Data Dan
pengukuran yang tercantum dibawahnya
Pembahasan
sesuai dengan penilaian yang dirasakan
paling benar oleh responden atas
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner.
Skala pengukuran yang digunakan dalam
kuesioner tersebut mempunyai skor antara
1-7 dengan alasan penilaian ini telah
umum digunakan oleh masyarakat di
Indonesia.

Populasi dan Sampel


Dalam penelitian ini populasi obyek
penelitian ini adalah semua pengusaha
batik di Pekalongan, baik industri kecil
maupun menengah yang berjumlah 690
perusahaan. Alasan dipilihnya pengusaha
batik sebagai responden karena pengusaha
batik adalah orang yang mengetahui arah
S C
kerja dan kebijakan serta orang yang Est
. .
L
ima P ab
bertanggung jawab atas seluruh aktivitas te
E R
el
. .
usaha batik. Pengambilan sampel dengan
.0
menggunakan metode purposive sampling. Inovasi_P
<---
Orientasi_Pel
.315 .098 3.219 0
par_
roduk anggan 14
Metode purposive sampling adalah teknik 1
pengambilan sampel dengan berdasarkan Inovasi_P Orientasi_Pes
*
par_
<--- .399 .100 3.994 *
pertimbangan tertentu, dimana sampel roduk aing
*
15
dipilih dengan syarat-syarat yang Koordinator_ .0
Inovasi_P par_
dipandang memiliki ciri-ciri esensial yang roduk
<--- Lintas_Fungs .262 .105 2.499 1
16
i 2
relevan dengan penelitian (Soeratno dan *
Arsyad L, 1999). Dengan demikian, dari Kinerja_P Inovasi_Prod par_
<--- .937 .127 7.367 *
emasaran uk 17
sampel yang dipilih yang memenuhi syarat *
yakni batik tulis, batik cap, batik sablon, *
Keung_B Kinerja_Pem par_
<--- .885 .118 7.467 *
batik kombinasi. Menurut Hair et al (1995) ers_Berkl asaran
*
18
jumlah sampel yang ideal untuk SEM X1 <---
Orientasi_Pel
1.000
adalah antara 100-200 sehingga ukuran anggan
*
sampel minimum adalah sebanyak 5-10 X2 <---
Orientasi_Pel
.874 .098 8.894 *
par_
observasi untuk setiap indikator. Dengan anggan 1
*
demikian jika estimasi indikator berjumlah Orientasi_Pel
*
par_
X3 <--- .922 .100 9.193 *
19, maka jumlah sampel adalah 114 anggan
*
2
sampel yang terdiri dari 22 sampel batik Orientasi_Pes
X4 <--- 1.000
tulis, 26 sampel batik cap, 22 sampel batik aing
X5 <--- Orientasi_Pes 1.107 .144 7.682 * par_

  18
S C TLI 0,95≤ 0,975 Baik
Est L TLI <1,0
. .
ima P ab
E R CFI 0,95≤ 0,979 Baik
te el
. . CFI <1,0
aing * 3
*
Orientasi_Pes
*
par_
Pembahasan
X6 <--- 1.125 .137 8.204 *
aing 4
* H1 : orientasi pelanggan
X7 <---
Koordinator_
1.000 memiliki pengaruh positif terhadap inovasi
Lintas_Fung
*
produk.
Koordinator_ par_ Berdasarkan data dari hasil
X8 <--- .837 .108 7.754 *
Lintas_Fung 5
* pengolahan data diketahui bahwa nilai C.R
* (Critical Ratio) untuk pengaruh antara
Koordinator_ par_
X9 <--- 1.071 .131 8.194 *
Lintas_Fung 6 variabel orientasi pelanggan adalah sebesar
*
X10 <---
Inovasi_Prod
1.000
3,219 dengan nilai P (Probability) sebesar
uk 0,000. Kedua nilai ini menunjukkan hasil
*
X11 <---
Inovasi_Prod
.880 .115 7.621 *
par_ yang memenuhi syarat, yaitu diatas 1,96
uk 7
* untuk C.R (Critical Ratio) dan dibawah
Inovasi_Prod
*
par_ 0.05 untuk nilai P (Probability). Sehingga
X12 <--- .846 .111 7.641 *
uk
*
8 dapat dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1
Kinerja_Pem pada penelitian ini dapat diterima.
X13 <--- 1.000
asaran
* H2 : orientasi pesaing memiliki
Kinerja_Pem par_
X14 <--- 1.002 .121 8.257 *
asaran
*
9 pengaruh positif terhadap inovasi produk.
Kinerja_Pem
*
par_
Berdasarkan hasil dari
X15 <--- 1.047 .111 9.416 * pengolahan data diketahui bahwa nilai C.R
asaran 10
*
*
(Critical Ratio) untuk hubungan antara
Kinerja_Pem par_ orientasi pesaing dengan inovasi produk
X16 <--- .991 .114 8.679 *
asaran 11
* adalah sebesar 3,994 dengan nilai P
Keung_Bersa
X17 <---
ing_Berk
1.000 (Probability) sebesar 0,000. Kedua nilai
* ini menunjukkan hasil yang memenuhi
Keung_Bersa 10.65 par_
X18 <---
ing_Berk
1.075 .101
6
*
12 syarat, yaitu di atas 1,96 untuk C.R
*
(Critical Ratio) dan dibawah 0,05 untuk
*
X19 <---
Keung_Bersa
.838 .096 8.693 *
par_ nilai P (Probability). Sehingga dapat dapat
ing_Berk 13
* disimpulkan bahwa hipotesis II pada
  penelitian ini dapat diterima.
HASIL PENGUJIAN
KELAYAKAN FULL MODEL H3 : koordinasi lintas-fungsi
Goodness Cut-off Hasil Evaluasi memiliki pengaruh positif terhadap inovasi
of Fit Value Olah model
Index Data produk.
Chi- <173,004 170,190 Baik Berdasarkan hasil dari pengolahan
Square data diketahui bahwa nilai C.R (Critical
Probability >0,05 0,067 Baik
RMSEA ≤0,08 0,040 Baik Ratio) untuk pengaruh antara koordinator
lintas fungsi dengan inovasi produk adalah
GFI 0,90≤GFI 0,862 Marjinal
<1,0 sebesar 7,367 dengan nilai P (Probability)
AGFI 0,90≤AGFI 0,817 Marjinal sebesar 0,012. Kedua nilai ini
<1,0
menunjukkan hasil yang memenuhi syarat,
CMIN/DF <2,00 1,182 Baik

  19
yaitu diatas 1,96 untuk C.R (Critical 4. Dengan memberikan potongan-
Ratio) dan dibawah 0,05 untuk nilai P potongan harga bagi pelanggan yang
(Probability). Sehingga dapat dapat loyal
disimpulkan bahwa hipotesis III pada 5. Dengan memberikan kartu member
terhadap pelanggan yang loyal
penelitian ini dapat diterima.
6. Dengan melakukan kebijakan
penggantian produk-produk yang
H4 : Inovasi produk memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja cacat
pemasaran. 7. Membuka counter-counter batik
8. Dengan membuat buku laporan dari
Berdasarkan hasil dari pengolahan
pelanggan
data diketahui bahwa nilai C.R (Critical
9. Dengan membuat iklan-iklan promosi
Ratio) untuk pengaruh antara inovasi
batik di koran
produk dengan kinerja pemasaran adalah
10. Dengan melakukan pembaruan
sebesar 7,367 dengan nilai P (Probability)
produk-produk yang unik
sebesar 0,000. Kedua nilai ini 11. Dengan melakukan riset tentang tren
menunjukkan hasil yang memenuhi syarat, batik
yaitu diatas 1,96 untuk C.R (Critical 12. Menampung semua masukan-
Ratio) dan dibawah 0,05 untuk nilai P masukan pelanggan dan
(Probability). Sehingga dapat dapat diimplementasikan respon yang
disimpulkan bahwa hipotesis IV pada bernilai positif
penelitian ini dapat diterima.
13. Menggali dan mencari ide-ide yang
unik
H5 : kinerja pemasaran 14. Dengan melakukan edukasi ke kaum
memiliki pengaruh positif dengan pemuda mengenai arti pentingnya
keunggulan bersaing berkelanjutan.
menjaga kelestarian salah satu budaya
Berdasarkan hasil dari pengolahan
bangsa dengan memakai baju batik
data diketahui bahwa nilai C.R (Critical
15. Dengan mengadakan kegiatan-
Ratio) untuk pengaruh antara kinerja
kegiatan yang menciptakan
pemasaran dengan keunggulan bersaing kekeluargaan antar bagian didalam
berkelanjutan adalah sebesar 7,467 dengan ukm seperti : menanam sejuta pohon
nilai P (Probability) sebesar 0,000. Kedua di lingkungan ukm dan lingkungan
nilai ini menunjukkan hasil yang mereka
memenuhi syarat, yaitu diatas 1,96 untuk 16. Dengan menciptakan hubungan
C.R (Critical Ratio) dan dibawah 0,05 relationship ke sesama pengusaha
untuk nilai P (Probability). Sehingga dapat batik maupun pelanggan
dapat disimpulkan bahwa hipotesis V pada 17. Dengan melakukan bakti sosial
penelitian ini dapat diterima. 18. Dengan melakukan perbaikan
kebijakan manjemen tentang
Implikasi Manajerial pengaturan aktivitas
19. Dengan membuat aturan tentang
1. Dibuat data base tentang pelanggan pengaturan antar anggota ukm yang
2. Disediakan kertas utk menulis kritik dibuat secara bersama-sama
dan saran untuk pelanggan 20. Diberikan edukasi tentang arti
3. Dengan melakukan survei pasar pentingnya menciptakan hal-hal baru
terhadap selera konsumen terhadap yang unik yang disukai oleh
batik konsumen dan mengikuti training-

  20
training yang dilakukan perbankan weding dan bekerja sma dalam event-
dalam pengembangan perbatikan eventnya
21. .diberikan edukasi arti pentingnya
motif-motif yang unik dan baru agar 35. Menggali ide-ide cemerlang untuk
konsumen tidak bosen dan mengikuti menciptakan motif yang baru dan unik
training-training yang dilakukan 36. Meberikan dedikasi yang tinggi untuk
menciptakan model batik yang unik
perbankan dalam pengembangan
dan berkualitas dan bernilai seni
perbatikan tinggi
22. Perbaikan manajemen perbatikan 37. Meciptakan produk-produk batik yang
yang dirasa buruk dalam rencana baru dan unik yang tidak bisa ditiru
perluasan lini produk 38. Membuat aturan yang jelas tentang
23. Diberikan edukasi perencanaan yang perlindungan pengusaha-pengusaha
fleksibel didalam menjalankan batik dalam negeri dan memperkuat
perbatikan solidaritas pengusaha-pengusaha batik
24. Mendaftarkan merek yang sudah ada dalam negeri
dan di sosialisasikan dengan para agen
yang bisa dipercaya
39. Terus menerus mengasah kemampuan
25. Dibuat perkumpulan pemilik-pemilik untuk menciptakan batik-batik yang
batik dan dibuat aturan tentang bernilai seni bagus
larangan meniru produk batik yang 40. Pemberian kredit yang lunak dan
sudah ada mudah bagi pengusaha batik yang
26. Melakukan survei pasar terhadap ingin mengembangkan batikny
batik yang sedang tren dan
menciptakan tren sendiri yang unik Keterbatasan Penelitian
27. Mengecek tingkat kecacatan produk-
produk batik yang sudah ada Keterbatasan yang diperoleh
28. Promosi-promosi bagi pelanggan yang dalam penelitian ini dan untuk dapat
loyal yang membeli diberikan gratis diperbaiki dalam penelitian mendatang
beberapa baju atau potongan harga adalah berkaitan dengan jumlah saham
yang diterbitkan nampaknya juga akan
29. Memperbanyak link-link relasi dan mempengaruhi harga saham perdana,
menjaga relationship yang baik sehingga dalam hal ini nampaknya
kesemua orang variabel kontrol jumlah saham perdana
30. Aktif dalam pameran-pameran yang diterbitkan dapat dijadikan sebagai
variabel kontrol.
31. Dengan mengikuti pameran-pameran
internasional yang diadakan Agenda Penelitian Mendatang
pemerintah di luar negeri Penelitian lanjutan dapat
32. Dengan menciptakan model batik dilakukan dengan melihat keterbatasan-
yang unik dengan harga yang keterbatasan pada penelitian ini adalah
terjangkau dalam pengujian analisis SEM masih
33. Dengan melakukan kerjasama- terdapat uji kelayakan model yang
kerjasama event-event dengan
marjinal, hal ini berarti masih ada variabel
perusahaan yang masih ada
hubungannya dengan pakaian. yang perlu dimasukkan sehingga penulis
34. Memperbanyak link relasi menyarankan untuk manambahkan
keperusahaan yang bergerak pada
variabel-variabel laten yang lain seperti
faktor lingkungan, orientasi strategik.

  21
No1 Program Magister Manajemen .
Universitas Diponegoro.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Helmi, 2004. “Analisis Pengaruh Husnie, M, Nafies, 2005, “Analisis
Merk, Orientasi Strategik, Dan Pengaruh Pembelajaran Pelanggan,
Inovasi Terhadap Keunggulan Pesaing Dan Integrasi Lintas Fungsi
Bersaing (Studi pada UKM Perusahaan Terhadap Kesuksesan
Tanggulangin di Kota Sidoarjo)” . Produk Baru”, Jurnal Sains
Jurnal Sains Pemasaran Pemasaran Indonesia, Vol 4, No 1.
Indonesia, Vol III, No 3
Program Magister Manajemen . Im, Subin dan John P. Workman Jr.
Universitas Diponegoro. (2004), “Market Orientation,
Creativity, and New Product
Dwiyono, 2006. “Studi Mengenai Inovasi Performance in High-Technology
Produk Dan Kinerja Pemasaran”, Firms”, Journal of Marketing, Vol.
Jurnal Sains Pemasaran 68 (April 2004)
Indonesia, Vol V, No 3 Program
Magister Manajemen . Universitas
Diponegoro. Jaworski, Bernard J., Ajay K. Kohli, 1993,
“Market Orientation: Antecedents
Day dan Wensley, 1988. “Assessing and Consequences”, Journal of
Advantages : A Framework for Marketing, Vol. 57, p.53-70
Diagnosing Competitive
Superiority, Journal Marketing, Khamidah, Nur, 2005. ”Analisis Pengaruh
Vol 52, No. 2 Program Magister Faktor Lingkungan Terhadap
Manajemen . Universitas Inovasi Produk dan Kreativitas
Diponegoro. Strategi Pemasaran Terhadap
Kinerja Pemasaran (Studi pada
Han et al, 1998. “ Market Orientation, Perusahaan Kerajinan Keramik di
Innovativeness, Product Sentra Industri Kasongan
Innovation and Performance in Kabupaten Bantul, Yogyakarta).
Small Firm”. Journal of Small Jurnal Sains Pemasaran
Bussiness Management Vol 42 Indonesia, Vol IV, No 3 Program
NO.2. Program Magister Magister Manajemen . Universitas
Manajemen . Universitas Diponegoro.
Diponegoro.
Maun, Matius, Ariyani, 2002, ”Hubungan
Howard, M, Sitorus, Fredrich, 2004, Organizational Learning,
”Analisis Pengaruh Kompetensi Informasi Pasar, Inovasi dan
Pengetahuan Kinerja Pasar”, Jurnal Sains
Pasar Terhadap Kinerja Pemasaran Pemasaran Indonesia, Vol I, No
Melalui Keunggulan Produk Baru 2 Program Magister Manajemen .
(Studi Empiris Pada Industri Mebel Universitas Diponegoro.
Di Jepara)”, Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Vol III, Mudiantono & Purnomo, 2005, ”Anallisis
Pengaruh Segmentasi Pasar,

  22
Periklanan, Ekuitas Merek, dan Sebagai Mediator antara Orientasi
Keunggulan Kompetitif Terhadap Pasar dan Kinerja Organisasi”,
Kinerja Pemasaran (studi empiris Jurnal Bisnis Strategi, Vol 15,
Pada Industri rokok Kretek di No. 1, Program Magister
Provinsi Jawa Tengah)”, Jurnal Manajemen . Universitas
Sains Pemasaran Indonesia, Vol Diponegoro.
IV, No. 2, Program Magister
Manajemen . Universitas Slater, S.F. & Narver, 1995, “Marketing
Diponegoro. Orientation and Organizational
Learning”, Journal of Marketing,
Narver & Slater, 1990, “ Market Vol.58, 63-74
Orientation and the Learning Sugiono, 1999, “ Metode Penelitian
Organization”, Journal Bisnis”, Alfabeta Bandung.
Marketing, Vol 59. NO. 3 Narver
& Slater (1990)
Qu, Riliang dan Christine T. Ennew
Navarone, W, Okki, 2003, ”Analisis (2003), “An Examination of the
Pengaruh Tingkat Kesuksesan Consequence of Market Orientation
Produk baru Dalam Peningkatan in China”, Journal of Strategic
Kinerja Pemasaran”, Jurnal Sains Marketing, Vol. 11 (September
Pemasaran Indonesia, Vol II, 2003)
No. 1 Program Magister Tay, Linda dan Neil A. Morgan (2002),
Manajemen . Universitas “Antecedents and consequences of
Diponegoro. market orientation in chartered
Surveying Firms”, Construction
Prakosa, Bagas, 2005, “Pengaruh Orientasi Management and Economics, Vol.
Pasar, Inovasi Dan Orientasi 20.
Pembelajaran Terhadap Kinerja
Perusahaan Untuk Mencapai
Keunggulan Bersaing (Studi Tercia C. Y. R., 2004, “Analisis Sikap
Empiris Pada Industri Manufaktur Kewirausahaan Dan Orientasi
Di Semarang)”, Journal Studi Pelanggan Serta Implikasinya
Manajemen & Organisasi, Vol. 2 Terhadap Kinerja Tenaga
No.1 Penjualan”, Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Vol III,
Prasetya, Imam, Dicky, 2002, No. 3, Program Magister
”Lingkungan Eksternal, Faktor Manajemen . Universitas
Internal, dan Orientasi Pasar, Serta Diponegoro.
Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Pemasaran”. Jurnal Sains Verbees, Frans J. H. M. dan Matthew T. G.
Pemasaran Indonesia, Vol I, No Meulenberg (2004), “Market
3 Program Magister Manajemen . Orientation, Innovativeness, Product
Universitas Diponegoro. Innovation, and Performance in
Small Firms”, Journal of Small
Raharso, Sri, 2006, “Inovasi di Industri Business Management, Vol. 42 (2)
Eceran : Mampukan Berperan

  23
Wahyono, 2002. ”Orientasi Pasar dan
Inovasi : Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pemasaran” (Studi kasus
pada Industri Meubel di
Kabupaten Jepara). Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Vol I, No
1 Program Magister Manajemen .
Universitas Diponegoro.

Wirasati, Dewi, Prapti, 2005, “Analisis


Pengaruh Identifikasi Pesaing Dan
Kreativitas Program Pemasaran
Sebagai Strategi Bersaing
Terhadap Kinerja Pemasaran
Ekspor (Studi Empiris Pada
Manajer Industri Mebel Di
Jepara)”, Jurnal Sains
Pemasaran Indonesia, Vol 4, No
3

  24

Anda mungkin juga menyukai