Anda di halaman 1dari 10

PRINSIP INOVASI

MAKALAH

diajukan guna memenuhi tugas pada matakuliah Inovasi Pemasaran

Disusun oleh
Eka Saputri

(140910202040)

Nareswari Intan K

(140910202041)

Gustra Gilang N

(140910202042)

Bella Riska A

(1409102020)

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS


JURUSAN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap usaha bisnis atau usaha pelayanan publik perlu berinovasi untuk
menciptakan nilai guna yang lebih tinggi atas produk (barang dan/atau jasa), yang
dihasilkan untuk konsumen dan/atau pengguna atau pasar yang ditargetkan.Inovasi
ini harus melihat pertama-tama dari kacamata siapa yang dilayani yaitu dari
kacamata konsumen,bukan dari kacamata produsen semata.
Cukup banyak bentuk atau dimensi inovasi yang kita kenal termasuk turunanturunannya yang mungkin sudah sulit terlacak atau sulit dinamai oleh orang-orang
yang tidak terlibat secara langsung dalam proses kelahiran inovasi misalnya inovasi
produk atau modal produk dan warna produk,inovasi proses yaitu dalam
menemukan cara baru untuk mengubah input menjadi output dengan lebih efisien.
Penting untuk kita perhatikan apapun jenis inovasi yang kita lakukan,konsumen lah
yang menentukan keputusan membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan.
Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan, memahami dan menerapkan prinsipprinsip inovasi dalam melakukan inovasi termasuk dalam menatakelola inovasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penulisan makalah ini adalah Apa saja prinsip inovasi?

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Prinsip Inovasi

2.2 Perbedaan Prinsip Inovasi dengan Prinsip Manajemen Inovasi

BAB 3
PEMBAHASAN
Prinsip Inovasi #1 Personally Cocreated Experience
Berkaitan dengan fokus penciptaan nilai pada konsumen, kita dibantu dengan
perspektif dalam prinsip inovasi #1 yaitu bahwa proses penciptaan nilai dilakukan
secara bersama oleh produsen dan konsumen (value co-creation). Konsumen
dilibatkan sejak dari awal proses inovasi atau penciptaan nilai, atau sejak kegiatan
rantai nilai inovasi yang pertama dilakukan oleh perusahaan atau organisasi pada
umumnya.
Pada prinsip inovasi #1 yang disimbolkan dengan N=1, aspek personal atau
pengalaman personal konsumen dalam inovasi penting dipertimbangkan dan
diikutsertakan sejak awal proses inovasi. Hal ini berlaku untuk semua produk
dengan variasi pada derajat intensitas keterlibatan konsumen dalam proses
penciptaan nilai ini. Tipe-tipe perusahaan inovator tertentu akan membutuhkan
intensitas keterlibatan yang lebih tinggi dibanding perusahaan inovator lain. Tipe
inovator penyesuai atau inovator yang mengadopsi strategi pencari kebutuhan
konsumen (need seekers) dan pembaca pasar (market readers) dapat melakukan
lebih banyak proses penciptaan nilai secara bersama dengan konsumen atau calon
konsumen pada awal-awal kegiatan rantai nilai inovasinya, dibandingkan dengan
inovator yang mengadopsi strategi penerobis teknologi (technology drivers). Ketiga
tipe inovator itu dapat menerapkan proses penciptaan nilai secara bersama dengan
konsumen atau calon konsumen namun dengan cara dan intensitas serta waktu
yang berbeda-beda dala tahap-tahap proses inovasi mereka.
Prinsip inovasi #1 berpengaruh pada bagaimana proses penciptaan nilai
dilakukan yaitu prosesnya bersifat ko-kreatif (value co-creation) antara produsen dan
konsumen atau calon konsumen. Perilaku membeli knsumen dipengaruhi oleh
pengalaman yang dialami oleh konsumen baik dalam penciptaan nilai itu sendiri
maupun dalam mengkonsumsi, menggunakan atau menikmati produk yang
dibelinya. Pengalaman personal konsumen menjadi fokus proses penciptaan nilai.
Karenanya, konsumen harus diikutsertakan dari sejak awal proses inovasi.
Pengalaman konsumen akan menjadi pertimbangan dan faktor yang melekat pada
setiap keputusan konsumen untuk membeli pertama kali dan selanjutnya.

Contoh cara menerapkan prinsip N=1 untuk produk kreatif seperti kain batik:
para produsen dapat mengadakan pameran batik dan melihat animo masyarakat
yang hadir, produsen meminta pendapat pengunjung, dan produsen menyediakan
sistem pemesanan produk batik atau kain batik sesuai dengan pesanan setiap
konsumen, mulai dari motif batik, bahan batik, warna dan ukuran. Bagi konsumen
yang belum begitu yakin dengan apa yang diinginkannya, produsen dapat
membantu dengan pertanyaan dan informasi yang berkaitan dengan selera
konsumen atau pengalaman apa yang ingin konsumen ciptakan dengan memakai
batik atau dengan memesan batik tersebut misalnya sebagai kado bagi rekan kerja.
Produsen batik menargetkan pembeli kain batiknya adalah pra profesional
muda baik pria maupun wanita di Indonesia yang beriklim tropis. Menurut sang
produsen, bahan utamanya sebaiknya katun dengan motif simpel. Bilaman kita
berpedoman pada prinsip inovasi #1, maka sang produsen hendaknya mengundang
calon-calon konsumennya dalam bentuk seminar atau diskusi kelompok fokus
sesuai dengan target pasar yang direncanakan dan mengundang masukan
konsumen berkaitan dengan alasan konsumen menyukai pakaian batik untuk
bekerja atau bersantai, jenis motif dan bahan batik (katun atau perlu kombinasi
dengan sutra), warna batik, bentuk kain atau dalam bentuk langsung siap pakai,
harga yang sanggup dibayar calon konsumen dengan kualitas produk yang baik,
tempat diperjualbelikannya produk (di butik, di departemen store atau di tempat lain)
dan bilamanan calon konsumen siap membantu mempromosikan dengan sistem
imbal jasa yang jelas. Dari masukan dari para calon konsumen, produsen kemudian
memprosesnya dalam proyek pengembangan produk dan membuat contoh-contoh
produk. Sebelum diproduksi dalm jumlah banyak, produsen dapat mengundang
kembali konsumen atau calon konsumen untuk memperoleh informasi dan masukan
tentang produk hasil ciptaannya. Konsumen memiliki pengalaman yang unik. Para
konsumen melihat bahwa mereka pun (dapat) ikut dalam proses penciptaan nilai
dari produk-produk yang mereka (akan) pakai.
Perusahaan dapat melengkapi cara tersebut dengan melakukan analisis
internal atau eksternal untuk memetakan posisi produk/merek dari produk-produk
pakaian batik yang sudah ada dipasar yang akan menjadi pusat perhatian dan target
perusahaan. Untuk itu, perusahaan dapat melakukan pemetaan berdasarkan hargaharga yang ditawarkan untuk setiap fitur utama produk/merek.

Proses Penciptaan Nilai secara Bersama (Value Co-creation)


Seperti sudah disebutkan di atas, fokus penciptaan nilai adalah konsumen dan/atau
pengguna. Karenanya, produsen harus mengikutsertakan konsumen dalam proses
penciptaan nilai ini. Nilai guna menurut persepsi konsumen sangat dipengaruhi oleh
pengalaman konsumen dalam ikut menciptakan nilai dan dalam menggunakan
produk dibandingkan dengan harga produk. Semakin tinggi nilai guna dibandingkan
dengan harganya menurut persepsi konsumen, semakin besaar kemungkinan
konsumen membeli produk. Semakin tinggi persepsi konsumen akan manfaat
produk relatif terhadap harganya, semakin besar kemungkinan konsumen akan
membeli atau melakukan pembelian ulang. Dan semakin menarik bagi produsen
untuk terus melakukan aktivitas produksi atau aktivitas penciptaan nilainya (yang
mengikutsertkan konsumen) pada situasi dimana produsen berhasil memperoleh
surplus produsen, yang merupakan selisif positif dari harga dikurangi biaya produksi.
Ini akan berdampak pada peningkatan nilai tambah bisnis perusahaan. Keuntungan
atau surplus yang diperoleh produsen adalah pertama-tama hasil dari usahanya
dalam memenuhi kebutuhan konsumen, dalam memenuhi atau menciptakan nilai
yang baik bagi konsumen dan menurut persepsi konsumen yang sudah dilebur
dalam proses penciptaan nilai bersama dengan produsen.
Ada dua kondisi ekonomi yang diperlukan agar kegiatan penciptaan nilai
bertahan. Pertama, harga yang dikenakan harus melebihi biaya produksi (uang,
waktu, biaya, kesenangan) yang dialami produsen dalam menciptakan nilai tersebut,
paling tidak pada suatu waktu tertentu ketika proses pertukaran terjadi. Kedua,
harga yang konsumen ingin bayar merupakan fungsi dari selisih kinerja (selisih
manfaat) antara nilai guna yang baru dari produk baru atau dari produk lama yang
sudah mengalami retouch dan alternatif produ terdekat yang konsumen miliki
(produk-produk yang usdah ada). Karenanya, produsen penting dan perlu untuk
mengikutsertakan konsumen dalam proses penciptaan nilai yang melibatkan
konsumen (value co-creation).
Tanpa ada keuntungan /marjin positif yang produsen alami dan tanpa adanya
kelebihan nilai guna dibanding harga (surplus konsumen) yang konsumen dan/atau
pengguna alami maka dalam jangka panjang, baik konsumen dan/atau penggunan
maupun produsen tidak ingin mengulangi keterlibatan mereka dalam kegiatankegiatan penciptaan nilai tersebut.

Pada proses penciptaan nilai bersama, perusahaan perlu fleksibel. Misalnya,


fleksibilitas dalam pengambilan keputusan, dalam pengalokasian sumber daya,
dalam berkompromi dengan selera konsumen dan tren pasar yang mungkin tidak
dapat diterima oleh produsen atau oleh pemilik atau oleh teknologi, insinyur
(engineer) atau desainer produk. Produsen bersama dengan konsumen dapat
mencari cara-cara baru untul menghasilkan produk berkualitas baik, dengan biaya
rendah. Perusahaan dapat mengandalkan jejaring kerjasama dengan perusahaan
atau unit-unit usaha lain dan dengan konsumen atau calon konsumen. Perusahaan
dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung pemberdayaan atau
pemampuan potensi lokal untuk proses produksi dan konsumsi.
Dalam konteks ini, kreativitas sosial dan manajemen pengetahuan penting
diperhatikan dan diterapkan untik kebaikan dan kepentingan konsumen dan
produsen secara bersama-sama. Kreativitas sosial tumbuh dan berkembang dari
hubungan antara seorang individu dan dunia kerjanya, juga dari ikatan-ikatan antara
seorang individu dan individu lainnya. Banyak kreativitas manusia muncul dari
aktivitas-aktivitas yang terjadi pada sebuah konteks sosial dalam mana interaksi
dengan orang-orang lain dan dengan artifak yang melekat pada pengetahuan
kelompok merupakan kontributor penting dalam proses interaksi itu sendiri.
Kreativitas tidak terjadi dalam kepala manusia, tetapi dalam interaksi antara pikiranpikiran seseorang dan konteks sosial budayanya (Fischer 2008, Csikszentmihalyi
1996).
Prinsip Inovasi #2 High-Quality Resources at Low Cost
Prinsip inovasi #2 berfokus pada pengaksesan sumber daya yang bersifat
global sedemikian rupa sehingga unit-unit usaha bisnis dan perusahaan dapat
menghasilkan produk-produk berkualitas dengan biaya rendah. Prinsip inovasi ini
disimbolkan dengan R=G (Prahalad dan Krishnan 2008).
Integrasi Vertikal Ditinggalkan
Model integrasi secara vertikal antara pemasok dan produsen serta distriutor mulai
ditinggalkan. Contoh perusahaan InnoCentive, yang dibangun oleh Eli Lilly dan
sekarang menjadi perusahaan terpisah dari perusahaan Eli Lilly. Di InnoCentive
setiap perusahaan atau individu (yang menjadi kliennya) dapat menyampaikan
pertanyaan teknis yang memerlukan solusi sehingga setiap orang di dunia dapat

memecahkan masalah tersebut. Dan jika solusi yang diberikan InnoCentive dapat
diterima oleh klien, InnoCentive memperoleh kompensasi.
Masa perekonomian kreatif didukung dengan informasi dan teknologi internet yang
memungkinkan semua hal ini dapat terjadi. Apa yang dilakukan InnoCentive ini
berkaitan dengan aktivitas rantai nilai inovasi khususnya dalam aktivitas penggalian
ide atau konsep. Inovasi adalah keberhasilan ekonomi dan sosial yang diperoleh
dari mengubah cara transformasi input menjadi output (ide menjadi produk)yang
menyeabkan terjadinya perubahan besar dalam hubungan nilai guna dan harga
yang akan dirasakan oleh onsumen dan/atau pengguna.
R=G
Prinsip inovasi #2 akan mempengaruhi kegiatan inovasi, utamanya dari sisi input
atau bahan-ahan mentah atau bahan dasar dan sumber daya pada umumnya untuk
mengahasilkan produk. Dalam prinsip inovasi #2, asal muasal sumber daya yang
tersedia di perusahaan atau di unit-unit usaha telah tergeser dari yang sebelumnya
tersedia dalam divisi atau bagian tertentu dalam perusahaan, yang tersedia dalam
perusahaan,

yang tersedia dalam rantai pasokan, dan yang tersedia dalam

komunitas konsumen ke sumber daya yang tersedia dimanapun di dunia ini.


R=G

bermakna

bahwa

tidak

ada

suatu

perusahaan

pun

yang

dapat

mengembangkan semua produk (barang/jasa) yang dibutuhkan untuk memberikan


pengalaman yang dipersonalisasikan (personalized experiences) kepada setiap
pelangganya.
Implikasi
Setiap organisasi yang mau berinovasi perlu mengetahui peta sumer daya yang
dibutuhkan,

dimiliki,

dan

yang

diperlukan

untuk

dilibatkan

dalam

proses

menghasilkan barang/atau jasa. Prinsip R=G memungkinkan diperolehnya sumber


daya sumber daya terbaik untuk menghasilkan produk terbaik seefisien dan seefektif
mungkin. Dalam kaitanyya dengan pengembangan peta sumer daya talenta yang
trasparan, dengan unit yang dianaliasis adalah individu-individu dalam mana talenta
dan keahlian serta keterampilan berdiam.
Melihat dua prinsip inovasi 1) fokus pada menciptakan pengalaman yang unik
sebagai basis untuk penciptaan nilai (N=1) dan 2) melebarnya sumber dari sumber
day untuk berinovasi (R=G), kita dihadapkan pada dua kecenderungan yang
berbeda dari cara tradisional dalam

menatakelola usaha. Kecenderungannya

sekarang dan dimasa depan :1) perusahaan berfokus pada menciptakan

pengalaman yang unik untuk para konsumennya dimanapun mereka berada dan
dari segmen konsumen manapun. Dan 2)sumber daya yang digunakan dalam
menghasilkan produk dan memasarkannya adalah sumber daya yang tersedia
secara global. Pada awalnya perusahaan akan cenderung pada N=1 atau mungkin
ke R=G . Dan secara bertahap, perusahaan atau unit usaha bisnis akan
menerapkan keduanya N=1 dan R=G

BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Kombinasi antara N=1 dan R=G adalah kombinasi indah dan paradoks, yang
mungkin selama kombinasi antara kuaklitas produk yang baik dan biaya produksi
atau biaya sumber energi yang rendah sering oleh para pebisnis atau pelaku usaha
masih dianggap sulit atau bahkan mustahil untuk dilakukan. Sebuah inovasi
menghasilkan perubahan drastis dalam relasi antara nilai guna (customer perceived
value; customer perceived benefit)dan harga (yang merupakan total dari biaya
produksi (cost of production), ditambah dengan margin keuntungan pada situasi
dimana produsen memperoleh surplus produsen). Dua prinsip inovasi tersebut dapat
berjalan

efektif

dengan

mengikuti

prinsip-prinsip

manajemen

inovasi:

ada

kepemimpinan, kreativitas, manajemen resiko yang terkalkulasi, manajemen proyek


yang unggul, perlindungan terhadap hasil upaya kreatif, integrasi dalam organisasi ,
informasi sebagai sumber daya penting, dan pemahaman yang baik tentang pasar.

Anda mungkin juga menyukai