PENDAHULUAN
Padat
P1 P2
murni larutan
Dengan :
P1 = tekanan murni
P2 = tekanan uap sesudah diberi zat terlarut
Menurut hukum Roult :
p = X 1 . P0
X1 =P/ P0
Dengan :
P = tekanan uap larutan
P0 = tekanan uap pelarut murni
X1 = mol fraksi terlarut
dengan,
G1 = berat pelaut
G2 = berat zat terlarut
Tb = penurunan titik beku
Kb = konstanta penurunan titik beku molal, merupakan sifat khusus pelarut
menunjukkan penurunan titik beku apabila 1 mol zat dilarutkan dalam 1000 gram
pelarut.
suhu
suhu
X
Y
A B Z
waktu waktu
Nilai-nilai ini adalah untuk penurunan titik beku dan kenaikan titik didih
terhitung untuk suhu dalam derajat celcius, dan larutan 1 mol larutan dalam 1 kg
pelarut. Satuan : C kg pelarut (mol larutan).
Penentuan berat molekul untuk zat yang mudah menguap (volatile) dapat
dilakukan dengan metode penentuan massa jenis gas dengan menggunakan alat
Victor Meyer. Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat
digunakan untuk menentukan berar molekul senyawa yang mudah menguap
(volatile).
Nilai-nilai ini adalah untuk penurunan titik beku dan kenaikan titik didih
terhitung untuk suhu dalam derajat celcius, dan larutan 1 mol larutan dalam 1 kg
pelarut. Satuan : C kg pelarut (mol larutan).
Penentuan berat molekul untuk zat yang mudah menguap (volatile) dapat
dilakukan dengan metode penentuan massa jenis gas dengan menggunakan alat
Victor Meyer. Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat
digunakan untuk menentukan berar molekul senyawa yang mudah menguap
(volatile).
Menurut hukum Boyle, hubungan antara volume dan tekanan jika massa
gas dan suhunya tetap, maka dinyatakan sebagai volume berbanding terbalik
dengan tekanan, yaitu:
Vα 1/P atau PV = konstanta ………………………….………………..(1)
Menurut hukum Charles, hubungan antara volume dan suhu dapat
dinyatakan sebagai volume berbanding lurus dengan suhu jika massa dan tekanan
gas di jaga tetap, yaitu :
VαT atau V/T = konstanta…………………………..…………………(2)
Dan menurut hukum Avogadro, suhu dan tekanan yang sama pada semua
gas yang volumenya sama mengandung jumlah molekul atau mol yang sama
banyak.
Vαn atau V/n = konstanta ………….……..……………..……………(3)
Dari ketiga hukum tersebut,maka suhu, tekanan dan jumlah mol gas itu dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Vα 1/P (T dan n tetap)
VαT (P dan n tetap)
Vαn (T dan P tetap)
Jadi, volume (V) berbanding langsung dengan T dan n, dan berbanding
terbalik dengan P, sehingga dengan demikian didapat suatu persamaan baru, yaitu:
V = nT/P
V = nRT/P atau PV = nRT (n=m/BM)
PV= (m/BM)RT
BM= (d/p)RT dengan d=m/V
Dengan,
BM = berat molekul
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
R = tetapan gas ideal (atm.liter/mol.K)
d = massa jenis (gram/liter)
T = suhu mutlak (K)
Bila suatu cairan volatile dengan titik didih lebih kecil dari 100 0 C
ditempatkan dalam labu Erlenmeyer tertutup yang mempunyai lubang kecil pada
bagian tutupnya, kemudian labu Erlenmeyer tersebut dipanaskan sampai 1000 C,
cairan yang ada dalam Erlenmeyer tersebut akan menguap dan uapnya akan
mendorong udara yang terdapat pada labu Erlenmeyer keluar melalui lubang kecil
tadi.
Setelah semua udara keluar uap cairannya sendiri yang keluar sampai
akhirnya uap ini akan berhenti keluarbila keadaan kesetimbangan dicapai yaitu
tekanan uap cairan dalam labu Erlenmeyer sama dengan tekanan udara luar.
Pada kondisi kesetimbangan ini, labu Erlenmeyer hanya berisi uap cairan
dengan tekanan sama dengan tekanan atmosfir, volume sama dengan labu
Erlenmeyer dan suhu sama dengan suhu titik didih air dalam penangas air. Labu
Erlenmeyer ini kemudian diambil dari penangas air, didinginkan dan ditimbang
sehingga massa gas yang terdapat didalamnya dapat diketahui. Kemudian dengan
menggunakan persamaan:
BM = (d/p)RT
1.2.2. Aseton
Aseton, juga dikenal sebagai propanon, dimetil keton, 2-propanon, propan-
2-on, dimetilformaldehida, dan β-ketopropana, adalah senyawa berbentuk cairan
yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Ia merupakan keton yang paling
sederhana. Aseton larut dalam berbagai perbandingan dengan air, etanol, dietil
eter,dll. Ia sendiri juga merupakan pelarut yang penting. Aseton digunakan untuk
membuat plastik, serat, obat-obatan, dan senyawa-senyawa kimia lainnya.
Rumus molekul : CH3COOH3
Massa molar : 58,08 g/mol
Penampilan : cairan tidak berwarna
Densitas : 0,79 g/cm3 , cair
Titik leleh : -94,9˚C
Titik didih : 56,53˚C
Kelarutan dalam air :larut dalam berbagai perbandingan (Anonim, 2010 b)
1.2.3 Asam Asetat Glasial
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam
organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam
bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut
asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik
beku 16.7°C.
Rumus molekul : CH3COOH
Massa molekul : 60,05 g/mol
Densitas / fase : 1049 g cm-3, cairan / 1,266 g cm-3, padatan
Titik lebur : 16,5˚C
Titik didih : 118,1˚C
Penampilan : cairan tak berwarna (kristal)
Keasaman : 4,76 pada 25˚C (Anonim, 2010 a)
1.2.4 Naftalen
Naftalena (Bisiklo [4.4.0] deca-1-pentena ,3,5,7,9 atau bisiklo [4.4.0]
deca-2,4,6,8,10-pentena) merupakan senyawa organik dengan rumus molekul
C10H8. Naftalena merupakan senyawa hidrokarbon polisiklik aromatik sederhana,
berbentuk kristal padat berwarna putih dengan bau yang khas dan terdeteksi oleh
indra penciuman pada konsentrasi serendah 0,08 ppm. Sebagai senyawa
aromatik , struktur naftalena terdiri dari sepasang gugus arena atau cincin benzena
yang bersatu. Naftalenta dikenal sebagai bahan utama penyusun kapur barus
tradisional.
Rumus Molekul : C10H8
Massa molar : 128,1705 g/mol
Densitas : 1,14 g/cm³
Titik lebur : 80,26 °C
Titik didih : 218 °C
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
a. Gelas kimia 1000 ml
b. Erlenmeyer 100 ml
c. Neraca digital
d. Hot plate
e. Alumunium foil
f. Desikator
g. Pipet volume 5 ml
h. Bulp
i. Gelas ukur 50 ml
j. Karet gelang
k. Thermometer
l. Piknometer
2.2 Bahan
a. Aseton
b. Aquades
c. Es batu
d. Asam asetat glacial
e. Naftalen
f. Urea
3.3 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan berat molekul zat yang tidak
mudah menguap dengan metode titik beku dan menentukan harga Kf suatu
pelarut, serta menentukan berat molekul senyawa yang mudah menguap dengan
pengukuran massa jenis gas.
Dalam percobaan ini sampel yang digunakan adalah Urea dan Aseton.
Percobaan yang pertama adalah menentukan berat molekul zat non volatile.
Sampel zat terlarut yang digunakan adalah naftalena dan urea, dan pelarut yang
digunakan adalah asam asetat glasial. Langkah pertama yang dilakukan yaitu
menentukan massa jenis asam asetat glasial dengan metode penimbangan
menggunakan piknometer. Hal ini dilakukan guna untuk menentukan nilai Kf,
nilai Kf nantinya akan digunakan untuk menentukan nilai Tf larutan. Diperoleh
masa jenis asam asetat glasial yaitu 0,99471 g/gmol. Selanjutnya menentukan titik
beku asam asetat glasial dengan cara merendam pelarut dalam wadah dengan es
yang es yang bercampur air sampai suhunya konstan. Diperoleh suhu konstan
sebesar 10 oC. setelah menentukan suhu konstan pelarut, selanjutnya menentukan
suhu konstan zat terlarut dalam larutan asam asetat glasial ditambah naftalen
dengan metode yang sama. Diperoleh suhu konstan campuran sebesar 8 oC ,
sehingga penurunan titik beku sebesar 2oC. Penurunan titik beku tersebut
digunakan untuk menghitung Kf larutan. Setelah dilakukan perhitungan ,
diperoleh Kf sebesar 4,5180C.
Langkah-langkah selanjutnya sama seperti langkah diatas, tetapi zat
terlarunya diganti dengan zat yang belum diketahui Berat Molekulnya. Dalam
percobaan ini, zat X yang dicari berat molekulnya adalah Urea. Berat molekul
yang diperoleh adalah 68,179 g/mol.
Percobaan kedua adalah menentukan berat molekul zat yang mudah
menguap (zat volatil) dengan cara pengukuran masa jenis zat. Sampel yang
digunakan adalah aseton. Langkah pertama yang dilakukan adalah menimbang
Erlenmeyer kosong yang diberi tutup alumunium foil dan diikat dengan karet.
Diperoleh berat 40,8731 gram. Selanjutnya memasukkan aseton ke dalam
Erlenmeyer dan ditutup rapat. Tutup yang terbuat dari alumunium foil dilubangi
agar udara dalam Erlenmeyer dapat terdorong keluar ketika dilakukan pemanasan.
Erlenmeyer dipanaskan di dalam air mendidih dengan ketinggian air 1 cm
dibawah tutup Erlenmeyer. Pemansan dilakukan hingga aseton berubah fase
menjadi gas. Kemudian Erlenmeyer di dinginkan dalam desikator. Desikator
berfungsi untuk menghilangkan air dan Kristal hasil pemurnian. Selanjutnya
ditimbang , diperoleh 41,0174 gram, sehingga masa uap aseton sebesar 0,1443
gram. Pada kondisi ini, Erlenmeyer hanya berisi uap aseton sehingga volume
aseton sama dengan volume aseton sama dengan volume Erlenmeyer. Selanjutnya
diisi dengan air hingga penuh dan menentukan volumenya dengan gelas ukur,
diperoleh 0,077 liter. Selanjutnya berat molekul dihitung menggunakan rumus
hukum gas ideal, diperoleh berat molekul aseton yaitu 57,312 g/gmol.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan,bahwa :
1. Berat molekul zat non volatile (urea) sebesar 68,179 g/gmol.
2. Berat molekul volatile (aseton) yang diperoleh yaitu 57,312 g/gmol.
4.2 Saran
Praktikum ini hendaknya dilakukan dengan sangat hati-hati agar hasil
yang diperoleh maksimal. Gunakan alat pelindung diri saat melakukan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Jawab :
m 9,9471 g
ρ= = = 0,99471 g/ml
v 10 ml
>> Penentuan Kf
∆Tf pelarut = Tf pelarut – Tf larutan
= 10 oC – 9oC
= 1oC
∆Tf
Kf = gr x 1000
BM x P(g)
1
1,4109 g x 1000
=
g
128,17 x 49,735 g
mol
= 4,518 ° C g/mol
Erlenmeyer Hotplate