dinamis dan pesat meliputi aspek fisik, psikologis, intelektual, sosial serta perilaku social
yang erat kaitannya dengan pubertas. Masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa yang
beresiko. Remaja adalah perempuan dan laki-laki berusia 10-19 tahun (WHO) dan 10-18
Kesehatan remaja merupakan keadaan baik secara fisik, psikologis, spiritual serta
sosial yang memungkinkan remaja tersebut untuk hidup produktif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan remaja yakni perilaku beresiko remaja yang sering ditemui
yaitu injury, rokok, alcohol dan obat-obatan, perilaku seksual, perilaku diet tidak sehat dan
PKPR merupakan program yang digalakkan pemerintah sejak tahun 2003 sebagai
upaya untuk mengatasi masalah kesehatan remaja, baik promotif, preventi, kuratif dan
rehabilittif di dalam maupun diluar gedung Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang ditujukan
dan dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka,
menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya,
a. Tujuan Umum:
b. Tujuan Khusus:
kesehatan remaja.
2) Mengakomodasi segmen populasi remaja yang beragam, termasuk kelompok yang rapuh dan
rawan.
3) Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, rentang usia dan status.
4) Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender dalam menyediakan pelayanan.
5) Menjamin privasi dan kerahasiaan.Mempromosikan kemandirian remaja, tidak mensyaratkan
3) Dapat berkunjung sewaktu-waktu dengan atau tanpa perjanjian terlebih dahulu. Bila petugas
PKPR masih merangkap tugas lain, berkunjung dengan perjanjian akan lebih baik, mencegah
kekecewaan remaja yang datang tanpa bisa bertemu dengan petugasyang dikehendaki.
Berdasarkan hasil evaluasi program kesehatan remaja di New Delhi (2009) bahwa
persentase klien yang mengatakan bahwa klinik yang dapat diakses dengan mudah lebih
tinggi, waktu menunggu untuk melihat petugas kesehatan di klinik itu lebih
tingkat kepuasan, faktor-faktor tersebut berpengaruh pada tinggi tingkat kepuasan pasien
1) Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi dan penuh pengertian, bersahabat, memiliki
8) Memberikan informasi dan dukungan cukup hingga remaja dapat memutuskan pilihan tepat
Bagi petugas lain yang berhubungan pula dengan remaja, misalnya petugas loket,
laboratorium dan unit pelayanan lain juga perlu menunjukkan sikap menghargai kepada
1) Lingkungan yang aman. Lingkungan aman disini berarti bebas dari ancaman dan
2) tekanan dari orang lain terhadap kunjungannya sehingga menimbulkan rasa tenang dan
3) Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai. Lokasi ruang konseling tersendiri, mudah
dicapai tanpa perlu melalui ruang tunggu umum atau ruang-ruang lain sehingga
tentang kunjungannya (stigma). Fasilitas yang baik, menjamin privasi dan kerahasiaan.
Suasana semarak berselera muda dan bukan muram, dari depan gedung sampai ke lingkungan
ruang pelayanan, merupakan daya tarik tersendiri bagi remaja agar berkunjung. Hal lain
adalah adanya kebebasan pribadi (privasi) di ruang pemeriksaan, ruang konsultasi dan ruang
tunggu, di pintu masuk dan keluar, serta jaminan kerahasiaan. Pintu dalam keadaan tertutup
pada waktu pelayanan dan tidak ada orang lain bebas keluar masuk ruangan. Kerahasiaan
dijamin pula melalui penyimpanan kartu status dan catatan konseling di lemari yang terkunci,
ruangan yang kedap suara, pintu masuk keluar tersendiri, ruang tunggu tersendiri, petugas
tidak berteriak memanggil namanya atau menanyakan identitas dengan suara keras.
4) Jam kerja yang nyaman. Umumnya waktu pelayanan yang sama dengan jam sekolah menjadi
salah satu faktor penghambat terhadap akses pelayanan. Jam pelayanan yang menyesuaikan
waktu luang remaja menjadikan konseling dapat dilaksanakan dengan santai, tidak terburu-
buru, dan konsentrasi terhadap pemecahan masalah dapat dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya.
5) Tidak adanya stigma. Pemberian informasi kepada semua pihak akan meniadakan stigma
misalnya tentang kedatangan remaja ke puskesmas yang semula dianggap pasti mempunyai
6) Tersedia materi KIE. Materi KIE perlu disediakan baik di ruang tunggu maupun di ruang
konseling. Perlu disediakan leaflet yang boleh dibawa pulang tentang berbagai tips atau
informasi kesehatan remaja. Hal ini selain berguna untuk memberikan pengetahuanmelalui
bahan bacaan juga merupakan promosi tentang adanya PKPR kepada sebayanya yang ikut
Menurut hasil penelitian di India tahun 2015 bahwa dalam memberikan pelayanan
kesehatan remaja sangat penting mengutamakan kerahasiaan, privasi dan ruang tunggu yang
tidak sesuai sebagaimana mestinya untuk membuat layanan yang ramah. Jika kerahasiaan dan
privasi tidak terjamin maka remaja akan ragu untuk memanfaatkan layanan. Kriteria utama
untuk fungsi efektif dari klinik PKRR adalah untuk memisahkan dari pelayanan kesehatan
umum dengan pelayanan kesehatan remaja untuk menjaga privasi remaja (Dalal et al. 2015).
f. Partisipasi/keterlibatan remaja.
1) Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan
keberadaannya.
2) Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian
pelayanan. Ide dan tindak nyata mereka akan lebih mengena dalam perencanaan dan
mereka, serta mengerti bagaimana memotivasi sebaya mereka. Sebagai contoh ide
tentang interior design dari ruang konseling yang sesuai dengan selera remaja, ide tentang
cara penyampaian kegiatan pelayanan luar gedung hingga diminati remaja, atau cara rujukan
g. Keterlibatan masyarakat.
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR ini hingga masyarakat:
sebaya.
Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan jangkauan pelayanan. Pelayanan sebaya
adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang terlatih
1) Meliputi kebutuhan tumbuh kembang dan kesehatan fisik, psikologis dan sosial.
2) Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainnya. Harus
PKPR di puskesmas pada institusi yang ada di masyarakat mengakibatkan rujukan tidak
efektif. Sebaliknya kemitraan yang kuat dengan pemberi layanan kesehatan dan sosial lainnya
1) Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
Mempunyai SIM (Sistem Informasi Manajemen) termasuk informasi tentang biaya dan
untuk dapat memenuhi elemen karakteristik tersebut diatas, maka perlu digunakan strategi
rehabilitatif) menjadi tugas keseharian Puskesmas, namun melihat kompleks dan luasnya
masalah kesehatan remaja, kemitraan merupakan suatu hal yang esensial khususnya untuk
upaya promotif dan preventif. Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan
publik, sehingga adanya PKPR di puskesmas dapat pula dipromosikan oleh pihak lain, dan
selanjutnya dikenal dan didukung oleh masyarakat. Selain itu, kegiatan di luar gedung, yang
menjadi bagian dari kegiatan PKPR, amat memerlukan kemitraan dengan pihak di luar
kesehatan. Kegiatan berupa KIE, serta Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
dan life Skills Education (LSE) seperti ceramah, diskusi, role play, seperti halnya konseling,
dapat dilakukan oleh petugas terlatih di luar sektor kesehatan dan LSM.
Dalam semua aspek pelayanan mulai perencanaan, pelaksanaan pelayanan dan evaluasi,
remaja secara aktif diikut-sertakan. Dalam menyertakan remaja dianjurkan dipilih kelompok
remaja laki-laki dan perempuan yang dapat “bersuara“ mewakili Puskesmas untuk informasi
keinginan, kebutuhan, dan harapannya berkaitan dengan penyediaan pelayanan. Selain itu
dengan keterlibatan remaja ini, informasi pelayanan dapat cepat meluas, menjangkau baik
remaja laki-laki maupun perempuan, serta memperkenalkan lebih awal konsep keadilan dan
kesetaraan gender.
Pada awal pelaksanaan diupayakan biaya pelayanan serendah mungkin, bahkan kalau
mungkin gratis.
laboratorium dan rujukan, harus lengkap dilaksanaan secara bersamaan dari sejak awal
dilaksanakannya PKPR. Tanpa konseling, pelayanan tidak akan disebut PKPR, melainkan
Keberhasilan pelayanan ditentukan antara lain oleh ketepatan penetapan sasaran, sesuai
dengan hasil kajian sederhana sebelum pelayanan dimulai. Sasaran ini misalnya remaja
sekolah, anak jalanan, karang taruna, buruh pabrik, pekerja seks komersial remaja dan
sebagainya.
Perluasan kegiatan minimal PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan
setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas, misalnya pelaksanaan PKHS dengan
pilihan kegiatan mengadakan FGD (Focus Group Discussion) diskusi kelompok terarah
diantara remaja tentang seks pra-nikah didukung dengan penyebarluasan slogan dan
Monitoring dan evaluasi secara periodik yang dilakukan oleh tim jaminan mutu
puskesmas merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.
b. Identifikasi sudut pandang remaja tentang sikap dan tata-nilai berhubungan dengan perilaku
berisiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui, dan pelayanan apa yang dikehendaki.
remaja. Metoda kajian adalah dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber,
pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan sasaran langsung (remaja) atau tidak
Hasil kajian ini diperlukan sebagai bahan perencanaan lanjutan untuk menentukan:
1) Materi KIE yang digunakan untuk remaja sesuai dengan tingkat pendidikan dan
2) Penekanan materi dalam pelatihan petugas sesuai besaran masalah remaja di wilayah
berbagai bentuk komunikasi persuasif. Yang dimaksud kebijakan publik adalah pernyataan,
kebijakan dari penguasa (praktek yang diberlakukan akibat dorongan/kesan yang ditimbulkan
individu. Dengan advokasi ini diharapkan akan menghasilkan tim atau jejaring kerjasama di
wilayah kerja untuk mendapatkan dukungan semua pihak hingga dapat mempercepat
dimaksud misalnya:
1) Dukungan dari pemerintah daerah setempat dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR
(antara lain pengadakan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujukan, kegiatan di rumah
b. Biaya rujukan
3) Pembentukan jaringan khusus melalui peran politis untuk memperkuat sistem rujukan,
berupa:
a. rujukan sosial, antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi
b. rujukan medis, untuk kelanjutan bantuan medis bagi remaja yang memerlukannya.
a. Sosialisasi internal:
Bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan semua staf Puskesmas untuk menyelenggarakan
PKPR di Puskesmasnya.
Syarat utama petugas PKPR harus mempunyai minat untuk membantu remaja, yang tentu
diikuti dengan minat untuk mempelajari teknik berkomunikasi, teknik konseling dan materi
penunjang lain dalam melaksanakan PKPR. Sedapat mungkin dipilih petugas yang masih
c. Pembentukan Tim.
Tim terdiri dari dokter Puskesmas, paramedis (bidan dan perawat), petugas UKS, petugas
Agar dapat melaksanakan PKPR dengan baik perlu ditunjuk petugas tambahan yang bekerja
dalam tim, atau sebagai petugas pengganti. Petugas ini dapat dilatih tersendiri oleh dokter
Selain ketiga kegiatan yang dipersyaratkan yaitu KIE, konseling dan pelayanan klinis medis
jenis kegiatannya baik di dalam atau di luar gedung serta menentukan sasaran berdasarkan
kondisi dan situasi wilayah serta kebutuhan remaja setempat. Kegiatan ini strategis untuk
cetak dan elektronik atau juga dilakukan oleh klien yang puas atas layanan hot-line tersebut.
3) Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan yang tinggi pada sasaran anak jalanan.
Melalui kegiatan ini jejaring kerja terkait masalah remaja akan lebih terbina sehingga
mengungkit dukungan dari institusi atau sektor lain seminat dan pada akhirnya
melalui UKS di sekolah yang belum terpapar PKHS. Kegiatan-kegiatan ini menyebabkan
jangkauan pelayanan PKPR akan meningkat secara berantai dan berkesinambungan, sesuai
sifat kelompok remaja, yaitu senang menyebarkan informasi berantai dan menggulirkan
Dengan demikian kegiatan yang dipilih masing-masing Puskesmas dapat amat bervariasi dan
Pemenuhan sarana dan prasarana ini selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi serta
menjamin kerahasiaan bagi klien, juga mempermudah bagi pemberi layanan. Melihat rata-
rata kondisi dan kemampuan Puskesmas saat ini, pemenuhan sarana ini memerlukan upaya
khusus. Privasi, kenyamanan, suasana yang menarik dan fasilitas yang baik saling terkait satu
sama lain. Menunggu hal tersebut terealisasi, (misalnya untuk menjaga privasi dan
kerahasiaan harus ada ruang konseling tersendiri yang nyaman, mempunyai pintu masuk dan
keluar tersendiri), PKPR mulai dilaksanakan dengan fasilitas yang ada namun diusahakan
seringkali tidak lagi mempunyai ruang tersisa, upaya pengadaan ruang khusus ini dapat
diusahakan bertahap. Ruang konseling dapat disiasati dengan memanfaatkan ruang dokter,
ruang KIA atau ruang lain seusai jam kerja, atau membuat sekat tersendiri/merubah tata letak
ruangan dan menyisihkan ruang untuk konsultasi dengan memilih lokasi yang kirakira
diminati remaja: tidak mencolok, dan ada kesan privasi serta bernuansa remaja. Bila
kerjasama forum yang dibina oleh Camat berjalan dengan baik, diharapkan masyarakat dapat
aktif berpartisipasi dan membantu pengadaan sarana dan prasarana PKPR ini.
Termasuk di dalamnya penentuan biaya pelayanan, jam buka, penentuan desain, proses
pemberian dan penyimpanan kartu, register dan catatan (status) medis/konseling, serta
penentuan alur pelayanan. Pertimbangan kerahasiaan dan efisiensi juga merupakan bagian
penting. Prosedur pelayanan menjadi bagian kritis dan menjadi salah satu penentu apakah
remaja tersebut akan datang atau tertarik untuk kembali, serta mempromosikan PKPR kepada
teman-temannya. Remaja yang puas terhadap pelayanan akan menjadi pelanggan yang puas
Sosialisasi eksternal
Sosialisasi eksternal dapat dilakukan di setiap kesempatan tempat dan waktu, baik
dalam forum resmi ataupun tidak resmi. Pelibatan pers setempat dari media cetak ataupun
sanggar seni atau gelanggang remaja dalam bentuk pampangan poster, selebaran, leaflet atau
Pelaksanaan PKPR
dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Kegiatan KIE di dalam dan di luar gedung
Dalam melayani remaja, pemberian pelayanan secara komprehensif hendaknya selal melekat
pada pemikiran dan tindakan dari petugas. Tahapan pelayanan pada klien digambarkan pada
diruang konseling
2) Anamnesa
a) Identitas
Tentang KRR
Tentang persiapan berkeluarga yaitu : kehamilan, KB, IMS, HIV/AIDS, masalah yang
3) Pemeriksaan Fisik
4) Pelayanan Konseling
Berkaitan dengan alur pemikiran komprehensif yang telah disebutkan terdahulu, dalam
masingmasing kasus.
Contoh dibawah ini alur pemikiran akibat lanjut remaja seksual aktif dan
reproduksi esensial (PKRE) yang terdiri dari komponen KB, KIA, pencegahan dan
penanggulangan Infeksi Menular Seksual serta Kesehatan Reproduksi Remaja, tetap
terpelihara.
= penanganan
Kegiatan dalam PKPR sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya, dilaksanakan di dalam
gedung atau di luar gedung, untuk sasaran perorangan atau kelompok, dilaksanakan oleh
petugas Puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat, berdasarkan kemitraan.
a) Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung, secara perorangan atau berkelompok.
b) Dapat dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih dari sekolah atau dari lintas
interaktif, yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau media elektronik (radio, email,
d) Menggunakan sarana KIE yang lengkap, dengan bahasa yang sesuai dengan bahasa sasaran
(remaja, orang tua, guru ) dan mudah dimengerti. Khusus untuk remaja perlu diingat untuk
Hal yang perlu diperhatikan dalam melayani remaja yang smas adalah:
a. Bagi klien yang menderita penyakit tertentu tetap dilayani dengan mengacu pada prosedur
b. Petugas dari BP umum, BP gigi, KIA dll dalam menghadapi klien remaja yang datang,
diharapkan dapat menggali masalah psikososial atau yang berpotensi menjadi masalah khusus
remaja, untuk kemudian bila ada, menyalurkannya ke ruang konseling bila diperlukan.
c. Petugas yang menjaring remaja dari ruang lain tersebut dan juga petugas penunjang seperti
loket dan laboratorium seperti halnya petugas khusus PKPS juga harus menjaga kerahasiaan
d. Petugas PKPR harus menjaga kelangsungan pelayanan dan mencatat hasil rujukan
3) Konseling
Konseling adalah hubungan yang saling membantu antara konselor dan klien hingga
tercapai komunikasi yang baik, dan pada saatnya konselor dapat menawarkan dukungan,
keahlian dan pengetahuan secara berkesinambungan hingga klien dapat mengerti dan
mengenali dirinya sendiri serta permasalahan yang dihadapinya dengan lebih baik dan
selanjutnya menolong dirinya sendiri dengan bantuan beberapa aspek dari kehidupannya.
a. Membantu klien untuk dapat mengenali masalahnya dan membantunya agar dapat mengambil
keputusan dengan mantap tentang apa yang harus dilakukannya untuk mengatasi masalah
tersebut.
2) Meningkatkan kewaspadaan terhadap isu masalah yang mungkin terjadi pada dirinya.
Konseling merupakan kegiatan yang dapat mewakili PKPR. Sebab itu langkah
Dalam menangani kesehatan remaja perlu tetap diingat dengan optimisme bahwa bila remaja
dibekali dengan keterampilan hidup sehat maka remaja akan sanggup menangkal pengaruh
mempunyai peran penting dalam promosi kesehatan dalam lingkup yang luas yaitu kesehatan
fisik, mental dan sosial. Contoh yang jelas bahwa peningkatan keterampilan psikososial ini
dapat member kontribusi yang berarti dalam kehidupan keseharian adalah keterampilan
mengatasi masalah perilaku yang berkaitan dengan ketidak sanggupan mengatasi stres dan
tekanan dalam hidup dengan baik. Keterampilan psikososial di bidang kesehatan dikenal
dengan istilah PKHS. PKHS dapat diberikan secara berkelompok di mana saja, di sekolah,
a) Pengambilan keputusan
menyelesaikan masalah berkaitan dengan hidupnya. Keputusan yang salah tak jarang
2) Pemecahan masalah
3) Masalah yang tak terselesaikan yang terjadi karena kurangnya keterampilan pengambilan
4) Berpikir kreatif
karena adanya kesanggupan untuk menggali alternatif yang ada dan mempertimbangkan sisi
baik dan buruk dari tindakan yang akan diambil. Meski tanpa ada keputusan, berpikir kreatif
akan membantu cara merespons segala situasi dalam keseharian hidup secara fleksibel.
6) Berpikir kritis
dengan demikian akan membantu mengenali dan menilai faktor yang mempengaruhi sikap
8) Komunikasi efektif
b) Membuat remaja dapat mengekspresikan dirinya baik secara verbal maupun nonverbal, sesuai
dengan budaya dan situasi dalam cara menyampaikan keinginan, pendapat, kebutuhan dan
kekhawatirannya. Hal ini akan mempermudah remaja untuk meminta nasihat atau
c) Hubungan interpersonal.
d) Membantu berhubungan dengan cara positif dengan orang lain, sehingga dapat meciptakan
persahabatan dan mempertahankan hubungan, hal yang penting untuk kesejahteraan mental.
Dapat meningkatkan hubungan baik sesama anggota keluarga, untuk mendapatkan dukungan
sosial. Keahlian ini diperlukan juga agar terampil dalam mengakhiri hubungan yang tidak
e) Kesadaran diri
pengenalan akan hal yang disukai dan dibenci. Kesadaran diri akan mengembangkan
kepekaan pengenalan dini akan adanya stres dan tekanan yang harus dihadapi. Kesadaran diri
ini harus dipunyai untuk menciptakan komunikasi dengan Tuhan dan mengatasi masalah
secara efektif dan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan empati terhadap
orang lain.
f) Empati
Dengan empati, meskipun dalam situasi yang tidak di kenal dengan baik, remaja mampu
membayangkan bagaimana kehidupan orang lain. Empati melatih remaja untuk mengerti dan
menerima orang lain yang mungkin berbeda dengan dirinya, dan juga membantu
g) Mengendalikan emosi
Keterampilan mengenali emosi diri dan orang lain, serta mengetahui bagaimana emosi dapat
Mengendalikan dan mengatasi emosi diperlukan karena luapan emosi kemarahan atau
h) Mengatasi stress
lingkungan sekitar atau merubah cara hidup (lifestyle), diajarkan pula bagaimana bersikap
santai sehingga tekanan yang terjadi oleh stress yang tak terhindarkan tidak berkembang
menjadi masalah kesehatan yang serius. PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk drama,
main-peran (role play), diskusi dll. Contoh aplikasi keterampilan ini dalam kehidupan sehari-
hari adalah cara menolak ajakan atau tekanan teman sebaya untuk melakukan perbuatan
Dengan menerapkan ajaran PKHS, remaja dapat mengambil keputusan segera untuk menolak
ajakan tersebut, merasa yakin akan kemampuannya menolak ajakan tersebut, berpikir kreatif
untuk mencari cara penolakan agar tidak menyakiti hati temannya dan mengerahkan
hidup sehat dapat juga menimbulkan rasa gembira bagi remaja sehingga dapat menjadi daya
tarik untuk berkunjung kali berikut, serta mendorong melakukan promosi tentang adanya
PKPR di Puskesmas kepada temannya dan menjadi sumber penular pengetahuan dan
Pelatihan ini merupakan salah satu upaya nyata mengikut sertakan remaja sebagai salah satu
syarat keberhasilan PKPR. Dengan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja yang
lazim disebut pendidik sebaya, beberapa keuntungan diperoleh yaitu pendidik sebaya ini akan
berperan sebagai agen pengubah sebayanya untuk berperilaku sehat, sebagai agen promotor
keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya yang berminat, berbakat, dan sering
menjadi tempat “curhat” bagi teman yang membutuhkannya dapat diberikan pelatihan
6) Pelayanan rujukan
Sesuai kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis, melaksanakan
rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi. Rujukan sosial juga diperlukan dalam
PKPR, sebagai contoh penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca
penyalah-guna napza, atau penyaluran kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program
pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental korban perkosaan. Sedangkan rujukan pranata
hukum kadang diperlukan untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan
dalam menindaklanjuti suatu kasus. Tentu saja kerjasama ini harus diawali dengan komitmen
antar institusi terkait, yang dibangun pada tahap awal sebelum PKPR dimulai.
2008, dilakukan oleh pihak lain di luar puskesmas perlu dilakukan oleh puskesmas sendiri.
Melalui monitoring, petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini hingga koreksi
yang akan dilakukan tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak, dan mempercepat
1. Monitoring oleh tatanan administrasi yang lebih tinggi dilakukan melalui analisa laporan
lapangan. Sistem monitoring adalah proses pengumpulan dan analisa secara teratur dari
seperangkat indikator. Sistem akan menyuguhkan data yang dapat digunakan untuk menilai:
2. Apakah program berjalan dengan benar, dan bagaimana kemajuannya, adakah penyimpangan
atau masalah.
3. Apakah input dan proses yang dilakukan menghasilkan perbaikan ke arah target yang
direncanakan.
5. Adakah faktor lingkungan atau eksternal (masyarakat, geografis, kebijakan setempat, dll) dan
Monitoring dibedakan dengan evaluasi dari rutinitas pengumpulan data dan lingkup
fokus sasarannya. Evaluasi fokusnya luas namun waktunya terbatas. Monitoring dilakukan
berkesinambungan dengan demikian kesenjangan yang ditemukan pada suatu waktu dapat
dibandingkan dengan hasil yang ditemukan pada kali berikut. Monitoring terhadap akses dan
kualitas PKPR diawali dengan melihat kepatuhan terhadap standar PKPR yang diwakili oleh
pelayanan dari jumlah kunjungan dan kasus yang ditangani baik di dalam maupun di luar
gedung. Meskipun demikian kegiatan PKPR lainnya seperti PKHS dan pelatihan calon
pendidik sebaya harus dicatat, untuk melihat sejauh mana lingkup kegiatan dilaksanakan.
Standar dan indikator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses
PKPR :
Kualitas:
b) Sarana institusi: pemenuhan kriteria sarana untuk menjamin kerahasiaan dan kenyamanan
klien.
Akses
a. Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan klien,
b. Frekuensi petugas puskesmas berperan menjadi narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
dilaporkan ke tingkat pusat, tetap perlu dilakukan untuk mencatat hal-hal mendasar.
Manfaatnya adalah untuk mendapatkan data kesehatan remaja di wilayah puskesmas. Selain
itu data juga digunakan untuk kepentingan perencanaan dan menentukan langkah-langkah
perbaikan. Register kunjungan sebaiknya dicatat dan disimpan khusus di ruang pelayanan
remaja, demikian juga status kesehatan serta catatan konseling untuk menjaga
kerahasiaannya.
Pada tahap awal pelaksanaan PKPR pendaftaran dapat dilakukan di tempat kunjungan
umum namun catatan medis/catatan konseling tetap disimpan tersendiri, contoh rekapitulasi
catatan konseling terlampir. Buku catatan kegiatan dan kunjungan sebaiknya dibuat
sedemikian rupa sehingga pada saat diperlukan dapat diketahui data kegiatan PKPR dengan
segera. Format standar pencatatan kegiatan PKPR dan kewajiban untuk melaporkannya
sebaiknya perlu disepakati dan disusun setempat secara bersama antara pihak Dinas
Kesehatan Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta perwakilan Puskesmas (Depkes RI, 2008).
propinsi atau kabupaten, beserta dengan pelaku pelayanan, menggunakan sistem QA yang
Puskesmas untuk mengingatkan kembali unsur yang harus diperhatikan dalam meningkatan
akses dan kualitas PKPR. Wawancara pasca pelayanan (exit interview) pada klien yang akan
meninggalkan Puskesmas dilakukan oleh petugas lain, menggambarkan tingkat kepuasan
klien remaja tentang pelayanan yang didapat. Komentar yang lebih jujur, kritik, saran dapat
diperoleh melalui kotak saran yang disediakan, karena diberikan secara anonimus.
Dalam monitoring PKPR (2008), pengumpulan data dilakukan berkaitan dengan input
1. Input:
Berupa sumber daya meliputi sarana, dana dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan dan tersedia
2. Proses
Berupa data kegiatan yang dilakukan agar tujuan PKPR dapat tercapai. Data yang
dikumpulkan meliputi jenis kegiatan, bagaimana melakukannya, dilakukan oleh siapa, siapa
3. Output
dimana pengawasan dapat meningkatkan kualitas pelayanan dibandingkan dengan tidak ada
pada praktek petugas kesehatan dan pengetahuan, sedangkan penelitian lain menunjukkan
memiliki Puskesmas yang mampu melaksanakan PKPR. Pencapaian akses dan pelaksaanaan
pelayanan tentu harus diimbangi dengan mutu pelaksaannya sehingaa Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014 mengeluarkan pedoman standar nasional
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), sebagai acuan bagi penanggung jawab program
baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota khususnya bagi pengelola program PKPR di
Standar Nasional PKPR mengatur lima aspek yang di dalamnya memiliki tiga kriteria
yaitu kriteria input, proses dan output yang berkaitan dengan pelaksanaan PKPR, yaitu :
a. SDM Kesehatan
Terbentuk dan berfungsinya tim PKPR yang kompeten (mempunyai pengetahuan, sikap dan
keterampilan) untuk melaksanakan PKPR sesuai dengan standard an pedoman yang berlaku.
b) Pengelola program terlatih dan mampu memberikan konseling yang peduli, peka, bersahabat
dan tidak menghakimi remaja sesuai dengan standard an pedoman yang berlaku.
2) Kriteria proses
2. Pengelola program memberikan pelayanan konseling yang peduli peka, bersahabat dan tidak
berlaku
b. Fasilitas kesehatan
Tersedia dan berfungsinya fasilitas kesehatan mampu laksana PKPR dengan pelayanan
kesehatan yang sesuai kebutuhan remaja, prosedur dan tata laksana yang ramah remaja, serta
didukung sarana dan prasarana, termasuk peralatan dan obat-obatan yang memadai.
a) Tersedianya paket pelayanan kesehatan komperhensif sesuai dengan kebutuhan remaja, tanpa
membedakan karakteristik social dan ekonomi pada setiap jenjang pelayanan kesehatan, baik
b) Tersedianya prasarana dan sarana yang diperlukan sesuai standard pedoman untuk
c) Tersedianya prosedur, tata laksana dan alur pelayanan yang mampu mencegah
2) Kriteria Proses
tanpa membedakan karakterisik sosial dan ekonomi, baik di dalam dan luar gedung.
kerahasiaan, privasi, kenyaman dan kecepatan, baik di dalam dan luar gedung.
Tersedia dan berfungsinya fasilitas kesehatan mampu laksana PKPR dengan pelayanan
kesehatan yang sesuai kebutuhan remaja, serta didukung sarana prasarana, termasuk peralatan
c. Remaja
untuk hidup sehat dan produktif, dan dapat memanfaatkan berbagai jenis dan tempat
informasi / pelayanan KIE yang memenuhi selera dan kebutuhan berbagai kelompok remaja
berdasarkan standar/pedoman yang berlaku, oleh berbagai pihak terkait sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
b) Tersedianya berbagai alat bantu audio visual untuk kegiatan pemberi informasi/pelayanan
KIE, yang memenuhi selera dan kebutuhan berbagai kelompok remaja dan masyarakat
terkait.
c) Adanya pedoman tentang peran hak, tanggung jawab, dan ruang lingkup kegiatan konselor
2) Kriteria Proses
yang berlaku, oleh berbagai pihak terkait seseuai dengan kewenangan masing-masing.
b) Diselenggarakan kegiatan pemberian informasi/ pelayanan KIE yang memenuhi selera dan
kebutuhan berbagai kelompok remaja dan masyarakat terkait, menggunakan berbagai metode
c) Konselor sebaya dan pendamping konselor sebaya melaksanakan peran, hak, tanggung jawab
Remaja memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga mampu memahami kebutuhan
untuk hidup sehat dan produktif, serta dapat memanfaatkan berbagai jenis dan tempat layanan
d. Jejaring
Terbentuk dan berfungsinya jejaring antar remaja, kelompok masyarakat, lintas program,
lintas sector terkait dan lembaga swadaya masyarakat, dalam penyediaan dan pemanfaatan
PKPR
a) Tersedianya metode dan instrument untuk pemetaan peran, kegiatan dan produk berbagai
peran, tanggung jawab, dan fungsi pembinaan dari setiap organisasi dalam pembinaan
kesehatan masyarakat.
d) Tersedianya mekanisme pembinaan, penguatan peran, dan tanggung jawab organisasi remaja
remaja
2) Kriteria proses
a) Terlaksananya pemetaan dan tersedianya peta peran, kegiatan dan produk berbagai pemangku
kejelasan peran, tanggung jawab, dan fungsi pembinaan dari setiap organisasi dalam
lintas sector terkait dan lemabaga swadaya masyarakat dalam oenyediaan dan pemanfaatan
PKPR.
e. Manajemen kesehatan
Adanya kebijakan dan sistem manajemen yang mampu menjamin dan meningkatkan kualitas
PKPR
d) Tersedianya metode dan instrument untuk melaksanakan evaluasi diri, supervise fasilitatif
e) Adanya sistem rujukan medik untuk pelayanan kesehatan remaja, yang terintegrasi dengan
2) Kriteria proses
a) Terlaksananya kegiatan advokasi PKPR dengan meggunakan berbagai dokumen terkait pada
penyelenggaraan PKPR
e) Terlaksananya layanan rujukan dan rujukan baik medic untuk pelayanan kesehatan remaja,
Adanya kebijakan dan sistem manajemen yang mampu menjamin peningkatan kualitas PKPR
DAFTAR PUSTAKA
SHARE
SHARE