Anda di halaman 1dari 4

‫يؤمن هذا اجمللس بأن نظام التعلمي املزنيل أكرث فعالية من التعلمي العام‬

MAJELIS PERCAYA BAHWA SISTEM PENDIDIKAN HOME SCHOOLING JAUH LEBIH EFEKTIF DARI PADA PUBLIC
SCHOOLING
Pro : Kontra :
Latar Belakang: Latar Belakang:
1. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) 1.
menyoroti berbagai masalah di institusi pendidikan
pada tahun 2017-2019, diantaranya: kekerasan,
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan
radikalisme.
2. kekerasan yang terjadi di institusi pendidikan.
Berdasarkan catatan JPPI, ada 253 kasus selama
2019 ini.
3. JPPI memandang kekisruhan PPDB di tahun-tahun
mendatang berpotensi berulang, mulai dari sistem
zonasi sampai pada pungli dan jual-beli kursi PPDB
4. Berdasarkan catatan JPPI, adanya bahan ajar
ataupun soal yang diduga terpapar radikalisme.
5. Dari berbagai macam permasalahan di atas perlu
kiranya diperbandingkan dari segi keefektifan antara
homeschooling dan publicschooling, mengingat
homeschooling sebagai alternatif sistem pendidikan
yg berbasis di rumah
Definisi Bahasa: Definisi Bahasa:
1. Sistem pendidikan: Strategi atau metode yang 1.
digunakan dalam proses belajar mengajar untuk Definisi Istilah:
mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara 1.
aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya. Poin-poin penting dalam definisi:
2. Homescooling: model alternatif belajar selain di 1.
sekolah
3. Efektif: dapat membawa hasil
4. Publicschooling: pendidikan di sekolah
Definisi Istilah:
1. Homeschooling: Metode pendidikan dengan keluarga
yang memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan anak-anak dan mendidik anaknya
dengan berbasis rumah (Seto Mulyadi, Ketua
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia)
2. Publicschooling: pendidikan di sekolah yang di
peroleh secara teratur, sistematis, bertingkat atau
berjenjang, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang
jelas.
Poin-poin penting dalam definisi:
1. Jenis-jenis homeschooling:
a. Homeschooling tunggal: dilaksanakan oleh orang
tua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan
lainnya
b. Homeschooling majemuk: dilaksanakan oleh dua
atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu,
sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan
oleh orang tua masing-masing
c. Komunitas homeschooling: gabungan beberapa
homeschoooling majemuk yg menyusun dan
menentukan silabus, bahan ajar, sarana dan
prasarana dan jadwal pembelajaran
2. Kurikulum Homeschooling: kurikulum homeschooling
bersifat customzed, sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak. konsep kurikulumnya mengacu
pada konsep humanistik, asumsi bahwa anak adalah
yang pertama dan utama dalam pendidikan. Model
pengembangan kurikulum homeschooling adalah
nonteknik-nonsaintifik, pengembangan yang
berorientasi pada peserta didik melalui cara-cara
aktif dalam proses pembelajaran.
3. Lebih efektif yang dimaksud di judul ini adalah lebih
berguna dan memberikan hasil untuk peserta didik
itu sendiri dan masyarakat sekitar.
4. Penanggung jawab terselenggaranya pendidikan:
a. Public Schooling: Pihak sekolah
b. Homeschooling: Orang tua
5. Dasar hukum homeschooling: Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 129 tahun 2014, “Sekolah rumah atau
homeschooling adalah proses layanan pendidikan
secara sadar dan terencana dilakukan oleh orang
tua/keluarga di rumah atau tempat dengan suasana
kondusif.”
1 Sektor: Pengaruh lingkungan 1 Sektor: Psikologi
Mantuq: Media minimalisir pengaruh negatif Mantuq: Tumbuh pesatnya kecerdasan emosional siswa
lingkungan Public Schooling
1. Banyak pengaruh negatif lingkungan menjangkiti 1. Peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional
siswa-siswa Public Schooling, seperti tawuran, dapat mengendalikan dirinya dengan baik dalam
perundungan (bullying), narkoba dan seks bebas. mengikuti proses pembelajaran dan memiliki
2. Bila pengaruh negatif ini terus dibiarkan terjadi kesadaran yang tinggi untuk belajar. Individu yang
maka mental mereka akan rusak yang nantinya akan mampu memahami emosi individu lain,dapat
merugikan diri, keluarga dan lingkungan mereka bersikap dan mengambil keputusan dengan tepat
hingga pemerintah tanpa menimbulkan dampak yang merugikan
3. Para orang tua dapat meminimalisir pengaruh kedua belah pihak.
negatif ini dengan menerapkan sistem pendidikan 2. Membina hubungan persahabatan, bekerja dalam
Homeschooling. Hal tersebut terjadi karena anak kelompok, mencapai prestasi lebih tinggi karena ada
dalam pengawasan penuh mereka daya saing antar siswa, mengatasi masalah dengan
4. Dengan begitu maka homeschooling lebih berguna teman yg nakal, berempati pada sesama, mengatasi
dan memberikan hasil untuk peserta didik itu konflik, membangkitkan rasa humor, menjalin
sendiri dan lingkungan sekitar keakraban, saling mendengarkan, memahami dan
Dalil: berbagi.
1. kekerasan yang terjadi di institusi pendidikan. 3. Pertumbuhan emosional seperti di atas tidak dapat
Berdasarkan catatan JPPI, ada 253 kasus selama ditemukan di sistem pendidikan Homeschooling yang
2019 ini. mana tidak ada aturan formalnya karena aturan yang
2. "Jika dulu kekerasan banyak dilakukan oleh guru, ada hanya antara guru dan siswa yg bersifat fleksibel
kini trennya banyak juga dilakukan oleh peserta 4. Oleh karenanya tingkat kekerasan yg ada di
didik," ujar Koordinator Nasional JPPI, Ubaid Matraji lingkungan sekolah formal bisa diminimalisir bila
para peserta didik betuk-betul menumbuhkan
kecerdasan emosional dengan media-media yg sudah
disebutkan di atas
5. Oleh karena itu maka, sistem pendidikan sekolah
formal lebih berguna da memberikan hasil bagi
peserta didik itu sendiri dan lingkungan sekitarnya
Dalil:
1. Jurnal Kadeni Dosen STKIP PGRI Blitar dgn judul
PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL DALAM
PEMBELAJARAN
2. Jurnal Sokhikhatul Mawadah, M.E.I Dosen FEBI UIN
(Universitas Islam Negeri) Walisongo Semarang dgn
judul PENTINGNYA PENDIDIKAN FORMAL
(SEKOLAH) DI TENGAH MARAKNYA
HOMESHOOLING
2 Sektor: Sistem pendidikan 2 Sektor: Hak
Mantuq: Banyak permasalahan pada sistem pendidikan Mantuq: Homeschooling mendapatkan diskriminasi di
Public schooling beberapa dinas pendidikan
1. Akhir-akhir ini banyak permasalahan di sistem 1. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
pendidikan public schooling, mulai dari buruknya Nasional pasal 27 ayat 2 menyatakan hasil
PPDB, kurang siapnya infrastruktur sekolah, pendidikan informal diakui sama dengan
rendahnya alokasi APBD pendidikan. pendidikan formal dan nonformal setelah peserta
2. PPDB: kuota jalur zonasi diperbanyak hingga 90 didik lulus ujian sesuai dengan standar pendidikan
persen namun radius zonasi justru dipersempit nasional. Bunyi Pasal tersebut merupakan
hanya 2 km atau setingkat kelurahan. Hal ini perlindungan peserta didik pada peluang untuk
menyebabkan beberapa anak terhambat hak untuk mengikuti Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan
mendapatkan pendidikannya karena aturan sistem (UNPK).
zonasi ini. Pasalnya sistem ini tidak menekankan 2. Namun, Peserta didik sekolah rumah di beberapa
pada nilai dari calon peserta didik (NEM), namun tempat belum mendapat dukungan kebijakan penuh
pada jarak atau radius antara rumah siswa dengan dari dinas pendidikan setempat. Sekolah rumah
sekolah. Dengan buruknya sistem PPDB ini maka sebagai pendidikan informal masih menerima
akan terjadi pungli dan jual-beli PPDB. layanan diskriminasi.
3. Koordinator JPPI Ubaid Matraji menemukan indikasi 3. Peserta didik sekolah rumah yang mampu
pungli dalam penarikan biaya daftar ulang sejumlah menyelesaikan materi bahan ajar lebih awal/cepat
siswa yang sudah lolos PPDB online. Dan dia juga di jenjangnya dibanding anak-anak sekolah formal,
mengatakan penerapan zonasi sejauh ini belum tetapi sulit memperoleh pengakuan akselerasi atau
berdampak terhadap pemerataan kualitas percepatan. Terdapat sekolah formal yang tidak
pendidikan dan mutu sekolah. Perkumpulan wali memahami kondisi peserta didik sekolah rumah
murid DKI Jakarta 8113 (koloni 8113) yang mampu menyelesaikan pendidikan lebih cepat,
mengungkap temuan soal pungutan liar yang syarat anak sekolah rumah yang bisa akselerasi
dilakukan oleh sejumlah sekolah dasar di Jakarta dengan memiliki IQ 130.
4. menurut Badan Pusat Statistik (BSP) tahun 2018, 4. Peserta didik sekolah rumah dianggap belum boleh
masih banyak ruang kelas dengan kondisi rusak, baik ikut ujian nasional pendidikan kesetaraan dengan
rusak ringan maupun rusak berat. Persentase ruang alasan dianggap belum tuntas belajar 6 tahun untuk
kelas yang rusak ringan dan rusak berat masih SD dan 3 tahun untuk SMP. Pindah jalur ke sekolah
mencapai di atas 50%. Ruang kelas dengan kondisi formal menjadi sulit, dengan sekolah menolak
rusak tertinggi adalah jenjang SD. keabsahan ijazah kesetaraan, meskipun sudah
5. Amanah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 membuat nota kesepahaman pengakuan hak dan
mengharuskan pemerintah daerah (pemda) untuk kewajiban sekolah rumah.
mengalokasikan dana pendidikan murni minimal 5. Diskriminasi di atas akan berdampak pada keraguan
20% dari anggaran pendapatan belanja daerah para orang tua dalam memilih homeschooling
(APBD). Namun kenyataannya, berdasarkan hasil sebagai sistem pendidikan anaknya, karena mereka
penyisiran dari data neraca pendidikan daerah tidak yakin bahwa sistem homeschooling akan
(NPD) yang dirilis Kementerian Pendidikan dan membuat anak mereka nyaman melanjutkan
Kebudayaan (Kemdikbud) 2019, hanya tujuh pemda pendidikannya ke jenjang yg lebih tinggi dan
se-Indonesia yang mengalokasikan sekurang- mudah mencari lapangan pekerjaan
kurangnya 20% dari APBD untuk pendidikan. 6. Berbeda dengan Publicschooling yg memang
6. Dengan berbagai permasalahan sistem pendidikan sudah jelas diakui oleh seluruh dinas pendidikan di
public schooling di atas para orang tua menjadi ragu Indonesia
untuk menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada 7. Dengan penjelasan tersebut jelas lah bahwa
institusi sekolah umum dan lebih condong pada Homeschooling tidak lebih efektif dari Public
homeschooling sehingga homeschooling lebih schooling, mengingat masih adanya perlakuan
berguna dan memberikan hasil untuk peserta didik diskriminasi pada siswa Homeschooling di beberapa
itu sendiri dan lingkungan sekitar mengingat bahwa dinas pendidikan.
homeschooling adalah sistem pendidikan yang Dalil:
tanggung jawabnya adalah orang tua bukan pada 1. Jurnal Prof. Dr. H. Oong Komar, M. Pd. Guru besar
pihak sekolah dan pemerintah Universitas Pedidikan Indonesia bidang ilmu
pendidikan luar sekolah yang berjudul “Problematik
Sekolah Rumah”
3 Sektor: Pelaksanaan 3 Sektor: Radikalisme
Mantuq: Munculnya paham radikalisme di sekolah Mantuq: Rentan masuknya paham radikalisme pada
formal Program homeschooling
1. Hasil penelitian terbaru dari PPIM UIN Jakarta 1. Pemerintah Sulit Awasi Radikalisme Lewat
(2017), dilakukan terhadap siswa/mahasiswa dan 'Homeschooling'
guru/dosen dari 34 provinsi di Indonesia. Di antara 2. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan
hasilnya yaitu sebanyak 34,3 persen responden Pendidikan Masyarakat Kemendikbud Harris
memiliki opini intoleransi kepada kelompok agama Iskandar tak menampik homeschooling tunggal
lain selain Islam. mungkin menjadi sarana baru bagi orang tua
2. Kemudian, sebanyak 48,95persen responden mengajarkan radikalisme pada anak.
siswa/mahasiswa merasa pendidikan agama 3. "Kami sendiri masih tergagap-gagap. Terus terang,
mempengaruhi mereka untuk tidak bergaul dengan komunikasi orang tua terhadap anak, siapa yang bisa
pemeluk agama lain. Yang lebih mengagetkan lagi mengawasi? Instrumen apa? Kami nggak tahu
58,5 persen responden mahasiswa/siswa memiliki bagaimana menjawab itu," kata Harris
pandangan keagamaan dengan opini yang radikal. 4. Harris menyebut pengawasan pembelajarannya
3. Semua lembaga relatif sepakat jika radikalisme yang tidak akan semudah sekolah formal pada umumnya.
masuk ke sekolah melalui; (1) aktivitas pembelajaran 5. "Sangat sulit. Sangat sulit. Kalau kita tanya secara
di kelas oleh guru, (2) melalui buku pelajaran yang baik-baik, pasti jawaban yang diberikan normatif.
diduga memuat konten intoleransi, (3) melalui Tapi apa yang terjadi itu tetap mengkhawatirkan,"
pengaruh dan intervensi alumni dalam kegiatan katanya.
kesiswaan di sekolah dan (4) lemahnya kebijakan 6. Pengakuan Ferry Safarudin Kepala Bidang PAUD dan
kepala sekolah/yayasan dalam mencegah masuknya Pendidikan Masyarakat Disdik DKI Jakarta bahwa
pengaruh radikalisme. Untuk hasil ini kita bisa lihat penyebaran paham radikal sangat mudah terjadi
laporan riset dari Ma’arif Intitute (2017). melalui peran keluarga pada homeschooling.
4. Dengan rentan masuknya paham radikalisme pada Khususnya pada homeschooling tunggal yang
lingkungan sekolah formal jelas lah bahwa merupakan pendidikan berbasis keluarga yang
homeschooling lebih berguna dan memberikan hasil dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga
untuk peserta didik itu sendiri dan lingkungan untuk peserta didik.
sekitar, mengingat bahwa proses berjalannya sistem 7. "Sangat mungkin karena dari keluarga lebih dekat
pendidikan di homeschooling sangat aman dari dan lebih masuk pahamnya itu. Menangkal paham
materi pelajaran dan guru radikal karena radikalisme pun lebih mudah melalui keluarga.
pengawasannya langsung dari orang tua mereka Apalagi kondisinya seperti ini," kata Ferry.
Dalil: 8. Ferry menuturkan induk pengawasan
1. Berdasarkan catatan JPPI, adanya bahan ajar homeschooling ada di Pusat Kegiatan Belajar
ataupun soal yang diduga terpapar radikalisme. Masyarakat (PKBM) masing-masing suku dinas
Bahkan, mengutip dari penelitian Universitas Islam pendidikan. Ferry mengaku belum pernah menerima
Negeri (UIN) Jakarta pada 2019, sebanyak 59 persen laporan pengaduan praktik homeschooling di Jakarta
guru muslim mendukung negara Islam. yang ajarannya melenceng.
9. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI)
sejaligus pengamat pendidikan dan pendiri
homeschooling Kak Seto (HSKS) Seto Mulyadi
menilai peran Kemendikbud ataupun dinas
pendidikan dalam mengawasi homeschooling masih
rendah.
10. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) mengakui sulit mengawasi
penyebaran paham radikalisme yang berpotensi
menyebar melalui sekolah informal, khususnya
sekolahrumah atau homeschooling tunggal yang
diadakan oleh orang tua dalam satu keluarga.
11. Hal ini terkait anak-anak pelaku teror bom bunuh
diri di Surabaya dan Sidoarjo yang merupakan
korban indoktrinasi orang tuanya.
12. Serangkaian serangan teror bom di Surabaya
melibatkan keluarga dalam aksinya, termasuk anak-
anak. Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin
mengatakan anak-anak pelaku teror di Surabaya
mendapatkan pendidikan melalui homeschooling. Di
sisi lain, mereka juga diduga menerima doktrin dari
orang tuanya.
Dalil:
1. Terjadi lima kali ledakan bom bunuh diri di lima
tempat yang berbeda sejak 13 Mei 2018 sampai 14
Mei 2018. Setelah ledakan di tiga gereja di Surabaya,
ledakan kembali terjadi di Rusunawa Wonocolo
Sidoarjo yang juga dilakukan oleh satu keluarga
dengan melibatkan anak-anak.
2. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjan Pol
Machfud Arifin mengungkapkan, anak-anak pelaku
teror bom di Surabaya dan Sidoarjo tidak pernah
bersekolah. Saat ditanya oleh para tetangga sekitar,
anak-anak tersebut disebut menjalani pendidikan
lewat jalur sekolah rumah (homeschooling).
Perintis awal homeschooling Jhon Caldwell Holt
dari Amerika tahun 1960

Anda mungkin juga menyukai