Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASAS-ASAS HUKUM PERDATA INTERNASIONAL DALAM HUKUM BENDA

DISUSUN

KELOMPOK VII

ROHMANSYAH DJAFAR
DIO WARTABONE
MUSNA HASIRU
NELVIANA S YUSUF
FATMA DJAUHARI

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GORONTALO
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan teman-teman. Amin...

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….

KESIMPULAN……………………………………………………………………………

SARAN..................................................................................................................................
.
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Awal Perkembangan Hukum Perdata Internasional

Didalam perkembangan sejarah HPI, tampaknya perdagangan (pada taraf


permulaan adalah pertukaran barang atau barter) dengan orang asinglah yang melahirkan
kaida-kaidah HPI. Pada jaman romawi kuno, segala persoalan yang timbul sebagai akibat
hubungan antara orang romawi dan pedagang asing diselesaikan oleh hakim pengadilan
khusus yang disebut praetor peregrinos. Hukum yang digunakan oleh hakim tersebut
pada dasarnya adalah hukum yang berlaku bagi para civies Romawi,yaitu Ius Civile yang
telah disesuaikan dengan pergaulan internasional.Ius Civile yang telah diadaptasi untuk
hubungan internasional yang kemudian disebut Ius Gentium. Ius Gentium juga memuat
kaidah kaidah yang dapat dikategorikan kedalam Ius Privatum dan Ius Publicum. Ius
Gentium yang menjadi bagian Ius privatum berkembang menjadi hukum perdata
internasional (HPI), sedangkan Ius Gentium yang menjadi bagian Ius Publicum telah
berkembang menjadi hukum internasional politik.

Pada masa romawi perkembangan asas-asas yang dilandasi prinsip atau asas teretorial,
yang dewasa ini dianggab sebagi asas HPI yang penting, misalnya:
1. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs), yang menyatakan bahwa hukum yang harus
diberlakukan atas suatu benda adalah huum dari tempat dimana benda tersebut berada
atau terletak.
2. Asas Lex Loci Contractus, yang menyatakan bahwa terhadap perjanjian-perjanjian
(yang bersifat HPI) berlaku kaidah-kaidah hukum dari tempat pembuatan perjanjian.
3. Asas Lex Domicilli, yang menyatakan bahwa hukum yang mengatur hak serta
kewajiban perorangan adalah hukum dari tempat seseorang berkediaman tetap.

Di dalam prisip teretorial, hukum yang berlaku bersifat teretorial. Setiap wilayah
(teritorial) memiliki hukumnya sendiri, dan hanya ada satu hukum yang brlaku terhadap
semua orang atau benda yang berada diwilayah itu, dan perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan di wilayah itu.

B. Masa Pertumbuhan Asas Personal (Abad 6-10M)

Pada akhir abad 6 M, kekaisaran Romawi ditaklukan bangsa “Barbar” dari Eropa.
Bekas wilayah kekaisaran Romawi diduduki berbagai suku bangsa yang satu dengan
lainnya berbeda secara geneologis. Kedudukan ius civile menjadi kurang penting,karena
masing-masing suku bangsa tersebut tetap memberlakukan hukum personal, hukum
personal, hukum yang berlaku digantungkan kepada pribadi yang bersangkutan. Sehingga
didalam wilayah tertentu mungkin akn berlaku beberpa hukum sekaligus. Dalam
menyelesaikan sengketa yang menyangkut dua suku bangsa yang berbeda biasanya
ditentukan dulu kaidah-kaidah hukum adat masing-masing suku, barulah ditetapkan
hukum mana yang akan diberlakukan.
Beberapa asas HPI yang tumbuh pada masa tersebut yang dewasa ini dapat dikategorikan
sebagai asas HPI misalnya:

1. Asas yang menetapkan bahwa hukum yang berlaku dalam suatu perkara dalam hukum
personal dari pihak tergugat .
2. Asas yang menyatakan bahwa kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum
seseorang ditentukan hukum personal orang tersebut. Kapasitas para pihak dalam suatu
perjanjian harus ditentukan oleh hukum personal dari masing-masing pihak.
3. Asas yang menyatakan bahwa masalah pewarisan harus diatur berdasarkan hukum
personal si pewaris.
4. Pengesahan suatu perkawinan harus dilakukan berdasarkan hukam personal sang
suami.

C. Pertumbuhan Asas Teritorial (Abad 11-12 M)

Dikawasan Eropa Utara terjadi peralihan struktur maysrakat genealogis kemasyarakat


terotoroal tampak dari tumbunya unit-unit masyarakat yang feodalistis, khususnya di
wilayah inggris, Francis dan jerman sekarang. Semakin banyak tuan tanah (landlords)
yang berkuasa dan memberlakukan hukum mereka sendiri terhadap semua orang dan
semua hubungan hukum yang berlangsung diwilayahnya. Dengan percatan lain, tidak ada
pengakuan terhadap hak-hak asing. Hak-hak yang dimiliki orang asing dapat bugitu saja
dicabut penguasa, sihingga dalam keadaan demikian HPI tidak berkembang sama sekali.
Kawasan Eropa bagian selatan transformasi dari asas personal genealogis keatas teritorial
belangsung bersamaan dengan pertumbuhan pusat-pusat perdagangan khususnya Italia.
Dasar ikatan antar manusia disini bukanlah genealogis atau feodalisme, melainkan tempat
tinggal yang sama. Kota-kota yang tumbuh pesat itu antara lain Florence, Pisa, Peruggia,
Venetia, Milan, padua,dan genoa.kota-kota tersebut merupakan kota perdagangan yang
otonom dengan:
BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN BENDA

Benda, (Pasal 499 KUHPer) tiap – tiap barang dan tiap – tiap hak yang dapat
dikuasai oleh hak milik, segala sesuatu yang dapat dihaki atau dijadikan objek
hak milik.

Arti sempit, nyata dan dapat dilihat/dipegang

Arti luas :

• Berwujud
1. Arti sempit
2. Bagian dari kekayaan

i. Berwujud : Hasil karena alam (natuurlijke vruchten)

ii. Tidak berwujud : Timbul karena hubungan hukum

tertentu atau hasil perdata

Contoh : Piutang dan penagihan –


penagihan lainnya

• Tidak berwujud
1. Hak Cipta
2. Hak Paten
3. Hak Merek

B.HUKUM BENDA

HUKUM BENDA, adalah hukum tentang benda yaitu kumpulan segala macam
aturan hukum tentang benda yang terdapat di dalam Buku II KUHPer mulai pasal
499 sampai dengan 1232.

Sistem pengaturan Buku II adalah system tertutup, artinya seseorang tidak


dapat mengadakan hak – hak kebendaan yang baru selain yang ada di dalam
Buku II tersebut.
ASAS - ASAS HUKUM BENDA

• Hukum Memaksa

Aturan yang berlaku menurut undang – undang wajib dipatuhi atau tidak
boleh disimpangi oleh para pihak.

• Dapat dipindahkan

Semua hak kebendaan dapat dipindahkan. Menurut perdata barat, tidak


semua dapat dipindahkan (seperti hak pakai dan hak mendiami) tetapi
setelah berlakunya UUHT, semua hak kebendaan dapat
dipindahtangankan.

• Individualitas

Hak kebendaan selalu benda yang dapat ditentukan secara individu,


artinya berwujud dan merupakan satu kesatuan bukan benda yang
ditentukan menurut jenis jumlahnya, misalnya memiliki rumah, hewan,dll.

• Totalitas

Dalam asas totalitas ini mencakup suatu asas perlekatan. Seseorang


memiliki sebuah rumah, maka otomatis dia adalah pemilik jendela, pintu,
kunci, gerbang, dan benda – benda lainnya yang menjadi pelengkap dari
benda pokoknya (tanah)

• Tak Dapat Dipisahkan

Seorang pemilik tidak dapat memindahtangankan sebagian dari


wewenang yang ada padanya atas suatu hak kebendaan seperti
memindahkan sebagian penguasaan atas sebuah rumah kepada orang
lain. Penguasaan atas rumah harus utuh, karena itu pemindahannya juga
harus utuh.

Tetapi, Eigendom dapat dibebani dengan hak lain seperti hak tanggungan
atau hak memungut hasil. Jika hak – hak tersebut dilepaskan, hal ini tidak
berarti pemilik melepaskan sebagian wewenangnya, karena hak miliknya
masih utuh.

• Prioritas

Asas ini timbul sebagai akibat dari asas nemoplus yaitu asa yang
menyatakan bahwa seseorang hanya dapat memberikan hak yang tidak
melebihi apa yang dimilikinya atau seseorang tidak dapat memindahkan
haknya kepada orang lain lebih besar pada hak yang ada pada dirinya.
• Asas Percampuran

Percampuran terjadi bila dua atau lebih hak melebur menjadi satu.

• Pengaturan dan Perlakuan yang Berbeda Terhadap Benda Bergerak


dan TIdak Bergerak

Pengaturan dan perlakuan dapat disimpulkan dari cara membedakan


antara benda bergerak dengan benda tidak bergerak serta manfaat atau
pentingnya pembedaan antara kedua jenis benda tersebut.

• Asas Publisitas

Asas ini berkaitan dengan pengumuman status kepemilikan suatu benda


tidak bergerak kepada masyarakat. Sedangkan untuk benda tidak
bergerak tidak perlu didaftarkan, artinya cukup melalui penguasaan dan
penyerahan nyata.

• Perjanjian Kebendaan

Perjanjian kebendaan, perjanjian yang mengakibatkan berpindahnya hak


kebendaan. Perjanjian disini bersifat obligatoir, artinya dengan selesainya
perjanjian, tujuan pokoknya belum selesai karena baru menimbulkan hak
dan kewajiban antara para pihak artinya hak belum beralih sebab masih
harus dilakukan penyerahan bendanya terlebih dahulu.

C.PEMBAGIAN BENDA

• Benda – benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUHPer)

Penting karena : dikaitkan dengan cara penyerahan benda yang


bersangkutan sebagai akibat hubungan hukum (misalnya : karena jual
beli, pewarisan, pemberian, dll)

• Benda – benda yang bila dipakai habis dan tidak habis (Pasal 505
KUHPer)

- benda yang dipakai habis : nasi, kopi, gula, uang, lilin

- benda yang dipakai tidak habis : piring, sendok, mobil, dll

• Benda yang sudah ada dan benda yang akan masih ada

Benda yang akan masih ada : ABSOLUT dan RELATIF


- ABSOLUT : benda tersebut pada suatu saat sama sekali belum ada,
misalnya panen padi yang masih akan datang

- RELATIF : benda yang suatu saat sudah ada, tetapi bagi orang – orang
tertentu belum ada, misalnya perabot rumah tangga yang sudah dibeli
berdasarkan pesanan tapi belum diserahkan

• Benda di dalam perdagangan dan benda diluar perdagangan

Pentingnya : terletak pada objek perjanjian

Benda dalam perdagangan : benda – benda yang dalam lapangan harta


kekayaan dapat dijadikan objek suatu perjanjian (dapat diperjual belikan
dengan bebas)

Benda di luar perdagangan : benda – benda yang dalam lapangan


perdagangan tidak dapat dijadikan objek perjanjian, tidak dapat
diperjualbelikan (jalan umum, lapangan sepak bola, dll)

• Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

1.
1. Benda yang dapat dibagi : benda yang wujudnya apabila dibagi
tidak akan menghilangkan sifat dan hakekat benda tersebut (missal
: beras, kopi, nasi )
2. Benda yang tidak dapat dibagi : benda yang wujudnya apabila
dibagi akan mengakibatkan hilangnya sifat dan hakekat benda
tersebut. (kuda, ayam, sapi  karena kalau dibagi bukan lagi
berupa hewan tetapi berupa daging kuda, daging ayam, daging
sapi, dll)

• Benda yang dapat diganti dan tidak dapat diganti


• Benda yang terdaftar dan tidak terdaftar

- pentingnya terletak pada pembuktian kepemilikan

1.
1. Benda terdaftar (benda atas nama) : benda – benda yang
pemindahan dan pembebanannya harus didaftarkan dalam daftar
buku atau register umum, jadi dapat dibuktikan dengan tanda
pendaftaran atau serifikat atas nama kepemilikannya.
2. Benda tidak terdaftar (benda tidak atas nama) : (pada umumnya)
benda bergerak yang tidak sulit membuktikan siapa pemiliknya
karena berlaku asas ‘BEZIT berlaku sebagai title yang sempurna’
untuk benda bergerak
• Benda bergerak dan tidak bergerak

Cara membedakannya :

Benda bergerak

a. Karena sifatnya, yaitu benda – benda yang dapat berpindah (termasuk


kapal – kapal, perahu – perahu dan tempat pemandian yang dipasangi
perahu  pasal 510 KUHPer)

b. Karena ketentuan UU (Pasal 511 KUHPer)

- Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda – benda bergerak

- Hak atas bunga – bunga yang diperjanjikan

- Penagihan – penagihan atau piutang – piutang

- Saham – saham atau andil – andil dalam persekutuan dagang,


dll

Benda tidak bergerak

a. Karena sifatnya, (Pasal 506 KUHPer) tanah dan segala sesuatu yang
melekat diatasnya, demikian juga dengan barang – barang tambang

b. Karena peruntukannya dan tujuan pemakaian (Pasal 507 KUHPer)

Pabrik dan barang – barang yang dihasilkannya, penggilingan –


penggilingan, dsb.

c. Karena UU

Hak pakai hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak, hak
pengabdian tanah, hak numpang karang, hak usaha, dll (Pasal 508
KUHPer)

Pasal 314 KUHD  kapal – kapal berukuran berat kotor 20 M (kubik)


keatas juga termasuk benda tidak bergerak

Pentingnya dibedakan karena :

• Bezit (Kedudukan berkuasa)

Pasal 1977 KUHPer ayat 1 KUHPer, siapa yang menguasai benda


bergerak, maka dial ah pemilik benda tersebut.
Untuk benda bergerak, belum tentu.

• Lavering (Penyerahan)

Pasal 612 KUHPer, lavering benda bergerak dengan penyerahan nyata,


dengan sendirinya penyerahan nyata menjadi penyerahan yuridis

Pasal 616 KUHPer, lavering benda tidak bergerak dilakukan dengan


pengumuman akta yang bersangkutan (ditentukan dalam Pasal 620
KUHPer) membukukannya dalam register

• Bezwaring (Pembebanan)

Pasal 1150 KUHPer, benda bergerak dengan GADAI

Pasal 1162 KUHPer, benda tidak bergerak dilakukan dengan HIPOTIK

Karena diberlakukannya UUHT, atas tanah hanya dapat dibebankan


dengan Hak Tanggungan. Hipotik hanya untuk pesawat dan helicopter
(Pasal 12 UU No. 15 Tahun 1992, tentang “Penerbangan”) dan juga untuk
kapal (Pasal 314 KUHD dan Pasal 9 UU No. 21 Tahun 1992 tentang
“pelayaran”)

• Daluwarsa (Verjaring)

Benda bergerak, tidak mengenal daluwarsa (Pasal 1977 ayat 1)  bezit


atas benda bergerak dianggap sebagai eigendom.

Benda tidak bergerak dikenal daluwarsa (Pasal 610 KUHPer), hak milik
atas sesuatu kebendaan diperoleh karena daluwarsa.

Daluwarsa tersebut adalah :

-Seseorang yang telah 20 tahun menguasai suatu benda tidak bergerak, suatu
bunga atau suatu piutang lain yang tidak harus dibayar atas tunjuk dengan itikad
baik dan dengan alas hak yang sah dapat menjadi pemilik benda / hak yang
bersangkutan.
BAB III PENUTUP

ASAS-ASAS UMUM HUKUM KEBENDAAN

Prof. Dr. Mariam Darus Badrulzaman, S.H. dalam bukunya “mencari Sistem Hukum
Benda Nasional” menjelaskan ada 10 asas umum yang sifatnya relative konkrit yang ada
dalam bidang tertentu, yaitu:

1. Asas system tertutup, artinya bahwa hak-hak atas benda bersifat limitative,
terbatas hanya pada yang diatur undang-undang. Di luar itu dengan perjanjian
tidak diperkenankan menciptakan hak-hak yang baru
2. Asas hak mengikuti benda/zaaksgevolg, droit de suite, yaitu hak kebendaan selalu
mengikuti bendanya di mana dan dalam tangan siapapun benda itu berada.

Asas ini berasal dari hukum romawi yang membedakan hukum harta kekayaan
(vermogensrecht) dalam hak kebendaan (zaakkelijkrecht) dan hak perseorangan
(persoonlijkrecht).

3. Asas publisitas, yaitu dengan adanya publisitas (openbaarheid) adalah


pengumuman kepada masyarakat mengenai status pemilikan.

Pengumuman hak atas benda tetap/tanah terjadi melalui pendaftaran dalam buku
tanah/register yang disediakan untuk itu sedangkan pengumuman benda bergerak
terjadi melalui penguasaan nyata benda itu.

4. Asas spesialitas

Dalam lembaga hak kepemilikan hak atas tanah secara individual harus
ditunjukan dengan jelas ujud, batas, letak, luas tanah. Asas ini terdapat pada hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atas benda tetap.

5. Asas totalitas

Hak pemilikan hanya dapat diletakan terhadap obyeknya secara totalitas dengan
perkataan lain hak itu tidak dapat diletakan hanya untuk bagian-bagian benda.

Misalnya:

Pemilik sebuah bangunan dengan sendirinya adalah pemilik kosen, jendela, pintu
dan jendela bangunan tersebut. Tidak mungkin bagian-bagian tersebut kepunyaan
orang lain.

6. Asas accessie/asas pelekatan


Suatu benda biasanya terdiri atas bagian-bagian yang melekat menjadi satu
dengan benda pokok seperti hubungan antara bangunan dengan genteng, kosen,
pintu dan jendela

Asas ini menyelesaikan masalah status dari benda pelengkap (accessoir) yang
melekat pada benda pokok (principal).

Menurut asas ini pemilik benda pokok dengan sendirinya merupakan pemilik dari
benda pelengkap. Dengan perkataan lain status hukum benda pelengkap
mengikuti status hukum benda pokok.

Benda pelengkap itu terdiri dari bagian (bestanddeed) benda tambahan (bijzaak)
dan benda penolong (hulpzaak).

7. Asas pemisahan horizontal

KUHPerdata menganut asas pelekatan sedang UUPA menganut asas horizontal


yang diambil alih dari hukum Adat.

Jual beli hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi bangunan dan tanaman
yang terdapat di atasnya.

Jika bangunan dan tanaman akan mengikuti jual beli hak atas tanah harus
dinyatakan secara tegas dalam akta jual beli.

Pemerintah menganut asas vertical untuk tanah yang sudah memiliki sertifikat
untuk tanah yang belum bersertifikat menganut asas horizontal (Surat menteri
pertanahan/agraria tanggal 8 Februari 1964 Undang-Undang No.91/14 jo S.Dep.
Agraria tanggal 10 desember 1966 No. DPH/364/43/66.

8. Asas dapat diserahkan

Hak pemilikan mengandung wewenang untuk menyerahkan benda.

Untuk membahas tentang penyerahan sesuatu benda kita harus mengetahui dulu
tentang macam-macam benda karena ada bermacam-macam benda yang kita
kenal seperti tidak dijelaskan pada Bab sebelumnya.

Cara-cara penyerahan secara mendalam akan dibahas dalam Bab selanjutnya.

9. Asas perlindungan

Asas ini dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu perlindungan untuk golongan
ekonomi lemah dan kepada pihak yang beritikad baik (to goeder trouw) walaupun
pihak yang menyerahkannya tidak wenang berhak (beschikkingsonbevoegd). Hal
ini dapat kita lihat dalam Pasal 1977 KUHPerdata.
10. Asas absolute (hukum pemaksa)

Menurut asas ini hak kebendaan itu wajib dihormati atau ditaati oleh setiap orang
yang berbeda dengan hak relatif
DAFTAR PUSTAKA

Kepustakaan : Pokok-Pokok Hukum Perdata oleh Prof. Subekti, SH

Anda mungkin juga menyukai