Anda di halaman 1dari 18

MENELISIK PEMANFAATAN INSENTIF PERPAJAKAN DI

ERA NEW NORMAL


(Studi Kasus Pada Kantor Konsultan X)

PROPOSAL USULAN PENELITIAN

Diajukan dalam rangka penyusunan tesis

untuk memperoleh gelar Magister

Manajemen

Oleh
Nama : Ni Luh Utami Surya Pratiwi

NIM :52011688 / MM 56

Pendidikan S1 : Sarjana Ekonomi, Prodi Akuntansi


Universitas Pendidikan Nasional Denpasar
(2019)

PROGRAM STUDI MAGISTER

MANAJEMEN UNDIKNAS GRADUATE

SCHOOL DENPASAR

2020
1. BAB I

PENDAHULUAN

2. 1.1 Latar Belakang

Pandemi Covid- 19 di Indonesia merupakan bagian dari pandemic penyakit


Koronavirus 2019 (COVID-19) yang menjadi wabah di hampir seluruh dunia. Kasus
Positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada 2 Maret 2020, ketika dua
orang telah terkonfirmasi tertular dari seorang warga Negara Asal Jepang. Dari Kasus
Positif pertama tersebut yang telah terungkap, mulailah kasus positif Covid- 19
beruntun terjadi. Pada tanggal 15 Maret, Indonesia mengumumkan 117 kasus yang
terkonfirmasi dan Presiden Joko Widodo menyerukan kepada penduduk Indonesia
untuk melakukan langkah-langkah Pembatasan Sosial, hingga mengatur pembatasan
sosial berskala besar sebagai respons terhadap COVID-19, yang memungkinkan
pemerintah daerah untuk membatasi pergerakan orang dan barang masuk dan keluar
dari daerah masing-masing asalkan mereka telah mendapat izin dari kementerian
terkait (dalam hal ini Kementerian Kesehatan, di bawah Menteri Kesehatan, Terawan
Agus Putranto). Peraturan tersebut juga menyebutkan bahwa pembatasan kegiatan
yang dilakukan paling sedikit meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja,
pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Pada saat yang sama, Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 juga
ditandatangani, yang menyatakan pandemi koronavirus sebagai bencana nasional.
Pembuatan kedua peraturan tersebut didasarkan pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, yang mengatur ketentuan mendasar
untuk PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Sementara PSBB (Pembatasan
Sosial Berskala Besar) berlangsung, Inisiatif Pemerintah terus digencarkan kepada
pelaku industri & beberapa perusahaan yang terdampak akibat Covid-19, salah
satunya adalah Dirjen Pajak. Kebijakan insentif Pajak selama PSBB untuk ringankan
beban masyarakat.
Di lansir dalam Siaran Pers Pemerintah Waspada Dampak Pandemi Covid 19
Terhadap Ekonomi Indonesia ( Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, 17/04/2020)
Menteri Keuangan (Menkeu ) menjelaskan bahwa Pendapatan Negara pada bulan
Maret 2020 tumbuh positif. Meskipun kemudian Pemerintah waspada terhadap
dampak pandemi di bulan mendatang, mengingat wabah ini baru mulai meluas di
Indonesia pada minggu kedua Maret 2020. “Untuk Indonesia kita lihat sudah ada
5.516 kasus baru Covid-19 sesuai data kemarin dan masih terkonsentrasi mayoritas
ada di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ini yang menyebabkan bahwa DKI
Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta Banten adalah tempat terbesar dari mJawa
adalah pulau yang memberikan kontribusi sangat besar bagi perekonomian Indonesia.
“Lebih dari 57% ini nanti akan mempengaruhi cukup besar dari sisi prospek ekonomi
dan kegiatan dari ekonomi masyarakat”, tukas Menkeu dalam video conference
APBN KITA April 2020. Sementara kini sektor ekonomi rakyat sangat membutuhkan
pertolongan berupa stimulus akibat wabah covid-19 yang makin menjadi, maka untuk
menghindari kejatuhan sektor ekonomi akan menimbulkan pemutusan hubungan kerja
(PHK) massal, kredit macet, hingga terputusnya mata rantai suplai dan permintaan.
Pemerintah melalui Kemenkeu melakukan upaya memulihkan ekonomi dari
keterpurukan yang tentunya akan membutuhkan waktu lama.
Dilansir dalam DDTC News (Kamis, 26 Maret 2020), Otoritas fiskal resmi merilis
beleid insentif pajak untuk wajib pajak terdampak wabah virus Corona. Beleid yang
dimaksud adalah Peraturan Menteri Keuangan No.23/PMK.03/2020, yang dimana
Kemenkeu memberikan empat insentif terkait perpajakan Bagi Pelaku Usaha
terdampak Covid. Diantaranya ada empat insentif Yaitu, terkait Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21, PPh Pasal 22 Impor, PPh Pasal 25, dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Tujuan Kementerian Keuangan memberikan empat insentif terkait perpajakan
yaitu, sebagai langkah membantu wajib pajak terdampak wabah virus corona. Adapun
perincian masing-masing insentif yaitu, pertama, insentif PPh Pasal 21 akan diberikan
kepada para pemberi kerja dari klasifikasi 440 lapangan usaha yang tercantum dalam
lampiran dan/atau merupakan perusahaan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE).
Kemudian selanjutnya pemerintah akan menanggung PPh Pasal 21 dari pegawai
dengan penghasilan bruto tetap dan teratur, yang jumlahnya tidak lebih dari 200 juta
dalam setahun. Kedua, insentif PPh Pasal 22 Impor yang dipungut oleh bank devisa
atau Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) pada saat Wajib Pajak melakukan
impor barang. Wajib pajak yang dapat dibebaskan dari pungutan ini adalah usaha
yang sesuai dengan kode klasifikasi yang telah ditetapkan pemerintah dan/atau telah
ditetapkan sebagai perusahaan KITE. Ketiga, insentif pengurangan angsuran PPh
Pasal 25 sebesar 30% dari angsuran yang seharusnya terutang. Pengurangan besarnya
angsuran PPh Pasal 25 dilakukan dengan menyampaikan pemberitahuan pengurangan
besarnya angsuran secara tertulis kepada Kepala KPP tempat wajib pajak terdaftar.
Keempat, insentif PPN bagi wajib pajak yang memiliki klasifikasi lapangan usaha
seperti dalam lampiran dan/atau telah ditetapkan sebagai perusahaan KITE. Selain itu,
pengusaha kena pajak (PKP) ini adalah wajib pajak yang PPN lebih bayar restitusinya
paling banyak Rp5 miliar. MK ini diundangkan sampai dengan masa pajak September
2020 dan disampaikan paling lama pada 31 Oktober 2020. Namun, karena dirasa
belum cukup Peraturan Menteri Keuangan (PMK ) 23 Tahun 2020 memberikan
stimulus kepada wajib pajak, maka PMK 23 2020 dirubah kedalam bentuk PMK 44
Tahun 2020 untuk perluasan sector usaha yang dimana diberikan stimulus ekonomi,
salah satunya insetif pajak. PMK-23/PMK.03/2020 sudah tidak sesuai dengan
perkembangan saat ini, sehingga perlu dilakukan perluasan untuk menjangkau sektor
yang akan diberikan insentif. Adapun perbedaan Perluasan Insentif Pajak Antisipasi
Dampak Ekonomi Pandemi Covid- 19 sebagai berikut:

(Dikutip dari SE- 29, PMK 44 Tahun 2020)

Dalam PMK 44 Tahun 2020, pemberian insentif pajak diperluas yakni pertama, dalam
bentuk insentif PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah (DTP) semula sector terkait
tertentu dengan 440 KLU menjadi 1062 KLU dan Kawasan Berikat. Kemudian,
bentuk insentif yang kedua yakni, PPh Final UMKM ditanggung Pemerintah (DTP)
yakni, dengan sector terkait Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto tertentu dan
dikenai PPh Final berdasarkan PP 23 Tahun 2018. Untuk bentuk insentif yang ketiga
yakni, Pembebasan PPh Pasal 22 impor yang semula hanya diberikan insentif tertentu
(manufaktur) dengan 102 KLU, di PMK 44 Tahun 2020 diperluas menjadi 431 KLU.
Bentuk Insentif yang keempat yakni, Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar
30% semula hanya 102 KLU pada PMK 44 Tahun 2020 diperluas sektor pemanfaatan
insentif ke 846 KLU diberikan pula tambahan kepada WP KITE dan Kawasan
Berikat, dan Bentuk Pemanfaatan Insentif Pajak yang kelima adalah pengembalian
Pendahuluan PPN (Restitusi) sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak ) beresiko rendah
bagi WP yang menyampaikan SPT PPN Lebih Bayar restitusi paling banyak 5 Miliar
dengan perluasan sektor yang semula hanya 102 KLU sekarang dalam PMK 44 Tahun
2020 menjadi 431 KLU diberikan pula tambahan kepada WP KITE dan WP Kawasan
Berikat. Adapun Pemanfaatan Insentif Pajak PMK 44 Tahun 2020 berlaku dari Masa
April – Masa September 2020. Kemudahan Pemanfaatan Insentif Pajak dan Laporan
Realisasi Insentif Pajak dapat diakses pada layanan pajak.go.id dan laporan realisasi
dapat disampaikan dalam aplikasi e-Reporting Insentif Covid-19 pada menu Layanan
DJP Online.
Seiring berjalannya waktu, Pada Hari Sabtu, 18 Juli 2020 Pemerintah resmi
memperluas penerima sekaligus memperpanjang masa pemberian insentif pajak
hingga Desember 2020. Perpanjangan itu dituangkan dalam PMK 86/2020. Beleid
yang mulai berlaku pada Kamis (16/7/2020) ini mencabut PMK 44/2020. Terkait
dengan hal tersebut, Ditjen Pajak mengungkapkan keterangan resmi melalui Siaran
Pers SP-30/2020 yang dipublikasikan pada hari ini, Sabtu (18/7/2020). DJP
mengatakan dalam beleid yang baru, ada pula penyederhanaan prosedur. Adapun
Stimulus Pajak untuk membantu wajib pajak mengadapi dampak pandemic Covid-19
kini tersedia untuk lebih banyak sektor usaha dan masa pemanfaatan hingga Desember
2020 dengan prosedur yang lebih sederhana. Adapun yang menjadi trend topic terkini
adalah Pemanfaatan Insentif Pajak PMK 44 Tahun 2020 & PMK 86 Tahun 2020
apakah bentuk pemanfaatan insentif tersebut telah dijalankan dan bagaimana
pemanfaatan insentif pajak tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh wajib
pajak terdampak wabah covid-19, maka dari itu Berdasarkan trend topic terkini dan
terbentuknya latar belakang masalah, peneliti tertarik untuk mengajukan proposal
penelitian dengan judul “ Menelisik Pemanfaatan Insentif Perpajakan Di Era New
Normal”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, adapun yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitan ini adalah :
1. Apakah bentuk pemanfaatan insentif pepajakan tersebut telah dijalankan ?
2. Apakah Wajib Pajak Covid-19 terdampak mengalami kesulitan dalam
melakukan Pemanfaatan insentif Pajak ?
3. Apakah bentuk Pemanfaatan insentif perpajakan tersebut adalah cara yang
efektif untuk membantu wajib pajak ditengah kondisi Wabah Covid-19?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian dari penelitian ini adalah:
1. Untuk Mengetahui bahwa Wajib Pajak terdampak telah mengikuti
pemanfaatan insentif pepajakan tersebut dijalankan dengan baik.
2. Untuk Mengetahui bahwa Wajib Pajak terdampak mudah dalam melakukan
pemanfaatan insentif perpajakan.
3. Untuk Mengetahui seberapa efektif langkah insentif ini digunakan untuk
memudahkan wajib pajak terdampak covid-19.

2. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Menelisik Pemanfaatan Insentif Perpajakan Di Era New Normal , berjalankah ?

Akar Persoalan dalam bentuk pemanfaatan insentif pajak ini, apakah berjalan dengan baik & seberapa
efektif untuk dimudahkan wajib pajak terdampak covid-19?

Review
Observasi Wawancara dengan
Document
Pendahuluan Informan terkait
(Asas Jurnal)
fenomena yg terjadi

Membuat Maping Concept untuk wawancara dengan informan berdasarkan:


1. Bentuk Insentif yg digunakan
2. KLU (Klasifikasi Lapangan Usaha) Wajib Pajak Terdampak
3. Kriteria tertent dalam bentuk pemanfaatan insentif
4. Lamanya Menggunakan bentuk insentif perpajakan
5. dsb

Observasi, Indhept Interview dengan wajib pajak terdampak.

Pemeriksaan Keabsahan Data

Analisis Data & Metode Kesimpulan &


Studi Kualitatif Rekomendasi
Komprehensif Penelitian

3. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif. Dengan tujuan penelitian ingin
Menelisik Pemanfaatan Insentif Perpajakan Di Era New Normal Sebagai Stimulus Pajak
Dampak Pandemic Covid- 19. Adapun pada penelitian ini menggunakan landasan Dimensi
epistimologis, dengan menunjukkan adanya interaksi antara wajib pajak terdampak wabah
covid-19 pada bentuk pemanfaatan insentif pajak dikaitkan dengan teori Kepatuhan Wajib
Pajak. Responden dalam penelitian ini merupakan Beberapa Klien pada Kantor Konsultan X.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan wawancara secara mendalam terkait kepada
para responden untuk memperoleh data yang diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
Nurmantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 23/PMK.03/2020 tentang Insentif


Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak wabah Virus Corona

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia /PMK 44 Tahun 2020 tentang Insentif
Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak wabah Virus Corona

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia /PMK 86 Tahun 2020 tentang Insentif
Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak wabah Virus Corona

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-156/PJ/2020 tentang Kebijakan


Perpajakan sehubungan dengan Penyebaran Wabah Virus Corona 2019

News.ddtc.co.id, keterangan-resmi-djp-soal-pmk-baru-insentif-pajak-wp-terdampak-
corona

Lampiran 1
Strategi Bisnis dan Pemanfaatan Kebijakan PajaErk Di Masa Pandemi COVID-
19 dan Era New Normal (Studi Kasus Pelaku UMKM Marketplace)

Ratih Kumala dan Ahmad Junaidi


Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Indonesia STIAMI
E-mail korespondensi: 1 ratih.kumala@stiami.ac.id dan 2
ahmad.junaidi@stiami.ac.id
Abstrak
Tiga bulan telah berlalu mengakibatkan tatanan kehidupan masyarakat di Indonesia
telah berubah. Hal ini terjadi karena adanya pandemi Covid-19. Semua aktivitas
dilakukan secara online (daring) guna menghindari berkumpulnya manusia. Di sisi
lain, pengidap virus Covid-19 semakin meningkat sedangkan kekuatan ekonomi
mengalami pelemahan. Berbagai kebijakan telah dilakukan pemeritah untuk
menyelesaikan pandemi, namun berimbas pada penerimaan negara dari sektor pajak.
Oleh sebab itu pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan negara dengan
memberlakukan tatanan kehidupan baru (Era New Normal). New Normal adalah
paradigma hidup baru, di mana manusia harus berdamai berdampingan dengan Covid-
19, yaitu hidup sesuai dengan protokol kesehatan, seperti pola hidup sehat dan bersih
serta menggunakan masker selama vaksin belum ditemukan. Tetapi di sisi lain new
normal menjadikan manusia ketergantungan pada teknologi informasi dan
komunikasi. Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru tentang insentif perpajakan
UKM yang terkandung dalam Melalui PMK Nomor 44/PMK.03/2020 pemerintah
menggantikan PMK Nomor 23/PMK.03/2020 yaitu dengan memunculkan satu jenis
insentif pajak baru yaitu PPh Final berdasarkan PP 23 Ditanggung Pemerintah (DTP).
Kebijakan ini bertujuan untuk keberlangsungan bisnis UKM, mendorong partisipasi
masyarakat dan pengetahuan perpajakan. Teknik analisis data kualitatif dilakukan
dengan mengumpulkan, memilah serta menganalisis data, dan akhirnya
menyimpulkan data. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan tiga responden,
strategi bisnis yang dilakukan pelaku UKM adalah berupa inovasi produk, sehingga
peluang bisnis yang dilakukan dapat meningkatkan penjualan di toko online selama
masa pademi Covid-19 dan era new normal. Pelaku UKM mengapresiasi kebijakan
insentif pajak dan pelaku UKM menyatakan telah memanfaatkan insentif pajak
tersebut serta terus meningkatkan kepatuhan kewajiban perpajakan. Pelaku UKM
mengharapkan sosialisasi dan pendampingan untuk mendapatkan informasi yang lebih
detail terkait peraturan atau kebijakan perpajakan terbaru.
Kata Kunci: strategi bisnis, insentif pajak, pandemi, covid-19, era hidup baru

Lampiran 2

Analisis Pemberian Insentif Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan


Sektor Pedesaan dan Perkotaan Setelah Menjadi Pajak Daerah
(Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tulungagung).
Saifulloh Puspa Yuda
Dr. Wilopo, MAB
Muhammad Iqbal, MIB, DBA
PS Perpajakan, Jurusan Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya, 105030400111011@mail.ub.ac.id
Abstract
The delegation is conducted or modified based on fiscal decentralization. Act No. 8 of 2009
about Local Tax and Local Retribution is the indication of new era for the management of
PBB P-2. A mandatory tenet in this Act is to delegate the management of PBB P-2 to local
government. The consequence of PBB P-2 localization is that the local is not anymore
accepting donation from central government, and therefore, the fee of the collection task,
which is that 9 % of the proceed is given by central government to the collecting officer, is
not anymore prevailed. Research type is descriptive with qualitative approach. Result of this
research indicates that the impact of PBB P-2 localization into local tax is evident through
the change of the collecting fee into 5 % collection incentive. The nominal of collection
incentive is indeed smaller than collecting fee. Incentive treatment is aimed to give a reward,
as additional income, to the collection officers for their performance. Incentive treatment
may also be useful as stimulant or motivation for the tax collector officers to improve their
performance and also to increase the revenue.
Keywords: Collection Incentive, Collector Officer, PBB P-2

Lampiran 3
Analisis Kebijakan Pemberian Insentif Pajak atas Sumbangan
dalam Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
FIRMANSYAH

PT IFS Solutions Indonesia


Abstract
The research aims to analyze the tax incentive policy for the donation given to
research and development activities in Indonesia, as stated in Law No. 36 of
2008 on the Income Tax. The research is descriptive and uses qualitative
approach. The result of the research shows that the tax incentive policy for the
donation given to research and development activities in Indonesia successfully
increases the number of donations and therefore support the increase of
innovative products of the research and development activities.
Keywords: tax incentive, donation, innovation

Lampiran 4

Manfaat Pemberian Insentif Pajak Penghasilan dalam


Kepatuhan Wajib Pajak UMKM
Nurul Aisyah Rachmawati1) dan Rizka Ramayanti2)

1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trilogi, email: nurulaisyah@universitas-


trilogi.ac.id
2) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trilogi
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah insentif pajak dalam PP 46 bermanfaat untuk
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk
mengetahui jenis insentif pajak apakah di antara kemudahan penghitungan, penyetoran, dan
pelaporan PPh terutang yang memiliki manfaat yang paling besar dalam upaya peningkatan
kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh
melalui metode survey kepada Wajib Pajak UMKM di kawasan Jakarta Selatan. Data
dianalisis melalui Partial Least Square dengan menggunakan software SmartPLS. Pada
penelitian ini ditemukan bahwa insentif pajak yang berupa kemudahan penghitungan,
penyetoran, dan pelaporan PPh terutang sebagaimana diatur dalam PP 46 berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak UMKM. Di antara kemudahan penghitungan,
penyetoran dan pelaporan PPh, insentif pajak berupa kemudahan pelaporan PPh memberikan
pengaruh yang paling besar dalam peningkatan kepatuhan Wajib Pajak UMKM.

Kata kunci: Wajib Pajak UMKM, PP 46, Insentif Pajak, Kepatuhan Pajak

Lampiran 5
STUDI KUALITATIF : DAMPAK KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK
USAHA KECIL DAN
MENENGAH TERHADAP KEPATUHAN PAJAK DAN PENERIMAAN
NEGARA

Yotasa Ra’ida Khairiyah


Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
Muhammad Heru Akhmadi
Politeknik Keuangan Negara STAN
ABSTRAK

Government Regulation Number 23 of 2018 is a form of tax incentives


given by the government to tax payers for Micro, Small and Medium
Enterprises (MSMEs). The regulations aim at realizing fair taxation and
increasing state revenue. Data from the Ministry of UKM shows that
the number of MSMEs in Indonesia until 2018 is 64,194,057 units and
absorbs 107,376,540 people. This study examines the compliance of
SMEs in paying taxes before and after the enactment of tax incentives.
Using a qualitative approach, this study seeks to explain the impact of
incentive policies on MSME taxpayer compliance and state revenue.
Respondents were observed in the South of Tangerang city area with
interview techniques. The results of the study showed that in terms of
compliance, statistically 2016-2018 showed an increase in registered
taxpayers, but the SMEs did not voluntarily pay taxes because they felt
they had not benefited directly. In addition, the ability to keep books is
still limited. This has an impact on the side of state revenue, which is
still low tax revenue from the MSME sector when compared to taxation
revenues from other sectors
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 merupakan wujud
insentif pajak yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peraturan bertujuan
mewujudkan perpajakan yang berkeadilan dan peningkatan
penerimaan negara. Data Kementerian UKM menunjukkan jumlah
UMKM di Indonesia hingga tahun 2018 sebesar 64.194.057 unit dan
menyerap tenaga kerja sebesar 107.376.540 orang. Penelitian ini
melakukan pengujian terhadap kepatuhan pelaku UMKM dalam
membayar pajak sebelum dan setelah berlakunya insentif pajak.
Menggunakan pendekatan kualitatif, penelitian ini berupaya
menjelaskan dampak kebijakan insentif terhadap kepatuhan wajib
pajak UMKM dan penerimaan negara. Responden yang diamati berada
di wilayah kota Tangerang Selatan degan teknik wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan dari sisi kepatuhan, secara statistik 2016-
2018 menunjukkan adanya peningkatan wajib pajak terdaftar namun
pelaku UMKM belum secara sukarela membayar pajak karena merasa
belum mendapatkan manfaat secara langsung. Selain itu masih
terbatasnya kemampuan melakukan pembukuan. Hal ini berimbas
kepada sisi penerimaan negara, yaitu masih rendahnya penerimaan
pajak dari sektor UMKM jika dibandingkan dengan penerimaan
perpajakan sektor lainnya
Lampiran 6

EVALUASI PROGRAM INOVASI “SUNSET POLICY“ DI KOTA MALANG GUNA


MENURUNKAN ANGKA TUNGGAKAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PERKOTAAN

Dewi Citra Larasati


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
e-mail : ceetra_221286@yahoo.com

Abstrak
Pada umumnya masyarakat enggan membayar tunggakan pajak dengan berbagai alasan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan dan membantu masyarakat di bidang perpajakan daerah
khususnya PBB, Kota Malang membuat program Inovaasi Sunset Policy, yaitu program
penghapusan sanksi administrasi berupa denda sebelum tahun 2012. Program tersebut juga
merupakan insentif dari Pemerintah Kota Malang kepada Wajib Pajak PBB untuk membayar
tunggakan pajaknya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program Inovasi
Sunset Policy yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Pendapatan
Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Inovasi Sunset Policy berjalan dengan baik dan mampu menjadi solusi
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Beberapa hal internal yang harus
diperhatikan adalah perlu adanya tenaga magang IT untuk membantu tenaga IT yang sudah
ada dan membuat/menyempurnakan sistem online antara bidang Penagihan dan Bidang PBB.
Secara ekternal, pembayaran bisa dilakukan dengan manual apabila sistem online bermasalah
dan menggiatkan kembali sosialisasi kepada masyarakat.

Kata Kunci: Evaluasi Kebijakan, Sunset Policy, Pajak

Lampiran 7

KEPATUHAN PAJAK PROGRAM INSENTIF TAX AMNESTY:


SEBUAH PENDEKATAN MIXED METHODS DAN BUKTI EMPIRIS PADA
WAJIB PAJAK (WP)

Martdian Ratna Sari S.E, M.Sc


Sekolah Tinggi Manajemen PPM
Abstract-
Berbagai program insentif dalam hal potensi telah selesai, seperti program sunset
policy, program e-spt, e-filling, e-billing, Tax Payer Year (TPWP) dan lain-lain. Ironisnya,
berbagai program belum efektif untuk meningkatkan penerimaan. Tax-Amnesty 2016,
penelitian ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi fenomena amnesti pajak yang ditempuh
Direktorat Jenderal Pajak dalam meningkatkan jumlah penerimaan negara dan meningkatkan
kepatuhan dari wajib pajak. Padahal, data realisasi penerimaan pengampunan sampai Oktober
2016 menunjukkan hasil yang signifikan dan terbukti OP WP cukup antusias untuk menebus
hutang dan mengungkapkan semua pendapatan dan harta benda. Jackson dan Miliron (1986)
menggambarkan faktor ekonomi seperti hukum / hukum / hukum. Kritik terhadap studi ini
terhadap Jackson dan Miliron, (1986) yang ditujukan pada konsep kompleksitas pelaporan
pajak tidak berlaku sebagai penentu keberhasilan Amnesti Pajak. Dengan menggunakan
metode campuran yang berfokus pada pendekatan kualitatif pada awal tahap penelitian,
penelitian ini menggunakan teknik metode Most Significant Change (MSC) untuk
mendapatkan perubahan yang membentuk dasar penyusunan pemikiran dan pembuatan
indikator. Teknik analisis data menggunakan analisis faktor berguna untuk tujuan kelayakan
dari setiap indikator pengukuran. Hasil MSC menunjukan perubahan yang dirasakan WP
dengan program Tax Amnesty, yaitu adanya besaran tarif denda pajak yang dapat
dimanfaatkan serta kemudahan pelaporan dan penghitungan pajak. Namun, temuan MSC
tersebut tidak dapat didukung seluruhnya oleh data kuantitatif, yakni persepsi keadilan dalam
Tax Amnesty ternyata tidak dapat meningkatkan kepatuhan WP karena tidak hanya besaran
denda pajak yang rendah saja yang menjadi pertimbangan WP tetapi ada pertimbangan lain
seperti profesi WP dan kondisi ekonomi dan jasmani WP.
Keywords: most significant change, pengampunan pajak, kepatuhan pajak

Lampiran 8
MODEL KEBIJAKAN EKONOMI BERBASIS INSENTIF PAJAK
REVALUASI ASET SEBAGAI POTENSI PENERIMAAN PAJAK
Nurmala Ahmara, Diyah Pujiatib, Mohammad Nadjib Usmanc
a STIE Perbanas Surabaya Email: nurmala@perbanas.ac.id (corresponding author)
b STIE Perbanas Surabaya Email: diyah@perbanas.ac.id
c STIE Perbanas Surabaya Email: nadjib_usman@perbanas.ac.id

ABSTRAK
Kebijakan ekonomi insentif pajak revaluasi aset telah berakhir tahun 2016. Peraturan
tersebut tetapkan dengan tujuan untuk memotivasi emiten di pasar modal melaporkan
nilai aset tetap mereka berdasarkan nilai wajar. Kebijakan ini sejalan dengan
implementasi International Finacial Reporting Standar tentang akuntansi nilai wajar.
Riset ini merupakan riset kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan
dengan Uji Mann Whitney. Hasil observasi awal membuktikan bahwa setelah regulasi,
jumlah perusahaan yang melakukan revaluasi aset meningkat. Perusahaan yang
mendominasi adalah sektor lembaga keuangan, khususnya perbankan. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektifitas model kebijakan ekonomi berbasis revaluasi aset
melalui perbedaan nilai risiko perusahaan, intensitas aset tetap, dan nilai revaluasi aset
selama tiga periode pemberlakuan regulasi insentif pajak. Sampel adalah seluruh
perusahaan yang melakukan revaluasi aset selama 3 periode regulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai revaluasi pada sektor lembaga
keuangan maupun non-keuangan. Perusahaan yang melakukan revaluasi asset
(revaluer) terbanyak terdapat pada periode 1 diikuti periode 2 kemudian periode 3.
Jumlah revaluer periode 1,86 emiten, hanya 16% dari total emiten di pasar modal. Hal
ini menunjukkan bahwa potensi penerimaan pajak dari revaluasi aset masih sangat
besar. Disarankan kepada regulator terkait untuk melanjutkan kebijakan revaluasi
aset tersebut untuk peningkatan pendapatan negara.

Lampiran 9
ANALISIS MANFAAT INSENTIF PAJAK PENGHASILAN DAN PENGARUHNYA
PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Studi tentang Kepuasan Wajib Pajak terhadap insentif pajak pada perusahaan PMA
Agribisnis Tahun 2000 s.d 2007 Sutrisno Ali, Bunasor Sanim , Harianto, Setiadi Djohar

ABSTRACT
Tax incentives are demanded by both tax payers and government to facilitate the
business climate in the right way. From the government point of view, tax incentives are
government’s sacrifice to promote investments in the certain industry or locations; on
the other hand, from taxpayer’s point of view, it is an opportunity to develop their
business as more funds are available from less tax liabilities. Government should be
careful to give tax incentives since target tax revenue has become larger and larger. On
the other hand, taxpayers are skeptic with the tax incentives whether there are any
benefits for their business. The answer to the skepticism depends on taxpayer’s
satisfaction on the tax incentives received. Based on the result of this research to the
agribusiness foreign investor’s samples, the degree of satisfaction from the tax
incentives is varied. It depends on the type of tax incentive, business characteristic of
tax payer and the countries of investors. In micro economics theory, satisfaction to a
firm’s product usually leads to the loyalty to the product itself and furthermore leads to
sales increasing. In line with the economic theory, tax payer’s satisfaction to a tax
incentive will lead to the tax compliance and in a democratic country, the voluntary tax
complience is the best foundation to increase tax collectibility.. This research noted that
there are correlation between tax satisfaction to a tax incentive and taxpayer’s
compliance. Keywords: Tax incentives, investment, tax satisfaction, voluntary tax
compliance.

Keywords: Tax incentives, investment, tax satisfaction, voluntary tax compliance


Lampiran 10
Kajian Kebijakan Pemberian Insentif Pajak dalam Mengatasi Dampak Virus Corona
di Indonesia Tahun 2019
ABSTRACT
This study aims to examine the provision of tax incentives in Indonesia which is being
hit by a corona virus outbreak. This research is a literature study. The results showed
that the tax incentives provided by the government were conceptually quite good,
although there were a number of notes from researchers regarding losses due to a
decrease in tax revenue as an implication of the reduction and tax exemption provided
by the government. In addition, it is best to exempt income tax on imports, which needs
to be reviewed, especially regarding the qualifications of goods that can be incentivized.
The government also needs to conduct overall supervision to minimize irregularities
that are detrimental to many parties.

Keywords Tax Incentives, economy, disaster, corona virus

Anda mungkin juga menyukai