Manajemen
Oleh
Nama : Ni Luh Utami Surya Pratiwi
NIM :52011688 / MM 56
SCHOOL DENPASAR
2020
1. BAB I
PENDAHULUAN
Dalam PMK 44 Tahun 2020, pemberian insentif pajak diperluas yakni pertama, dalam
bentuk insentif PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah (DTP) semula sector terkait
tertentu dengan 440 KLU menjadi 1062 KLU dan Kawasan Berikat. Kemudian,
bentuk insentif yang kedua yakni, PPh Final UMKM ditanggung Pemerintah (DTP)
yakni, dengan sector terkait Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto tertentu dan
dikenai PPh Final berdasarkan PP 23 Tahun 2018. Untuk bentuk insentif yang ketiga
yakni, Pembebasan PPh Pasal 22 impor yang semula hanya diberikan insentif tertentu
(manufaktur) dengan 102 KLU, di PMK 44 Tahun 2020 diperluas menjadi 431 KLU.
Bentuk Insentif yang keempat yakni, Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25 sebesar
30% semula hanya 102 KLU pada PMK 44 Tahun 2020 diperluas sektor pemanfaatan
insentif ke 846 KLU diberikan pula tambahan kepada WP KITE dan Kawasan
Berikat, dan Bentuk Pemanfaatan Insentif Pajak yang kelima adalah pengembalian
Pendahuluan PPN (Restitusi) sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak ) beresiko rendah
bagi WP yang menyampaikan SPT PPN Lebih Bayar restitusi paling banyak 5 Miliar
dengan perluasan sektor yang semula hanya 102 KLU sekarang dalam PMK 44 Tahun
2020 menjadi 431 KLU diberikan pula tambahan kepada WP KITE dan WP Kawasan
Berikat. Adapun Pemanfaatan Insentif Pajak PMK 44 Tahun 2020 berlaku dari Masa
April – Masa September 2020. Kemudahan Pemanfaatan Insentif Pajak dan Laporan
Realisasi Insentif Pajak dapat diakses pada layanan pajak.go.id dan laporan realisasi
dapat disampaikan dalam aplikasi e-Reporting Insentif Covid-19 pada menu Layanan
DJP Online.
Seiring berjalannya waktu, Pada Hari Sabtu, 18 Juli 2020 Pemerintah resmi
memperluas penerima sekaligus memperpanjang masa pemberian insentif pajak
hingga Desember 2020. Perpanjangan itu dituangkan dalam PMK 86/2020. Beleid
yang mulai berlaku pada Kamis (16/7/2020) ini mencabut PMK 44/2020. Terkait
dengan hal tersebut, Ditjen Pajak mengungkapkan keterangan resmi melalui Siaran
Pers SP-30/2020 yang dipublikasikan pada hari ini, Sabtu (18/7/2020). DJP
mengatakan dalam beleid yang baru, ada pula penyederhanaan prosedur. Adapun
Stimulus Pajak untuk membantu wajib pajak mengadapi dampak pandemic Covid-19
kini tersedia untuk lebih banyak sektor usaha dan masa pemanfaatan hingga Desember
2020 dengan prosedur yang lebih sederhana. Adapun yang menjadi trend topic terkini
adalah Pemanfaatan Insentif Pajak PMK 44 Tahun 2020 & PMK 86 Tahun 2020
apakah bentuk pemanfaatan insentif tersebut telah dijalankan dan bagaimana
pemanfaatan insentif pajak tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh wajib
pajak terdampak wabah covid-19, maka dari itu Berdasarkan trend topic terkini dan
terbentuknya latar belakang masalah, peneliti tertarik untuk mengajukan proposal
penelitian dengan judul “ Menelisik Pemanfaatan Insentif Perpajakan Di Era New
Normal”.
2. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Akar Persoalan dalam bentuk pemanfaatan insentif pajak ini, apakah berjalan dengan baik & seberapa
efektif untuk dimudahkan wajib pajak terdampak covid-19?
Review
Observasi Wawancara dengan
Document
Pendahuluan Informan terkait
(Asas Jurnal)
fenomena yg terjadi
3. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif. Dengan tujuan penelitian ingin
Menelisik Pemanfaatan Insentif Perpajakan Di Era New Normal Sebagai Stimulus Pajak
Dampak Pandemic Covid- 19. Adapun pada penelitian ini menggunakan landasan Dimensi
epistimologis, dengan menunjukkan adanya interaksi antara wajib pajak terdampak wabah
covid-19 pada bentuk pemanfaatan insentif pajak dikaitkan dengan teori Kepatuhan Wajib
Pajak. Responden dalam penelitian ini merupakan Beberapa Klien pada Kantor Konsultan X.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan wawancara secara mendalam terkait kepada
para responden untuk memperoleh data yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurmantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Resmi, Siti. 2017. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia /PMK 44 Tahun 2020 tentang Insentif
Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak wabah Virus Corona
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia /PMK 86 Tahun 2020 tentang Insentif
Pajak untuk Wajib Pajak Terdampak wabah Virus Corona
News.ddtc.co.id, keterangan-resmi-djp-soal-pmk-baru-insentif-pajak-wp-terdampak-
corona
Lampiran 1
Strategi Bisnis dan Pemanfaatan Kebijakan PajaErk Di Masa Pandemi COVID-
19 dan Era New Normal (Studi Kasus Pelaku UMKM Marketplace)
Lampiran 2
Lampiran 3
Analisis Kebijakan Pemberian Insentif Pajak atas Sumbangan
dalam Kegiatan Penelitian dan Pengembangan
FIRMANSYAH
Lampiran 4
Kata kunci: Wajib Pajak UMKM, PP 46, Insentif Pajak, Kepatuhan Pajak
Lampiran 5
STUDI KUALITATIF : DAMPAK KEBIJAKAN INSENTIF PAJAK
USAHA KECIL DAN
MENENGAH TERHADAP KEPATUHAN PAJAK DAN PENERIMAAN
NEGARA
Abstrak
Pada umumnya masyarakat enggan membayar tunggakan pajak dengan berbagai alasan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan dan membantu masyarakat di bidang perpajakan daerah
khususnya PBB, Kota Malang membuat program Inovaasi Sunset Policy, yaitu program
penghapusan sanksi administrasi berupa denda sebelum tahun 2012. Program tersebut juga
merupakan insentif dari Pemerintah Kota Malang kepada Wajib Pajak PBB untuk membayar
tunggakan pajaknya. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan program Inovasi
Sunset Policy yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Pendapatan
Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Inovasi Sunset Policy berjalan dengan baik dan mampu menjadi solusi
dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Beberapa hal internal yang harus
diperhatikan adalah perlu adanya tenaga magang IT untuk membantu tenaga IT yang sudah
ada dan membuat/menyempurnakan sistem online antara bidang Penagihan dan Bidang PBB.
Secara ekternal, pembayaran bisa dilakukan dengan manual apabila sistem online bermasalah
dan menggiatkan kembali sosialisasi kepada masyarakat.
Lampiran 7
Lampiran 8
MODEL KEBIJAKAN EKONOMI BERBASIS INSENTIF PAJAK
REVALUASI ASET SEBAGAI POTENSI PENERIMAAN PAJAK
Nurmala Ahmara, Diyah Pujiatib, Mohammad Nadjib Usmanc
a STIE Perbanas Surabaya Email: nurmala@perbanas.ac.id (corresponding author)
b STIE Perbanas Surabaya Email: diyah@perbanas.ac.id
c STIE Perbanas Surabaya Email: nadjib_usman@perbanas.ac.id
ABSTRAK
Kebijakan ekonomi insentif pajak revaluasi aset telah berakhir tahun 2016. Peraturan
tersebut tetapkan dengan tujuan untuk memotivasi emiten di pasar modal melaporkan
nilai aset tetap mereka berdasarkan nilai wajar. Kebijakan ini sejalan dengan
implementasi International Finacial Reporting Standar tentang akuntansi nilai wajar.
Riset ini merupakan riset kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Pengujian dilakukan
dengan Uji Mann Whitney. Hasil observasi awal membuktikan bahwa setelah regulasi,
jumlah perusahaan yang melakukan revaluasi aset meningkat. Perusahaan yang
mendominasi adalah sektor lembaga keuangan, khususnya perbankan. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji efektifitas model kebijakan ekonomi berbasis revaluasi aset
melalui perbedaan nilai risiko perusahaan, intensitas aset tetap, dan nilai revaluasi aset
selama tiga periode pemberlakuan regulasi insentif pajak. Sampel adalah seluruh
perusahaan yang melakukan revaluasi aset selama 3 periode regulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai revaluasi pada sektor lembaga
keuangan maupun non-keuangan. Perusahaan yang melakukan revaluasi asset
(revaluer) terbanyak terdapat pada periode 1 diikuti periode 2 kemudian periode 3.
Jumlah revaluer periode 1,86 emiten, hanya 16% dari total emiten di pasar modal. Hal
ini menunjukkan bahwa potensi penerimaan pajak dari revaluasi aset masih sangat
besar. Disarankan kepada regulator terkait untuk melanjutkan kebijakan revaluasi
aset tersebut untuk peningkatan pendapatan negara.
Lampiran 9
ANALISIS MANFAAT INSENTIF PAJAK PENGHASILAN DAN PENGARUHNYA
PADA KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Studi tentang Kepuasan Wajib Pajak terhadap insentif pajak pada perusahaan PMA
Agribisnis Tahun 2000 s.d 2007 Sutrisno Ali, Bunasor Sanim , Harianto, Setiadi Djohar
ABSTRACT
Tax incentives are demanded by both tax payers and government to facilitate the
business climate in the right way. From the government point of view, tax incentives are
government’s sacrifice to promote investments in the certain industry or locations; on
the other hand, from taxpayer’s point of view, it is an opportunity to develop their
business as more funds are available from less tax liabilities. Government should be
careful to give tax incentives since target tax revenue has become larger and larger. On
the other hand, taxpayers are skeptic with the tax incentives whether there are any
benefits for their business. The answer to the skepticism depends on taxpayer’s
satisfaction on the tax incentives received. Based on the result of this research to the
agribusiness foreign investor’s samples, the degree of satisfaction from the tax
incentives is varied. It depends on the type of tax incentive, business characteristic of
tax payer and the countries of investors. In micro economics theory, satisfaction to a
firm’s product usually leads to the loyalty to the product itself and furthermore leads to
sales increasing. In line with the economic theory, tax payer’s satisfaction to a tax
incentive will lead to the tax compliance and in a democratic country, the voluntary tax
complience is the best foundation to increase tax collectibility.. This research noted that
there are correlation between tax satisfaction to a tax incentive and taxpayer’s
compliance. Keywords: Tax incentives, investment, tax satisfaction, voluntary tax
compliance.