MUHAMMADIYAH
I
. APAKAH MUHAMMADIYAH ITU
MUHAMMADIYAH adalah suatu persyarikatan yang
merupakan “Gerakan Islam”. Maksud gerakan ialah “Da’wah
Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar” yang ditujukan kepada
dua bidang: perseorangan dan masyarakat.
Da’wah dan Amar Ma’ruf nahi Munkar pada bidang
pertama terbagi kepada dua golongan:
a. Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan
(tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam
yang asli dan murni.
b. kepada yang belum Islam, bersifat seruan atau ajakan
untuk memeluk agama Islam.
Adapun da’wah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar
bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat kebaikan,
bimbingan dan peringatan.
Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusya-
warah atas dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah
semata-mata.
Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf
nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai,
Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuan-
nya, ialah “Terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridlai Allah SWT.”
2|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah |3
Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh MEMAHAMI KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
presiden Sukarno, maka warga Muhammadiyah yang selama
ini berjuang dalam medan politik praktis, mereka masuk Memahami Kepribadian Muhammadiyah berarti:
kembali dalam Muhammadiyah. Namun karena sudah 1. Memahami apa sebenarnya Muhammadiyah.
terbiasa dengan perjuangan cara politik, maka dalam mereka 2. Karena Muhammadiyah ini sebagai organisasi, sebagai
berjuang dana beramal dalam Muhammadiyah pun masih suatu persyarikatan yang beraqidah Islam dan ber-
membawa cara dana nada politik cara partai. sumber pada Al-Quran dan Sunnah, maka perlu pula
Oleh almarhum K.H. Faqih Usman dan Pimpinan Pusat difahami, Islam yang bagaimanakah yang hendak
Muhammadiyah pada saat itu, cara-cara demikian dirasakan ditegakkan dan dijunjung tinggi itu, mengingat telah
sebagai cara yang dapat merusak nada dan irama banyak kekaburan kekaburan dalam Islam di Indo-
Muhammadiyah. nesia ini. Dan hal ini pulalah yang hendak diperguna-
Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang kan untuk mendasari atau menjiwai segala amal usaha
khas. Muhammadiyah bergerak bukan untuk “Muhammad- Muhammadiyah sebagai organsisasi.
iyah’ sebagai golongan. Muhammadiyah bergerak dan 3. Kemudian dengan sifat-sifat dan cara-cara yang kita
berjuang untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan kalimah contoh atau kita ambil dari bagaimana sejarah da’wah
Allah, untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan mak- Rasulullah yang mula-mula dilaksanakan, itu pulalah
mur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala. Hanya saja Islam yang kita jadikan sifat gerak da’wah Muhammadiyah,
yang digerakkan oleh Muhammadiyah adalah Islam yang dengan kita sesuaikan pada keadaan dan kenyataan-
sajadah, Islam yang lugas (apa adanya), Islam yang menurut kenyataan yang kita hadapi.
Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw; dana menjalankannya
dengan menggunakan akal pikirannya yang sesuai dengan KEPADA SIAPA KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
ruh Islam. KITA PIMPINKAN/BERIKAN
Dengan demikian, perlu difahamkan kepada warga
Muhammadiyah: apakah Muhammadiyah itu sebenarnya dan Seperti telah kita uraikan di atas, bahwa Kepriba-dian
bagaimana cara membawa/menyebarluaskannya. menyebar- Muhammadiyah ini pada dasarnya adalah memberikan
kan faham Muhammadiyah itu pada hakekatnya menyebar- pengertian dan kesadaran kepada warga kita, agar mereka itu
luaskan Islam yang sebenar-benarnya; dan oleh karena itu, tahu tugas kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar
cara menyebarkannya pun kita perlu mengikuticara-cara beramal-usahanya, juga tahu sifat-sifat atau bentuk/irama
Rasulullah saw menyebarkan Islam pada awal pertumbuhannya. bagaimana mereka bertindak/bersikap pada saat melaksana-
kan tugas kewajibannya.
8|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah
c. Ibadah Catatan:
d. Muamalah Duniawiyah Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan
4.1. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyri- a. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;
kan, bid’ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip b. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar
toleransi menurut ajaran Islam. Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.
4.2. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai
akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
4.3. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang
dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan
dan perubahan dari manusia.
4.4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya
mu’amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang
ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indo-
nesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air
yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan
bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang
adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:
ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan materil dan sprituil, duniawi dan ukhrawi.
dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah 4. Fungsi aqidah dalam persoalan Keyakinan dan
SWT. Cita-cita hidup adalah sebagai sumber yang menen-
KELOMPOK KETIGA: Mengandung persoalan mengenai tukan bentuk keyakinan dan cita-cita hidup itu
fungsi dan misi Muhammadiyah dalam masyarakat Negara sendiri.
Republik Indonesia, ialah angka 5 yang berbunyi: Berdasarkan Islam, artinya ialah: Islam sebagai
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa sumber ajaran yang menentukan keyakinan dan
Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa cita-cita hidupnya.
tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, Ajaran Islam, yang inti ajarannya berupa kepercaya-
kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia an: tauhid membentuk keyakinan dan cita-cita
yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar hidup; bahwa hidup manusia di dunia ini semata-
1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan mata hanyalah untuk beribadah kepada Allah
suatu negara yang adil dan makmur dan diridhai Allah SWT, demi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
SWT: Hidup beribadah menurut ajaran Islam, ialah
“BALDATUN THAYYIBATUN WA ROBBUN hidup bertaqarrub kepada Allah SWT, dengan
GHAFUR” menunaikan amanah-Nya serta mematuhi
ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan-Nya
PEDOMAN UNTUK MEMAHAMI guna mendapatkan keridhaan-Nya.
Amanah Allah yang menentukan fungsi dan misi
Uraian singkat mengenai Matan “Keyakinan dan Cita- manusia dalam hidupnya di dunia, ialah manusia
cita Hidup Muhammadiyah”. sebagai hamba Allah dan khalifah (pengganti)Nya
3. Pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis, yang yang bertugas mengatur dan membangun dunia
terkandung dalam angka 1 dan 2 dari Matan “Keyaki- serta menciptakan dan memelihara keamanan dan
nan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah”, ialah: ketertibannya untuk memakmurkannya.
a. Aqidah: Muhammadiyah adalah ber’aqidah Islam. 5. Fungsi cita-cita/tujuan dalam persoalan Keyakin-
b. Cita-cita/Tujuan: Bercita-cita dan bekerja untuk ter- an dan cita-cita hidup ialah sebagai kelanjutan/
wujudnya masyarakat utama, adil dan makmur konsek-wensi dari Aqidah. Hidup yang beraqidah
yang diridhai Allah SWT. Islam, seperti yang disimpulkan pada angka 4
c. Ajaran yang digunakan untuk melaksanakan diatas, tidak bisa lain kecuali menimbulkan
aqidah dalam mencapai cita-cita/tujuan tersebut: kesadaran pendirian, bahwa cita-cita/tujuan yang
Agama Islam adalah agama Allah sebagai hidayah akan dicapai dalam hidupnya di dunia, ialah
dan rahmat Allah kepada ummat manusia se- terwujudnya tata-kehidupan masyarakat yang baik,
panjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup
16|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 17
mata untuk beribadah kepada Allah SWT dalam membangun tanah air dan negara Republik Indo-
arti ibadah yang dirumuskan oleh Majelis Tarjih: nesia, sehingga merupakan masyarakat dan negara
yang adil dan makmur, sejahtera bahagia, materil
dan sprituil yang diridhai Allah SWT.
9.2. Mengingat perkembangan sejarah dan kenyataan
bangsa Indonesia sampai dewasa ini, semua yang
ingin dilaksanakan dan dicapai oleh Muhammad-
iyah dari pada keyakinan dan cita-cita hidupnya,
bukanlah hal yang baru, dan hakekatnya adalah
sesuatu yang wajar.
9.3. Sedang pola perjuangan Muhammadiyah dalam
melaksanakan dan mencapai keyakinan dan cita-cita
hidupnya dalam masyarakat Negara Republik Indo-
nesia, Muhammadiyah menggunakan dakwah Islam
Artinya: dan Amar Ma’ruf nahi Munkar dalam arti dan
Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan proporsi yang sebenar-benarnya, sebagai jalan satu-
mentaati segala perintah-perintahNya, menjauhi segala larangan- satunya. Lebih lanjut mengenai soal ini dapat
laranganNya, dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah. diketahui dan difahami dalam “Khittah Perjuangan
Muhammadiyah”.
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus.
a. Yang umum, ialah segala amalan yang diizinkan
Allah;
b. Yang khusus, ialah apa yang telah ditetapkan
Allah akan perincian-perinciannya, tingkah dan
cara-caranya yang tertentu.
akhlaq yang madzmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, Dalam pada itu, dengan tidak mengurangi segala gerakan
ya seorang sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-1940 H.
baik lagi berjasa. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan
dapat dilakukan melalui dua strategi dan lapangan per- (organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi da’wah
juangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang amar ma’ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan
berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi
politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai- nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta
partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi
kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kritis yang dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu,
kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam
masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada
(high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara khittah perjuangan sebagai berikut.
dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidup-
kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara an bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran
sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok kepenting- Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang
an (interest groups). harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam luhur agama dan moral yang utama. Karena itu diperlukan
lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammad-
kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan iyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya
masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan ke- Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha
masyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik
utama atau masyarakat madani (civil society) sebagai pilar utama melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan
terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Peran masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak
kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai
kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan
perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) dituju- tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian,
kan untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya
tujuan negara, yang peranannya secara formal dan langsung “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi politik Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan
negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan
tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat
melalui bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan
kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan negara. Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan
36|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 37
kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap
fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya
pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggung-
efektif dalam kehidupan negara yang demokratis. jawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammad-
politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan iyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.
(real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan
menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan
berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia
Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan per-
kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar menge- damaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan
depankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam
sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasi- Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak
kan tahun 1945. atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan
Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politik- kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk
nya sebagai wujud dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah
dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur Keputusan Sidang Tanwir Muhammadiyah 2002 di Denpasar
bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat
bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang
sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan
berkeadaban.
Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik
atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang per-
juangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem
politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
38|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 39
IBADAH
‘Ibadah ialah bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada
KITAB MASALAH LIMA Allah, dengan jalan menta’ati segala perintah-perintah-
Nya, larangan-larangan-Nya dan me’amalkan segala
yang diidzinkan Allah. ‘Ibadah itu ada yang umum
ada yang khusus:
a. Yang umum ialah segala amalan yang diidzinkan
AGAMA Allah.
1. Agama yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi b. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah
Muhammad saw, ialah apa yang diturunkan Allah di akan perincian-perinciannya, tingkah dan cara-
dalam Quran dan yang tersebut dalam Sunnah yang caranya yang tertentu.
dhahih, berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di SABILILLAM
Dunia dan Akhirat.
Sabilillah ialah jalan yang menyampaikan kepada
2. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan keridlaan Allah, berupa segala ’amalan yang diidzinkan
perantaraan Nabi-nabinya, berupa perintah-perintah Allah untuk memuliakan kalimat(agama)Nya dan
dan larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan melaksanakan hukum-hukum-Nya.
manusia di Dunia dan Akhirat.
QIYAS
DUNIA
1. Setelah persoalan qiyas dibicarakan dalam waktu tiga
Yang dimaksud “urusan dunia” dalam sabda kali sidang, dengan mengadakan tiga kali
Rasulullah saw. “Kamu lebih mengerti ur usan pemandangan umum dan satu kali tanya jawab antara
duniamu” ialah segala perkara yang tidak menjadi kedua belah pihak;
tugas diutusnya para Nabi (yaitu perkara-perkara/
2. Setelah mengikuti dengan teliti akan jalannya
pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan
pembicaraan dan alasan-alasan yang dikemukakan oleh
sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia).
kedua belah pihak, dan dengan MENGINSYAFI
bahwa tiap-tiap keputusan yang diambil olehnya itu
hanya sekedar mentarjihkan di antara pendapat-
pendapat yang ada, tidak berarti menyalahkan pendapat
yang lain.
40|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah
MEMUTUSKAN:
a. Bahwa DASAR muthlaq untuk berhukum dalam
agama Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadits. ANGGARAN DASAR DAN ART
b. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal
yang telah terjadi dan sangat dihajatkan untuk di MUHAMMADIYAH
amalkannya, mengenai hal-hal yang tak bersangkutan
dengan ‘ibadah mahdlah padahal untuk alasan atasnya
tiada terdapat nash sharih di dalam Al-Quran atau
Sunnah shahihah, maka dipergunakanlah alasan
dengan jalan Ijtihad dan Istinbath dan pada nash-
nash yang ada, melalui persamaan ‘illat; sebagaimana
telah dilakukan oleh ‘ulama Salaf dan Khalaf.
AMMA BAD’U, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah
adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang
serta tunduk dan tha’at kepada Allah adalah satu-satunya menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi
ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan
manusia. pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang
iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini. demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur’an:
bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan,
kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-
tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dan pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian
Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya
pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik- Adakanlah dan kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada
ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada
baiknya.
keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia”
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum (QS Ali-Imran:104)
yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap
orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.
Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember
Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu
sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad persyarikatan sebagai “gerakan Islam” dengan nama
saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan Majelis-
mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat. Majelis (Bahagian-bahagian)-nya, mengikuti pereran zaman
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia serta berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah
dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar.
terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kesemuanya itu, perlu untuk menunaikan kewajiban
Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti
beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., guna mendapat
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk
menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai
murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga
mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta merupakan:
mempunyai rasa tanggungjawab di hadirat Allah atas segala
44|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 45
BAB II
IDENTITAS, ASAS, DAN LAMBANG
“Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah Pasal 4
perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun”. Identitas dan Asas
(1) Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-
ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga Qur’an dan As-Sunnah.
“Jannatun Na’im” dengan keridlaan Allah Yang Rahmah (2) Muhammadiyah berasas Islam.
dan Rahim.
Adapun Persyarikatan Muhammadiyah beranggaran dasar Pasal 5
sebagai berikut: Lambang
Lambang Muhammadiyah adalah matahari bersinar utama
BAB I dua belas, di tengah bertuliskan (Muhammadiyah) dan
NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN dilingkari kalimat
Pasal 1
Nama
Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah.
(Asyhadu an la> ila>hailla Alla>h wa asyhadu anna Muhammadan
Pasal 2 Rasu>l Alla>h )
Pendiri
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada BAB III
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18 MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu Pasal 6
tidak terbatas. Maksud dan Tujuan
Pasal 3 Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan
Tempat Kedudukan menjunjung ting gi Agama Islam sehing ga terwujud
Muhammadiyah berkedudukan di Yogyakarta. masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
46|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 47
Pasal 7 BAB V
Usaha SUSUNAN DAN PENETAPAN ORGANISASI
(1) Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah
Pasal 9
melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan
Susunan Organisasi
Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang
kehidupan. Susunan organisasi Muhammadiyah terdiri atas:
(2) Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal 1. Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau
usaha, program, dan kegiatan, yang macam dan penyeleng- kawasan.
garaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. 2. Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat.
(3) Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha, 3. Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau
program, dan kegiatan adalah Pimpinan Muhammadiyah. Kabupaten.
4. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi.
BAB IV 5. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara.
KEANGGOTAAN
Pasal 10
Pasal 8 Penetapan Organisasi
Anggota serta Hak dan Kewajiban
(1) Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas
(1) Anggota Muhammadiyah terdiri atas: lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
a. Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia (2) Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya
beragama Islam. ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
b. Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga (3) Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya
negara Indonesia. ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
c. Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama (4) Dalam hal-hal luar biasa Pimpinan Pusat dapat mengambil
Islam yang berjasa terhadap Muhammadiyah dan atau ketetapan lain.
karena kewibawaan dan keahliannya bersedia
membantu Muhammadiyah. BAB VI
(2) Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang keanggota- PIMPINAN
an diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 11
Pimpinan Pusat
(1) Pimpinan Pusat adalah pimpinan ter ting gi yang
memimpin Muhammadiyah secara keseluruhan.
48|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 49
Pasal 40 Pasal 42
Pembubaran Penutup
(1) Pembubaran Muhammadiyah hanya dapat dilakukan (1) Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh
dalam Muktamar Luar Biasa yang diselenggarakan khusus Muktamar ke-45 yang berlangsung pada tanggal 26
untuk keperluan itu atas usul Tanwir. Jumadil Awal s.d. 1 Jumadil Akhir 1426 H bertepatan
(2) Muktamar Luar Biasa yang membicarakan usul Tanwir dengan tanggal 3 s.d. S Juli 2005 M di Malang, dan
tentang pembubaran dihadiri sekurang-kurangnya tiga dinyatakan mulai berlaku sejak ditanfidzkan.
perempat dan jumlah anggota Muktamar Luar Biasa. (2) Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar
(3) Keputusan pembubaran diambil sekurang-kurangnya tiga sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
perempat dan yang hadir.
(4) Muktamar Luar Biasa memutuskan segala hak milik
Muhammadiyah diserahkan untuk kepentingan
kemaslahatan umat Islam setelah Muhammadiyah
dinyatakan bubar.
BAB XV
PERUBAHAN
Pasal 41
Perubahan Anggaran Dasar
(1) Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.
(2) Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh
Tanwir dan harus sudah tercantum dalam acara Muktamar.
(3) Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila
diputuskan oeh sekurang-kurangnya dua pertiga dan
jumlah anggota Muktamar yang hadir
62|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 63
TENTANG
6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah (2) Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan warga negara
perbaikan hidup yang berkualitas. Indonesia, beragama Islam, setuju dengan maksud dan
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan tujuan Muhammadiyah serta bersedia mendukung amal
masyarakat. usahanya.
8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan (3) Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam,
sumber daya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. berjasa terhadap Muhammadiyah dan atau karena
9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama kewibawaan dan keahliannya diperlukan atau bersedia
dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam membantu Muhammadiyah.
dan luar negeri. (4) Tatacara menjadi anggota diatur sebagai berikut:
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam a. Anggota Biasa
kehidupan berbangsa dan bernegara. 1. Mengajukan permintaan secara tertulis kepada
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas Pimpinan Pusat dengan mengisi formulir disertai
anggota sebagai pelaku gerakan. kelengkapan syarat-syaratnya melalui Pimpinan
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana Ranting atau Pimpinan amal usaha di tempat yang
untuk mensukseskan gerakan. belum ada Ranting, kemudian diteruskan kepada
13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebe- Pimpinan Cabang.
naran serta meningkatkan pembelaan terhadap 2. Pimpinan Cabang meneruskan permintaan ter-
masyarakat. sebut kepada Pimpinan Pusat dengan disertai
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan pertimbangan.
Muhammadiyah 3. Pimpinan Cabang dapat memberi tanda anggota
sementara kepada calon anggota, sebelum yang
Pasal4 bersangkutan menerima kartu tanda anggota dan
Keanggotaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bentuk tanda
(1) Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai anggota sementara ditetapkan oleh Pimpinan
berikut: Pusat.
a. Warga Negara Indonesia beragama Islam. 4. Pimpinan Pusat memberi kartu tanda anggota
b. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau Muhammadiyah kepada calon anggota biasa yang
sudah menikah. telah disetujui melalui Pimpinan Cabang yang
bersangkutan.
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah.
b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan.
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha
Muhammadiyah. Tata cara menjadi Anggota Luar Biasa dan Anggota
Kehormatan diatur oleh Pimpinan Pusat.
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal.
66|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 67
(5) Pimpinan Pusat dapat melimpahkan wewenang peneri- (9) Tata cara pemberhentian anggota.
maan permintaan menjadi Anggota Biasa dan memberi- a. Anggota Bias:
kan kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada Pimpi- 1. Pimpinan Cabang mengusulkan pemberhentian
nan Wilayah. Pelimpahan wewenang tersebut dan anggota kepada Pimpinan Daerah berdasarkan
ketentuan pelaksanaannya diatur dengan keputusan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pimpinan Pusat. 2. Pimpinan Daerah meneruskan kepada Pimpinan
(6) Hak Anggota Wilayah usulan pemberhentian anggota dengan
a. Anggota biasa: disertai pertimbangan.
1. Menyatakan pendapat di dalarn maupun di luar 3. Pimpinan Wilayah meneruskan atau tidak me-
permusyawaratan. neruskan usulan pemberhentian anggota kepada
2. Memilih dan dipilih dalam permusyawaratan. Pimpinan Pusat setelah melakukan penelitian dan
b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan mem- penilaian.
punyai hak menyatakan pendapat. 4. Pimpinan Wilayah dapat melakukan pember-
(7) Kewajiban Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan: hentian sementara (skorsing) yang berlaku paling
a. Taat menjalankan ajaran Islam. lama 6 (enam) bulan selama menunggu proses
b. Menjaga narria baik dan setia kepada Muhammadiyah pemberhentian anggota dan Pimpinan Pusat.
serta perjuangannya. 5. Pimpinan Pusat, setelah menerima usulan pem-
c. Berpegang teguh kepada Kepribadian serta Keyakinan berhentian anggota, memutuskan memberhenti-
dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. kan atau tidak memberhentikan paling lama 6
(enam) bulan sejak diusulkan oleh Pimpinan
d. Taat pada peraturan Muhammadiyah, keputusan
Wilayah.
musyawarah, dan kebijakan Pinipinan Pusat.
6. Anggota yang diusulkan pemberhentian keanggo-
e. Mendukung dan mengindahkan kepentingan
taannya, selama proses pengusulan berlangsung,
Muhammadiyah serta melaksanakan usahanya.
dapat mengajukan keberatan kepada Pimpinan
f. Membayar iuran anggota. Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, dan
g. Membayar infaq. Pimpinan Pusat. Setelah keputusan pemberhen-
(8) Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan berhenti tian dikeluarkan, yang bersangkutan dapat menga-
karena: jukan keberatan kepada Pimpinan Pusat.
a. Meninggal dunia. 7. Pimpinan Pusat membentuk tim yang diserahi
b. Mengundurkan diri. tugas mempelajari keberatan yang diajukan oleh
c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat. anggota yang diberhentikan. Pimpinan Pusat
menetapkan keputusan akhir setelah mendengar
pertimbangan tim.
68|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 69
b. Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebija-
bagi para anggotanya. kan/instruksi Pimpian Pusat dan Unsur Pembantu
c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta Pimpinan.
kegiatan Wilayah. c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan kegiatan Daerah dalam wilayahnya sesuai dengan
mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu kewenangannya.
Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Pusat. d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan
(2) Anggota Pimpinan Pusat dapat terdiri dan laki-laki dan mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu
perempuan. Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Wilayah
(3) Anggota Pimpinan Pusat harus berdomisili di kota (2) Pimpinan Wilayah berkantor di ibu kota propinsi.
tempat kantor Pimpinan Pusat atau di sekitarnya. (3) Anggota Pimpinan Wilayah dapat terdiri dan laki-laki dan
(4) Pimpinan Pusat dapat mengusulkan tambahan anggota- perempuan.
nya kepada Tanwir sebanyak-banyaknya separuh dari jum- (4) Anggota Pimpinan Wilayah harus berdomisili di kota
lah anggota Pimpinan Pusat terpilih. Selama menunggu tempat kantor Pimpinan Wilayah atau di sekitarnya.
keputusan Tanwir, calon tambahan anggota Pimpinan (5) Pimpinan Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua
Pusat sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung- untuk ditetapkan sebagai anggota Tanwir apabila Ketua
jawab Pimpinan Pusat. Pimpinan Wilayah tidak dapat menunaikan tugasnya
(5) Pimpinan Pusat mengusulkan kepada Tanwir calon peng- sebagai anggota Tanwir.
ganti Ketua Umum Pimpinan Pusat yang karena sesuatu (6) Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan ang-
hal berhenti dalam tenggang masa jabatan. Selama me- gotanya kepada Musyawarah Pimpinan Wilayah sebanyak-
nunggu ketetapan Tanwir, Ketua Umum Pimpinan Pusat banyaknya separ uh dan jumlah ang gota Pimpinan
dijabat oleh salah seorang Ketua atas keputusan Pimpinan Wilayah terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya
Pusat. kepada Pimpinan Pusat. Selama menunggu keputusan
Musyawarah Pimpinan tingkat Wilayah dan ketetapan dan
Pasal 11
Pimpinan Pusat, calon tambahan anggota Pimpinan
Pimpinan Wilayah
Wilayah sudah dapat menjalankan tugasnya atas
(1) Pimpinan Wilayah bertugas: tanggungjawab Pimpinan Wilayah.
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam (7) Pimpinan Wilayah mengusulkan kepada Musyawarah
wilayahnya berdasarkan kebijakan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah calon pengganti Ketua Pimpinan Wila-
keputusan Musyawarah Wilayah, Musyawarah yah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang
Pimpinan tingkat Wilayah, dan Rapat Pimpinan masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesa-
tingkat Wilayah. hannya kepada Pimpinan Pusat. Selama menunggu
keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Wijayah dan
74|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 75
ketetapan dan Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah (6) Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan ang-
dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan gotanya kepada Musyawarah Pimpinan Daerah sebanyak-
Pimpinan Wilayah. banyaknya separuh dan jumlah anggota Pimpinan Daerah
terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya kepada
Pasal 12 Pimpinan Wilayah. Selama menunggu keputusan Musya-
Pimpinan Daerah warah Pimpinan tingkat Daerah dan ketetapan dan
(1) Pimpinan Daerah bertugas: Pimpinan Wilayah, calon tambahan anggota Pimpinan
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam Daerah sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung-
Daerahnya berdasarkan kebijakan Pimpinan di atas- jawab Pimpinan Daerah.
nya, keputusan Musyawarah Daerah, Musyawarah (7) Pimpinan Daerah mengusulkan kepada Musyawarah
Pimpinan tingkat Daerah, dan Rapat Pimpinan tingkat Pimpinan Daerah calon pengganti Ketua Pimpinan
Daerah. Daerah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebija- masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan penge-
kan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, sahannya kepada Pimpinan Wilayah. Selama menunggu
serta Unsur Pembantu Pimpinannya. keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Daerah dan
c. Membimbing dan eningkatkan amal usaha serta ke- ketetapan dan Pimpinan Wilayah, Ketua Pimpinan Daerah
giatan Cabang dalam daerahnya sesuai kewenangannya. dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan Pimpinan Daerah.
mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu Pimpi- Pasal 13
nan dan Organisasi Otonom tingkat Daerah. Pimpinan Cabang
e. Memimpin gerakan dan menjadikan Daerah sebagai
(1) Pimpinan Cabang bertugas:
pusat administrasi serta pusat pembinaan sumber daya
manusia. a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam
Cabangnya berdasarkan kebijakan Pithpinan di atas-
(2) Pimpinan Daerah berkantor di ibu kota Kabupaten/Kota.
nya, keputusan Musyawarah Cabang, dan Musyawarah
(3) Anggota Pimpinan Daerah dapat terdiri dan laki-laki dan Pimpinan tingkat Cabang.
perempuan.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebija-
(4) Ang gota Pimpinan Daerah har us berdomisili di kan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
Kabupaten/Kotanya. Pimpinan Daerah, serta Unsur Pembantu
(5) Pimpinan Daerah menunjuk salah seorang Wakil Ketua Pimpinannya.
untuk ditetapkan sebagai anggota Musyawarah Pimpinan c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta
tingkat Wilayah apabila Ketua Pimpinan Daerah tidak kegiatan Ranting dalam cabangnya sesuai
dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota Musyawarah kewenangannya.
Pimpinan tingkat Wilayah.
76|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 77
(6) Pimpinan Ranting mengusulkan kepada Musyawarah (3) Pemilihan Pimpinan dapat dilakukan secara langsung atau
Pimpinan Ranting calon pengganti Ketua Pimpinan formatur atas keputusan Musyawarah masing-masing.
Ranting yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang (4) Pelaksanaan pemilihan Pimpinan dilakukan oleh Panitia
masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan penge- Pemilihan dengan ketentuan:
sahannya kepada Pimpinan Cabang. Selama menunggu a. Panitia Pemilihan Pimpinan Pus at ditetapkan oleh
keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Ranting dan Tanwir atas usul Pimpinan Pusat.
ketetapan dan Pimpinan Cabang, Ketua Pimpinan b. Panitia Pemilihan Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Ranting dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting
keputusan Pimpinan Ranting. ditetapkan oleh Musyawarah Pimpinan atas usul
Pasal 15 Pimpinan Muhammadiyah pada semua tingkatan.
Pemilihan Pimpinan c. Panitia Pemilihan diangkat untuk satu kali pemilihan
(1) Syarat anggota Pimpinan Muhammadiyah: (5) Pelaksanaan pemilihan Pimpinan diatur berdasarkan tata
a. Taat beribadah dan mengamalkan ajaran Islam. tertib Pemilihan dengan ketentuan:
b. Setia pada prinsip-prinsip dasar perjuangan a. Tata-tertib Pemilihan Pimpinan Pusat ditetapkan oleh
Muhammadiyah. Tanwir atas usul Pimpinan Pusat.
c. Dapat menjadi teladan dalam Muhammadiyah. b. Tata-tertib Pemilihan Pimpinan Wilayah, Daerah,
Cabang, dan Ranting ditetapkan oleh Musyawarah
d. Taat pada garis kebijakan Pimpinan Muhammadiyah.
Pimpinan atas usul Pimpinan Muhammadiyah pada
e. Memiliki kecakapan dan berkemampuan menjalankan setiap tingkatan.
tugasnya.
f. Telah menjadi anggota Muhammadiyah sekurang- Pasal 16
kurangnya satu tahun dan berpengalaman dalam ke- Masa Jabatan Pimpinan
pemimpinan di lingkungan Muhammadiyah bagi (1) Masa jabatan Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah,
Pimpinan tingkat Daerah, Wilayah dan Pusat. Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting sama dengan
g. Tidak merangkap jabatan dengan pimpinan organisasi masa jabatan Pimpinan Pusat.
politik dan pimpinan organisasi yang amal usahanya (2) Pergantian Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpi-
sama dengan Muhammadiyah di semua tingkat. nan Cabang dengan segenap Unsur Pembantu Pimpinan-
h. Tidak merangkap jabatan dengan Pimpinan nya, serta Pimpinan Ranting, disesuaikan dengan per-
Muhammadiyah dan amal usahanya, baik vertikal gantian Pimpinan Pusat dan pelaksanaannya dilakukan
maupun horisontal. setelah Muktamar dan Musyawarah di atasnya.
(2) Penyimpangan dan ketentuan ayat (1) butir f, g, dan h (3) Pimpinan-pimpinan dalam Muhammadiyah yang telah
pasal ini hanya dapat dilakukan atas keputusan Pimpinan habis masa jabatannya, tetap menjalankan tugasnya
Pusat.
80|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 81
sampai dilakukan serah-terima dengan Pimpinan yang 2. Mafelis dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan
baru. Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang
(4) Setiap pergantian Pimpinan Muhammadiyah harus men- di tingkat masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
jamin adanya peningkatan kinerja, penyegaran, dan b. Lembaga:
kaderisasi pimpinan. 1. Lembaga bertugas melaksanakan program dan
Pasal 17 kegiatan pendukung yang bersifat khusus.
Ketentuan Luar Biasa 2. Lembaga dibentuk oleh Pimpinan Pusat di tingkat
Pimpinan Pusat dalam keadaan luar biasa dapat mengambil pusat.
ketetapan lain terhadap masalah Pimpinan yang diatur dalam 3. Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah, apabila
pasal 11 sampai dengan 16. dipandang perlu, dapat membentuk lembaga ter-
tentu di tingkat masing-masing dengan persetuju-
Pasal 18 an Pimpinan Muhammadiyah setingkat di atasnya.
Penasihat (2) Ketentuan lain tentang Unsur Pembantu Pimpinan diatur dalam
(1) Penasihat terdiri atas perorangan yang diangkat oleh Qa’idah yang dibuat dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat. Pasal 20
(2) Penasihat bertugas memberi nasihat kepada Pimpinan Organisasi Otonom
Muhammadiyah, baik diminta maupun atas kemauan
sendiri. (1) Organisasi Otonom adalah satuan organisasi yang di-
bentuk oleh Muhammadiyah guna membina warga
(3) Syarat untuk dapat diangkat sebagai penasihat:
Muhammadiyah dan kelompok masyarakat tertentu
a. Anggota Muhammadiyah. sesuai bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam
b. Pernah menjadi anggota Pimpinan Muhammadiyah, rangka mncapai maksud dan tujuan Muhammadiyah.
atau mempunyai pengalaman dalam organisasi atau (2) Organisasi Otonom dibedakan dalam dua kategori:
memiliki keahlian bidang tertentu.
a. Organisasi Otonom Umum adalah organisasi
Pasal 19 otonom yang anggotanya belum se1uru1inya anggota
Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah.
(1) Pengertian dan Pembentukan Unsur Pembantu Pimpinan: b. Organisasi Otonom Khusus adalah organisasi oto-
nom yang seluruh anggotanya anggota Muhammad-
a. Majelis:
iyah, dan diberi wewenang menyelenggarakan amal
1. Majelis bertugas menyelenggarakan amal usaha, usaha yang ditetapkan oleh Pimpinan Muhammad-
program, dan kegiatan pokok dalam bidang iyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan
tertentu. yang membidanginya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang amal usaha tersebut
82|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 83
(3) Pembentukan dan pembubaran organisasi otonom 3. Anggota Tanwir wakil Wilayah.
ditetapkan oleh Tanwir atas usul Pimpinan Pusat. 4. Ketua Pimpinan Daerah atau penggantinya yang
(4) Ketentuan lain mengenai organisasi otonom diatur dalam sudah disahkan oleh Pimpinan Wilayah.
Qa’idah Organisasi Otonom yang dibuat dan ditetapkan 5. Wakil Daerah sekurang-kurangnya tiga orang dan
oleh Pimpinan Pusat. sebanyak-banyaknya tujuh orang, berdasar atas
jumlah perimbangan Cabang dalam tiap Daerah,
Pasal 21
atas dasar keputusan Musyawarah Pimpinan
Muktamar
Daerah. Ketentuan perimbangan ditetapkan oleh
(1) Muktamar diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Pusat.
serta dipimpin oleh Pimpinan Pusat. 6. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat
(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan masing-masing tiga orang, diantaranya dua orang
acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. wakilnya dalam Tanwir.
(3) Undangan dan acara Muktamar dikirim kepada anggota b. Peserta Muktamar terdiri atas:
Muktamar selambat-lambatnya tiga bulan sebelum 1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat
Muktamar berlangsung. masing-masing dua orang.
(4) Acara Muktamar: 2. Undangan khusus dan kalangan Muhammadiyah
a. Laporan Pimpinan Pusat tentang: yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat.
1. Kebijakan Pimpinan. c. Peninjau Muktamar ialah mereka yang diundang
2. Organisasi. oleh Pimpinan Pusat
3. Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Tanwir. (6) Anggota Muktamar berhak menyatakan pendapat, me-
4. Keuangan. milih, dan dipilih. Peserta Muktamar berhak menyatakan
b. Program Muhamiiadiyah. pendapat. Peninjau Muktamar tidak mempunyai hak
c. Pemilihan Anggota Pimpinan Pusat dan penetapan menyatakan pendapat, memilih, dan dipilih.
Ketua Umum. (7) Keputusan Muktamar harus sudah ditanfidzkan oleh
d. Masalah Muhammadiyah yang bersifat umum. Pimpinan Pusat selambat-lambatnya dua bulan sesudah
Muktamar.
e. Usul-usul
(8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
(5) Muktamar dihadiri oleh:
bersamaan waktu berlangsungnya Muktamar diatur oleh
a. Anggota Muktamar terdiri atas: penyelenggara.
1. Anggota Pimpinan Pusat.
2. Ketua Pimpinan Wilayah atau penggantinya yang
sudah disahkan oleh Pimpinan Pusat.
84|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 85
(3) Undangan dan acara Musyawarah Ranting dikirim kepada (7) Keputusan Musyawarah Ranting harus dilaporkan kepada
Anggota Musyawarah Ranting selambat-lambatnya tujuh Pimpinan Cabang selambat-lambathya 15 han setelah
han sebelum Musyawarah Ranting berlangsung. Musyawarah Ranting. Apabila dalam waktu 15 han se-
(4) Acara Musyawarah Ranting: sudah laporan dikirim tidak ada keterangan atau keberatan
a. Laporan Pimpinan Ranting tentang: dan Pimpinan Cabang, maka keputusan Musyawarah
1. Kebijakan Pimpinan. Ranting dapat ditanfidzkan oleh Pimpinan Ranting.
2. Organisasi. (8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
bersamaan waktu Musyawarah Ranting diatur oleh
3. Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan keputus-
penyelenggara.
an Pimpinan di atasnya serta pelaksanaan keputus-
an Musyawarah Ranting dan Musyawarah Pasal 28
Pimpinan Ranting. Musyawarah Pimpinan
4. Keuangan. (1) Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh dan atas
b. Program Ranting. tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Wilayah,
c. Pemilihan Ang gota Pimpinan Ranting dan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang; dan Pimpinan
pengesahan Ketua. Ranting, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu masa
d. Masalah Muhammadiyah dalam Ranting. jabatan.
e. Usul-usul. (2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan
(5) Musyawarah Ranting dihadiri oleh: acara Musyawarah Pimpinan ditetapkan oleh masing-
a. Anggota Musyawarah Ranting: masing penyelenggara.
1. Anggota Muhammadiyah. (3) Undangan dan acara Musyawarah Pimpinan dikirim
kepada ang g ota Musyawarah Pimpinan selambat-
2. Wakil Organisasi Otoriom tingkat Ranting.
lambatnya:
b. Peserta Musyawarah Ranting ialah undangan khusus
a. Tingkat Wilayah dan Daerah, satu bulan,
dan kalangan Muhammadiyah yang ditentukan oleh
Pimpinan Ranting. b. Tingkat Cabang, 15 hari,
c. Peninjau Musyawarah Ranting ialah mereka yang c. Tingkat Ranting, tujuh han, sebelum Musyawarah
diundang oleh Pimpinan Ranting Pimpinan berlangsung.
(6) Anggota Musyawarah Ranting berhak menyatakan pen- (4) Acara Musyawarah Pimpinan:
dapat, memilih, dan dipilih. Peserta Musyawarah Ranting a. Laporan pelaksanaan kegiatan.
berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah b. Masalah yang oleh Musyawarah atau menurut Ang-
Ranting tidak berhak menyatakan pendapat, memilih, dan garan Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diserahkan
dipilih. kepada Musyawarah Pimpinan.
94|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 95
c. Masalah yang akan dibahas dalam Musyawarah sebagai c. Pada tingkat Cabang:
pembicaraan pendahuluan. 1. Anggota:
d. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan (a) Anggota Pimpinan Cabang yang telah disah-
sampai berlangsungnya Musyawarah. kan oleh Pimpinan Daerah.
e. Usul-usul. (b) Ketua Pimpinan Ranting.
(5) Musyawarah Pimpinan dihadiri oleh: (c) Wakil Ranting tiga orang.
a. Pada tingkat Wilayah: (d) Wakil Organisasi Otonom tingkat Cabang dua
1. Anggota: orang.
(a) Anggota Pimpinan Wilayah yang telah disah- 2. Peserta:
kan oleh Pimpinan Pusat. (a) Wakil Unsur Pembantu Pimpinan masing-
(b) Ketua Pimpinan Daerah atau penggantinya masing dua orang.
yang telah disahkan oleh Pimpinan Wilayah. (b) Undangan khusus.
(c) Wakil Daerah tiga orang. d. Pada tingkat Ranting:
(d) Wakil Organisasi Otonom tingkat Wilayah dua 1. Anggota:
orang. (a) Anggota Pimpinan Ranting yang telah disah-
2. Peserta: kan oleh Pimpinan Cabang.
(a) Wakil Unsur Pembantu Pimpinan masing- (b) Wakil Organisasi Otonom tingkat Ranting dua
masing dua orang. orang.
(b) Undangan khusus. 2. Peserta (undangan khusus).
b. Pada tingkat Daerah: (6) Anggota Musyawarah Pimpinan berhak menyatakan
1. Anggota: pendapat, memilih, dan. dipilih. Peserta berhak pendapat.
(a) Anggota Pimpinan Daerah yang telah disahkan (7) Keputusan Musyawarah Pimpinan mulai berlaku setelah
oleh Pimpinan Wilayah. ditanfidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang ber-
(b) Ketua Pimpinan Cabang. sangkutan sampai diubah atau dibatalkan oleh keputusan
(c) Wakil Cabang tiga orang. Musyawarah Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting,
(d) Wakil Organisasi Otonom tingkat Daerah dua selambat-lambatnya satu bulan sesudah Musyawarah
orang. Pimpinan berlangsung
2. Peserta:
(a) Wakil Unsur Pembantu Pimpinan masing-
masing dua orang.
(b) Undangan khusus.
96|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 97
Pasal 31 Pasal 32
Rapat Pimpinan Rapat Kerja Pimpinan
(1) Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pada pasal 32 (1) Rapat Kerja Pimpinan ialah rapat yang diselenggarakan
Anggaran Dasar dihadiri oleh: oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpi-
a. Pada tingkat Pusat: nan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpi-
1. Anggota Pimpinan Pusat. nan Cabang, atau Pimpinan Ranting untuk membahas
pelaksanaan program dan mendistribusikan tugas kepada
2. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Wilayah.
Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah.
3. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Organisasi (2) Rapat Kerja Pimpinan dihadiri oleh:
Otonom tingkat Pusat.
a. Pada tingkat Pusat:
4. Ketua dan Sekretaris Unsur Pembantu Pimpinan
tingkat Pusat. 1. Anggota Pimpinan Pusat.
2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat.
98|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 99
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat. (2) Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan dihadiri oleh:
b. Pada tingkat Wilayah: a. Pada tingkat Pusat:
1. Anggota Pimpinan Wilayah. 1. Anggota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat.
2. Wakil tJnsur Pembantu Pimpinan tingkat Wilayah. 2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Wilayah.
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 3. Undangan.
Wilayah. b. Pada tingkat Wilayah:
c. Pada tingkat Daerah: 1. Ang gota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat
1. Anggota Pimpinan Daerah. Wilayah.
2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Daerah. 2. Wakil Unsur Pembaritu Pimpinan tingkat Daerah.
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 3. Undangan.
Daerah. c. Pada tingkat Daerah:
d. Pada tingkat Cabang: 1. Ang gota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat
1. Anggota Pimpinan Cabang. Daerah.
2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Cabang. 2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Cabang.
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 3. Undangan.
Cabang. 4. Pada tingkat Cabang.
e. Pada tingkat Ranting: 5. Ang gota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat
1. Anggota Pimpinan Ranting. Cabang.
2. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 6. Wakil Pimpinan Ranting.
Ranting. 7. Undangan.
(4) Keputusan Rapat Kerja Pimpinan mulai berlaku setelah (3) Keputusan Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan
ditanfidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan
bersangkutan. Muhammadiyah yang bersangkutan.
Pasal 33 Pasal 34
Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
(1) Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan ialah rapat yang (1) Seluruh keuangan dan kekayaan Muhammadiyah, ter-
diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta masuk keuangan dan kekayaan Unsur Pembantu
dipimpin oleh Pimpinan Unsur Pembantu Pimpinan Pimpinan, Amal Usaha, dan Organisasi Otonom pada
pada. setiap tingkatan untuk membahas penyelenggaraan semua tingkat secara hukum milik Pimpinan Pusat.
program sesuai pembagian tugas yang ditetapkan oleh
Pimpinan Muhammadiyah.
100|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 101