Anda di halaman 1dari 51

KEPRIBADIAN

MUHAMMADIYAH

I
. APAKAH MUHAMMADIYAH ITU
MUHAMMADIYAH adalah suatu persyarikatan yang
merupakan “Gerakan Islam”. Maksud gerakan ialah “Da’wah
Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar” yang ditujukan kepada
dua bidang: perseorangan dan masyarakat.
Da’wah dan Amar Ma’ruf nahi Munkar pada bidang
pertama terbagi kepada dua golongan:
a. Kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan
(tajdid), yaitu mengembalikan kepada ajaran Islam
yang asli dan murni.
b. kepada yang belum Islam, bersifat seruan atau ajakan
untuk memeluk agama Islam.
Adapun da’wah Islam dan Amar Ma’ruf nahi Munkar
bidang kedua, ialah kepada masyarakat, bersifat kebaikan,
bimbingan dan peringatan.
Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusya-
warah atas dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah
semata-mata.
Dengan melaksanakan dakwah Islam dan amar ma’ruf
nahi munkar dengan caranya masing-masing yang sesuai,
Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju tujuan-
nya, ialah “Terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur
yang diridlai Allah SWT.”
2|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah |3

II. DASAR DAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH IV. SIFAT MUHAMMADIYAH


Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju Menilik:
tujuan terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang a. Apakah Muhammadiyah itu.
diridlai Allah SWT, dimana kesejahteraan, kebaikan dan b. Dasar amal usaha Muhammadiyah.
kebahagiaan luas merata, Muhammadiyah mendasarkan c. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah.
segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-prinsip yang
tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu: Maka Muhammadiyah memiliki dan wajib memelihara
1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ‘ibadah, dan sifat-sifatnya, terutama yang terjalin di bawah ini:
ta’at kepada Allah. 1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan ke-
2. Hidup manusia bermasyarakat. sejahteraan.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyaki- 2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah
nan bahwa ajaran Islam itu satu-satunya landasan Islamiyah.
kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagia- 3. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang
an dunia akhirat. teguh ajaran Islam.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam 4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai iba-dah 5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, pera-
kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan. turan, serta dasar dan falsafah negara yang sah.
5. Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad 6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan
SAW. serta menjadi contoh teladan yang baik.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan 7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan
ketertiban organisasi. maksud ishlah dan pembangunan, sesuai dengan
ajaran Islam.
III. PEDOMAN AMAL USAHA DAN PERJUANGAN 8. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga
MUHAMMADIYAH dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama
Islam serta membela kepentingannya.
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang 9. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan
diusahakan dan bagaimanapun cara perjuangan Muhammad- golongan lain dalam memelihara dan membangun
iyah untuk mencapai tujuan tunggalnya, harus berpedoman: Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
“Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak yang diridlai Allah SWT.
membangun di segenap bidang dan lapangan dengan 10. Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan
menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah”. bijaksana.
(Keputusan Muktamar ke 35)
4|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah |5

SEJARAH DIRUMUSKANNYA KEPRIBADIAN APAKAH KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH ITU


MUHAMMDIYAH Sesungguhnya kepribadian Muhammadiyah itu merupa-
“Kepribadian Muhammadiyah” ini timbul pada waktu kan ungkapan dari kepribadian yang memang sudah ada pada
Muhammadiyah dipimpin oleh Bapak Kolonel H.M. Yunus Muhammadiyah sejak lama berdiri. KH. Faqih Usman pada
Anis, ialah pada periode 1959-1962. saat itu hanyalah mengkonstantir -meng-idhar-kan apa yang
“Kepribadian Muhammadiyah” ini semula berasal dari telah ada; jadi bukan merupakan hal-hal yang baru dalam
uraian Bapak H. Faqih Usman, sewaktu beliau memberikan Muhammadiyah. Adapun mereka yang menganggap bahwa
uraian dalam suatu latihan yang diadakan Madrasah Mu’alli- Kepribadian Muhammadiyah sebagai perkara yang baru,
min Muhammadiyah Yogyakarta. Pada saat itu almarhum hanyalah karena mereka mendapati Muhammmadiyah sudah
KH. Faqih Usman menjelaskan bahasan yang berjudul: “Apa tidak dalam keadaan yang sebenarnya.
sih Muhammadiyah itu?”. K.H. Faqih Usman sebagai seorang yang telah sejak lama
Kemudian oleh Pimpinan Pusat dimusyawarahkan berkecimpung dalam Muhammadiyah, sudah benar-benar
bersama-sama Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa memahami apa sesungguhnya sifat-sifat khusus (ciri-ciri khas)
Timur (HM. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono), Muhammadiyah itu. Karena itu kepada mereka yang berlaku
dan Jawa Barat (H. Adang Afandi). Sesudah itu disempurna- tidak sewajarnya dalam Muhammadiyah, beliaupun dapat
kan oleh suatu Tim yang antara lain, terdiri dari: KH. Moh. memahami dengan jelas.
Wardan, Prof. KH. Farid Ma’ruf, M. Djarnawi Hadikusuma, Yang benar-benar dirasakan oleh almarhum ialah bahwa
M. Djindar Tamimy; kemudian turut membahas pula Prof. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, berdasar Islam,
H. Kasman Singodimejo SH. di samping pembawa prakarsa menuju terwujudnya masayarakat utama, adil dan makmur
sendiri KH. Faqih Usman. yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala, bukan dengan jalan
Setelah urusan itu sudah agak sempurna, maka dikete- politik, bukan dengan jalan ketatanegaraan, melainkan dengan
ngahkan dalam Sidang Tanwir menjelang Muktamar ke 35 di melalui pembentukan masyarakat, tanpa memperdilikan
Jakarta (Muktamar Setengah Abad). Dan di Muktamar ke-35 bagamana struktur politik yang manguasainya; sejak zaman
itulah “Kepribadian Muhammadiyah” disahkan setelah Belanda, zaman militerisme Jepang, dan samapai zaman
mengalami usul-usul penyempurnaan. Dengan demikian kemerdekaan Republik Indonesia.
maka rumusan “Kepribadian Muhammadiyah” ini adalah Muhammadiah tidak buta politik, tidak takut politik,
merupakan hasil yang telah disempurnakan dalam Muktamar tetapi Muhammadiyah bukan organisasi politik.
ke-35 setengah abad -pada tahun 1962, akhir periode Muhammadiyah tidak mencampuri soal-soal politik , tetapi
pimpinan HM. Yunus Anis. apabila soal-soal politik masuk dalam Muhammadiyah, atau-
pun soal-soal politik mendesak-desak urusan Agama Islam,
maka Muhammadiyah akan bertindak menurut kemampu-
an, cara dan irama Muhammadiyah sendiri.
6|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah |7

Sejak partai politik Islam Masyumi dibubarkan oleh MEMAHAMI KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
presiden Sukarno, maka warga Muhammadiyah yang selama
ini berjuang dalam medan politik praktis, mereka masuk Memahami Kepribadian Muhammadiyah berarti:
kembali dalam Muhammadiyah. Namun karena sudah 1. Memahami apa sebenarnya Muhammadiyah.
terbiasa dengan perjuangan cara politik, maka dalam mereka 2. Karena Muhammadiyah ini sebagai organisasi, sebagai
berjuang dana beramal dalam Muhammadiyah pun masih suatu persyarikatan yang beraqidah Islam dan ber-
membawa cara dana nada politik cara partai. sumber pada Al-Quran dan Sunnah, maka perlu pula
Oleh almarhum K.H. Faqih Usman dan Pimpinan Pusat difahami, Islam yang bagaimanakah yang hendak
Muhammadiyah pada saat itu, cara-cara demikian dirasakan ditegakkan dan dijunjung tinggi itu, mengingat telah
sebagai cara yang dapat merusak nada dan irama banyak kekaburan kekaburan dalam Islam di Indo-
Muhammadiyah. nesia ini. Dan hal ini pulalah yang hendak diperguna-
Muhammadiyah telah mempunyai cara perjuangan yang kan untuk mendasari atau menjiwai segala amal usaha
khas. Muhammadiyah bergerak bukan untuk “Muhammad- Muhammadiyah sebagai organsisasi.
iyah’ sebagai golongan. Muhammadiyah bergerak dan 3. Kemudian dengan sifat-sifat dan cara-cara yang kita
berjuang untuk tegaknya Islam, untuk kemenangan kalimah contoh atau kita ambil dari bagaimana sejarah da’wah
Allah, untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan mak- Rasulullah yang mula-mula dilaksanakan, itu pulalah
mur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala. Hanya saja Islam yang kita jadikan sifat gerak da’wah Muhammadiyah,
yang digerakkan oleh Muhammadiyah adalah Islam yang dengan kita sesuaikan pada keadaan dan kenyataan-
sajadah, Islam yang lugas (apa adanya), Islam yang menurut kenyataan yang kita hadapi.
Al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw; dana menjalankannya
dengan menggunakan akal pikirannya yang sesuai dengan KEPADA SIAPA KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH
ruh Islam. KITA PIMPINKAN/BERIKAN
Dengan demikian, perlu difahamkan kepada warga
Muhammadiyah: apakah Muhammadiyah itu sebenarnya dan Seperti telah kita uraikan di atas, bahwa Kepriba-dian
bagaimana cara membawa/menyebarluaskannya. menyebar- Muhammadiyah ini pada dasarnya adalah memberikan
kan faham Muhammadiyah itu pada hakekatnya menyebar- pengertian dan kesadaran kepada warga kita, agar mereka itu
luaskan Islam yang sebenar-benarnya; dan oleh karena itu, tahu tugas kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar
cara menyebarkannya pun kita perlu mengikuticara-cara beramal-usahanya, juga tahu sifat-sifat atau bentuk/irama
Rasulullah saw menyebarkan Islam pada awal pertumbuhannya. bagaimana mereka bertindak/bersikap pada saat melaksana-
kan tugas kewajibannya.
8|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah

CARA MEMBERIKAN ATAU MENUNTUNKAN


Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menuntun-
MATAN KEYAKINAN
kan Kepribadian Muhammadiyah ini, kecuali harus dengan DAN CITA-CITA HIDUP
teori dan praktek penanaman pengertian dan pelaksanaan.
1. Penandasan atau pendalaman pengertian tentang MUHAMMADIYAH
da’wah atau bertabligh.
2. Meng gembirakan dan memantapkan tugas ber-
da’wah. Tidak merasa rendah diri (minder-waardig - Bld)
dalam menjalankan da’wah; namun tidak memandang 1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar
rendah kepada yang bertugas dalam lapangan lainnya Ma’ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber
(politik, ekonomi, seni-budaya dan lain-lain). pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk
3. Keadaan mereka -para warga- hendaklah ditugaskan terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang
dengan tugas yang tentu-tentu, bukan hanya dengan diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi
sukarela. Bila perlu dilakukan dengan suatu ikatan, manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
misalnya dengan perjanjian, dengan bai’at dan lain- 2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama
lain. Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi
4. Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan mu- Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
syawarah yang sifatnya mengevaluasi tugas-tugas itu. kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah
5. Sesuai dengan suasana sekarang, perlu pula dilakukan dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa,
dengan formalitas yang menarik, yang tidak melanggar dan menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual,
hukum-hukum agama dan juga dengan memberikan duniawi dan ukhrawi.
bantuan logistik. 3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:
6. Pimpinan Cabang, Ranting bersama-sama dengan a. Al-Qur’an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi
anggota-anggotanya memusyawarahkan sasaran-sasa- Muhammad SAW;
ran yang dituju, bahan-bahan yang perlu dibawakan b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-
dan membagi petugas-petugas sesuai dengan kemam- ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi
puan dan sasarannya. Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran
7. Pada musyawarah yang melakukan evaluasi, sekaligus sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
dapat ditambahkan bahan-bahan atau bekal yang 4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran
diperlukan, yang akan dibagikan kepada para warga Islam yang meliputi bidang-bidang:
selaku muballigh dan muballighot.V
a. ‘Aqidah
b. Akhlak
10|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 11

c. Ibadah Catatan:
d. Muamalah Duniawiyah Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan
4.1. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah perbaikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyri- a. Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;
kan, bid’ah dan khufarat, tanpa mengabaikan prinsip b. Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar
toleransi menurut ajaran Islam. Muhammadiyah ke 41 di Surakarta.
4.2. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai
akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-
ajaran Al-Qur’an dan Sunnah rasul, tidak bersendi
kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
4.3. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang
dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan
dan perubahan dari manusia.
4.4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya
mu’amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan
pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran
Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang
ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indo-
nesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air
yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan
bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk
berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang
adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT:

“BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN


GHOFUR”
(Keputusan Tanwir Tahun 1969 di Ponorogo)
12|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 13

KELOMPOK KEDUA: Mengandung persoalan mengenai


SISTEMATIKA faham Agama menurut Muhammadiyah, ialah: angka 3 dan
DAN PEDOMAN UNTUK 4, yang berbunyi:
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam
MEMAHAMI RUMUSAN MATAN berdasarkan:
a. Al-Qur’an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada
KEYAKINAN DAN CITA-CITA Nabi Muhammad SAW;
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-
HIDUP MUHAMMADIYAH ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi
Muhammad SAW dengan menggunakan akal
fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
SISTEMATIKA 4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-
ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
1. Rumusan matan “Keyakinan dan Cita-cita hidup
a. Aqidah
Muhammadiyah” terdiri dari 5 (lima) angka.
b. Akhlak
2. Lima angka tersebut dapat dibagi menjadi kelompok.
c. Ibadah
KELOMPOK KESATU: Mengandung pokok-pokok d. Mu’amalah Duniawiyah
persoalan yang bersifat ideologis, ialah angka 1 dan 2, yang
4.1. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya Aqidah
berbunyi:
Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala ke-
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah musyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabai-
Amar Ma’ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan kan prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah, bercita-cita Islam.
dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama,
4.2. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-
adil dan makmur yang diridhai Allah SWT, untuk
nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada
melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba
ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tidak
dan khalifah Allah di muka bumi.
bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah
4.3. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah
Agama Allah yang diwahyukan kepada para Rasul-
yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa
Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan
tambahan dan perubahan dari manusia.
seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad
SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat 4.4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya
manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahtera- Mu’malah duniawiyah (pengolahan dunia dan
an hidup materil dan sprituil, duniawi dan ukhrawi. pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan
14|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 15

ajaran Agama serta menjadikan semua kegiatan materil dan sprituil, duniawi dan ukhrawi.
dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah 4. Fungsi aqidah dalam persoalan Keyakinan dan
SWT. Cita-cita hidup adalah sebagai sumber yang menen-
KELOMPOK KETIGA: Mengandung persoalan mengenai tukan bentuk keyakinan dan cita-cita hidup itu
fungsi dan misi Muhammadiyah dalam masyarakat Negara sendiri.
Republik Indonesia, ialah angka 5 yang berbunyi: Berdasarkan Islam, artinya ialah: Islam sebagai
5. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa sumber ajaran yang menentukan keyakinan dan
Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa cita-cita hidupnya.
tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, Ajaran Islam, yang inti ajarannya berupa kepercaya-
kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia an: tauhid membentuk keyakinan dan cita-cita
yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar hidup; bahwa hidup manusia di dunia ini semata-
1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan mata hanyalah untuk beribadah kepada Allah
suatu negara yang adil dan makmur dan diridhai Allah SWT, demi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
SWT: Hidup beribadah menurut ajaran Islam, ialah
“BALDATUN THAYYIBATUN WA ROBBUN hidup bertaqarrub kepada Allah SWT, dengan
GHAFUR” menunaikan amanah-Nya serta mematuhi
ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan-Nya
PEDOMAN UNTUK MEMAHAMI guna mendapatkan keridhaan-Nya.
Amanah Allah yang menentukan fungsi dan misi
Uraian singkat mengenai Matan “Keyakinan dan Cita- manusia dalam hidupnya di dunia, ialah manusia
cita Hidup Muhammadiyah”. sebagai hamba Allah dan khalifah (pengganti)Nya
3. Pokok-pokok persoalan yang bersifat ideologis, yang yang bertugas mengatur dan membangun dunia
terkandung dalam angka 1 dan 2 dari Matan “Keyaki- serta menciptakan dan memelihara keamanan dan
nan dan Cita-cita hidup Muhammadiyah”, ialah: ketertibannya untuk memakmurkannya.
a. Aqidah: Muhammadiyah adalah ber’aqidah Islam. 5. Fungsi cita-cita/tujuan dalam persoalan Keyakin-
b. Cita-cita/Tujuan: Bercita-cita dan bekerja untuk ter- an dan cita-cita hidup ialah sebagai kelanjutan/
wujudnya masyarakat utama, adil dan makmur konsek-wensi dari Aqidah. Hidup yang beraqidah
yang diridhai Allah SWT. Islam, seperti yang disimpulkan pada angka 4
c. Ajaran yang digunakan untuk melaksanakan diatas, tidak bisa lain kecuali menimbulkan
aqidah dalam mencapai cita-cita/tujuan tersebut: kesadaran pendirian, bahwa cita-cita/tujuan yang
Agama Islam adalah agama Allah sebagai hidayah akan dicapai dalam hidupnya di dunia, ialah
dan rahmat Allah kepada ummat manusia se- terwujudnya tata-kehidupan masyarakat yang baik,
panjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup
16|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 17

guna mewujudkan kemak-muran dunia dalam 8. FAHAM AGAMA


rangka ibadahnya kepada Allah SWT.
8.1. Agama Islam ialah agama Allah yang diturunkan
Dalam hubungan ini, Muhammadiyah telah me-
kepada para Rasul-Nya, sejak Nabi Adam sampai
negaskan cita-cita/tujuan perjuangannya dengan:
Nabi terakhir, ialah Nabi Muhammad SAW.
“...sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil dan
makmur, yang diridhai Allah SWT”. (AD PS.3) Nabi Muhammad SAW sebagi Nabi yang terakhir,
Bagaimana bentuk/wujud masyarakat uatama diutus dengan membawa syari’at agama yang
sempurna, untuk seluruh umat manusia sepanjang
yang adil dan makmur, yang diridhai Allah SWT
yang dimaksud itu, harus dirumuskan dalam satu masa. Maka dari itu agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW itulah yang tetap berlaku
konsepsi yang jelas, gamblang dan menyeluruh.
sampai sekarang dan untuk masa-masa selanjutnya.
6. Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang ber-
aqidah Islam dan dikuatkan oleh hasil penyelidikan
secara ilmiah, historis dan sosiologis,
Muhammadiyah berkeyakinan, bahwa ajaran yang
dapat untuk melaksanakan hidup yang sesuai
dengan “Aqidahnya” dalam mencapai “cita-cita/
tujuan” hidup dan perjuangannya sebagaimana
dimaksud, hanyalah ajaran Islam. Untuk itu sangat
diperlukan adanya rumusan secara kongkrit,
sistematis dan menyeluruh tentang konsepsi ajaran
Islam yang meliputi seluruh aspek hidup dan Artinya:
kehidupan manusia/masyarakat, sebagai isi dari Agama (yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad
pada masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. SAW) ialah apa yang diturunkan Allah di dalam Al-Qur’an dan
7. Keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah yang tersebut dalam Sunnah yang shahih, berupa perintah-perintah
yang persoalan-persoalan pokoknya telah diuraikan dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan
dengan singkat di atas, adalah dibentuk/ditentu- umat manusia di dunia dan akhirat.
kan oleh pengertian dan fahamnya mengenai
agama Islam.
Agama Islam adalah sumber keyakinan dan cita-
cita hidup Muhammadiyah, Maka dari itu, faham
agama bagi Muhammadiyah dalah merupakan
persoalan yang essensial bagi adanya keyakinan dan
cita-cita hidup Muhammadiyah.
18|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 19

Artinya: 8.4. Muhammadiyah berpendirian bahwa pintu ijtihad


Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan perantaraan senantiasa terbuka.
Nabi-Nabi-Nya, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan 8.5. Muhammadiyah berpendirian bahwa orang dalam
serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan beragama hendaklah berdasarkan pengertian yang
akhirat. benar, dengan ijtihad atau ittiba’.
(Putusan Majelis Tarjih)
8.6. Muhammadiyah dalam menetapkan tuntunan yang
berhubungan dengan masalah agama, baik bagi ke-
8.2. Dasar Agama Islam hidupan perseorangan ataupun bagi kehidupan gera-
a. Al-Qur’an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada kan, adalah dengan dasar-dasar seperti tersebut di
Nabi Muhammad SAW. atas; dilakukan dalam musyawarah oleh para ahlinya,
b. Sunnah Rasul: Penjelasan dan pelaksanaan ajaran dengan cara yang sudah lazim disebut “tarjih”, ialah
Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi membanding-banding pendapat-pendapat dalam
Muhammad SAW, dengan mengunakan akal musyawarah dan kemudian mengambil mana yang
fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam (nukilan mempunyai alasan yang lebih kuat.
dari matan). 8.7. Dengan dasar dan cara memahami agama seperti di
8.3. Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai penjelasannya atas, Muhammadiyah berpendirian bahwa ajaran
adalah pokok dasar hukum/ajaran Islam yang Islam merupakan “kesatuan ajaran” yang tidak boleh
mengandung ajaran yang benar. dipisah-pisah dan meliputi :
Akal pikiran/Ar-Ra’yu adalah alat untuk : a. ‘Aqidah: ajaran yang berhubungan dengan
a. mengungkap dan mengetahui kebenaran yang kepercayaan.
terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. b. Akhlaq: ajaran yang berhubungan dengan
b. mengetahui maksud-maksud yang tercakup pembentukan mental.
dalam pengertian Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. c. Ibadah (mahdloh): ajaran yang berhubungan
Sedang untuk mencari cara dan dalam melaksa- dengan peraturan dan tata cara hubungan
nakan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dalam manusia dengan Tuhan.
mengatur dunia guna memakmurkannya, akal d. Mu’amalat Duniawiyat: ajaran yang berhubu-
pikiran yang dinamis dan progresif mempunyai ngan dengan pengolahan dunia dan pembinaan
peranan yang yang penting dan luas. Begitu pula masyarakat.
akal pikiran bisa untuk mempertimbangkan se- Dimana semuanya itu bertumpu dan untuk
berapa jauh pengaruh keadaan dan waktu terha- mencerminkan kepercayaan “Tauhid” dalam
dap penerapan suatu ketentuan hukum dalam hidup dan kehidupan manusia, dalam wujud
batas maksud-maksud pokok ajaran agama. dan bentuk hidup dan kehidupan yang semata-
20|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 21

mata untuk beribadah kepada Allah SWT dalam membangun tanah air dan negara Republik Indo-
arti ibadah yang dirumuskan oleh Majelis Tarjih: nesia, sehingga merupakan masyarakat dan negara
yang adil dan makmur, sejahtera bahagia, materil
dan sprituil yang diridhai Allah SWT.
9.2. Mengingat perkembangan sejarah dan kenyataan
bangsa Indonesia sampai dewasa ini, semua yang
ingin dilaksanakan dan dicapai oleh Muhammad-
iyah dari pada keyakinan dan cita-cita hidupnya,
bukanlah hal yang baru, dan hakekatnya adalah
sesuatu yang wajar.
9.3. Sedang pola perjuangan Muhammadiyah dalam
melaksanakan dan mencapai keyakinan dan cita-cita
hidupnya dalam masyarakat Negara Republik Indo-
nesia, Muhammadiyah menggunakan dakwah Islam
Artinya: dan Amar Ma’ruf nahi Munkar dalam arti dan
Ibadah ialah bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan proporsi yang sebenar-benarnya, sebagai jalan satu-
mentaati segala perintah-perintahNya, menjauhi segala larangan- satunya. Lebih lanjut mengenai soal ini dapat
laranganNya, dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah. diketahui dan difahami dalam “Khittah Perjuangan
Muhammadiyah”.
Ibadah itu ada yang umum dan ada yang khusus.
a. Yang umum, ialah segala amalan yang diizinkan
Allah;
b. Yang khusus, ialah apa yang telah ditetapkan
Allah akan perincian-perinciannya, tingkah dan
cara-caranya yang tertentu.

9. FUNGSI DAN MISI MUHAMMADIYAH


9.1. Berdasarkan keyakinan dan cita-cita hidup yang ber-
sumberkan ajaran Islam yang murni seperti tersebut
diatas, Muhammadiyah menyadari kewajibannya:
berjuang dan mengajak segenap golongan dan
lapisan bangsa Indonesia, untuk mengatur dan
22|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 23

Allah Yang Maha Menge-tahui dan Bijaksana”. (Al-Qur’an surat


12 LANGKAH Al-Hujurat ayat 7-8)
MUHAMMADIYAH
(1938-1940)

“Beringanlah kamu dan jangan kamu sekalian mempersusahkan


MENJUNJUNG tinggi firman Tuhan Allah, yang ter- serta bergembiralah dan jangan kamu membikin orang lari”. (HR.
maktub di dalam Al-Qur’an dan mengambil tauladan akan Bukhari dari Anas)
perjalanan junjungan Nabi Muhammad yang terhimpun di
dalam kitab Hadisnya, sebagaimana yang tersebut di bawah
ini:

“Sesungguhnya yang paling baik dari kamu sekalian, ialah yang


paling bagus budi pekertinya”. (HR. Bukhori dari Abdullah bin
Amir)

“Beruntunglah orang yang meneliti ke’aiban (kesalahan) dirinya


sendiri, daripada meneliti kea’iban orang lain”. (HR. Firdaus
“Dan ketahuilah bahwa Rasulullah ada pada kamu sekalian, yang dari Anas).
mana kalau beliau yang menuruti kamu di dalam beberapa perkara,
tentulah kamu sekalian keberatan. Akan tetapi Allah mempersu-
kakan kamu sekalian kepada Iman dan telah memperhiaskannya
di dalam hatimu sekalian; malah memperbencikan kamu sekalian
daripada kekafiran, kecabulan, dan kedurhakaan. Mereka itulah
yang berjalan lurus, mendapat karunia dan kenikmatan dari Tuhan
24|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 25

“Kebijaksanaan itu diberikan siapa yang dikehendaki oleh Tuhan


Allah, dan barang siapa yang sudah diberi kebijaksanaan, dialah
yang mendapat kebaikan yagn banyak. Akan tetapi orang tidak
ingat, kecuali yang sama mempunyai fikiran”. (Al-Qur’an surat
Al-Baqarah ayat 269).

Maka Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah dengan sungguh-


sungguh melangsungkan langkahnya yang lebih luas dan
menetapkan jejaknya yang kokoh, dalam tahun 1938-1940
“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu sekalian orang- akan:
orang yang menegakkan keadilan, bersaksi kepada Tuhan Allah,
meskipun mengenal dirimu sendiri atau kedua ayah bunda dan
sanak saudaramu. kalau keadaannya kaya atau miskin, maka
1. MEMPER DALAM MASUKNYA IMAN
Tuhan Allah lebih terdahulu dari keduanya. Maka janganlah kamu Hendaklah iman itu ditablighkan, disiarkan dengan
menuruti hawa nafsu pengadilanmu, kamu condong atau kamu tolak; selebar-lebarnya, yakni diberi riwayatnya dan diberi dalil bukti-
sesungguhnya Tuhan Allah itu mengetahui pekerjaanmu”. (Al- nya, dipengaruhkan dan digembirakan, sampai iman itu
Qur’an surat An-Nisa’ 135) mendarah daging, masuk di tulang sumsum dan mendalam
di hati sanubari kita, sekutu-sekutu Muham-madiyah
seumumnya.

2. MEMPERLUAS FAHAM AGAMA


Hendaklah faham agama yagn sesung guhnya itu
dibentangkan dengan arti yang seluas-luasnya, boleh diujikan
“Turutlah Tuhan Allah dan utusan-Nya serta janganlah kamu dan diperbandingkan, sehing ga kita sekutu-sekutu
berselisihan yang mencerai-beraikan kamu dan menghilangkan Muhammadiyah mengerti perluasan Agama Islam, itulah
kekuatanmu. Maka sabarlah, sesungguhnya Tuhan Allah itu yang paling benar, ringan dan berguna, maka, mendahulukan-
menyertai orang-orang yang sabar”. (Al-Qur’an surat Al-Anfal lah pekerjaan keagamaan itu.
ayat 46)
3. MEMPERBUAHKAN BUDI PEKERTI
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang
terpuji dan akhlaq yang tercela serta diperbahaskannya tentang
memakainya akhlaq yang mahmudah dan menjauhkannya
26|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 27

akhlaq yang madzmumah itu, sehingga menjadi amalan kita, Dalam pada itu, dengan tidak mengurangi segala gerakan
ya seorang sekutu Muhammadiyah, kita berbudi pekerti yang kemuhammadiyahan, maka pada tahun 1838-1940 H.
baik lagi berjasa. Muhammadiyah mengemukakan pekerjaan akan:

4. MENUNTUN AMALAN INTIQAD ( SELF 8. MENGUATKAN MAJLIS TANWIR


CORRECTIE) Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam
Hendaklah senantiasa melakukan perbaikan diri kita kalangan kita Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan
sendiri (self correctie), segala usaha dan pekerjaan kita, kecuali kanan yang bertenaga disisi Hoofdbestuur (PP) Muhammad-
diperbesarkan, supaya diperbaikilah juga. Buah penyelidikan iyah, maka sewajibnyalah kita perteguhkan dengan diatur yang
perbaikan itu dimusyawarahkan di tempat yang tentu, dengan sebaik-baiknya.
dasar mendatangkan maslahat dan menjauhkan madlarat,
sedang yang kedua ini didahulukan dari yang pertama. 9. MENGADAKAN KONPERENSI BAGIAN
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-
5. MENGUATKAN PERSATUAN langkah bagian kita, maka hendaklah kita berikhtiar menga-
Hendaklah menjadikan tujuan kita juga, akan dakan Konperensi bagian, umpama: Konperensi Bagian:
menguatkan persatuan organisasi dan mengokohkan Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain sebagainya.
pergaulan persaudaraan kita serta mempersamakan hak-hak
dan memerdekakan lahirnya pikiran-pikiran kita. 10. MEMPERMUSYAWARATKAN PUTUSAN
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan,
6. MENEGAKKAN KEADILAN maka hendaklah setiap ada keputusan yang mengenai kepala
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun Majlis (Bagian), dimusyawarahkanlah dengan yang ber-
akan mengenai badan sendiri, dan ketetapan yang sudah sangkutan itu lebih dahulu, sehingga dapatlah mentanfidz-
seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan di mana juga. kan dengan cara menghasilkannya dengan segera.

7. MELAKUKAN KEBIJAKSANAAN 11. MENGAWASKAN GERAKAN JALAN


Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan akan
hendaklah disendikan kepada Kitabullah dan mengawasi gerak kita yang ada di dalam Muhammadiyah,
Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi ke-dua yang sudah lalu, yang masih langsung dan yang bertambah
pegangan kita itu, mestilah kita buang, karena itu bukan (yang akan datang/berkembang).
kebijaksanaan yang sesungguhnya.
28|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah

12. MEMPERSAMBUNGKAN GERAKAN LUAR


KHITTAH PERJUANGAN
Kira berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada
iuran (ekstern), lain-lain persyarikatan dan pergerakan di Indo- MUHAMMADIYAH
nesia, dengan dasar Silaturahim, tolong-menolong dalam
segala kebaikan, yang tidak mengubah asasnya masing-
masing, terutama perhubungan kepada persyarikatan dan
pemimpin Islam. V 1. HAKEKAT MUHAMMADIYAH
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebab-
kan oleh daya dinamik dari dalam ataupun karena persentu-
han dengan kebudayaan dari luar, telah menyebabkan peruba-
han tertentu. Perubahan itu menyangkut seluruh segi kehidu-
pan masyarakat, diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik
dan kebudayaan, yang menyangkut perubahan struktural dan
perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam hubungan
antar manusia.
Muhammadiyah sebagi gerakan, dalam mengikuti per-
kembangan dan perubahan itu, senantiasa mempunyai
kepentingan untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar,
serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai
dengan lapangan yang dipilihnya, ialah masyarakat, sebagai
usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya: “mene-
gakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang
diridhoi Allah SWT”.
Dalam melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah
berjalan diatas prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di
dalam Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.
Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah itu
senantiasa menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga
bagi gerakan dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat
dan ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama dnegan
golongan Islam lainnya.
30|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 31

2. MUHAMMADIYAH DAN MASYARAKAT Dalam hubungan ini Muktamar Muhammadiyah ke-38


telah menegaskan bahwa:
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang
Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai
beramal dalam segala bidang kehidupan manusia dan
Persyarikatan memilih dan menempatkan diri sebagai Gerakan
masyarakat, tidak mempunyai hubungan organisatoris
Islam amar ma’ruf nahi munkar dalam masyarakat, dengan
dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai
maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan
Politik atau Organisasi apapun.
masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah Jama’ah.
2. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak
Disamping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal
asasinya dapat tidak memasuki atau memasuki organi-
usaha seperti tersebut pada Anggaran Dasar pasal 4, dan
sasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran
senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya.
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-keten-
Penyelenggaraan amal usaha tersebut merupakan sebagian tuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
ikhtiar Muhammadiyah untuk mencapai Keyakinan dan Cita-
cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam, dan bagi usaha
untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang 4. M U H A M M A D I Y A H DAN UKHUWAH
diridhai Allah SWT. ISLAMIYAH
Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan
3. MUHAMMADIYAH DAN POLITIK bekerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam
usaha menyiarkan dan mengamalkan Agama Islam serta
Dalam bidang politik, Muhammadiyah berusaha sesuai
membela kepentingannya.
dengan khittahnya: dengan dakwah anar ma’ruf nahi munkar
dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammad- Dalam melakukan kerjasama tersebut, Muham-madiyah
iyah harus dapat membuktikan secara operasional dan secara tidak bermaksud menggabungkan dan mensubdornisasikan
kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masya- organisasinya dengan organisasi atau instiutsi lainnya.
rakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi masya- 5. DASAR PROGRAM MUHAMMADIYAH
rakat yang adil dan makmur serta sejatera, bahagia, materil
Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut di atas dan
dan spritual yang diridhai Allah SWT. Dalam melaksanakan
dengan memperhatikan kemampuan dan potensi
usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada
Muhammadiyah dan bagiannya, perlu di tetapkan langkah
kepribadiannya.
kebijaksanaan sebagai berikut:
Usaha Muhamadiyah dalam bidang politik tersebut meru-
1. Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Per-
pakan bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan
syarikatan yang menghimpun sebagian anggota
berdasar landasan dan peraturan yang berlaku dalam
masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang
Muhammadiyah.
32|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 33

beriman teguh, ta’at beribadah, berakhlaq mulia, dan


menjadi teladan yang baik di tengah-tengah KHITTAH PERJUANGAN
masyarakat. DALAM KEHIDUPAN
2. Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota
Muhammadiyah tentang hak dan kewajibannya BERNEGARA
sebagai warganegara dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya (Khittah Denpasar 2002)
terhadap persoalan-persoalan dan kesulitan hidup
masyarakat.
3. Menempatkan kedudukan Persyarikatan
MUHAMMADIYAH adalah Gerakan Islam yang
Muhammadiyah sebagai gerakan untuk melaksanakan
melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar dengan
dakwah amar ma’ruf anhi munkar kesegenap penjuru
maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi
dan lapisan masyarakat serta di segala bidang kehidup-
Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
an di negara Republik Indonesia yang berdasar
sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi
(Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya)
aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan
dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif. Dengan
mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat
mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi
rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam
kehidupan bangsa dan negara merupakan salah satu
perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan
sejarahnya sejak zaman pergerakan hingga masa awal dan
setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam kehidupan
bangsa dan negara tersebut diwujudkan dalam langkah-
langkah strategis dan taktis sesuai kepribadian, keya-kinan
dan cita-cita hidup, serta khittah perjuangannya sebagai acuan
gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab dalam
mewujudkan “Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
34|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 35

Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan
dapat dilakukan melalui dua strategi dan lapangan per- (organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi da’wah
juangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang amar ma’ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan
berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi
politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai- nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta
partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi
kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kritis yang dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu,
kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam
masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada
(high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara khittah perjuangan sebagai berikut.
dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidup-
kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara an bangsa dan negara merupakan salah satu aspek dari ajaran
sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok kepenting- Islam dalam urusan keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang
an (interest groups). harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam luhur agama dan moral yang utama. Karena itu diperlukan
lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek sikap dan moral yang positif dari seluruh warga Muhammad-
kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan iyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya
masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan ke- Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha
masyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik
utama atau masyarakat madani (civil society) sebagai pilar utama melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan
terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Peran masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak
kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai
kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan
perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) dituju- tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian,
kan untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya
tujuan negara, yang peranannya secara formal dan langsung “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi politik Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan
negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan berbangsa dan bernegara melalui usaha-usaha pembinaan
tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait atau pemberdayaan masyarakat guna terwujudnya masyarakat
melalui bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan
kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan negara. Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan
36|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 37

kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap
fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui anggota Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya
pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai dalam kehidupan politik sesuai hati nurani masing-masing.
prinsip-prinsip perjuangan kelompok kepentingan yang Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggung-
efektif dalam kehidupan negara yang demokratis. jawab sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan Muhammad-
politik yang bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan iyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.
(real politics) untuk dijalankan oleh partai-partai politik dan Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya
lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-baiknya yang aktif dalam politik untuk benar-benar melaksanakan
menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-sungguh dengan
berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia
Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan per-
kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar menge- damaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan
depankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan dalam
sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan tujuan melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar.
didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasi- Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak
kan tahun 1945. atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan
Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politik- kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk
nya sebagai wujud dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah
dengan jalan mempengaruhi proses dan kebijakan negara yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur Keputusan Sidang Tanwir Muhammadiyah 2002 di Denpasar
bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat
bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang
sehat menuju kehidupan nasional yang damai dan
berkeadaban.
Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik
atau organisasi manapun. Muhammadiyah senantiasa
mengembangkan sikap positif dalam memandang per-
juangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan
prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem
politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
38|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 39

IBADAH
‘Ibadah ialah bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada
KITAB MASALAH LIMA Allah, dengan jalan menta’ati segala perintah-perintah-
Nya, larangan-larangan-Nya dan me’amalkan segala
yang diidzinkan Allah. ‘Ibadah itu ada yang umum
ada yang khusus:
a. Yang umum ialah segala amalan yang diidzinkan
AGAMA Allah.
1. Agama yakni Agama Islam yang dibawa oleh Nabi b. Yang khusus ialah apa yang telah ditetapkan Allah
Muhammad saw, ialah apa yang diturunkan Allah di akan perincian-perinciannya, tingkah dan cara-
dalam Quran dan yang tersebut dalam Sunnah yang caranya yang tertentu.
dhahih, berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di SABILILLAM
Dunia dan Akhirat.
Sabilillah ialah jalan yang menyampaikan kepada
2. Agama adalah apa yang disyari’atkan Allah dengan keridlaan Allah, berupa segala ’amalan yang diidzinkan
perantaraan Nabi-nabinya, berupa perintah-perintah Allah untuk memuliakan kalimat(agama)Nya dan
dan larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan melaksanakan hukum-hukum-Nya.
manusia di Dunia dan Akhirat.
QIYAS
DUNIA
1. Setelah persoalan qiyas dibicarakan dalam waktu tiga
Yang dimaksud “urusan dunia” dalam sabda kali sidang, dengan mengadakan tiga kali
Rasulullah saw. “Kamu lebih mengerti ur usan pemandangan umum dan satu kali tanya jawab antara
duniamu” ialah segala perkara yang tidak menjadi kedua belah pihak;
tugas diutusnya para Nabi (yaitu perkara-perkara/
2. Setelah mengikuti dengan teliti akan jalannya
pekerjaan-pekerjaan/urusan-urusan yang diserahkan
pembicaraan dan alasan-alasan yang dikemukakan oleh
sepenuhnya kepada kebijaksanaan manusia).
kedua belah pihak, dan dengan MENGINSYAFI
bahwa tiap-tiap keputusan yang diambil olehnya itu
hanya sekedar mentarjihkan di antara pendapat-
pendapat yang ada, tidak berarti menyalahkan pendapat
yang lain.
40|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah

MEMUTUSKAN:
a. Bahwa DASAR muthlaq untuk berhukum dalam
agama Islam adalah Al-Quran dan Al-Hadits. ANGGARAN DASAR DAN ART
b. Bahwa di mana perlu dalam menghadapi soal-soal
yang telah terjadi dan sangat dihajatkan untuk di MUHAMMADIYAH
amalkannya, mengenai hal-hal yang tak bersangkutan
dengan ‘ibadah mahdlah padahal untuk alasan atasnya
tiada terdapat nash sharih di dalam Al-Quran atau
Sunnah shahihah, maka dipergunakanlah alasan
dengan jalan Ijtihad dan Istinbath dan pada nash-
nash yang ada, melalui persamaan ‘illat; sebagaimana
telah dilakukan oleh ‘ulama Salaf dan Khalaf.

“Dengan nama Allah Yang Maha Pernurah dan Penyayang. Segala


puji bagi Allah yang mengasuh semua alam, yang Maha Permurah
dan Maha Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari
kemudian. Hanya kepada Engkau hamba menyembah, dan hanya
kepada Engkau, kami mohon pertolongan. Berilah petunjuk kepada
hamba akan jalan yang lempang, jalan orang-orang yang telah
Engkau beri kenikmatan, yang tidak dimurkai dan tidak tersesat.”
(QS Al-Fatihah)

“Saya ridla: Ber-Tuhan kepada ALLAH, ber-Agama kepada


ISLAM dan ber-Nabi kepada MUHAMMAD
RASULLULLAH Shalallahu ‘alaihi wassalam”
42|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 43

AMMA BAD’U, bahwa sesungguhnya ke-Tuhanan itu perbuatannya, lagi pula harus sabar dan tawakal bertabah
adalah hak Allah semata-mata. Ber-Tuhan dan ber’ibadah hati menghadapi segala kesukaran atau kesulitan yang
serta tunduk dan tha’at kepada Allah adalah satu-satunya menimpa dirinya, atau rintangan yang menghalangi
ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama pekerjaannya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan
manusia. pertolongan Allah Yang Maha Kuasa.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang
iradat) Allah atas kehidupan manusia di dunia ini. demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat Allah
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur’an:
bahagia hanyalah dapat diwujudkan di atas keadilan,
kejujuran, persaudaraan dan gotong-royong, bertolong-
tolongan dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dan pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian
Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya
pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik- Adakanlah dan kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada
ke-Islaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada
baiknya.
keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia”
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum (QS Ali-Imran:104)
yang manapun juga, adalah kewajiban mutlak bagi tiap-tiap
orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah.
Pada tanggal 8 Dzulhiijah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember
Agama Islam adalah Agama Allah yang dibawa oleh 1912 Miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu
sekalian Nabi, sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad persyarikatan sebagai “gerakan Islam” dengan nama
saw, dan diajarkan kepada umatnya masing-masing untuk “MUHAMMADIYAH” yang disusun dengan Majelis-
mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat. Majelis (Bahagian-bahagian)-nya, mengikuti pereran zaman
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia serta berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah
dan sentausa sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, kebijaksanaan dalam permusyawatan atau Muktamar.
terutama umat Islam, umat yang percaya akan Allah dan Hari Kesemuanya itu, perlu untuk menunaikan kewajiban
Kemudian, wajiblah mengikuti jejak sekalian Nabi yang suci: mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti
beribadah kepada Allah dan berusaha segiat-giatnya sunnah Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., guna mendapat
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk karunia dan ridla-Nya di dunia dan akhirat, dan untuk
menjelmakan masyarakat itu di Dunia ini, dengan niat yang mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai
murni-tulus dan ikhlas karena Allah semata-mata dan hanya nikmat dan rahmat Allah yang melimpah-limpah, sehingga
mengharapkan karunia Allah dan ridha-Nya belaka, serta merupakan:
mempunyai rasa tanggungjawab di hadirat Allah atas segala
44|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 45

BAB II
IDENTITAS, ASAS, DAN LAMBANG

“Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah Pasal 4
perlindungan Tuhan Yang Maha Pengampun”. Identitas dan Asas
(1) Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar
Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid, bersumber pada Al-
ummat Islam dapatlah diantarkan ke pintu gerbang Syurga Qur’an dan As-Sunnah.
“Jannatun Na’im” dengan keridlaan Allah Yang Rahmah (2) Muhammadiyah berasas Islam.
dan Rahim.
Adapun Persyarikatan Muhammadiyah beranggaran dasar Pasal 5
sebagai berikut: Lambang
Lambang Muhammadiyah adalah matahari bersinar utama
BAB I dua belas, di tengah bertuliskan (Muhammadiyah) dan
NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN dilingkari kalimat
Pasal 1
Nama
Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah.
(Asyhadu an la> ila>hailla Alla>h wa asyhadu anna Muhammadan
Pasal 2 Rasu>l Alla>h )
Pendiri
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada BAB III
tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18 MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA
November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu Pasal 6
tidak terbatas. Maksud dan Tujuan
Pasal 3 Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan
Tempat Kedudukan menjunjung ting gi Agama Islam sehing ga terwujud
Muhammadiyah berkedudukan di Yogyakarta. masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
46|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 47

Pasal 7 BAB V
Usaha SUSUNAN DAN PENETAPAN ORGANISASI
(1) Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah
Pasal 9
melaksanakan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan
Susunan Organisasi
Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang
kehidupan. Susunan organisasi Muhammadiyah terdiri atas:
(2) Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal 1. Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau
usaha, program, dan kegiatan, yang macam dan penyeleng- kawasan.
garaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. 2. Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat.
(3) Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha, 3. Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau
program, dan kegiatan adalah Pimpinan Muhammadiyah. Kabupaten.
4. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi.
BAB IV 5. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara.
KEANGGOTAAN
Pasal 10
Pasal 8 Penetapan Organisasi
Anggota serta Hak dan Kewajiban
(1) Penetapan Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas
(1) Anggota Muhammadiyah terdiri atas: lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
a. Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia (2) Penetapan Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya
beragama Islam. ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
b. Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga (3) Penetapan Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya
negara Indonesia. ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
c. Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama (4) Dalam hal-hal luar biasa Pimpinan Pusat dapat mengambil
Islam yang berjasa terhadap Muhammadiyah dan atau ketetapan lain.
karena kewibawaan dan keahliannya bersedia
membantu Muhammadiyah. BAB VI
(2) Hak dan kewajiban serta peraturan lain tentang keanggota- PIMPINAN
an diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 11
Pimpinan Pusat
(1) Pimpinan Pusat adalah pimpinan ter ting gi yang
memimpin Muhammadiyah secara keseluruhan.
48|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 49

(2) Pimpinan Pusat terdiri atas sekurang-kurangnya tiga belas Pasal 13


orang, dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar untuk satu Pimpinan Daerah
masa jabatan dan calon-calon yang diusulkan oleh Tanwir. (1) Pimpinan Daerah memimpin Muhammadiyah dalam dae-
(3) Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Muktamar rahnya serta me1aksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya.
dan dan atas usul anggota Pimpinan Pusat terpilih. (2) Pimpinan Daerah terdiri atas sekurang-kurangnya sembi-
(4) Anggota Pimpinan Pusat terpilih menetapkan Sekretaris lan orang ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah untuk satu
Umum dan diumumkan dalam forum Muktamar. masa jabatan dan calon-calon anggota Pimpinan Daerah
(5) Pimpinan Pusat dapat menambah anggotanya apabila yang telah dipilih dalam Musyawarah Daerah.
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada Tanwir. (3) Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan oleh Pimpinan
(6) Pimpinan Pusat diwakili oleh Ketua Umum atau salah Wilayah dan dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan
seorang Ketua bersama-sama Sekretaris Umum atau salah Daerah terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah
seorang Sekretaris, mewakili Muhammadiyah untuk Daerah.
tindakan di dalam dan di luar pengadilan. (4) Pimpinan Daerah dapat menambah anggotanya apabila
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada Musya-
Pasal 12
warah Pimpinan Daerah yang kemudian dimintakan
Pimpinan Wilayah
ketetapan Pimpinan Wilayah.
(1) Pimpinan Wilayah memimpin Muhammadiyah dalam
wilayahnya serta melaksanakan kebijakan Pimpinan Pusat. Pasal 14
(2) Pimpinan Wilayah terdiri atas sekurang-kurangnya sebelas Pimpinan Cabang
orang ditetapkan oleh Pimpinan Pusat untuk satu masa (1) Pimpinan Cabang memimpin Muhammadiyah dalam
jabatan dan calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Cabangnya serta melaksanakan kebijakan Pimpinan di
Wilayah. atasnya.
(3) Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat (2) Pimpinan Cabang terdiri atas sekurang-kurangnya tujuh
dari dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Wilayah orang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk satu masa
terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Wilayah. jabatan dan calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah
(4) Pimpinan Wilayah dapat menambah anggotanya apabila Cabang.
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada (3) Ketua Pimpinan Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Dae-
Musyawarah Pimpinan Wilayah yang kemudian rah dan dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Ca-
dimintakan ketetapan Pimpinan Pusat. bang terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah Cabang.
(4) Pimpinan Cabang dapat menambah anggotanya apabila
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada Musya-
warah Pimpinan Cabang yang kemudian dimintakan
ketetapan Pimpinan Daerah.
50|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 51

Pasal 15 (3) Serah-terima jabatan Pimpinan Pusat dilakukan pada saat


Pimpinan Ranting Muktamar telah menetapkan Pimpinan Pusat baru.
(1) Pimpinan Ranting memimpin Muhammadiyah dalam Ran- Sedang serah-terima jabatan Pimpinan Wilayah, Pimpinan
tingnya serta melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya. Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting
(2) Pimpinan Ranting terdiri atas sekurang-kurangnya lima dilakukan setelah disahkan oleh Pimpinan di atasnya.
orang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang untuk satu masa Pasal 18
jabatan dan calon-calon yang dipilih dalam Musyawarah Ketentuan Luar Biasa
Ranting.
Dalam hal-hal luar biasa yang terjadi berkenaan dengan
(3) Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan oleh Pimpinan Ca- ketentuan pada pasal 12 sampai dengan pasal 17, Pimpinan
bang dari dan atas usul calon-calon anggota Pimpinan Pusat.dapat mengambil ketetapan lain.
Ranting terpilih yang telah disahkan oleh Musyawarah
Ranting. Pasal 19
(4) Pimpinan Ranting dapat menambah anggotanya apabila Penasihat
dipandang perlu dengan mengusulkannya kepada Musya- (1) Pimpinan Muhammadiyah dapat mengangkat penasihat.
warah Pimpinan Ranting yang kemudian dimintakan
(2) Ketentuan tentang penasihat diatur dalam Anggaran
ketetapan Pimpinan Cabang.
Rumah Tangga.
Pasal 16
Pemilihan Pimpinan BAB VII
UNSUR PEMBANTU PIMPINAN
(1) Anggota Pimpinan terdiri atas anggota Muhammadiyah.
(2) Pemilihan dapat dilakukan secara langsung atau formatur. Pasal 20
(3) Syarat anggota Pimpinan dan cara pemilihan diatur dalam Majelis dan Lembaga
Anggaran Rumah Tangga. (1) Unsur Pembantu Pimpinan terdiri atas Majelis dan
Pasal 17 Lembaga.
Masa Jabatan Pimpinan (2) Majelis adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang
menjalankan sebagian tugas pokok Muhammadiyah.
(1) Masa jabatan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan (3) Lembaga adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang
Ranting lima tahun. menjalankan tugas pendukung Muhammadiyah.
(2) Jabatan Ketua Umum Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan (4) Ketentuan tentang tugas dan pembentukan Unsur
Wilayah, Ketua Pimpinan Daerah, masing-masing dapat Pembantu Pimpinan diatur dalam Anggaran Rumah
dijabat oleh orang yang sama dua kali masa jabatan Tangga.
berturut-turut.
52|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 53

BAB VIII e. Wakil Daerah yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan


ORGANISASI OTONOM Daerah, terdiri atas wakil Cabang berdasarkan
perimbangan jumlah Cabang dalam tiap Daerah
Pasal 21 f. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat.
Pengertian dan Ketentuan
(3) Muktamar diadakan satu kali dalam lima tahun.
(1) Organisasi Otonom ialah satuan organisasi di bawah (4) Acara dan ketentuan lain tentang Muktamar diatur dalam
Muhammadiyah yang memiliki wewenang mengatur Anggaran Rumah Tangga
rumah tang ganya sendiri, dengan bimbingan dan
pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah. Pasal 23
(2) Organisasi Otonom terdiri atas organisasi otonom umum Muktamar Luar Biasa
dan organisasi otonom khusus. (1) Muktamar Luar Biasa ialah muktamar darurat disebabkan
(3) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi oleh keadaan yang membahayakan Muhammadiyah dan
Otonom disusun oleh organisasi otonom masing-masing atau kekosongan kepemimpinan, sedang Tanwir tidak
berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah berwenang memutuskannya.
Tangga Muhammadiyah. (2) Muktamar Luar Biasa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas
(4) Pembentukan dan pembubaran Organisasi Otonom keputusan Tanwir.
ditetapkan oleh Tanwir. (3) Ketentuan mengenai Muktamar Luar Biasa diatur dalam
(5) Ketentuan lain mengenai organisasi otonom diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 24
BAB IX Tanwir
PERMUSYAWARATAN (1) Tanwir ialah permusyawaratan dalam Muhammadiyah di
bawah Muktamar, diseleng garakan oleh dan atas
Pasal 22 tanggung jawab Pimpinan Pusat.
Muktamar (2) Anggota Tanwir terdiri atas:
(1) Muktamar ialah per musyawaratan terting gi dalam a. Anggota Pimpinan Pusat
Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh dan atas b. Ketua Pimpinan Wilayah
tanggung jawab Pimpinan Pusat. c. Wakil Wilayah
(2) Anggota Muktamar terdiri atas: d. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat
a. Anggota Pimpinan Pusat
(3) Tanwir diadakan sekurang-kurangnya tiga kali selama masa
b. Ketua Pimpinan Wilayah jabatan Pimpinan.
c. Anggota Tanwir Wakil Wilayah (4) Acara dan ketentuan lain tentang Tanwir diatur dalam
d. Ketua Pimpinan Daerah Anggaran Rumah Tangga.
54|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 55

Pasal 25 e. Wakil Ranting yang dipilih oleh Musyawarah Pimpi-


Musyawarah Wilayah nan Ranting yang jumlahnya ditetapkan oleh Pimpi-
(1) Musyawarah Wilayah ialah permusyawaratan nan Daerah atas dasar perimbangan jumlah anggota
Muhammadiyah dalam Wilayah, diselenggarakan oleh f. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Daerah
dan atas tanggung jawab Pimpinan Wilayah. (3) Musyawarah Daerah diadakan satu kali dalam lima tahun.
(2) Anggota Musyawarah Wilayah terdiri atas: (4) Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Daerah
a. Anggota Pimpinan Wilayah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
b. Ketua Pimpinan Daerah Pasal 27
c. Ang gota Musyawarah Pimpinan Wilayah Wakil Musyawarah Cabang
Daerah
(1) Musyawarah Cabang ialah permusyawaratan Muhammad-
d. Ketua Pimpinan Cabang iyah dalam Cabang, diselenggarakan oleh dan atas
e. Wakil Cabang yang dipilih oleh Musyawarah Pimpinan tanggung jawab Pimpinan Cabang.
Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan (2) Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas:
Wilayah atas dasar pertimbangan jumlah Ranting
a. Anggota Pimpinan Cabang
dalam tiap Cabang
b. Ketua Pimpinan Ranting
f. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Wilayah
c. Ang gota Musyawarah Pimpinan Cabang Wakil
(3) Musyawarah Wilayah diadakan satu kali dalam lima tahun.
Ranting
(4) Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah. Wilayah
d. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Cabang
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
(3) Musyawarah Cabang diadakan satu kali dalam lima tahun.
Pasal 26 (4) Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Cabang
Musyawarah Daerah diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
(1) Musyawarah Daerah ialah permusyawaratan
Pasal 28
Muhammadiyah dalam Daerah, diselenggarakan oleh dan
Musyawarah Ranting
atas tanggung jawab Pimpinan Daerah.
(2) Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas: (1) Musyawarah Ranting ialah permusyawaratan Muhammad-
iyah dalam Ranting, diselenggarakan oleh dan atas
a. Anggota Pimpinan Daerah
tanggung jawab Pimpinan Ranting.
b. Ketua Pimpinan Cabang
(2) Anggota Musyawarah Ranting terdiri atas:
c. Ang gota Musyawarah Pimpinan Daerah Wakil
a. Anggota Muhammadiyah dalam Ranting
Cabang
b. Wakil Organisasi Otonom tingkat Ranting
d. Ketua Pimpinan Ranting
(3) Musyawarah Ranting diadakan satu kali dalam lima tahun.
56|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 57

(4) Acara dan ketentuan lain tentang Musyawarah Ranting BABX


diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. RAPAT
Pasal 29 Pasal 32
Musyawarah Pimpinan Rapat Pimpinan
(1) Musyawarah Pimpinan ialah permusyawaratan Pimpinan (1) Rapat Pimpinan ialah rapat dalam Muhammadiyah di
dalam Muhammadiyah pada tingkat Wilayah sampai tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah, diselenggarakan oleh
dengan Ranting yang berkedudukan di bawah dan atas tanggung jawab Pimpinan Muhammadiyah
Musyawarah pada masing-masing tingkat. apabila diperlukan.
(2) Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh dan atas (2) Rapat Pimpinan membicarakan masalah kebijakan organisasi.
tanggung jawab Pimpinan Muhammadiyah masing- (3) Ketentuan lain mengenai Rapat Pimpinan diatur dalam
masing tingkat. Anggaran Rumah Tangga.
(3) Acara dan ketentuan lain mengenai Musyawarah Pimpinan
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 33
Rapat Kerja
Pasal 30 (1) Rapat Kerja ialah rapat yang diadakan untuk membicara-
Keabsahan Musyawarah kan segala esuatu yang menyangkut amal usaha, program
Musyawarah tersebut dalam pasal 22 sampai dengan pasal 29 dan kegiatan organisasi.
kecuali pasal 23 dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua (2) Rapat Kerja dibedakan dalam dua jenis yaitu Rapat Kerja
pertiga anggotanya yang telah diundang secara sah oleh Pimpinan dan Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan.
Pimpinan Muhammadiyah di tingkat masing-masing. (3) Rapat Kerja Pimpinan pada tiap tingkat diadakan
Pasal 31 sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun.
Keputusan Musyawarah (4) Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan diadakan dua
kali dalam satu masa jabatan.
Keputusan Musyawarah tersebut dalam pasal 22 sampai
dengan pasal 29 kecuali pasal 23 diusahakan dengan cara (5) Ketentuan mengenai masing-masing jenis Rapat Kerja
mufakat. Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
maka dilakukan pemungutan suara dengan suara terbanyak Pasal 34
mutlak. Tanfidz
(1) Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan
Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat yang dilaku-
kan oleh Pimpinan Muhammadiyah masing-masing
tingkat.
58|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 59

(2) Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan Rapat Pasal 37


berlaku sejak ditanfidzkan oleh Pimpinan Pengelolaan dan Pengawasan
Muhammadiyah masing-masing tingkat. Ketentiian mengenai pengelolaan dan pengawasan keuangan
(3) Tanfidz keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, dan dan kekayaan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Rapat semua tingkat:
a. Bersifat redaksional BAB XII
b. Mempertimbangkan kemaslahatan LAPORAN
c. Tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Pasal 38
Laporan
BAB XI (1) Pimpinan Muhammadiyah semua tingkat wajib
KEUANGAN DAN KEKAYAAN membuat laporan perkembangan organisasi dan laporan
pertang gungjawaban keuang an ser ta kekayaan,
Pasal 35 disampaikan kepada Musyawarah Pimpinan, Musyawarah
Pengertian tingkat masing-masing, Tanwir, dan Muktamar.
Keuangan dan kekayaan Muhammadiyah adalah semua harta (2) Ketentuan lain tentang laporan diatur dalam Anggaran
benda yang diperoleh dan sumber yang sah dan halal serta Rumah Tangga.
digunakan untuk kepentingan pelaksanaan amal usaha,
program, dan kegiatan Muhammadiyah. BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 36
Sumber Pasal 39
Keuangan dan kekayaan Muhammadiyah diperoleh dan: Anggaran Rumah Tangga
1. Uang Pangkal, luran, dan Bantuan (1) Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-
hal yang tidak diatur dalam Anggaran Dasar.
2. Hasil hak milik Muhammadiyah
3. Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, Wasiat, dan Hibah (2) Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Pimpinan Pusat
berdasarkan Anggaran Dasar dan disahkan oleh Tanwir.
4. Usaha-usaha perekonomian Muhammadiyah
(3) Dalam keadaan yang sangat memerlukan perubahan,
5. Sumber-sumber lain Pimpinan Pusat dapat mengubah Anggaran Rumah
Tangga dan berlaku sampai disahkan oleh Tanwir.
60|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 61

BAB XIV BAB XVI


PEMBUBARAN PENUTUP

Pasal 40 Pasal 42
Pembubaran Penutup
(1) Pembubaran Muhammadiyah hanya dapat dilakukan (1) Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh
dalam Muktamar Luar Biasa yang diselenggarakan khusus Muktamar ke-45 yang berlangsung pada tanggal 26
untuk keperluan itu atas usul Tanwir. Jumadil Awal s.d. 1 Jumadil Akhir 1426 H bertepatan
(2) Muktamar Luar Biasa yang membicarakan usul Tanwir dengan tanggal 3 s.d. S Juli 2005 M di Malang, dan
tentang pembubaran dihadiri sekurang-kurangnya tiga dinyatakan mulai berlaku sejak ditanfidzkan.
perempat dan jumlah anggota Muktamar Luar Biasa. (2) Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar
(3) Keputusan pembubaran diambil sekurang-kurangnya tiga sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
perempat dan yang hadir.
(4) Muktamar Luar Biasa memutuskan segala hak milik
Muhammadiyah diserahkan untuk kepentingan
kemaslahatan umat Islam setelah Muhammadiyah
dinyatakan bubar.

BAB XV
PERUBAHAN

Pasal 41
Perubahan Anggaran Dasar
(1) Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.
(2) Rencana perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh
Tanwir dan harus sudah tercantum dalam acara Muktamar.
(3) Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila
diputuskan oeh sekurang-kurangnya dua pertiga dan
jumlah anggota Muktamar yang hadir
62|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 63

(2) Bendera Muhammadiyah berbentuk persegi panjang


berukuran dua berbanding tiga bergambar lambang
Muhammadiyah di tengah dan tulisan
MUHAMMADIYAH di bawahnya, berwarna dasar hijau
KEPUTUSAN MUKTAMAR dengan tulisan dan gambar berwarna putih, seperti
MUHAMMADIYAH KE-45 berikut:

TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA


MUHAMMADIYAH
MUHAMMADIYAH
Pasal 1
Tempat Kedudukan (3) Ketentuan lain tentang lambang dan bendera ditetapkan
(1) Muhammadiyah berkedudukan di tempat didirikannya, oleh Pimpinari Pusat.
yaitu Yogyakarta.
(2) Pimpinan Pusat sebagai pimpinan tertinggi memimpin Pasal 3
Muhammadiyah secara keseluruhan dan menyelenggara- Usaha
kan aktivitasnya di dua kantor, Yogyakarta dan Jakarta. Usaha Muhammadiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal
usaha, program, dan kegiatan meliputi:
Pasal 2
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas
Lambang dan Bendera
pemahaman, meningkatkan pengamalan, serta menyebar-
(1) Lambang Muhammadiyah sebagai tersebut dalam luaskan ajaran Islam dalam berbagai aspek kehidupan.
Anggaran Dasar pasal 5 adalah seperti berikut: 2. Memperdalam dan mengembangkan pengkajian ajaran
Islam dalam berbagai aspek kehidupan untuk mendapat-
kan kemurnian dan kebenarannya.
3. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, wakaf,
shadaqah, hibah, dan a’mal shalih lainnya.
4. Meningkatkan harkat, martabat, dan kualitas sumber daya
manusia agar berkemampuan tinggi serta berakhlaq mulia.
5. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebu-
dayaan, mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni, serta meningkatkan penelitian.
64|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 65

6. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah (2) Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan warga negara
perbaikan hidup yang berkualitas. Indonesia, beragama Islam, setuju dengan maksud dan
7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan tujuan Muhammadiyah serta bersedia mendukung amal
masyarakat. usahanya.
8. Memelihara, mengembangkan, dan mendayagunakan (3) Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam,
sumber daya alam dan lingkungan untuk kesejahteraan. berjasa terhadap Muhammadiyah dan atau karena
9. Mengembangkan komunikasi, ukhuwah, dan kerjasama kewibawaan dan keahliannya diperlukan atau bersedia
dalam berbagai bidang dan kalangan masyarakat dalam membantu Muhammadiyah.
dan luar negeri. (4) Tatacara menjadi anggota diatur sebagai berikut:
10. Memelihara keutuhan bangsa serta berperan aktif dalam a. Anggota Biasa
kehidupan berbangsa dan bernegara. 1. Mengajukan permintaan secara tertulis kepada
11. Membina dan meningkatkan kualitas serta kuantitas Pimpinan Pusat dengan mengisi formulir disertai
anggota sebagai pelaku gerakan. kelengkapan syarat-syaratnya melalui Pimpinan
12. Mengembangkan sarana, prasarana, dan sumber dana Ranting atau Pimpinan amal usaha di tempat yang
untuk mensukseskan gerakan. belum ada Ranting, kemudian diteruskan kepada
13. Mengupayakan penegakan hukum, keadilan, dan kebe- Pimpinan Cabang.
naran serta meningkatkan pembelaan terhadap 2. Pimpinan Cabang meneruskan permintaan ter-
masyarakat. sebut kepada Pimpinan Pusat dengan disertai
14. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan pertimbangan.
Muhammadiyah 3. Pimpinan Cabang dapat memberi tanda anggota
sementara kepada calon anggota, sebelum yang
Pasal4 bersangkutan menerima kartu tanda anggota dan
Keanggotaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Bentuk tanda
(1) Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan sebagai anggota sementara ditetapkan oleh Pimpinan
berikut: Pusat.
a. Warga Negara Indonesia beragama Islam. 4. Pimpinan Pusat memberi kartu tanda anggota
b. Laki-laki atau perempuan berumur 17 tahun atau Muhammadiyah kepada calon anggota biasa yang
sudah menikah. telah disetujui melalui Pimpinan Cabang yang
bersangkutan.
c. Menyetujui maksud dan tujuan Muhammadiyah.
b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan.
d. Bersedia mendukung dan melaksanakan usaha-usaha
Muhammadiyah. Tata cara menjadi Anggota Luar Biasa dan Anggota
Kehormatan diatur oleh Pimpinan Pusat.
e. Mendaftarkan diri dan membayar uang pangkal.
66|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 67

(5) Pimpinan Pusat dapat melimpahkan wewenang peneri- (9) Tata cara pemberhentian anggota.
maan permintaan menjadi Anggota Biasa dan memberi- a. Anggota Bias:
kan kartu tanda anggota Muhammadiyah kepada Pimpi- 1. Pimpinan Cabang mengusulkan pemberhentian
nan Wilayah. Pelimpahan wewenang tersebut dan anggota kepada Pimpinan Daerah berdasarkan
ketentuan pelaksanaannya diatur dengan keputusan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pimpinan Pusat. 2. Pimpinan Daerah meneruskan kepada Pimpinan
(6) Hak Anggota Wilayah usulan pemberhentian anggota dengan
a. Anggota biasa: disertai pertimbangan.
1. Menyatakan pendapat di dalarn maupun di luar 3. Pimpinan Wilayah meneruskan atau tidak me-
permusyawaratan. neruskan usulan pemberhentian anggota kepada
2. Memilih dan dipilih dalam permusyawaratan. Pimpinan Pusat setelah melakukan penelitian dan
b. Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan mem- penilaian.
punyai hak menyatakan pendapat. 4. Pimpinan Wilayah dapat melakukan pember-
(7) Kewajiban Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan: hentian sementara (skorsing) yang berlaku paling
a. Taat menjalankan ajaran Islam. lama 6 (enam) bulan selama menunggu proses
b. Menjaga narria baik dan setia kepada Muhammadiyah pemberhentian anggota dan Pimpinan Pusat.
serta perjuangannya. 5. Pimpinan Pusat, setelah menerima usulan pem-
c. Berpegang teguh kepada Kepribadian serta Keyakinan berhentian anggota, memutuskan memberhenti-
dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. kan atau tidak memberhentikan paling lama 6
(enam) bulan sejak diusulkan oleh Pimpinan
d. Taat pada peraturan Muhammadiyah, keputusan
Wilayah.
musyawarah, dan kebijakan Pinipinan Pusat.
6. Anggota yang diusulkan pemberhentian keanggo-
e. Mendukung dan mengindahkan kepentingan
taannya, selama proses pengusulan berlangsung,
Muhammadiyah serta melaksanakan usahanya.
dapat mengajukan keberatan kepada Pimpinan
f. Membayar iuran anggota. Cabang, Pimpinan Daerah, Pimpinan Wilayah, dan
g. Membayar infaq. Pimpinan Pusat. Setelah keputusan pemberhen-
(8) Anggota Biasa, Luar Biasa, dan Kehormatan berhenti tian dikeluarkan, yang bersangkutan dapat menga-
karena: jukan keberatan kepada Pimpinan Pusat.
a. Meninggal dunia. 7. Pimpinan Pusat membentuk tim yang diserahi
b. Mengundurkan diri. tugas mempelajari keberatan yang diajukan oleh
c. Diberhentikan oleh Pimpinan Pusat. anggota yang diberhentikan. Pimpinan Pusat
menetapkan keputusan akhir setelah mendengar
pertimbangan tim.
68|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 69

8. Keputusan pemberhentian anggota diumumkan Pasal 6


dalam Berita Resmi Muhammadiyah. Cabang
b. Anggota Luar Biasa dan Kehormatan diberhentikan (1) Cabang adalah kesatuan Ranting di suatu tempat yang
atas keputusan Pimpinan Pusat. terdiri atas sekurang-kurangnya tiga Ranting yang ber-
fungsi:
Pasal 5
Ranting a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koor-
dinasi Ranting.
(1) Ranting adalah kesatuan anggota di suatu tempat atau
b. Penyelenggaraan pengelolaan Muhammadiyah.
kawasan yang terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang
yang berfungsi melakukan pembinaan dan pemberdayaan c. Penyelenggaraan amal usaha.
anggota. (2) Syarat pendirian Cabang sekurang-kurangnya mem-
(2) Syarat pendirian Ranting sekurang-kurangnya punyai:
mempunyai: a. Pengajian/kursus berkala untuk anggota Pimpinan
a. Pengajian/kursus ang gota berkala, sekurang- Cabang dan Unsur Pembantu Pimpinannya, Pimpi-
kurangnya sekali dalam sebulan. nan Ranting, serta Pimpinan Organisasi Otonom ting-
kat Cabang, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.
b. Pengajian/kursus umum berkala, sekurang-
kurangnya sekali dalam sebulan. b. Pengajian/kursus muballigh/muballighat dalam
lingkungan Cabangnya, sekurang-kurangnya sekali
c. Mushalla/surau/langgar sebagai pusat kegiatan.
dalam sebulan.
d. Jama’ah.
c. Korps muballigh/muballighat Cabang, sekurang-
(3) Pengesahan pendirian Ranting dan ketentuan luas ling- kurangnya 10 orang.
kungannya ditetapkan oleh Pimpinan Daerah atas usul
d. Taman Pendidikan Al-Quran/Madrasah Diniyah/
anggota setelah mendengar pertimbangan Pimpinan
Sekolah Dasar.
Cabang.
e. Kegiatan dalam bidang sosial, ekonomi, dan
(4) Pendirian suatu Ranting yang merupakan pemisahan dan
kesehatan.
Ranting yang telah ada dilakukan dengan persetujuan
Pimpinan Ranting yang bersangkutan atau atas keputusan f. Kantor
Musyawarah Cabang/Musyawarah Pimpinan tingkat (3) Pengesahan pendirian Cabang dan ketentuan luas
Cabang. lingkungannya ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah atas
usul Ranting setelah memperhatikan pertimbangan
Pimpinan Daerah.
(4) Pendirian suatu Cabang yang merupakan pemisahan dan
Cabang yang telah ada dilakukan dengan persetujuan
Pimpinan Cabang yang bersangkutan atau atas keputusan
70|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 71

Musyawarah Daerah/Musyawarah Pimpinan tingkat d. Korps muballigh/muballighat sekurang-kurangnya


Daerah. 30 orang.
e. Kursus kader pimpinan tingkat Wilayah.
Pasal 7
D aerah f. Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/
Mu’allimin/Mu’allimat/Pondok Pesantren.
(1) Daerah adalah kesatuan Cabang di Kabupaten/Kota yang
g. Amal Usaha dalam bidang sosial, ekonomi, dan
terdiri atas sekurang-kurangnya tiga Cabang yang ber-
kesehatan.
fungsi:
h. Kantor.
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koor-
dinasi Cabang. (3) Pengesahan pendirian Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat atas usul Daerah yang bersangkutan.
b. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan penge-
lolaan Muhammadiyah. (4) Pendirian suatu Wilayah yang merupakan pemisahan dan
Wilayah yang telah ada dilakukan melalui dan atas
Pasal 8 keputusan Musyawarah Wilayah/Musyawarah Pimpinan
Wilayah tingkat Wilayah.
(1) Wilayah adalah kesatuan Daerah di propinsi yang terdiri Pasal 9
atas sekurang-kurangnya tiga Daerah yang berfungsi: Pusat
a. Pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi Daerah.
Pusat adalah kesatuan Wilayah dalam Negara Republik
b. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan penge- Indonesia yang berfungsi:
lolaan Muhammadiyah.
a. Melakukan pembinaan, pemberdayaan, dan koordinasi
c. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal
Wilayah.
usaha.
b. Penyeleng garaan, pembinaan, dan pengawasan
d. Perencanaan program dan kegiatan.
pengelolaan Muhammadiyah.
(2) Syarat pendirian Wilayah sekurang-kurangnya mem-
c. Penyelenggaraan, pembinaan, dan pengawasan amal
punyai:
usaha.
a. Pengajian/kursus berkala untuk anggota Pimpinan
d. Perencanaan program dan kegiatan
Wilayah dan Unsur Pembantu Pimpinannya serta
Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Wilayah Pasal 10
sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan. Pimpinan Pusat
b. Pengajian/kursus muballigh/muballighat tingkat (1) Pimpinan Pusat bertugas:
Wilayah sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan. a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah berdasarkan
c. Pembahasan masalah agama dan pengembangan keputusan Muktamar dan Tanwir, serta memimpin
pemikiran Islam. dan mengendalikan pelaksanaannya.
72|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 73

b. Membuat pedoman kerja dan pembagian wewenang b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebija-
bagi para anggotanya. kan/instruksi Pimpian Pusat dan Unsur Pembantu
c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta Pimpinan.
kegiatan Wilayah. c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan kegiatan Daerah dalam wilayahnya sesuai dengan
mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu kewenangannya.
Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Pusat. d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan
(2) Anggota Pimpinan Pusat dapat terdiri dan laki-laki dan mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu
perempuan. Pimpinan dan Organisasi Otonom tingkat Wilayah
(3) Anggota Pimpinan Pusat harus berdomisili di kota (2) Pimpinan Wilayah berkantor di ibu kota propinsi.
tempat kantor Pimpinan Pusat atau di sekitarnya. (3) Anggota Pimpinan Wilayah dapat terdiri dan laki-laki dan
(4) Pimpinan Pusat dapat mengusulkan tambahan anggota- perempuan.
nya kepada Tanwir sebanyak-banyaknya separuh dari jum- (4) Anggota Pimpinan Wilayah harus berdomisili di kota
lah anggota Pimpinan Pusat terpilih. Selama menunggu tempat kantor Pimpinan Wilayah atau di sekitarnya.
keputusan Tanwir, calon tambahan anggota Pimpinan (5) Pimpinan Wilayah menunjuk salah seorang Wakil Ketua
Pusat sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung- untuk ditetapkan sebagai anggota Tanwir apabila Ketua
jawab Pimpinan Pusat. Pimpinan Wilayah tidak dapat menunaikan tugasnya
(5) Pimpinan Pusat mengusulkan kepada Tanwir calon peng- sebagai anggota Tanwir.
ganti Ketua Umum Pimpinan Pusat yang karena sesuatu (6) Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan ang-
hal berhenti dalam tenggang masa jabatan. Selama me- gotanya kepada Musyawarah Pimpinan Wilayah sebanyak-
nunggu ketetapan Tanwir, Ketua Umum Pimpinan Pusat banyaknya separ uh dan jumlah ang gota Pimpinan
dijabat oleh salah seorang Ketua atas keputusan Pimpinan Wilayah terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya
Pusat. kepada Pimpinan Pusat. Selama menunggu keputusan
Musyawarah Pimpinan tingkat Wilayah dan ketetapan dan
Pasal 11
Pimpinan Pusat, calon tambahan anggota Pimpinan
Pimpinan Wilayah
Wilayah sudah dapat menjalankan tugasnya atas
(1) Pimpinan Wilayah bertugas: tanggungjawab Pimpinan Wilayah.
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam (7) Pimpinan Wilayah mengusulkan kepada Musyawarah
wilayahnya berdasarkan kebijakan Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah calon pengganti Ketua Pimpinan Wila-
keputusan Musyawarah Wilayah, Musyawarah yah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang
Pimpinan tingkat Wilayah, dan Rapat Pimpinan masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan pengesa-
tingkat Wilayah. hannya kepada Pimpinan Pusat. Selama menunggu
keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Wijayah dan
74|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 75

ketetapan dan Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah (6) Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan ang-
dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan gotanya kepada Musyawarah Pimpinan Daerah sebanyak-
Pimpinan Wilayah. banyaknya separuh dan jumlah anggota Pimpinan Daerah
terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya kepada
Pasal 12 Pimpinan Wilayah. Selama menunggu keputusan Musya-
Pimpinan Daerah warah Pimpinan tingkat Daerah dan ketetapan dan
(1) Pimpinan Daerah bertugas: Pimpinan Wilayah, calon tambahan anggota Pimpinan
a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam Daerah sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggung-
Daerahnya berdasarkan kebijakan Pimpinan di atas- jawab Pimpinan Daerah.
nya, keputusan Musyawarah Daerah, Musyawarah (7) Pimpinan Daerah mengusulkan kepada Musyawarah
Pimpinan tingkat Daerah, dan Rapat Pimpinan tingkat Pimpinan Daerah calon pengganti Ketua Pimpinan
Daerah. Daerah yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebija- masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan penge-
kan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, sahannya kepada Pimpinan Wilayah. Selama menunggu
serta Unsur Pembantu Pimpinannya. keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Daerah dan
c. Membimbing dan eningkatkan amal usaha serta ke- ketetapan dan Pimpinan Wilayah, Ketua Pimpinan Daerah
giatan Cabang dalam daerahnya sesuai kewenangannya. dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan
d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan Pimpinan Daerah.
mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu Pimpi- Pasal 13
nan dan Organisasi Otonom tingkat Daerah. Pimpinan Cabang
e. Memimpin gerakan dan menjadikan Daerah sebagai
(1) Pimpinan Cabang bertugas:
pusat administrasi serta pusat pembinaan sumber daya
manusia. a. Menetapkan kebijakan Muhammadiyah dalam
Cabangnya berdasarkan kebijakan Pithpinan di atas-
(2) Pimpinan Daerah berkantor di ibu kota Kabupaten/Kota.
nya, keputusan Musyawarah Cabang, dan Musyawarah
(3) Anggota Pimpinan Daerah dapat terdiri dan laki-laki dan Pimpinan tingkat Cabang.
perempuan.
b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebija-
(4) Ang gota Pimpinan Daerah har us berdomisili di kan/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
Kabupaten/Kotanya. Pimpinan Daerah, serta Unsur Pembantu
(5) Pimpinan Daerah menunjuk salah seorang Wakil Ketua Pimpinannya.
untuk ditetapkan sebagai anggota Musyawarah Pimpinan c. Membimbing dan meningkatkan amal usaha serta
tingkat Wilayah apabila Ketua Pimpinan Daerah tidak kegiatan Ranting dalam cabangnya sesuai
dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota Musyawarah kewenangannya.
Pimpinan tingkat Wilayah.
76|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 77

d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan Pasal 14


mengkoordinasikan kegiatan Unsur Pembantu Pimpi- Pimpinan Ranting
nan dan Organisasi Otonom tingkat Cabang. (1) Pimpinan Ranting bertugas:
(2) Anggota Pimpinan Cabang dapat terdiri dan laki-laki dan a. Merietapkan kebijakan Muhammadiyah dalam
perempuan. Rantingnya berdasar kebijakan Pimpinan di atasnya,
(3) Ang gota Pimpinan Cabang harus berdomisili di keputusan Musyawarah Ranting, dan Musyawarah
Cabangnya. Pimpinan tingkat Ranting.
(4) Pimpinan Cabang menunjuk salah seorang Wakil Ketua b. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan kebijak-
untuk ditetapkan sebagai anggota Musyawarah Pimpinan an/instruksi Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah,
tingkat Daerah apabila Ketua Pimpinan Cabang tidak dapat Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang, serta Unsur
menunaikan tugasnya sebagai ànggota Musyawarah Pembantu Pimpinan.
Pimpinan tingkat Daerah. c. Membimbing dan meningkatkan kegiatan anggo.ta
(5) Pimpinan Cabang dapat mengusulkan tambahan ang- dalam rantingnya sesuai dengan kewenangannya.
gotanya kepada Musyawarah Pimpinan Cabang sebanyak- d. Membina, membimbing, mengintegrasikan, dan
banyaknya separuh dan jumlah anggota Pimpinan Cabang mengkoordinasikan kegiatan Organisasi Otonom
terpilih, kemudian dimintakan pengesahan kepada Pimpi- tingkat Ranting
nan Daerah. Selama menunggu keputusan Musyawarah (2) Anggota Pimpinan Ranting dapat terdiri dan laki-laki dan
Pimpinan tingkat Cabang dan ketetapan dan Pimpinan perempuan.
Daerah, calon tambahan anggota Pimpinan Cabang sudah
(3) Anggota Pimpinan Ranting harus berdomisili di Rantingnya.
dapat menjalankan tugasnya atas tanggungjawab Pimpi-
nan Cabang. (4) Pimpinan Ranting menunjuk salah seorang Wakil Ketua
untuk ditetapkan sebagai anggota Musyawarah Pimpinan
(6) Pimpinan Cabang mengusulkan kepada Musyawarah
tingkat Cabang apabila Ketua Pimpinan Ranting tidak
Pimpinan Cabang calon pengganti Ketua Pimpinan
dapat menunaikan tugasnya sebagai anggota Musyawarah
Cabang yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang
Pimpinan tingkat Cabang.
masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan penge-
sahannya kepada Pimpinan Daerah. Selama menunggu (5) Pimpinan Ranting dapat mengusulkan tambahan anggo-
keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Cabang dan tanya kepada Musyawarah Pimpinan Ranting sebanyak-
ketetapan dan Pimpinan Daerah, Ketua Pimpinan Cabang banyaknya separuh dan jumlah anggota Pimpinan Ran-
dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas keputusan ting terpilih, kemudian dimintakan pengesahannya kepada
Pimpinan Cabang. Pimpinan Cabang. Selama menunggu keputusan Musya-
warah Pimpinan tingkat Ranting dan ketetapan dan Pimpi-
nan Cabang, calon tambahan anggota Pimpinan Ranting
sudah dapat menjalankan tugasnya atas tanggungjawab
Pimpinan Ranting.
78|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 79

(6) Pimpinan Ranting mengusulkan kepada Musyawarah (3) Pemilihan Pimpinan dapat dilakukan secara langsung atau
Pimpinan Ranting calon pengganti Ketua Pimpinan formatur atas keputusan Musyawarah masing-masing.
Ranting yang karena sesuatu hal berhenti dalam tenggang (4) Pelaksanaan pemilihan Pimpinan dilakukan oleh Panitia
masa jabatan untuk ditetapkan dan dimintakan penge- Pemilihan dengan ketentuan:
sahannya kepada Pimpinan Cabang. Selama menunggu a. Panitia Pemilihan Pimpinan Pus at ditetapkan oleh
keputusan Musyawarah Pimpinan tingkat Ranting dan Tanwir atas usul Pimpinan Pusat.
ketetapan dan Pimpinan Cabang, Ketua Pimpinan b. Panitia Pemilihan Pimpinan Wilayah, Pimpinan
Ranting dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas Daerah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting
keputusan Pimpinan Ranting. ditetapkan oleh Musyawarah Pimpinan atas usul
Pasal 15 Pimpinan Muhammadiyah pada semua tingkatan.
Pemilihan Pimpinan c. Panitia Pemilihan diangkat untuk satu kali pemilihan
(1) Syarat anggota Pimpinan Muhammadiyah: (5) Pelaksanaan pemilihan Pimpinan diatur berdasarkan tata
a. Taat beribadah dan mengamalkan ajaran Islam. tertib Pemilihan dengan ketentuan:
b. Setia pada prinsip-prinsip dasar perjuangan a. Tata-tertib Pemilihan Pimpinan Pusat ditetapkan oleh
Muhammadiyah. Tanwir atas usul Pimpinan Pusat.
c. Dapat menjadi teladan dalam Muhammadiyah. b. Tata-tertib Pemilihan Pimpinan Wilayah, Daerah,
Cabang, dan Ranting ditetapkan oleh Musyawarah
d. Taat pada garis kebijakan Pimpinan Muhammadiyah.
Pimpinan atas usul Pimpinan Muhammadiyah pada
e. Memiliki kecakapan dan berkemampuan menjalankan setiap tingkatan.
tugasnya.
f. Telah menjadi anggota Muhammadiyah sekurang- Pasal 16
kurangnya satu tahun dan berpengalaman dalam ke- Masa Jabatan Pimpinan
pemimpinan di lingkungan Muhammadiyah bagi (1) Masa jabatan Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah,
Pimpinan tingkat Daerah, Wilayah dan Pusat. Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting sama dengan
g. Tidak merangkap jabatan dengan pimpinan organisasi masa jabatan Pimpinan Pusat.
politik dan pimpinan organisasi yang amal usahanya (2) Pergantian Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpi-
sama dengan Muhammadiyah di semua tingkat. nan Cabang dengan segenap Unsur Pembantu Pimpinan-
h. Tidak merangkap jabatan dengan Pimpinan nya, serta Pimpinan Ranting, disesuaikan dengan per-
Muhammadiyah dan amal usahanya, baik vertikal gantian Pimpinan Pusat dan pelaksanaannya dilakukan
maupun horisontal. setelah Muktamar dan Musyawarah di atasnya.
(2) Penyimpangan dan ketentuan ayat (1) butir f, g, dan h (3) Pimpinan-pimpinan dalam Muhammadiyah yang telah
pasal ini hanya dapat dilakukan atas keputusan Pimpinan habis masa jabatannya, tetap menjalankan tugasnya
Pusat.
80|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 81

sampai dilakukan serah-terima dengan Pimpinan yang 2. Mafelis dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan
baru. Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang
(4) Setiap pergantian Pimpinan Muhammadiyah harus men- di tingkat masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
jamin adanya peningkatan kinerja, penyegaran, dan b. Lembaga:
kaderisasi pimpinan. 1. Lembaga bertugas melaksanakan program dan
Pasal 17 kegiatan pendukung yang bersifat khusus.
Ketentuan Luar Biasa 2. Lembaga dibentuk oleh Pimpinan Pusat di tingkat
Pimpinan Pusat dalam keadaan luar biasa dapat mengambil pusat.
ketetapan lain terhadap masalah Pimpinan yang diatur dalam 3. Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah, apabila
pasal 11 sampai dengan 16. dipandang perlu, dapat membentuk lembaga ter-
tentu di tingkat masing-masing dengan persetuju-
Pasal 18 an Pimpinan Muhammadiyah setingkat di atasnya.
Penasihat (2) Ketentuan lain tentang Unsur Pembantu Pimpinan diatur dalam
(1) Penasihat terdiri atas perorangan yang diangkat oleh Qa’idah yang dibuat dan ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
Pimpinan Muhammadiyah masing-masing tingkat. Pasal 20
(2) Penasihat bertugas memberi nasihat kepada Pimpinan Organisasi Otonom
Muhammadiyah, baik diminta maupun atas kemauan
sendiri. (1) Organisasi Otonom adalah satuan organisasi yang di-
bentuk oleh Muhammadiyah guna membina warga
(3) Syarat untuk dapat diangkat sebagai penasihat:
Muhammadiyah dan kelompok masyarakat tertentu
a. Anggota Muhammadiyah. sesuai bidang-bidang kegiatan yang diadakannya dalam
b. Pernah menjadi anggota Pimpinan Muhammadiyah, rangka mncapai maksud dan tujuan Muhammadiyah.
atau mempunyai pengalaman dalam organisasi atau (2) Organisasi Otonom dibedakan dalam dua kategori:
memiliki keahlian bidang tertentu.
a. Organisasi Otonom Umum adalah organisasi
Pasal 19 otonom yang anggotanya belum se1uru1inya anggota
Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah.
(1) Pengertian dan Pembentukan Unsur Pembantu Pimpinan: b. Organisasi Otonom Khusus adalah organisasi oto-
nom yang seluruh anggotanya anggota Muhammad-
a. Majelis:
iyah, dan diberi wewenang menyelenggarakan amal
1. Majelis bertugas menyelenggarakan amal usaha, usaha yang ditetapkan oleh Pimpinan Muhammad-
program, dan kegiatan pokok dalam bidang iyah dalam koordinasi Unsur Pembantu Pimpinan
tertentu. yang membidanginya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang amal usaha tersebut
82|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 83

(3) Pembentukan dan pembubaran organisasi otonom 3. Anggota Tanwir wakil Wilayah.
ditetapkan oleh Tanwir atas usul Pimpinan Pusat. 4. Ketua Pimpinan Daerah atau penggantinya yang
(4) Ketentuan lain mengenai organisasi otonom diatur dalam sudah disahkan oleh Pimpinan Wilayah.
Qa’idah Organisasi Otonom yang dibuat dan ditetapkan 5. Wakil Daerah sekurang-kurangnya tiga orang dan
oleh Pimpinan Pusat. sebanyak-banyaknya tujuh orang, berdasar atas
jumlah perimbangan Cabang dalam tiap Daerah,
Pasal 21
atas dasar keputusan Musyawarah Pimpinan
Muktamar
Daerah. Ketentuan perimbangan ditetapkan oleh
(1) Muktamar diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Pusat.
serta dipimpin oleh Pimpinan Pusat. 6. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat
(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan masing-masing tiga orang, diantaranya dua orang
acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. wakilnya dalam Tanwir.
(3) Undangan dan acara Muktamar dikirim kepada anggota b. Peserta Muktamar terdiri atas:
Muktamar selambat-lambatnya tiga bulan sebelum 1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat
Muktamar berlangsung. masing-masing dua orang.
(4) Acara Muktamar: 2. Undangan khusus dan kalangan Muhammadiyah
a. Laporan Pimpinan Pusat tentang: yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat.
1. Kebijakan Pimpinan. c. Peninjau Muktamar ialah mereka yang diundang
2. Organisasi. oleh Pimpinan Pusat
3. Pelaksanaan keputusan Muktamar dan Tanwir. (6) Anggota Muktamar berhak menyatakan pendapat, me-
4. Keuangan. milih, dan dipilih. Peserta Muktamar berhak menyatakan
b. Program Muhamiiadiyah. pendapat. Peninjau Muktamar tidak mempunyai hak
c. Pemilihan Anggota Pimpinan Pusat dan penetapan menyatakan pendapat, memilih, dan dipilih.
Ketua Umum. (7) Keputusan Muktamar harus sudah ditanfidzkan oleh
d. Masalah Muhammadiyah yang bersifat umum. Pimpinan Pusat selambat-lambatnya dua bulan sesudah
Muktamar.
e. Usul-usul
(8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
(5) Muktamar dihadiri oleh:
bersamaan waktu berlangsungnya Muktamar diatur oleh
a. Anggota Muktamar terdiri atas: penyelenggara.
1. Anggota Pimpinan Pusat.
2. Ketua Pimpinan Wilayah atau penggantinya yang
sudah disahkan oleh Pimpinan Pusat.
84|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 85

Pasal 22 d. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan


Muktamar Luar Biasa sampai berlangsungnya Muktamar.
(1) Muktamar Luar Biasa diadakan berdasarkan keputusan e. Usul-usul.
Tanwir atas usul Pimpinan Pusat atau dua pertiga (6) Tanwir dihadiri oleh:
Pimpinan Wilayah. a. Anggota Tnwir terdiri atas:
(2) Undangan dan acara Muktamar Luar Biasa dikirim kepada 1. Anggota Pimpinan Pusat.
Anggota Muktamar selambat-lambatnya satu bulan 2. Ketua Pimpinan Wilayah atau penggantinya yang
sebelum Muktamar Luar Biasa berlangsung. telah disahkan oleh Pimpinan Pusat.
(3) Ketentuan-ketentuan pasal 21 berlaku bagi penyeleng- 3. Wakil Wilayah terdiri dan unsur PWM dan atau
garaan Muktamar Luar Biasa, kecuali ayat (3) dan ayat (4). PDM antara 3 sampai 5 orang berdasarkan per-
(4) Muktamar Luar Biasa dihadiri oleh sekurang-kurangnya imbangan daerah dalam wilayah atas dasar keputu-
dua pertiga dan anggota Muktamar dan keputusannya san Musyawarah Wilayah atau Musyawarah Pimpi-
diambil sekurang-kurangnya dua pertiga dan yang hadir. nan Wilayah. Ketentuan perimbangan ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat.
Pasal 23
Tanwir 4. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat
masing-masing dua orang.
(1) Tanwir diadakan oleh Pimpinan Pusat atau atas perminta- b. Peserta Tanwir terdiri dan:
an sekurang-kurangnya seperempat dan jumlah anggota
Tanwir di luar anggota Pimpinan Pusat. 1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat
masing-masing dua orang.
(2) Tanwir diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta
dipimpin Pimpinan Pusat. 2. Undangan khusus dan kalangan Muhammadiyah
yang ditentukan oleh Pimpinan Pusat.
(3) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan
acara Tanwir ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. c. Peninjau Tanwir ialah mereka yang diundang oleh
Pimpinan Pusat.
(4) Undangan dan acara Tanwir dikirim kepada Anggota
Tanwir selambat-lambatnya satu bulan sebelum Tanwir (7) Anggota Tanwir berhak menyatakan pendapat, memilih,
berlangsung. dan dipilih. Peserta Tanwir berhak menyatakan pendapát.
Peninjau Tanwir tidak berhak menyatakan pendapat,
(5) Acara Tanwir:
memilih, dan dipilih.
a. Laporan Pimpinan Pusat.
(8) Keputusan Tanwir harus sudah ditanfidzkan oleh Pimpi-
b. Masalah yang oleh Muktamar atau menurut Anggaran nan Pusat selambat-lambatnya satu bulan sesudah Tanwir.
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diserahkan
(9) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
kepada Tanwir. bersamaan waktu Sidang Tanwir diatur oleh
c. Masalah yang akan dibahas dalam Muktamar sebagai penyelenggara.
pembicaraan pendahuluan.
86|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 87

Pasal 24 3. Ang gota Pimpinan Daerah, yang jumlahnya


Musyawarah Wilayah ditetapkan oleh Pinipinan Wilayah.
(1) Musyawarah Wilayah diselengarakan oleh dan atas 4. Ketua Pimpinan Cabang atau penggantinya yang
tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Wilayah. sudah disahkan oleh Pimpinan Daerah.
(2) Ketentuan tentang pelaksanaari tata-tertib, dan susunan 5. Wakil Cabang yang jumlahnya ditetapkan oleh
acara Musyawarah Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Pimpinan Wilayah berdasarkan atas perimbangan
Wilayah. jumlah Ranting pada tiap-tiap Cabang.
(3) Undangan dan acara MusyawarahWilayah dikirim kepada 6. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Wila-
Anggota Musyawarah Wilayah selambat-lambatnya satu yah masing-masing dua orang.
bulan sebelum Musyawarah Wilayah berlarigsung. b. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri atas:
(4) Acara Musyawarah Wilayah: 1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Wilayah,
a. Laporan Pimpinan Wilayah tentang: masing-masing dua orang.
1. Kebijakan Pimpirian. 2. Undangan khusus dan kalangan Muhammadiyah
2. Organisasi. yang ditentukan oleh Pimpinan Wilayah.
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Muktamar, c. Peninjau Musyawarah Wilayah ialah mereka yang
Tanwir, Instruksi Pimpinan Pusat, pelaksanaan ke- diundang oleh Pimpinan Wilayah.
putusan Musyawarah Wilayah Musyawarah Pimpi- (6) Ang gota Musyawarah Wilayah berhak menyatakan
nan Wilayah, dan Rapat Pimpirian tingkat Wilayah. pendapat, memilih, dan dipilih. Peserta Musyawarah
4. Keuangan. Wilayah berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musya-
b. Program Wilayah. warah Wilayah tidak berhak menyatakan pendapat,
memilih, dan dipilih.
c. Pemilihan Anggota Pimpinan Wilayah dan penge-
sahan Ketua. (7) Keputusan Musyawarah Wilayah harus dilaporkan kepada
Pimpinan Pusat selambat-lambatnya satu bulan sesudah
d. Pemilihan Anggota Tanwir Wakil Wilayah.
Musyawarah Wilayah. Apabila dalam waktu satu bulan
e. Masalah Muhammadiyah dalam Wilayah. sesudah laporan dikirim, tidak ada keterangan atau ke-
f. Usul-usul. beratan dan Pimpinan Pusat, maka keputusan Musyawa-
(5) Musyawarah Wilayah dihadiri oleh: rah Wilayah dapat ditanfidzkan oleh Pimpinan Wilayah.
a. Anggota Musyawarah Wilayah terdiri atas: (8) Pertemuan dan tau kegiatan lain yang diselenggarakan
1. Anggota Pimpinan Wilayah yang sudah disahkan bersamaan waktu Musyawarah Wilayah diatur oleh
oleh Pimpinan Pusat. penyelenggara.
2. Ketua Pimpinan Derah atau penggantinya yang
sudah disahkan oleh Pimpinan Wilayah.
88|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 89

Pasal 25 3. Wakil Cabang sebanyak tiga orang.


Musyawarah Daerah 4. Ketua Pimpinan Ranting atau penggantinya yang
(1) Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan atas sudah disahkan oleh Pimpinan Cabang.
tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Daerah. 5. Wakil Ranting yang jumlahnya ditetapkan oleh
(2) Ketentuan tentang peaksanaan, tata-tertib, dan susurian Pimpinan Daerah berdasarkan jumlah anggota.
acara Musyawarah Daerah ditetapkan oleh Pimpinan Daerah. 6. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat
(3) Undangan dan acara Musyawarah Daerah dikirim kepada Daerah masing-masing dua orang.
Anggota Musyawarah Daerah selambat-lambatnya satu b. Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas:
bulan sebelum Musyawarah Daerah berlangsung. 1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Daerah,
(4) Acara Musyawarah Daerah: masing-masing dua orang.
a. Laporan Pimpinan Daerah tentang: 2. Undangan Khusus dan kalangan Muhammadiyah,
1. Kebijakan Pimpinan. yang ditentukan oleh Pimpinan Daerah.
2. Organisasi. c. Peninjau Musyawarah Daerah ialah mereka yang
3. Pelaksanaan keputusan-keputusan Musyawarah diundang oleh Pimpinan Daerah
dan Pimpirian di atasnya serta pelaksanaan kepu- (6) Anggota Musyawarah Daerah berhak menyatakan pen-
tusan Musyawarah Daerah, Muyawarah Pimpinan dapat, memilih, dan dipilih. Peserta Musyawarah Daerah
Daerah dan Rapat Pimpinan tingkat Daerah. berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah
4. Keuangan. Daerah tidak berhak menyatakan pendapat, memilih, dan
b. Program Daerah. dipilih.
c. Pemilihan Anggota Pimpinan Daerah dan pengesahan (7) Keputusan Musyawarah Daerah harus dilaporkan kepada
Ketua. Pimpinan Wilayah selambat-ambatnya satu bulan
sesudah Musyawarah Daerah. Apabila dalam waktu satu
d. Pemilihan anggota Musyawarah Pimpinan Wilayah
bulan sesudah laporan dikirim tidak ada keterangan atau
Wakil daerah.
keberatan dan Pimpinan Wilayah, maka keputusan
e. Masalah Muhammadiyah dalam Daerah. Musyawarah Daerah dapat ditanfidzkan oleh Pimpinan
f. Usul-usul. Daerah.
(5) Musyawarah Daerah dihadiri oleh: (8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
a. Anggota Musyawarah Daerah terdiri atas: bersamaan waktu Musyawarah Daerah diatur oleh
1. Anggota Pimpinan Daerah yang telah disahkan penyelenggara.
oleh Pimpinan Wilayah.
2. Ketua Pimpinan Cabang atau penggantinya yang
sudah disahkan oleh Pimpinan Daerah.
90|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 91

Pasal 26 3. Wakil Ranting sebanyak tiga orang.


Musyawarah Cabang 4. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat
(1) Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh dan atas Cabang masing-masing dua orang.
tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Cabang. b. Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas:
(2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan acara 1. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Cabang,
Musyawarah Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang. masing-masing dua orang.
(3) Undangan dan acara Musyawarah Cabang dikirim kepada 2. Undangan khusus dan kalangan Muhammadiyah
Anggota Musyawarah Cabang selambat-lambatnya 15 han yang ditentukan oleh Pimpinan Cabang.
sebelum Musyawarah Cabang berlangsung. c. Peninjau Musyawarah Cabang ialah mereka yang
(4) Acara Musyawarah Cabang: diundang oleh Pimpinan Cabang.
a. Laporan Pimpinan Cabang tentang: (6) Anggota Musyawarah Cabang berhak menyatakan pen-
1. Kebijakan Pimpinan. dapat, memilih, dan dipilih. Peserta Musyawarah Cabang
2. Organisasi. berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah
3. Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan keputus- Cabang tidak berhak menyatakan pendapat, memilih, dan
an Pimpinan di atasnya serta pelaksanaan keputus- dipilih.
an Musyawarah Cabang dan Musyawarah Pimpin- (7) Keputusan Musyawarah Cabang harus dilaporkan kepada
an Cabang. Pimpinan Daerah selambat-lambatnya 15 hari sesudah
4. Keuangan. Musyawarah Cabang. Apabila dalam waktu 15 hari sesudah
laporan dikirim tidak ada keterangan atau keberatan dan
b. Program Cabang.
Pimpinan Daerah, maka keputusan Musyawarah Cabang
c. Pemilihan Anggota Pimpinan Cabang dan penge- dapat ditanfidzkan oleh Pimpinan Cabang.
sahan Ketua.
(8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
d. Pemilihan anggota Musyawarah Pimpinan Daerah bersamaan waktu Musyawarah Cabang diatur oleh
Wakil Cabang. penyelenggara.
e. Masalah Muhammadiyah dalam Cabang.
f. Usul-usul. Pasal 27
(5) Musyawarah Cabang dihadiri oleh: Musyawarah Ranting
a. Anggota Musyawarah Cabang terdiri atas: (1) Musyawarah Ranting diselenggarakan oleh dan atas
1. Anggota Pimpinan Cabang yang telah disahkan tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Ranting.
oleh Pimpinan Daerah. (2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan
2. Ketua Pimpinan Ranting atau penggantinya yang acara Musyawarah Ranting ditetapkan oleh Pimpinan
telah disahkan oleh Pimpinan Cabang. Ranting.
92|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 93

(3) Undangan dan acara Musyawarah Ranting dikirim kepada (7) Keputusan Musyawarah Ranting harus dilaporkan kepada
Anggota Musyawarah Ranting selambat-lambatnya tujuh Pimpinan Cabang selambat-lambathya 15 han setelah
han sebelum Musyawarah Ranting berlangsung. Musyawarah Ranting. Apabila dalam waktu 15 han se-
(4) Acara Musyawarah Ranting: sudah laporan dikirim tidak ada keterangan atau keberatan
a. Laporan Pimpinan Ranting tentang: dan Pimpinan Cabang, maka keputusan Musyawarah
1. Kebijakan Pimpinan. Ranting dapat ditanfidzkan oleh Pimpinan Ranting.
2. Organisasi. (8) Pertemuan dan atau kegiatan lain yang diselenggarakan
bersamaan waktu Musyawarah Ranting diatur oleh
3. Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan keputus-
penyelenggara.
an Pimpinan di atasnya serta pelaksanaan keputus-
an Musyawarah Ranting dan Musyawarah Pasal 28
Pimpinan Ranting. Musyawarah Pimpinan
4. Keuangan. (1) Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh dan atas
b. Program Ranting. tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpinan Wilayah,
c. Pemilihan Ang gota Pimpinan Ranting dan Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang; dan Pimpinan
pengesahan Ketua. Ranting, sekurang-kurangnya satu kali dalam satu masa
d. Masalah Muhammadiyah dalam Ranting. jabatan.
e. Usul-usul. (2) Ketentuan tentang pelaksanaan, tata-tertib, dan susunan
(5) Musyawarah Ranting dihadiri oleh: acara Musyawarah Pimpinan ditetapkan oleh masing-
a. Anggota Musyawarah Ranting: masing penyelenggara.
1. Anggota Muhammadiyah. (3) Undangan dan acara Musyawarah Pimpinan dikirim
kepada ang g ota Musyawarah Pimpinan selambat-
2. Wakil Organisasi Otoriom tingkat Ranting.
lambatnya:
b. Peserta Musyawarah Ranting ialah undangan khusus
a. Tingkat Wilayah dan Daerah, satu bulan,
dan kalangan Muhammadiyah yang ditentukan oleh
Pimpinan Ranting. b. Tingkat Cabang, 15 hari,
c. Peninjau Musyawarah Ranting ialah mereka yang c. Tingkat Ranting, tujuh han, sebelum Musyawarah
diundang oleh Pimpinan Ranting Pimpinan berlangsung.
(6) Anggota Musyawarah Ranting berhak menyatakan pen- (4) Acara Musyawarah Pimpinan:
dapat, memilih, dan dipilih. Peserta Musyawarah Ranting a. Laporan pelaksanaan kegiatan.
berhak menyatakan pendapat. Peninjau Musyawarah b. Masalah yang oleh Musyawarah atau menurut Ang-
Ranting tidak berhak menyatakan pendapat, memilih, dan garan Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diserahkan
dipilih. kepada Musyawarah Pimpinan.
94|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 95

c. Masalah yang akan dibahas dalam Musyawarah sebagai c. Pada tingkat Cabang:
pembicaraan pendahuluan. 1. Anggota:
d. Masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan (a) Anggota Pimpinan Cabang yang telah disah-
sampai berlangsungnya Musyawarah. kan oleh Pimpinan Daerah.
e. Usul-usul. (b) Ketua Pimpinan Ranting.
(5) Musyawarah Pimpinan dihadiri oleh: (c) Wakil Ranting tiga orang.
a. Pada tingkat Wilayah: (d) Wakil Organisasi Otonom tingkat Cabang dua
1. Anggota: orang.
(a) Anggota Pimpinan Wilayah yang telah disah- 2. Peserta:
kan oleh Pimpinan Pusat. (a) Wakil Unsur Pembantu Pimpinan masing-
(b) Ketua Pimpinan Daerah atau penggantinya masing dua orang.
yang telah disahkan oleh Pimpinan Wilayah. (b) Undangan khusus.
(c) Wakil Daerah tiga orang. d. Pada tingkat Ranting:
(d) Wakil Organisasi Otonom tingkat Wilayah dua 1. Anggota:
orang. (a) Anggota Pimpinan Ranting yang telah disah-
2. Peserta: kan oleh Pimpinan Cabang.
(a) Wakil Unsur Pembantu Pimpinan masing- (b) Wakil Organisasi Otonom tingkat Ranting dua
masing dua orang. orang.
(b) Undangan khusus. 2. Peserta (undangan khusus).
b. Pada tingkat Daerah: (6) Anggota Musyawarah Pimpinan berhak menyatakan
1. Anggota: pendapat, memilih, dan. dipilih. Peserta berhak pendapat.
(a) Anggota Pimpinan Daerah yang telah disahkan (7) Keputusan Musyawarah Pimpinan mulai berlaku setelah
oleh Pimpinan Wilayah. ditanfidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang ber-
(b) Ketua Pimpinan Cabang. sangkutan sampai diubah atau dibatalkan oleh keputusan
(c) Wakil Cabang tiga orang. Musyawarah Wilayah/Daerah/Cabang/Ranting,
(d) Wakil Organisasi Otonom tingkat Daerah dua selambat-lambatnya satu bulan sesudah Musyawarah
orang. Pimpinan berlangsung
2. Peserta:
(a) Wakil Unsur Pembantu Pimpinan masing-
masing dua orang.
(b) Undangan khusus.
96|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 97

Pasal 29 b. Pada tingkat Wilayah:


Keabsahan Musyawarah 1. Anggota Pimpinan Wilayah.
Musyawarah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga 2. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Daerah.
dan anggota Musyawarah. Apabila anggota Musyawarah 3. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Organisasi
tidak memenuhi jumlah dua pertiga, maka Musyawarah Otonom tingkat Wilayah.
ditunda selama satu jam dan setelah itu dapat dibuka kembali. 4. Ketua dan Sekretaris Unsur Pembantu Pimpinan
Apabila anggota Musyawarah belum juga memenuhijumlah tingkat Wilayah.
dua pertiga, maka Musyawarah ditunda lagi selama satu jam c. Pada tingkat Daerah:
dan setelah itu dapat dibuka serta dinyatakan sah tanpa
1. Anggota Pimpinan Daerah.
memperhitungkan jumlah kehadiran anggota Musyawarah.
2. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Cabang.
Pasal 30 3. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Organisasi
Keputisan Musyawarah Otonom tingkat Daerah.
(1) Keputusan Musyawarah diambil dengan cara mufakat. 4. Ketua dan Sekretaris Unsur Pembantu Pimpinan
(2) Apabila keputusan secara mufakat tidak tercapai, maka tingkat Daerah.
dilakukan pemungutan suara dengan suara terbanyak (2) Ketentuan pelaksanaan dan acara Rapat Pimpinan ditentu-
mutlak. kan oleh Pimpinan Muhammadiyah masing-masing
(3) Keputusan Musyawarah yang dilakukan dengan pe- tingkat.
mungutan suara dapat dilakukan secara terbuka atau (3) Keputusan Rapat Pimpinan mulai berlaku setelah ditan-
tertutup/rahasia. fidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang bersangkutan.

Pasal 31 Pasal 32
Rapat Pimpinan Rapat Kerja Pimpinan
(1) Rapat Pimpinan sebagaimana dimaksud pada pasal 32 (1) Rapat Kerja Pimpinan ialah rapat yang diselenggarakan
Anggaran Dasar dihadiri oleh: oleh dan atas tanggungjawab serta dipimpin oleh Pimpi-
a. Pada tingkat Pusat: nan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, Pimpi-
1. Anggota Pimpinan Pusat. nan Cabang, atau Pimpinan Ranting untuk membahas
pelaksanaan program dan mendistribusikan tugas kepada
2. Ketua dan Sekretaris Pimpinan Wilayah.
Unsur Pembantu Pimpinan Muhammadiyah.
3. Ketua Umum dan Sekretaris Umum Organisasi (2) Rapat Kerja Pimpinan dihadiri oleh:
Otonom tingkat Pusat.
a. Pada tingkat Pusat:
4. Ketua dan Sekretaris Unsur Pembantu Pimpinan
tingkat Pusat. 1. Anggota Pimpinan Pusat.
2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat.
98|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 99

3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat Pusat. (2) Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan dihadiri oleh:
b. Pada tingkat Wilayah: a. Pada tingkat Pusat:
1. Anggota Pimpinan Wilayah. 1. Anggota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Pusat.
2. Wakil tJnsur Pembantu Pimpinan tingkat Wilayah. 2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Wilayah.
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 3. Undangan.
Wilayah. b. Pada tingkat Wilayah:
c. Pada tingkat Daerah: 1. Ang gota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat
1. Anggota Pimpinan Daerah. Wilayah.
2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Daerah. 2. Wakil Unsur Pembaritu Pimpinan tingkat Daerah.
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 3. Undangan.
Daerah. c. Pada tingkat Daerah:
d. Pada tingkat Cabang: 1. Ang gota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat
1. Anggota Pimpinan Cabang. Daerah.
2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Cabang. 2. Wakil Unsur Pembantu Pimpinan tingkat Cabang.
3. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 3. Undangan.
Cabang. 4. Pada tingkat Cabang.
e. Pada tingkat Ranting: 5. Ang gota Unsur Pembantu Pimpinan tingkat
1. Anggota Pimpinan Ranting. Cabang.
2. Wakil Pimpinan Organisasi Otonom tingkat 6. Wakil Pimpinan Ranting.
Ranting. 7. Undangan.
(4) Keputusan Rapat Kerja Pimpinan mulai berlaku setelah (3) Keputusan Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan
ditanfidzkan oleh Pimpinan Muhammadiyah yang mulai berlaku setelah ditanfidzkan oleh Pimpinan
bersangkutan. Muhammadiyah yang bersangkutan.
Pasal 33 Pasal 34
Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan
(1) Rapat Kerja Unsur Pembantu Pimpinan ialah rapat yang (1) Seluruh keuangan dan kekayaan Muhammadiyah, ter-
diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab serta masuk keuangan dan kekayaan Unsur Pembantu
dipimpin oleh Pimpinan Unsur Pembantu Pimpinan Pimpinan, Amal Usaha, dan Organisasi Otonom pada
pada. setiap tingkatan untuk membahas penyelenggaraan semua tingkat secara hukum milik Pimpinan Pusat.
program sesuai pembagian tugas yang ditetapkan oleh
Pimpinan Muhammadiyah.
100|PedomanHidupIslamiWargaMuhammadiyah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah | 101

(2) Pengelolaan keuangan dan kekayaan: Pasal 37


a. Pengelolaan keuangan dalam Muhammadiyah di- Ketentuan Lain-lain
wujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (1) Muhammadiyah menggunakan Tahun Takwim dimulai
Muhammadiyah. tanggal 1 Januari dan berakhir tanggal 31 Desember.
b. Pengelolaan kekayaan dalam Muhammadiyah di- (2) Surat-surat resmi Muhammadiyah menggunakan tanggal
wujudkan dalam Jurnal. Hijriyah dan Miladiyah.
(3) Ketentuan tentang pengelolaan keuangan dan kekayaan (3) a. Surat resmi Muhammadiyah ditandatangani:
Muhammadiyah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. 1. Di tirigkat Pusat oleh Ketua Umum/Ketua ber-
Pasal 35 sama Sekretaris Umum/Sekretaris. Surat resmi
Pengawasan Keuangan dan Kekayaan mengenai masalah keuangan ditandatangani oleh
Ketua Umum/Ketua bersama Bendahara
(1) Pengawasan keuangan dan kekayaan dilakukan terhadap Umum/Bendahara.
Pimpinan Muhammadiyah, Unsur Pembantu Pimpinan,
2. Di tingkat Wilayah ke bawah ditandatangani oleh
Amal Usaha, dan Organisasi Otonom pada semua tingkat.
Ketua/Wakil Ketua bersama Sekretaris/Wakil
(2) Ketentuan tentang pengawasan keuangan dan kekayaan Sekretaris. Surat resmi mengenai masalah keuangan
Muhammadiyah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat. ditandatangani oleh Ketua/Wakil Ketua bersama
Pasal 36 Bendahara/Wakil Bendahara.
Laporan b. Surat-surat yang bersifat rutin dapat ditandatangani
oleh Sekretaris Umum/Sekretaris atau petugas yang
Laporan terdiri dan:
ditunjuk
1. Laporan pertanggungjawaban dibuat oleh Pimpinan (4) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah
Muhammadiyah dan Unsur Pembantu Pimpinan Tangga ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
disampaikan kepada Musyawarah Pimpinan, Musyawarah
masing-masing tingkat, Tanwir, atau Muktamar. Pasal 38
2. Laporan tahunan tentang perkembangan Muhammad- Penutup
iyah, termasuk laporan Unsur Pembantu Pimpinan dan (1) Anggaran Rumah Tangga mi telah disahkan ditetapkan
Organisasi Otonom, dibuat oleh masingmasing Pimpi- oleh Muktamar ke-45 yang berlangsung pada tanggal 26
nan dan disampaikan kepada Pimpinan di atasnya untuk Jumadil Awal s.d. 1 Jumadil Akhir 1426 H bertepatan
dipelajari dan ditindakianjuti. dengan tanggal 3 s.d. 8 Juli 2005 M di Malang, dan dinyata-
3. Pimpinan Amal Usaha membuat laporan tahunan di- kan mulai berlaku sejak ditanfidzkan.
sampaikan kepada Unsur Pembantu Pimpinan dengan (2) Setelah Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan, Angga-
tembusan kepada Pimpinan Muhammadiyah untuk ran Rumah Tangga sebelumnya dinyatakan tidak berlaku
dipelajari dan ditindakianjuti. lagi.

Anda mungkin juga menyukai