Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan

seni yang membahas , mengkaji, dan menganalisis tentang bagaimana

seorang manajer keuangan dengan mempergunakan seluruh sumberdaya

peruhaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi dana

dengan tujuan mampu memberikan profit atau kemakmuran bagi para

pemegang saham dan suistainbility (keberlanjutan) usaha bagi

perusahaan.

Ada juga pengertian dan definisi yang dipaparkan oleh para ahli.

Berikut 9 definisi manajemen keuangan menurut para ahli :

a. Menurut Darsono Prawironegoro (2007)

Definisi manajemen keuangan menurut Prawironegoro merupakan

aktivitas pemilik perusahaan untuk memperoleh modal yang

semurah-murahnya dan menggunakan secara efektif, efisien, dan

seproduktif mungkin untuk memperoleh laba.

b. Menurut Sutrisno (2005:3)

Menurut Sutrisno, manajemen keuangan memiliki pengertian

sebagai semua aktivitas keuangan yang berhubungan dengan segala

usaha untuk memperoleh dana perusahaan dengan biaya murah

1
serta usaha untuk mempergunakannya dan mengalokasikan dana

tersebut seefisien mungkin.

c. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006)

Berdasarkan pendapat Husnan dan Pudjiastuti, manajemen

keuangan ialah segala hal yang menyangkut semua kegiatan

perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan.

d. Menurut Riyanto (2011)

Arti manajemen keuangan dari Riyanto adalah segala macam

kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk memperoleh dana

serta penggunaannya dan pengalokasian dana tersebut. Manajer

keuangan merupakan pelaksana dari manajemen keuangan. Sebagai

contoh perusahaan memerlukan berbagai kekayaan atau aktiva

untuk membbiayai kebutuhan opersional. Oleh kerena itu

perusahaan dituntut untuk memperoleh atau mencari dana untuk

membiayai kebutuhan operasional tersebut.

e. Menurut Farah Margaretha (2007:2)

Farah Mwrgaretha memiliki definisi manajemen keuangan sebagai

peroses pengambilan keputusan mengenai asset, pembiayaan dari

asset, dan pendistribusian dari seluruh cash flow potensial yang

telah dihasilkan dari asset yang terlah dimiliki.


f. Menurut Drs. R. Agus Sartono, M.B.A ( Manajemen keuangan,

Edisi 4, 2001:6)

Manajemen keuangan didefinisikan sebagai manajemen dana yang

berkaitan dengan pengalokasian dana ke dalam berbagai bentuk

investasi efektif. Pengertian lainnya adalah kegiatan pengumpulan

dana yang dipergunakan untuk pembiayaan investasi atau

pembelanjaan yang dilakukan secara efisien.

g. Menurut Sartono (2011)

Menurut Sartono definisi manajemen keuangan dapat dilihat dari

kinerja manajer keuangan. Manajer keuangan merupakan pelaksana

dari manajemen keuangan. Meskipun fungsi manajer keuangan

pada setiap perusahaan berbeda namun secara prinsip fungsi utama

manajer keuangan adalah merencanakan, mencari, dan

memanfaatkan melalui berbagai cara untuk mengoptimalkan

efisiensi dari operasi-operasi perusahaan.

h. Menuru Weston dan Copeland (1992:2)

Arti Manajemen keuangan adalah salah satu dari bidang

manajemen fungsional didalam perusahaan yang fokus mendalami

tentang penggunaan dana, cara mendapatkan dana, dan bagaimana

cara pembagian dari hasil operasi perusahaan. Manajemen

keuangan juga dapat didefinisikan dari tugas manajer keuangan.

Tugas manajem keuangan ialah menangani seputar : keputusan


mengenai investasi perusahaan, pembiayaan kegiatan usaha, dan

pembagian deviden atau bagi hasil suatu perusahaan.

i. Menurut Martono dan Harjito (2007)

Martino dan Harjito mengemukakan bahwa manajemen keuangan

yang dalam literature lain disebut dengan pembelanjaan memiliki

arti segala kegiatan perusahaan mengenai bagaimana memperoleh

dan mengelola dana sesuai dengan tujuan perusahaan. Berdasarkan

pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan

merupakan pengelolaan mengenai bagaimana cara memperoleh

asset dan mendanai asset untuk mencapai tujuan perusahaan.

2. Fungsi Manajemen Keuangan

Ilmu manajemen keuangan berfungsi sebagai pedoman bagi manajer

perusahaan dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan. Artinya

seorang manajer keuangan boleh melakukan terobosan dan kereatifitas

berpikir, akan tetapi semua itu tetap tidak mengesampingkan kaidah-

kaidah yang berlaku dalam ilmu manajemen keuangan. Seperti mematuhi

aturan-aturan yang terkandung dalam SAK (Standar Akuntansi

Keuangan), GAAP (General Accepted Accounting Principle), undang-

undang peraturan tentang pengelolaan keuangan perusahaan, dan lain

sebagainya.

Dengan memahani ilmu manajemen keuangan secara baik diharapkan

seorang berbagai pihak baik yang berada diposisi marketing, produksi,

personalia, dan keuangan diharapkan akan mampu menempatkan setiap


keputusan secara jauh lebih bijaksana. Banyak persoalan lainnya yang

berkaitan dengan manajemen keuangan. Seperti bagian pemasaran harus

melihat setiap keputusan bidang periklanan (advertaising) bisa

mempengaruhi keputusan keuangan. Yaitu jika pihak manajer pemasaran

menetapkan patokan harga yang terlalu tinggi untuk biaya periklanan

sementara pada saat penjualan tidak sesuai seperti yang diharapkan, ini

tentunya akan menjadi suatu permasalahan. Apalagi jika dana yang

dipakai untuk membiayai periklanan bersumber dari dana pinjaman.

Kondisi ini juga termasuk pada bagian personalia, jika manajer

personalia mengusulkan agar ada kenaikan gaji karyawan sementara

kualitas kinerja yang dihasilkan adalah tidak sesuai seperti yang

diharapkan. Maka artinya keputusan manajer personalia hanya bersifat

sepihak, tanpa memikirkan sisi lainnya. Karena konsep dan filosofi

keuangan adalah berusaha menciptakan keseimbangan dalam setiap

keuangan-keuangan. Jumlah pemasukan harus sama dengan jumlah

pengeluaran, jika tidak berimbang maka itu adalah sebuah persoalan.

Kasus ini juga terjadi pada bagian produksi.

3. Tujuan Manajemen Keuangan

Ada beberapa tujuan dari manajemen keuangan, yaitu :

a. Memaksimumkan nilai perusahaan : berarti memaksimumkan

nilai sekarang semua keuntungan dimasa dating yang akan diterima

oleh pemilik perusahaan, dan lebih menekankan pada aliran hasi;

bukan sekedar laba bersih dalam pengertian akuntansi.


b. Menjaga arus kas : menjaga arus kas yang tepat merupakan tujuan

jangka pendek manajemen keuangan. Perusahaan harus memiliki

arus kas yang tepat untuk membayar biaya sehari-hari seperti

pembelian bahan baku, pembayaran gaji, sewa, tagihan listrik, dan

lain-lain. Arus kas yang baik tentunya akan meningkatkan

keberhasilan perusahaan.

c. Mengurang risiko operasional : manajemen keuangan juga

mencoba untuk mengurangi risiko operasional. Ada banyak risiko

dan ketidakpastian dalam bisnis. Manajer keuangan harus

mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko ini. Dia harus

menghindari proyek berisiko tinngi.

B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan

kondisi keuangan perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat

dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.

a. Menurut Farid Harianto dan Siswanto Sudomo

Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu

memberikan bantuan kepada pengguna untuk membuat keputusan

ekonomi yang bersifat finansial.

b. Menurut Munawir

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk

memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan


hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu bagi

para pengguna (users) untuk membuat keputusan ekonomi yang

bersifat finansial.

c. Menurut Sofyan Syafri Harahap

Laporan keuangan merupakan laporan pertanggungjawaban

manajemen sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

d. Menurut Sofyan Assauri

Dalam laporan keuangan Terdapat informasi yang menyangkut

posisi keuangan suatu perusahaan.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah untuk informasi kepada pihak yang

membutuhkan tentang kondisi soatu perusahaan dari sudut angka-angka

dalam suatu moneter. SFAC No.1 menyatakan tujuan dari pelaporan

keuangan perusahaan yaitu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi

pembuatan keputusan bisnis dan ekonomis oleh investor yang ada dan

yang potensial, kreditor, manajemen, pemerintah, dan pengguna lainnya

(FASB, 1978).

Menurut Standard Akuntansi Keuangan (Ikatan Akuntan Indonesia,

1994) bahwa “tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi

yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai

dalam pengambilan keputusan ekonomi.” Adapun tujuan laporan keuangan


menurut PAPI (Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia), “tujuan laporan

keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan,

kinerja perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat

bagi pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan ekonomi serta

menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas pengguna sumber

daya yang dipercayakan kepada mereka.”

Lebih jauh Yustina dan Titik mengatakan bahwa “laporan keuangan

ditujukan sebagai pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya kepada pemilik perusahaan atas kinerja yang

telah dicapainya serta merupakan laporan akuntansi utama yang

mengkomunikasikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

dalam membuat analisa ekonomi dan peramalan untuk masa yang akan

dating.”

Dengan diperolehnya laporan keuangan, maka diharapkan laporan

keuangan bisa membantu dalam tujuan untuk menghindari analisis yang

keliru dalam melihat kondisi perusahaan. Dimana Farid Harianto dan

Siswanto Sudomo mengatakan tujuan laporan keuangan “agar pembuat

keputusan tidak menderita kerugian atau paling tidak mampu

menghindarkan kerugian yang lebih besar, semua keputusan harus

didasarkan pada informasi yang lengkap reliable, valid, dan penting.”

Informasi yang menyajikan karakteristik seperti itu salah satunya adalah

laporan keuangan.
Dalam laporan keuangan dibuat dan disusun oleh akuntan. Para

akuntan memahami dengan benar bahwa laporan keuangan yang dibuat

tersebut akan menjadi informasi keuangan bagi banyak pihak.

Menurut Skousen dan Stice bahwa, “tujuan pelaporan keuangan yang

diungkapkan dalam rangka konseptual adalah :

a. Kegunaan (usefulness)

b. Dapat dipahami (understandability)

c. Target audiens : investor dan kreditor

d. Penilaian arus kas masa yang akan dating

e. Mengevaluasi sumber daya ekonomi

f. Fokus primer pada laba.


Tujuan Laporan

Keuangan APB Nomor 4

Tujuan Khusus Tujuan Umum Tujuan Kualitatif

Relevance
Menyajikan laporan Memberikan informasi
Understandability
Posisi keuangan Sumber ekonomi
Verifiability
Hasil usaha Kewajiban
Neutrality
c. Perubahan posisi Kekayaan bersih
Timeliness
keuangan secara Proyeksi laba
Comparability
wajar sesuai dengan Perubahan harta dan kewajiban
Informasi relevan complateness
GAAP

Gambar 2.1 : Tujuan Laporan Keuangan


Menurut APB Statement No.2
Sumber : Sofyan Syafri Harahap
Adapun menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston, “tujuan

pemakai laporan keuangan adalah mengetahui dan menafsirkan informasi

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai perusahaan seperti :

a. Akankah investasi memberikan hasil yang menarik?

b. Seberapa besar risiko dalam investasi?

c. Apakah perusahaan yang ada harus dibubarkan?

d. Cukupkah arus kas membayar bunga dan pokok pinjaman

perusahaan?

e. Apakah perusahaan memberikan kesempatan kerja, pengembangan

dimasa yang akan datang, keuntungan bagi karyawan?

f. Bagaimana daya saing perusahaan dalam lingkungan operasinya?

g. Apakah perusahaan memiliki prospek yang baik terhadap pelanggan?

Lebih dalam Sofyan Syafari Harahap mengatakan bahwa, “hasil

analisa laporan keuangan akan bisa membuka tabir :

a. Kesalahan proses akuntansi seperti : kesalahan pencatatan, kesalahan

pembukuan, kesalahan jumlah, kesalahan perkiraan, kesalahan

posting, kesalahan jurnal.

b. Kesalahan lain yang disengaja, misalnya tidak mencatat, pencatatan

harga yang tidak wajar, menghilangkan data, income smoothing, dan

lain sebagainya.

Income smoothing merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan

mengubah informasi pendapatan perusahaan tidak sebagaimana mestinya,

dan itu dilakukan dengan tujuan dan maksud tertentu. Biasanya tindakan
income smoothing dilakukan atas dasar desakan dari pihak manajemen

perusahaan. Sasaran utamanya adalah untuk melunakan

variabilitaspendapatan setiap tahunnya dengan mengalihkan pendapatan

dari tahun yang baik ke tahun yang buruk (Siegel dan Shim). Secara lebih

dalam Siegel dan Shim mengatakan, “contohnya adalah pengurangan

biaya diskresi (discretionary cost ; seperti iklan, litbang) pada tahun yang

berjalan untuk memperbaiki keuntungan periode berjalan. Pada tahun

berikutnya, biaya bebas ini akan meningkat.”

Oleh karena itu kondisi dan situasi yang tergambarkan pada laporan

keuangan akan menjadi informasi keuangan, dan selanjutnya informasi

tersebut dijadikan sebagai salah satu rujukan dalam pengambilan

keputusan. Dalam konteks hubungan laporan keuangan dan pengambilan

keputusan ini, harus disadari oleh pihak manajer keuangan khususnya

akuntan pembuat laporan keuangan bahwa ada 4(empat) karakteristik

utama laporan keuangan yang harus dipenuhi.

Keempat karakteristik tersebut adaa “dapat dipahami”, “relevansi”,

“dapat dipercaya”, dan “dapat diandingkan” dengan penjelasan sebagai

berikut :

a. Suatu informasi bermanfaat apabila dapat dipahami atau

understandable oleh para penggunanya. Para pengguna laporan

keuangan adalah pihak-pihak yang berasal dari beragai kalangan dari

latar belakang pendidikan, profesi, dan budaya yang berbeda-beda.

Laporan keuangan harus disajikan dengan bahasa yang sederhana,


singkat, formal, dan mudah dipahami. Namun perlu diketahui,

penyajian informasi yang mudah dipahami ada kalanya sulit diakukan.

Laporan keuangan sering diharuskan menggunakan istilah-istilah ilmu

keuangan atau industry yang sulit dipahami oleh orang-orang awam.

Penyajian informasi tersebut tetap harus dilakukan karena sangat

relevan bagi sebagian pengguna laporan keuangan.

b. Informasi yang ada pada laporan keuangan harus relevan dengan

pengambilan keputusan. Sebab jika tidak, maka laporan keuangan

tidak akan memberikan manfaat bagi para penggunanya dalam

melakukan evaluasi keuangan entitas bisnis tersebut. Agar relevan,

informasi yang ada pada laporan keuangan harus mmiliki nilai

prediktif sehingga dapat digunakan dalam melakukan prediksi

keuangan. Suatu informasi dikatakan relevan apabila disajikan dengan

memperhatikan prinsip materialitas.

c. Informasi yang ada pada laporan keuangan akan sangat bermanfaat

apabila disajikan dengan andal atau dapat dipercaya. Suatu laporan

keuangan dapat dipercaya apabila disajikan secara jujur. Disamping

itu, laporan keuangan harus disajikan dengan prinsip „subtance over

form‟ atau penyajian yang lebih mengutamakan hakikat ekonomi

ketimbang hakikat formal. Laporan keuangan juga harus disajikan

dengan prinsip kehati-hatian atau konservatif dan lengkap.

d. Informasi yang ada pada laporan keuangan harus memiliki sifat daya

banding. Untuk mencapai kualitas tersebut, laporan keuangan harus


disajikan seacara komparatif dengan tahun-tahun sebelumnya.

Laporan keuangan yang disajikan secara komparatif sangat

bermanfaat karena dapat digunakan untuk melakukan prediksi

keuangan. Agar memiliki daya banding, laporan keuangan juga harus

menggunakan tenik-teknik dan basis-basis pengukuran dengan

konsisten.

Dari penelitian diatas tentang tujuan dari laporan keuangan terlihat,

bahwa laporan keuangan akan memberikan informasi keuangan sebagai

salah satu sumber untuk mendukung penguatan dalam pengambilan

keputusan, khususnya dari aspek keuangan. Juga laporan keuangan akan

memberikan informasi keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain

yang berkepentingan dalam menilai kinerja keuangan terhadap perusahaan

disamping pihak manajemen perusahaan.

3. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Secara umum laporan keuangan terdiri dari 5 (lima) jenis laporan yaitu :

a. Neraca

Neraca biasa disebut balance sheet merupakan laporan yang

menunjukkan informasi kondisi perusahaan atau posisi keuangan

perusahaan pada tanggal tertentu. Neraca melaporkan jumlah akiva

yang berupa harta ata asset, kewajiban berupa hutang, dan ekuitas

yang merupakan modal perusahaan.


Penyajian laporan neraca untuk harta disusun berdasarkan tingkat

likuiditasnya, kewajiban disusun berdasarkan urutan jatuh temponya,

sedangkan modal disusun berdasarkan atas tingkat kekekalannya.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan informasi

kondisi usaha dalam periode tertentu. Laporan ini dibuat dalam suatu

siklus operasi atau periode tertentu. Laporan ini berguna untuk

mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah

dikeluarkan. Laporan ini menunjukkan peusahaan dalam posisi laba

(untung) atau rugi.

Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun laporan laba

rugi, yaitu single step (cara langsung) dan multiple step (cara

bertahap). Pada sistem singl step, semua pendapatan dijumlah dari

atas sampai bawah menjadi satu kelompok, kemudian dikurangi

dengan total beban atau biaya dalam periode tersebut. Sedangkan

multiple step, semua pendapatan dipisahkan menjadi dua, yaitu

pendapatan operasional (atau pendapatan dari kegiatan pokok atau

utama) perusahaan dan pendapatan non-operasional (atau pendapatan

dari luar kegiatan pokok atau utama) perusahaan. Hal tersebut juga

berlaku untuk beban atau biaya yang dikelompokan menjadi beban

operasional dan non-operasional.


c. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal merupakan laporan yang

menggambarkan informasi jumlah modal yang dimiliki perusahaan

saat ini. Laporan ini juga menunjukkan besarnya perubahan modal

yang telah terjadi beserta penyebab perubahannya. Data yang

digunakan untuk menyusun laporan perubahan modal yaitu jumlah

modal pada awal periode, jumlah laba bersih atau rugi bersih pada

periode yang bersangkutan, dan pengambilan pribadi oleh pemilik

untuk tahun yang bersangkutan

d. Laporan Atas Laporan Keuangan

Laporan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat

berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini

memuat informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atau

laporan keuangan yang ada atau telah dibuat. Termasuk didalamnya

keterangan sebab atau alasan terkait data keuangan yang disajikannya.

Tujuannya adalah agar laporan dapat dengan mudah dipahami dengan

jelas oleh penggunanya.

e. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang menyajikan

informasi arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas

masuk merupakan penerimaan atau pendapatan atau pinjaman dari

pihak lain. Arus kas keluar adalah biaya-biaya yang telah dikeluarkan

perusahaan. Arus kas dibuat untuk periode tertentu.


C. Rasio Likuiditas

Ketidakmampuan perusahaan membayar kewajibannya terutama utang

jangka pendek (yang jatuh tempo) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama,

bisa dikarenakan perusahaan tidak memiliki dana sama sekali. Atau kedua,

bisa mungkin saja perushaan memiliki dana, pada saat jatuh tempo

perusahaan tidak memiliki dana (tidak cukup) secaara tunai sehingga harus

menunggu waktu tertentu, untuk mencairkan aktiva lainnya seperti menagih

piutang, menjual surat-surat berharga, menjual persediaan atau menjual aktiva

lainnya.

Penyebab utama terjadinya kekurangan dan ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban tersebut sebenarnya adalah akibat kelalaian

manajemen perusahaan dalam menjalankan usahanya. Kemudian, sebab

lainnya adalah sebelumnya pajak manajemen perusahaan tidak menghitung

rasio keuangan yang diberikan sehingga tidak mengetahui bahwa sebenarnya

kondisi perusahaan sudah dalam keadaan tidak mampu lagi kerena nilai

utangnya lebih tinggi dari harta lancarnya. Seandainya perusahaan sudah

menganalisis rasio yang berhubungan dengan hal tersebut, perusahaan dapat

mengetahui dengan mudah kondisi dan posisi perusahaan sebenarnya,

kemudian perusahaan dapat berusaha untuk mencarikan jalan keluarnya.

Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

membayar utang atau kewajibannya dikenal dengan nama analisis rasio

likuiditas.
Banyak para pakar ekonomi yang mengemukakan pendapat mengenai

pengertian likuiditas, antara lainnya :

a. Harahap (2007 : 301) rasio likuiditas menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-

rasio ini dapat dihitung melalui sumber ini dapat dihitung melalui sumber

informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang

lancar.

b. Dwi Prastowo, Rifka Jiliaty (2002 : 78) rasio likuiditas menggambarkan

kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya kepada kreditur jangka pendek.

c. Kasmir (2009 : 130) rasio likuiditas atau rasio modal kerja merupakan

rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu

perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang

ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang

jangka pendek).

Dari pengertian-pengertian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis

menyimpulkan bahwa rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau yang akan jatuh tempo

melalui sember informasi tentang modal kerja. Terdapat dua hasil penilaian

terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu

memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan

likuid. Sebaliknya, apaabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban

tesebut, dikatakan perusahaan dalam keadaan illikuid.


Perhitungan rasio likuiditas memberikan cukup banyak manfaat bagi

berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. oleh kerena itu,

perhitungan rasio likuiditas tidak hanya berguna bagi perusahaan, namun juga

bagi pihak luar perusahaan. dalam praktiknya terdapat banyak manfaat atau

tujuan analisis rasio likuiditas yang antara lain untuk mengukur kemampuan

perusahaan membayar kewajiban atau utang yang segera jatuh tempo pada

saat ditagih, mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk

membayar utang, melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu

ke waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode, dan untuk

melihat klmahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing komponen

yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.

Secara umum tujuan rasio keuangan digunakan adalah untuk menilai

kemampuan pearusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun, disamping

itu dari rasio likuiditas dapat diketahui hal-hal lain yang lebih speifik yang

juga masih berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya. Untuk menganalisa kondisi keuangan suatu perusahaan dalam

menghitung tingkat likuiditas diperlukan suatu alat ukur. Dalam hal in alat

ukur yang digunakan penulis untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan

adalah :

1. Rasio Lancar (Currnt Ratio)

Harahap (2007 : 301) mengemukakan bahwa rasio lancar

menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban

lancar, semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar


semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya.

Kasmir (2009 : 134) menyatakan bahwa rasio lancar (current ratio)

merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo

pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak

aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek

yang segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara

membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.

Rumus yang digunakan :

Rasio lancar = aktiva lancar 100%

hutang lancar

Sumber : Data diolah

Dalam prakteknya sering kali dipakai bahwa rasio lancar dengan

standard 200% atau 2:1 yang artinya satu rupiah utang lancar haarus

dijamin dengan dua rupah aktiva lancar ini sudah dianggap sebagai

ukuran yang baik atau memuaskan bagi suatu perusahaan. Artinya

dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah merasa berada dititik

aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi untuk mengukur kinerja

manajemen, ukuran yang terpenting adalah rata-rata industry untuk

perusahaan yang sejenis.


2. Rasio Cepat (Quick Ratio/Acid Test Ratio)

Sugiono (2009 : 69) menyatakan bahwa pos persediaan tidak

dihitung dalam rasio ini karena persediaan merupakan pos yang paling

tidak likuid dalam aktiva lancar. Hal ini disebabkan oleh panjangnya

tahap yang dilalui untuk menjadi kas.

Acid Test atau Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik

perusahan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuidasi atau

terlalu bergantung pada persediaannya. Persediaan tidak bisa sepenuhnya

dianfalkan, Karen persediaan bukanlah sumber kas yang bisa diperoleh,

dan mungkin tidak mudah dijual pada kondisi ekonomi yang lesu (Dwi

Prastowo, Rifka Jilianty 2002 : 80-81). Rumus yang digunakan :

Rasio cepat = Aktiva Lancar – Persediaan 100 %

Hutang Lancar

Sumber : Data diolah

Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan daam

memenuhi hutang-hutangnya dengan tidak memperhitungkan persediaan.

Rasio yang baik umumnya adalah 100% atau 1:1, kurang dari ukuran

tersebut dianggap kurang baik. Rasio ini lebih tajam dari pada current

ratio, karena hanya membandingkan aktiva yang sangat likuid (mudah

dicairkan atau diuangkan) dengan hutang lancar. Jika current ratio tinggi

tapi quick ratio rendah, menunjukkan adanya investasi yang sangat besar

dalam persediaan.
D. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau laverage adalah rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam melunasi semua kewajibannya baik jangka pendek maupun

jangka panjang dengan jaminan aktiva atau kekayaan yang dimiliki

perusahaan hingga perusahaan tutup atau likuidasi (Fred Weston yang dikutip

oleh Kasmir). Sebesar apa beban utang yang ditanggung perusahaan akan

dibandingkan dengan aktivanya. Rasio solvabilitas (Solvency Rstio) memiliki

nama lain yaitu Rasio Laverage (Laverage Ratio) namun berbeda dengan

rasio profitabilitas.

Utang jangka panjang yaitu kewajiban untuk membayar pinjaman yang

jatuh temponya lebih dari satu tahun. Letak perbedaan antara rasio

solvabilitas dengan rasio likuiditas adalah jangka waktu pinjaman

(kewajiban). Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban jangka panjang. Sedangkan rasio likuiditas mengukur

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

Rasio solvabilitas membandingkan beban utang perusahaan secara

keseluruhan terhadap asset atau ekuitasnya. Rasio ini memaparkan jumlah

asset perusahaan yang dimiliki oeleh pemegang saham dibandingkan dengan

aste yang dimiliki oleh kreditor (pemberi utang). Jika asset perusahaan lebih

banyak dimiliki oleh pemegang, maka perusahaan tersebut kurang laverage.

Jika kreditor atau pemberi utang (biasanya bank) memiliki asset secara

dominan, maka perusahaan tersebut memiliki tingkat laverage yang tinggi.

Rasio solvabilitas mempermudah manajemen dan investor untuk memahami


tingkat risiko struktur modal pada perusahaan melalui catatan atas laporan

keuangan.

1. Debt to Equity Ratio (Rasio Utang terhadap Ekuitas)

Rasio ini memaparkan porsi yang relative antara ekiutas dan utang

yang dipakai untuk membiayai asset perusahaan. Debt to Equity Ratio

(DER) membandingkan antara total kewajiban (liabilities) denga ekuitas

(equity). Utang tidak boleh lebih besar dari modal supaya beban

perusahaan tidak bertambah. Tingkat rasio yang rendah berarti kondisi

perusahaan semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin

kecil.

Rasio ini memperlihatkan bahwa dana yang segera jatuh tempo akan

ditagih dibandingkan modal yang dimiliki. Perhitungan rasio ini

bertujuan untuk mengetahui seberapa besar bagian dari modal yang

menjadi jaminan utang lancar. Semakin kecil rasio ini berarti kondisi

perusahaan semakin baik karena modal untuk menjamin utang lancer

masih cukup (besar). Batas terendah dari rasio ini adalah 100% atau 1:1.

Rumus Debt to Eqity Ratio (DER) sebagai berikut :

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang X100%

Ekuitas (Modal)

Sumber : Data diolah


2. Debt Ratio (Rasio Utang)

Debt ratio atau rasio utang menilai seberapa besar perusahaan

berpatokan pada utang untuk membiayai assetnya. Rasio ini

membandingkan total utang (total liabilities) dengan total asset yang

dimiliki. Asset dan ekuitas itu berbeda sehingga harus mengetahui

terlebih dahulu tentang asset dan ekuitas. Asset merupakan sumber daya

yang diperoleh dari transaksi atau kegiatan lain di masa lalu sehingga

menjadi milik perusahaan. Sedangkan ekuitas merupakan hak residual

atas asset perusahaan setelah pengurangan seluruh liabilitas sesuai

hakikat akuntansi.

Rasio ini juga memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh pinjaman baru sebagai tambahan modal dengan jaminan

aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Jika tingkat rasio ini semakin

tinggi maka jaminan berupa asset yang ada dan uang yang diberikan oleh

kreditor dalam jangka panjang semakin terjamin. Besaran presentasi rasio

ini minimum 100% atau 1:1, artinya satu rupiah utang jangka panjang

bisa dijamin oleh satu rupiah aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan.

Utang yang dihitung dalam hal ini adalah semua utang perusahaan, baik

jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor biasanya lebih memilih

debt ratio yang rendah karena kondisi perusahaan aman (tidak akan

bangkrut).
Tingkat rasio yang rendah maka kondisi perusahaan semakin aman

(solvable). Berikut ini rumus rasio utang (debt ratio) :

Rasio utang = Total Utang 100%

Total asset
Sumber : Data diolah

E. Kinerja Keuangan

Menurut mentri keuangan RI, berdasarkan keputusan

NO.740/kmk/00/1989 tanggal 28 Juni 1989 bahwa yang dimaksud kinerja

keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam periode tertentu

yang mencemirkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut.

Kinerja keuangan merupakan prestasi yang dicapai oleh perusahaan pada

saat tertentu dengan menggunakan perhitungan berdasarkan tolak ukur

analisis rasio yang didasarkan pada laporan keuangan. Pengukuran kinerja

sangat penting dilakukan dengan tujuan untu menilai efektivitas dan efisiensi

perusahaan.

Kinerja keuagan merupakan hasi nyata yang dicapai suatu badan usaha

dalam suatu periode tertentu yang dapat mencerminkan tingkat kesehatan

keuangan badan usaha tertentu dan dipergunakan utuk menunjukkan

dicapainya hasil yang positif.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur dengan

menganalisis laporan keuangan yang tersedia. Melalui analisis laoran

keuangan, keadaan dan perkembangan finansial perusahaan serta hasil-hasil

yang telah dicapai perusahaan dapat diketahui, baik di waktu lampau maupun
di waktu yang sedang berjalan sehubungan dengan pemilihan strategi

perusahaan yang akan diterapkan.

Dari segi manajemen keuangan, perusahaan dikatakan mempunyai

kinerja yang baik atau tidakdapat diukur dengan (Sugiono, 2009:65) :

a. Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban (hutang) yang akan

jatuh tempo (liquidity).

b. Kemampuan perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan, yaitu

perbandingan antara hutang dan modal (laverage)

c. Kemampuan perusahaan untuk memperolrh keuntungan (profitability)

d. Kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth)

e. Kemampuan perusahaan untuk mengelola asset secara maksimal

(activity)

Horne dan Wachowicz (2005:201-202) mengemukakan agar dapat

mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya,analisa keuangan

perlu melakukan pemeriksaan atas berbagai aspek kesehatan keuangan

perusahaan. Alat yang sering digunakan selama pmeriksaan adalah rasio

keuangan (financial ratio) atau indeks, yang menghubungkan data angka

akuntansi dan didapat dengan membagi satu angka dengan angka lainnya.

Agar rasio keuangan ada gunanya, maka diperlukan beberapa standard untuk

perbandingan. Praktek yang umum dilakukan adalah membandingkan rasio

keuangan perusahaan dengan pola rasio industri atau lini bisnis dimana

perusahaan beroprasi.
Masih dalam buku Horne dan Wachowicz (2005-202) analisa rasio

keuangan melibatkan dua jenis perbandingan, yaitu :

a. Perbandingan Internal

Analisis dapat membandingkan rasio sekarang dengan rasio dahulu dan

perkiraan di masa mendatang untuk perusahaan yang sama. Misalnya

rasio lancrr (current ratio) untuk tahun sekarang dapat dibandingkan

dengan rasio lancar akhir tahun sebelumya.

b. Perbandingan Eksternal dan Sumber Rasio Industri

Metode ini membandingkan atara rasio suatu perusahaan dengan

berbagai perusahaan lainnya yang hamper sama atau dengan rata-rata

industri pada suatu periode.

Anda mungkin juga menyukai