Karakteristik tujuan yang baik haruslah (1) Spesifik; (2) Terukur, harus ada cara untuk
mengukur apakah tujuannya telah tercapai atau tidak; (3) Ambisius, menantang bagi
perusahaan untuk mencapainya (4) Realistis untuk dicapai; dan (5) Berbatas waktu.
Mengapa penting
Tujuan utama banyak perusahaan, terutama start-up, adalah bertahan hidup. Untuk
mencapainya, bisnis perlu tumbuh dan menghasilkan laba tetapi itu semua untuk
mendukung tujuan dasar, yakni tetap berada di pasar.
Tujuan Organisatoris adalah nilai- nilai yang harus disumbangkan oleh masing-
masing atau kelompok individu yang berada pada bagian yang bersangkutan. Tujuan
Operasional adalah nilai-nilai yang disumbangkan oleh masing-masing tahap dalam
suatu unit prosedur kerja secara keseluruhan.
Tujuan Kolateral Pribadi adalah nilai-nilai yang ingin dicapai oleh individuatau
kelompok individu dalam perusahaan. Tujuan Kolateral Sosial ialah nilai-nilai ekonomi
yang lebih luas/umum yang diperlukan bagi kesejahteraan masyarakat dan yang
dapat secara langsung dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
Tujuan Kolateral Sosial bersifat lebih luas untuk kepentingan masyarakat, misalkan :
membayar pajak.
c. mengejar pertumbuhan
Berikut ini adalah definisi dari manajemen keuangan menurut ahlinya, silahkan
disimak.
Pengertian manajemen keuangan menurut James Van Horne adalah segala kegiatan
yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan serta untuk mengolah aktiva
dengan tujuan semua aktivitas.
3. Sutrisno (2003:3)
5. JF Bradley
6. Agus Sartono
7. Sonny S (2003)
8. Grestenberg
9. J.L. Massie
12. Liehman
Pengertian manajemen keuangan menurut Martono dan Agus Harjito adalah segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,
menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh.
17. Wikipedia
18. Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty dan David F. Scott, Jr
Dalam operasinya manajemen keuagan memiliki beberapa fungsi yang perlu untuk
kamu ketahui nih! Fungsinya di sini adalah cara agar bisa memaksimalkan keungan
perusahaan dan penggunaannya dengan lebih efisien.
Perencanaan (Planning)
Jika seorang sudah melakukan tahapan upaya di atas, maka proses perencanaan
keuangan perusahaan sudah baik.
Penganggaran (Budgeting)
Kedua adalah mengalokasi dana yang tersedia kepada masing sektor atau divisi yang
ada selama periode operasional berlangsung. Tujuan dilakukannya penganggaran
oleh manajer keuangan adalah:
Menjaga agara dana yang ada digunakan secara eifisien dan mengurangi
pemborosan
Mengidentifikasi sektor mana saja yang membutuhkan dana paling banyak
atau sektor mana yang meggunakan dana melebihi limit yang telah
ditetapkan
Memastikan tingkat likuiditas perusahaan dalam pembiayaan operasi tanpa
mengandalkan sumber dana dari luar
Menemukan sektor dimana perusahaan dapat meningkatkan pendapatanya
secara lebih efisien.
Jika tujuan yang telah disebutkan di atas telah tercapai, maka proses penganggaran
sudah bisa dikatakan maksimal.
Apabila seorang manajer sudah melakukan apa yang disebutkan di atas, maka sudah
bsia dikatakan terkontrol dan terawasi keuaangannya.
Fungsi terakhir datang dari pihak manajemen dengan menetapkan prosedur yang
sudah ada. Dengan menggunakan prosedur yang sudah ada seorang manajer
keuangan dapat melakukan:
Pengawasan secara total terhadap kegiatan para manajer ini dapat memecahkan
masalah keagenan. Namun harus disadari biaya yang dibutuhkan mahal dan akan
ditangguung oleh si pemegang saham. Biaya inilah yang disebut agency cost yang
meliputi biaya-biaya untuk memonitor pekerjaan manajer, biaya untuk membuat
struktur organisasi yang dapat meminimalkan tindakan manajer yang tidak
diinginkan, serta timbulnya opportunity cost karena kondisi manajer yang tidak dapat
segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham.
Selain itu masalah keagenan juga bisa terjadi antara shareholders selaku pemegang
saham yang diwakili oleh manajemen perusahaan dengan kreditur atau pemegang
obligasi (bondholders). Masalah ini muncul jika manajemen mengambil proyek-
proyek yang resikonya lebih besar daripada yang diperkirakan oleh kreditur. Ataupun
perusahaan justru meningkatkan jumlah utang hingga mencapai tingkatan yang lebih
tinggi daripada yang diperkirakan kreditur. Tindakan-tindakan ini akan meningkatkan
resiko finansial perusahaan, yang mengakibatkan turunnya nilai pasar utang/obligasi
perusahaan yang belum jatuh tempo. Selain itu dapat meningkatkan resiko
kebangkrutan karena proyek yang diambil terlalu beresiko.
1. Transparansi
2. Akuntabilitas
Dalam menjalankan tugasnya, manajer keuangan harus memahami bahwa akan ada
pengawasan yang didasarkan pada keseimbangan wewenang antara direksi,
komisaris, dan pemilik/pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu, perlu
disiapkan sistem penilaian kinerja melalui sistem akuntansi dan informasi yang tepat.
Selain itu, perlu pula diupayakan agar setiap tindakan manajer keuangan telah
mematuhi semua kebijakan dan prosedur yang berlaku.
3. Keadilan
Manajer keuangan harus bersikap adil kepada semua pihak yang terkait dengan
perusahaan. Manajer tidak boleh membeda-bedakan perlakuannya dalam hal
memberikan informasi keuangan dan dividen kepada pemegang saham mayoritas
dan pemegang saham minoritas.
4. Tanggung jawab
TOPIK 2
PASAR KEUANGAN
Dalam dunia bisnis terdapat tiga pelaku utama yang memainkan peranan penting
hingga terjadinya transaksi bisnis. Ketiga pelaku tersebut terdiri dari :
1. Penjual
Pihak yang melakukan kegiatan penjualan/penwaran terhadap produk atau jasa. Saat
ini semakin berkembangnya informasi pemasaran memungkinkan penjual dapat
memasarkan produknya dengan efektif dan efisien seperti melalui media online atau
komunikasi dan bila terjadi kesepakatan maka barang akan segera dikirmkan ke
alamat yang dituju.
2. Pembeli
Pihak yang membeli barang atau jasa yang ditawarkan. Pembeli juga dapat
memperoleh barang atau jasa dengan mendatangi lokasi penjualan atau dapat
melakukan pesanan secara online yang kemudian barang akan dikirim oleh penjual
3. Perantara
Dapat diaktakan sebagai tempat atau orang yang melakukan transaksi jual beli
tersebut. Dalam kasus tertentu perantara tidak dibutuhkan, artinya penjual dapat
langsung melakukan transaksi tanpa perantara tertentu. Namun untuk bisnis tertentu
peran perantara ini sangat penting untuk suatu transaksi.
Dalam praktiknya sering perantara atau tempat untuk melakukan transaksi ini
disebut dengan pasar yang berarti tempat penjual dan pembeli melakukan transaski
jual beli. Sifat pasar dapat bersifat abstrak dan nyata tergantung dari produk dari
jenis transaksi yang terjadi. Perantara bisa disebut juga dengan broker, pialang, calo
antara penjual dan pembeli.
Produk yang ada dalam suatu pasar pun ada dua jenis yaitu produk fisik
(berwujud) dan bersifat jasa. Perbedaannya produk fisik dapat dilihat dan diraba
sedangkan jas baru dinikmati apabila sudah dibeli.
Transfer dana secara langsung dari penabung ke perusahaan dapat terjadi, tetapi
pada umumnya lebih efisien jika perushaan memanfaatkan jasa Bank Investasi.
Organisasi seperti ini bertugas:
Meskipun sekuritas tersebut dijual dua kali, namun proses ini benar-benar
termasuk sebagai transaksi pasar perdana, dimana bank investasi berperan sebagai
perantara dalam proses pengalihan modal dari penabung ke perushaan
Perantara keuangan dalam bagian ke tiga tidak hanya melakukan transfer uang
dan sekuritas saja, tetapi mereka benar-benar menciptakan produk keuangan yang
baru. Karena lembaga perantara keuangan umumnya besar, maka mereka mendapat
keuntungan akibat skalanya yang besar dalam mendapat kelayakan kredit dari calon
peminjam, memroses dan menagih angsuran kredit dan menghimpun portofolio
risiko sehingga penabung perorangan dapat mendiversifikasikan investasinya pada
berbagai sekuritas dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.
Apa yang harus dilakukan pengusaha bila suatu saat tidak memiliki dana untuk
membayar pegawai? Bagaimana cara memenuhi kebutuhan uang yang mendadak,
sedangkan perusahaan hanya memiliki uang sedikit? Bagaimana cara yang cepat
untuk memperoleh pinjaman uang?
Untuk melakukan transaksi keuangan, kita lakukan di berbagai pasar keuangan
yang tersebar dalam berbagai jenis, terantung dari jenis produk keuangan yang
diinginkan. Dalam praktiknya jenis-jenis pasar keuangan yang ada antara lain:
1. Pasar Uang
Merupakan pasar diperjual belikannya modal jangka pendek dalam bentuk surat
berharga, seperti deposito berjangka, wesel atau promes dimana jangka waktunya
kurang dari satu tahun. Pasar uang terbentuk karena adanya penawaran dan
permintaan dana jangka pendek dalam bentuk surat berharga (sekuritas)
2. Pasar Modal
Merupakan pasar diperjual belikannya modal jangka panjang dalam bentuk surat
berharga seperti obligasi dan saham, jangka waktu surat berharga yang ditawarkan
biasanya berumur dari 1 tahun. Pasar modal terbentuk karena adanya beberapa
institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang
dalam bentuk saham dan obligasi.
3. Pasar Valuta Asing
Yaitu pasar yang melakukan kegiatan transaksi valuta asing (mata uang asing)
4. Pasar Kredit Konsumen
Yaitu pasar yang melayani pembiayaan pinjaman untuk pembiayaan konsumen atas
produk tertentu baik barang maupun jasa seperti pembelian mobil, motor,
pendidikan dll
5. Pasar Hipotek
Pasar yang melayani pinjaman untuk lahan real estate, industri, pertanian
6. Pasar Komoditas
Pasar yang melakukan kegiatan jual beli komoditas tertentu seperti produk pertanian.
Semua jenis pasar keuangan ini melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
penghimpunan dana, penyaluran dana, transaksi tukar menukar mata uang. Artinya
pasar keuangan melibatkan pembiayaan keuangan baik melalui surat berharga
maupun pembiayaan atau pinjaman.
Peserta atau pelaku dalam jual beli di pasar uang ternyata dilakukan oleh banyak
pihak, yaitu bank-bank, yayasan dana pensiun, perusahaan asuransi, Koperasi,
perusahaan dagang, perusahaan industri, perusahaan jasa, dan lembaga-lembaga
keuangan lainnya.
Berikut ini akan diuraikan contoh-contoh transaksi yang terjadi di pasar uang.
Contoh 1 :
Bila suatu bank memerlukan uang tunai segera yang akan digunakan untuk
membayar karyawan atau untuk keperluan lain maka bank tersebut dapat
meminjamnya dari bank lain dengan cara mengeluarkan promes atau aksep yang
telah disahkan oleh bank yang bersangkutan. Selanjutnya promes atau aksep ini
dapat dijual kepada Ficorinvest, kemudian Ficorinvest akan menukarnya dengan
SBPU. Ini berarti dengan menjual promes atau aksep kepada Ficorinvest, bank
tersebut akan memperoleh sejumlah uang yang dibutuhkannya. Selanjutnya SBPU ini
dapat diperjualbelikan dengan mendapat keuntungan berupa bunga atau diskonto.
Hal yang perlu diingat, tidak semua surat berharga harus dijual/dibeli lewat
Ficorinvest, contohnya call money (pinjaman sewaktu-waktu). Call money dapat
diperjualbelikan langsung melalui telepon tanpa menggunakan jasa Ficorinvest.
Contoh 2 :
Bila suatu lembaga keuangan atau perusahaan memiliki kelebihan uang tunai maka
daripada menganggur uang tersebut dapat dibelikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
yang memiliki jangka waktu pelunasan tiga puluh hari, enam puluh hari, atau
sembilan puluh hari. Ketika pembeli menyetorkan uang pembelian SBI, saat itu juga
pembeli memperoleh potongan di awal, yang disebut diskonto. Jadi, dalam
pembelian tersebut pembeli hanya membayar di bawah nilai nominal (nilai nominal =
nilai yang tercantum dalam surat berharga). Kemudian, pada saat jatuh tempo
(pelunasan) pembeli akan dibayar oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal. Dengan
demikian, keuntungan yang didapat pembeli adalah selisih antara pembayaran oleh
pembeli dengan nilai nominal. Adakalanya pembeli memerlukan uang sebelum waktu
jatuh tempo. Oleh karena itu, dia bisa menjual SBI tersebut kepada pihak lain.
4. Sebagai perantara bagi investor luar negeri untuk menyalurkan kredit jangka
pendek kepada
Tujuan Pasar Uang
Penjelasan
Jangka Pendek
c) Untuk berdagang, membeli pada harga tertentu dan menjual pada harga
tinggi
d) Mengharapkan keuntungan dari suku bunga yang ditawarkan
Jangka Panjang
a) Melakukan investasi
c) Mengharapkan deviden
2. Kelebihan Dana (Pembeli)
Jangka Pendek
Jangka Panjang
a) Memperoleh kentungan dari selisih bunga dari bunga yang diberikan pihak
penyimpan uang dengan bunga yang dibebankan peminjam
b) Keuntungan dari biaya yang dibebankan ke nasabah atas jasa keuangan yang
diperolehnya
Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk “janji—janji untuk membayar” atau
dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang diatur
sesuai dengan kehutuhan perninjam. Dana pembiayaan asset tersehut diperoleh dari
tabungan masyarakat. Dengan demikian lembaga keuangan sebcnarnya hanyalah
mengalihkan atau mernindahkan kewaiban penlinjam menjadi suatu aset dengan
suatu jangka waktu jattih letnpo sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan
kewajiban menjadi suatu aset disebut transmutasi kekayaan atau asset
transimutation.
2. Likuiditas (liquidity)
Likuiditas berkaitan dengan kemainpuan untuk rnemperoleh uang tunai pada saat
dihutuhkan. Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga
terutama dirnaksudkan untuk tujuan likuiditas. Sekuritas sekunder seperti tabungan,
deposito, sertifikat deposito yang diterbitkan bank umum memberikan tingkat
keamanan dan likuiditas yang tinggi, di samping tambahan pendapatan.
4. Transaksi (transaction)
1. Bank Sentral
Institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau nilai suatu
mata uang yang berlaku di negara tersebut Di Indonesia Bank Indonesia yang
mempunyai peran sebagai Bank Sentral. Bank sentral memiliki tanggung jawab
terhadap setiap kebijakan moneter yang diberlakukan oleh setiap negara yang
memiliki lembaga ini. Dibandingkan dengan perbankan lainnya maka bank
sentral tidak memiliki kepentingan profit dalam menjalankan tugasnya karena bank
sentral memiliki tugas sebagai penjaga kebijakan moneter dari pemerintahan yang
sangat berbeda jelas dengan bank bank konvensional di setiap negara. Tugas dari
bank sentral yang utama yaitu menjaga kestabilan dari nilai kurs dalam negeri dalam
hal ini kurs mata uang dari suatu negara, menjaga kestabilan bisnis perbankan dan
juga sistem perekonomian negara secara menyeluruh sehingga bank sentral menjadi
lembaga yang penting dari suatu negara.
2. Bank Umum
merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil dikecamatan dan pedesaan.
BPR ini berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai, dan bank
lainnya yang kemudian dilebur menjadi BPR. Jenis produk yang ditawarkan oleh BPR
relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa
bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPR, seperti giro dan ikut kliring.
1. Pasar Modal
Pasar Modal pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana
(emiten) dengan para penanam modal (Investor). Dalam pasar modal yang
diperjualbelikan adalah efek-efek seperti saham dan obligasi (modal jangka panjang)
Koperasi simpan pinjam membuka usaha bagi para anggotanya untuk menyimpan
uang yang sementara belum digunakan. Oleh petugas koperasi uang tersebut
dipinjamkan kembali kepada para anggota yang membutuhkanya.
3. Pengadaian
4. Leasing
Perusahaan sewa guna (leasing) bidang usahanya lebih ditekankan kepada
pembiayaan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah. Sebagai contoh:
jika seseorang ingin memperoleh barang barang-barang modal secara kredit maka
kebutuhan ini pembayaranya dapat ditutupi oleh perusahaan lasing. Pembayaran
oleh nasabah diangsur sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.
5. Asuransi
6. Dana Pensiun
Bagaimana hubungan kedua lembaga tersebut terhadap para investor dan pencari
dana dapat diuraikan sebagai berikut :
Partisipasi aktif ini tak lepas adanya dorongan dari pada pemilik dana maupun yang
membutuhkan dana., artinya manakala tabungan investor jumlahnya sangat tinggi,
dan mengakibatkan kelebihan kas pada lembaga keuangan dan atas pertimbangan
bisnis lebih menguntungkan melakukan investasi, maka dana lebih tersebut
ditempatkan dengan membeli sekuritas pada pasar keuangan. Selanjutnya manakala
kebutuhan dana meningkat karena adanya permintaan dana dari pencari dana maka
sekuritas tersebut dilepas / dijual pada pasar keuangan dengan asumsi melalui
pertimbangan bisnis. Pelepasan sekuritas dapat pula dilakukan manakala nilai
jual sekuritas sangat menguntungkan.
Setiap negara yang akan melakukan pembangunan memerlukan modal. Modal yang
digunakan dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Secara umum,
sumber dana pembangunan (modal) berasal dari dalam negeri yang berupa
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, investasi modal langsung, penanaman
modal asing, dan kredit ekspor.
Pasar modal mempunyai peran penting dalam kegiatan ekonomi secara makro. Pasar
modal dapat berperan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi
secara optimal. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal
sebagai suatu alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan
dibandingkan dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan. Modal yang
diperoleh dari pasar modal, selain lebih mudah memperolehnya, juga biaya untuk
memperoleh modal tersebut lebih murah.
Pasar modal akan berjalan baik jika informasi yang diperlukan oleh pihak yang
terlibat di dalamnya dapat diperoleh dengan cepat, tepat, dan akurat. Pasar modal
yang dapat berfungsi dengan baik akan dapat meningkatkan kinerja ekonomi melalui
peningkatan pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja, dan semakin
meratanya hasil-hasil pembangunan bagi masyarakat.
Bertambahnya modal yang dapat dihimpun dalam suatu periode oleh suatu
perekonomian akan dapat menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja
bagi perekonomian akan dapat menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan
kerja bagi perekonomian tersebut. Kenaikan modal (investasi) mempunyai hubungan
positif dengan pendapatan nasional. Jika pada suatu periode terjadi pertambahan
modal, maka pendapatan nasional akan meningkat.
Demikian juga dengan penanaman modal terjadi, maka semakin bertambah pula
tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemerataan hasil-hasil pembangunan dapat
diciptakan dari adanya pendistribusian pemilikan perusahaan kepada masyarakat
melalui penjualan saham perusahaan yang ada dalam perekonomian tersebut. Jika
kinerja perusahaan yang go public meningkat, maka masyarakat akan menerima
penghasilan dari saham yang dimiliki berupa dividen, bunga, dan capital gain.
Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal, adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Sedangkan dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian
fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut bursa efek.
Pengertian bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir
yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa efek ini berfungsi
untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui
mekanisme permintaan dan penawaran (Sutrisno, 2013:309).
Pasar modal dapat diartikan juga sebagai pasar yang dikelola secara terorganisir
dengan aktivitas perdagangan sekuritas (surat berharga), seperti obligasi, saham
preferen, saham biasa, waran, dan right dengan menggunakan jasa perantara,
komisioner, underwriter, dan lembaga yang lain yang ada pada pasar tersebut
(Miswanto, 1998:103).
Pasar modal dan industri sekuritas merupakan salah satu indikator untuk menilai
perekonomian suatu negara berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini disebabkan
perusahaan yang masuk ke pasar modal adalah perusahaan-perusahaan besar dan
kredibel di negara yang bersangkutan, sehingga bila terjadi penurunan kinerja pasar
modal bisa dikatakan telah terjadi pula penurunan kinerja di sektor riil. Dan kondisi
tersebut merupakan sinyal telah terjadinya penurunan perekonomian suatu negara.
Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini
mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki
dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan
pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal bisa mencegah
terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Bila suatu negara tidak
ada pasar modal, kemungkinan besar akan terjadi capital flight karena tidak adanya
sarana investasi bagi para pemilik dana. Oleh karena itu pasar modal mempunyai
beberapa fungsi antara lain adalah (Sutrisno, 2013:310):
Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah
satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal
selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan
secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan
bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa
ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan
adanya legal lending limit atau batas maksimal pemberian kredit (BMPK). Sehingga
bila perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat
dengan aturan perbankan tersebut. Oleh karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar
modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa
ada batasan besarnya dana.
instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa
dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya
atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah
satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau
investasi langsung lainnya.
Ada beberapa manfaat pasar modal yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan
penerbit sekuritas (emiten), pemodal (investor), pemerintah maupun lembaga
penunjang pasar modal.
5. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan.
2. Memperoleh dividen bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga tetap
atau bunga mengambang bagi yang memiliki obligasi.
3. Memperoleh hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) bagi
pemegang saham dan mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang obligasi
(RUPO) bagi pemegang obligasi.
2. Mendorong investasi.
Pasar modal di Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa
Efek Batavia pada akhir tahun 1912. Tujuan didirikannya bursa efek tersebut untuk
memobilisasi dana dalam rangka membiayai perkebunan milik Belanda yang saat itu
dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia. Pendirian bursa efek di Batavia
diikuti dengan pendirian bursa efek di Semarang dan di Surabaya pada tahun 1955.
Dengan berbekal pengalaman di negeri Belanda, bursa efek tersebut mengalami
perkembangan yang pesat sampai akhirnya terhenti dengan adanya perang dunia
kedua. Selanjutnya memasuki era kemerdekaan, Bursa Efek Indonesia kembali
diaktifkan dengan diterbitkannya obligasi pemerintah dan diberlakukannya UU
darurat tentang Bursa No. 13 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU No.
15 tahun 1952. Namun usaha mengaktifkan bursa efek tidak mengalami
perkembangan sampai dekade 1970-an. Pemerintah mulai mengaktifkan kembali
pasar modal di Indonesia tahun 1976 dengan dikeluarkannya Keppres No. 52 tahun
1976 tentang Pasar Modal. Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1977, pemerintah
membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) serta PT. Danareksa.
Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi emiten dan wadah investasi
bagi pemodal melibatkan berbagai pihak. Agar tercipta iklim investasi yang baik, dan
berlakunya pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan yang baik diperlukan
pengelolaan pasar modal efektif dan efisien. Ada beberapa lembaga yang mengelola
pasar modal, yaitu:
Anggota :
Tugas pokok BAPEPAM menurut Keppres No. 53 tahun 1990 tentang pasar modal
adalah:
ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan wajar, dan efisien serta
melindungi
1. Reksa dana
2. Bursa efek
5. Lembaga penunjang pasar modal yaitu: Tempat Penitipan Harta, Biro Administrasi
Lembaga penunjang di pasar perdana ini nantinya yang membantu perusahaan atau
emiten yang akan go public untuk menawarkan sahamnya yang dijual langsung
kepada masyarakat.
Penjamin emisi ini mempunyai tugas yang amat vital dalam proses go public, sebab
penjamin emisi inilah yang memandu emiten sejak emiten menyatakan kehendak
untuk menjual sahamnya sampai efek didaftarkan ke bursa. Tugas penjamin emisi ini
antara lain
(1) memberikan nasihat kepada emiten mengenai jenis efek, harga yang wajar, dan
jangka waktu yang layak untuk obligasi,
(4) Notaris
Sebelum perusahaan go public terlebih dulu harus melaksanakan Rapat Umum
Pemegang Saham yang salah satu agendanya membahas rencana go public. Tugas
notaris adalah membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta perubahan
Anggaran Dasar, dan menyiapkan naskah- naskah perjanjian dalam rangka emisi efek.
Tugas agen penjual lebih diutamakan untuk melayani penjualan efek kepada investor
serta mengembalikan dana (refund) bila terjadi kelebihan permintaan, dan
penyerahan efek kepada investor.
Perusahaan penilai atau appraisal ini akan dimanfaatkan bila emiten akan
mengadakan revaluasi terhadap aktivanya, agar diperoleh gambaran yang riil
mengenai besarnya aset perusahaan, yang akan digunakan sebagai dasar dalam
melakukan go public.
Pasar sekunder merupakan jual beli efek yang terjadi di bursa, sehingga lembaga-
lembaga penunjang di pasar sekunder lebih banyak untuk membantu memperlancar
perdagangan efek di bursa.
Pedagang efek ini kegiatannya adalah melakukan pembelian dan penjualan efek
untuk keuntungan perusahaannya sendiri. Pedagang efek inilah yang bisa
menghidupkan gairah pasar modal.
Pada dasarnya yang bisa melakukan perdagangan di bursa adalah perusahaan yang
sudah terdaftar di bursa, sehingga individu tidak bisa melakukan transaksi secara
langsung ke bursa, tetapi harus melalui perantara yakni broker atau pialang. Dengan
demikian tugas broker ini adalah melakukan transaksi jual beli efek untuk
kepentingan orang lain, broker hanya sebagai perantara. Dan atas jasanya akan
mendapatkan fee tertentu dari para investor.
Biro Administrasi Efek merupakan lembaga penunjang pasar modal yang berperan
menyelenggarakan administrasi perdagangan efek. Lembaga ini secara teratur
menyediakan jasa-jasa untuk emiten dalam melaksanakan pembukuan, transfer dan
pencatatan, pembayaran dividen, dan membuat laporan tahunan.
Instrumen yang bisa diterbitkan oleh emiten selain saham adalah obligasi, yakni surat
hutang berjangka panjang dengan nilai nominal tertentu dan setiap tahun
membayarkan bunga. Untuk mengeluarkan obligasi ini, lembaga penunjang yang
terlibat adalah (Sutrisno, 2013:315):
Wali amanat ini merupakan lembaga yang mewakili pemegang obligasi dalam
melakukan kontrol terhadap emiten. Lembaga ini bertugas menganalisis kemampuan
emiten, melakukan penilaian kekayaan emiten, memberikan nasihat, melakukan
pengawasan, dan memantau secara terus menerus perkembangan emiten, dan juga
berfungsi sebagai agen pembayar. Apabila diperlukan wali amanat, bisa memanggil
Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).
Agen pembayar bertugas melakukan pembayaran bunga obligasi dan nilai nominal
obligasi pada saat jatuh tempo.
(1) Investor, yakni instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen pasar
modal yang tujuan pemilikan efeknya untuk jangka panjang. Contohnya yayasan
dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan-perusahaan lainnya.
(2) Speculator, adalah instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen
investasi pasar modal untuk tujuan jangka pendek. Biasanya pemain ini di bursa lebih
banyak.
(3) Acquisitor, merupakan instansi yang tujuan dalam pembelian saham untuk ikut
mengendalikan perusahaan yang mengeluarkan saham. Biasanya acquisitor ini akan
masuk pasar modal bila terjadi penjualan saham secara besar-besaran melalui tender
over, sehingga bisa membeli dalam porsi besar dan bisa ikut dalam manajemen
perusahaan.
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek)
yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990, yang dimaksud
dengan efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersiil, saham,
obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right, warrant, opsi atau setiap derivatif
dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh BAPEPAM sebagai efek. Sifat
efek yang diperdagangkan di pasar modal (bursa efek) berjangka waktu panjang.
Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek di Indonesia saat ini
adalah saham dan obligasi (Martono, 2014:392-396).
A. Saham
Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perusahaan. Ada beberapa jenis saham dalam praktek, yang dapat dibedakan
menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham.
Di atas sertifikat tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas
unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya
kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk harus
berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena kalau saham tersebut hilang,
maka pemilik tidak dapat memintakan gantinya. Di Indonesia, PT. Zebra Taxi yang
berada di Surabaya adalah satu-satunya perusahaan yang pernah menerbitkan saham
atas unjuk dengan nilai nominal tertentu yang dulu didaftarkan di bursa paralel.
Di atas sertifikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen
peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang
khusus memuat daftar nama pemegang saham. Kalau sertifikat ini hilang, pemilik
dapat meminta ganti. Di Indonesia selain PT. Zebra Taxi, semua perusahaan yang
menerbitkan saham merupakan saham atas nama.
(1) Saham biasa
Saham biasa (common stock atau common share) biasanya selalu ada dalam struktur
modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain:
a. Saham unggulan (blue chips). Saham yang diterbitkan besar, yang telah
memperlihatkan kemampuan dalam memperoleh keuntungan dan pembayaran
dividen.
b. Growth stocks. Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang laba dan pangsa
pasarnya mengalami perkembangan.
c. Emerging growth stocks. Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif
lebih kecil tetapi mempunyai daya tahan yang kuat dalam kondisi ekonomi yang
kurang baik.
d. Income stocks. Yaitu saham yang membayar dividen melebihi jumlah rata-rata
pendapatan.
f. Defensive stocks. Yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil
dari periode atau kondisi yang tidak menentu.
(2) Saham preferen
Saham preferen (preferred stocks) dalam praktek terdapat beberapa jenis yaitu:
Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen
yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Sehingga jika
pada tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar
sama sekali, maka hal ini diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
Pemilik saham ini selain memperoleh dividen tetap juga memperoleh dividen
tambahan (extra dividend).
B. Obligasi
Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, tergantung sudut mana kita
melihatnya, diantaranya dari sudut pengalihannya, jangka waktu, jaminan atas
obligasi, dan bunga yang dibayarkan, dan sebagainya.
Berdasarkan dari cara pengalihan obligasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
obligasi atas unjuk dan obligasi atas nama.
Ciri-ciri obligasi antara lain: nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi,
kupon bunga yang dibayarkan tercantum dalam sertifikat, sangat mudah
dipindahtangankan, sertifikat dan kupon yang hilang tidak dapat diganti, dan
sebagainya. Pada umumnya obligasi di Indonesia adalah jenis obligasi atas unjuk.
Pada obligasi atas nama untuk pokok pinjaman, nama pemilik dan kupon bunga
tercantum dalam sertifikat. Sedangkan obligasi atas nama untuk bunga dan nama
pemilik tidak tercantum dalam sertifikat tetapi dicatat di perusahaan emiten guna
mempermudah dalam pengiriman bunga.
Berdasarkan jaminan yang diberikan obligasi ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
obligasi dengan jaminan (secured bonds) dan obligasi tanpa jaminan (unsecured
bonds).
Obligasi ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan kecil yang kekurangan dana.
Perusahaan ini biasanya berafiliasi atau menjadi anak perusahaan dari perusahaan
yang lebih besar. Perusahaan besar inilah yang memberikan jaminan terhadap
pelunasan pokok dan bunga obligasi dalam bentuk garansi.
b. Mortgage bond (obligasi dengan jaminan real estate)
Obligasi ini dikenal juga dengan jaminan hipotek. Nilai jaminan yang diberikan
perusahaan penerbit obligasi tentu melebihi dari obligasi yang diterbitkan.
Obligasi ini dijamin dengan efek yang dimiliki emiten dalam bentuk portofolio.
Kemungkinan pula emiten menjamin saham-saham anak perusahaannya.
Jaminan yang diberikan bagi pemegang obligasi ini adalah berupa equipment yang
dimiliki oleh perusahaan penerbit obligasi dan equipment tersebut digunakan sehari-
hari, misalnya pesawat untuk perusahaan penerbangan.
a. Debenture bond
Pada obligasi ini tidak ada aset yang menjadi jaminan, kecuali kejujuran, nama baik,
dan kesediaan membayar. Obligasi pemerintah biasanya memiliki sifat seperti ini.
Biasanya memiliki tingkat klaim yang lebih rendah dari semua obligasi emiten yang
beredar. Obligasi ini bunganya sangat tinggi, karena tingkat risiko tinggi dan
keamanannya paling rendah.
Obligasi ini memberikan bunga tetap yang dibayar setiap periode tertentu, dan pada
waktu jatuh tempo pokok pinjaman dibayarkan kepada pemegang obligasi.
Obligasi ini tidak mempunyai jatuh tempo, sehingga penerbit obligasi tidak
mempunyai kewajiban mengembalikan hutang kecuali jika perusahaan dilikuidasi.
Keuntungan yang diharapkan pemegang obligasi ini adalah bunga yang dibayar
secara periodik selama perusahaan berjalan.
C. Opsi (Option)
Option atau opsi di Indonesia belum umum diperdagangkan, namun dalam praktek
di luar negeri instrument ini sangat popular. Dalam penerbitan option terdapat dua
pihak yang terkait yaitu penulis (writer) dan pemegang (holder) option. Option ini
adalah efek yang bukan diterbitkan emiten. Ada dua istilah dalam option yaitu call
dan put option, call option memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
saham pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Harga ini lazim disebut
exercise price atau striking price. Sedangkan jika memiliki put option maka kita
memperoleh hak untuk menjual saham tertentu dengan harga dan hari yang telah
ditentukan.
Warrant adalah salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Syarat-syarat tersebut biasanya mengenai:
harga saham yang akan dibeli (tanpa menghiraukan harga pasar), jumlah saham yang
dapat dibeli. Masa berlaku warrant biasanya 5-10 tahun.
Perusahaan dapat mendapatkan dana dari publik (masyarakat) atau dari privat (orang
atau lembaga tertentu). Untuk mendapat dana dari publik (masyarakat), perusahaan
dapat melakukan public issue dan untuk mendapatkan dana kalangan tertentu,
perusahaan dapat melakukan privat placement. Public issue adalah menjual sekuritas
obligasi atau saham kepada masyarakat umum, sedangkan privat placement adalah
menjual sekuritas saham atau obligasi kepada beberapa investor yang terbatas
(kadang-kadang hanya satu investor).
F. Privileged Subscription
Selain menerbitkan sekuritas untuk dijual kepada investor, perusahaan dapat
menawarkan privileged subscription kepada para pemegang saham. Privileged
subscription adalah menjual sekuritas baru yang mana pemegang saham yang ada
diberi preferensi dalam pembelian sekuritas untuk menambah proporsi jumlah
lembar saham yang mereka telah miliki. Metode penawaran ini disebut juga
penawaran hal (right offering).
G. Right
Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli
tambahan penerbitan saham baru. Hak ini biasanya dicantumkan dalam anggaran
dasar perusahaan. Ada dua tujuan diadakannya right yaitu:
TOPIK 3
MANAJEMEN KAS
Kas dibutuhkan dalam kegiatan operasi perusahaan seperti untuk membayar gaji dan
biaya-biaya tunai lain yang timbul dari operasi perusahaan, pembelian bahan baku
dan aktiva tetap, pembayaran deviden, pelunasan hutang, dll. Karena itu jumlah kas
dalam perusahaan harus bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut, agar operasi
perusahaan tidak terganggu. Seringkali keberhasilan dalam sebuah perusahaan,
tergantung kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk kegiatan operasi
atau membayar kewajiban financial tepat pada waktunya.
a. Motif transaksi
Karena aliran kas masuk tidak sama denga aliran kas keluar, maka diperlukan adanya
kas untuk melakukan transaksi usaha, seperti membayar upah tenaga kerja, pajak,
deviden, pengadaan persediaan.
b. Motif berjaga-jaga
Karena ketidakpastian aliran kas pada masa mendatang, dan kemampuan meminjam
perusahaan untuk menambah kebutuhan dana. Bila perusahaan dapat mengetahui
dengan pasti aliran kasnya maka kebutuhan untuk berjaga-jaga akan relatif kecil
c. Motif spekulatif
Ini berarti, perusahaan berusaha menyesuaikan waktu arus kas masuk denga arus kas
keluar, sehingga anggaran kas dapat diperkecil
2) Menggunakan float
Float menggunakan perbedaan antara saldo yang ada pada buku cek perusahaan,
dengan saldo catatan pada bank. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu antara
penulisan cek dengan pencairan cek di bank. Perusahaan akan mempercepat
pencairan cek yang diterima dan memperlambat pencairan pada cek yang
dibayarkan.
Teknik yang ketiga adalah pre-authorised debit system, yaitu dana secara otomatis
ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening perusahaan pada hari yang telah
ditentukan.
5) Mengontrol pembayaran
Pada dasarnya kelebihan kas akan diinvestasikan ke dalam surat berharga
yang likuid. Walaupun tingkat pengembalian yang dihasilkan dari surat berharga
lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lainnya, tapi surat berharga dapat dengan
segera dirobah menjadi kas pada saat dibutuhkan. Surat berharga digunakan sebagai
investasi temporer yang timbul akibat adanya kebutuhan dana perusahaan yang
bersifat musiman, dan kewajiban financial yang telah diketahui atau diprediksi
sebelumnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan surat berharga, yaitu:
Yaitu resiko ketidakmampuan penerbit surat berharga membayar kembali bunga dan
pokok pinjaman.
Yaitu resiko yang timbul karena perubahan suku bunga di pasar, yang menyebabkan
perubahan pengembalian dan harga surat berharga.
d. Resiko inflasi (inflantion risk / marketability risk)
Yaitu resiko turunnya daya beli dari pendapatan yang berasal dari surat berharga
dikarenakan inflasi.
Yaitu resiko tidak terjualnya surat berharga pada harga yang wajar.
Karena tujuan membeli surat berharga adalah sebagai cadangan kas (cash reserve),
maka manejer sebaiknya memilih surat berharga yang mempunyai resiko rendah,
dengan konsekuensi rendahnya return yang diterima.
Untuk menentukan jumlah kas yang optimal, digunakan asumsi: bila perusahaan
mengalami kelebihan kas, maka kelebihan kas akan diinvestasikan dalam bentuk
surat berharga. Hal ini dapat dilakukan sepanjang tidak mempersulit perusahaan
melakukan pembayaran. Jika merubah surat berharga menjadi kas dan sebaliknya
tidak menimbulkan biaya, maka sebenarnya perusahaan tidak memerlukan kas.
a. Model Persediaan
Model ini dikembangkan oleh William Baumol, yang pada prinsipnya menggunakan
model persediaan untuk menentukan Economic Order Quantity (EOQ) guna
menentukan jumlah kas optimal. Model ini hanya bisa digunakan untuk kondisi
kepastian kas, dengan asumsi bahwa keputusan kas perusahaan relatif stabil dan
dapat diperkirakan, serta arus kas masuk dari operasi juga relatif stabil.
Pada model persediaan, jumlah kas yang optimal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
C=√((2.F.T)/k)
Keterangan:
F = Ficed cost atau biaya tetap untuk menjual dan membeli surat berharga
T = Jumlah kas yang dibutuhkan untuk mendanai transaksi selama satu periode
k = Opportunity costn da atau biaya kesempatan dari memegang uang tunai,
besarnya sama dengan tingkat keuntungan yang diperoleh jika membeli surat
berharga
Menurut model ini, total biaya untuk mempertahankan kas akan teurdiri dari total
biaya transaksi merubah surat berharga menjadi kas dan sebaliknya, ditambah
dengan total opportunity cost atau biaya kesempatan karena memegang kas. Biaya-
biaya ini dapat dihitung dengan persamaan:
Pada saat menggunakan model persediaan, total biaya untuk mempertahankan kas
akan minimum, dimana pada saat itu total biaya transaksi sama dengan total biaya
kesempatan.
Contoh: Kebutuhan kas PT. Berkah rata-rata setiap tahunnya Rp 180 juta. Biaya untuk
merubah kas menjadi surat berharga dan sebaliknya adalah Rp 250.000 tingkat
pengembalian tahunan dari surat berharga diketahui sebesar 10%. Dari data ini
tentukan:
1) Berapakah biaya kas yang optimal atau nilai obligasi yang harus dijual setiap
kali transaksi
Jawab:
1) Jumlah kas optimal atau nilai obligasi yang harus dijual setiap kali transaksi
C=Rp 30 juta
C=(Rp 30 juta)/2
C=Rp 15 juta
3) Jumlah transaksi yang terjadi dalam setahun
C=(Rp 30 juta)/2
C=Rp 15 juta
= Rp 3 juta
Dalam kondisi ketidakpastian terhadap kebutuhan dan penerimaan kas operasi, yang
lazimnya dialami suatu perusahaan, penerapan model persediaan kurang cocok.
Model yang lebih baik digunakan untuk kondisi ini adalah model penentuan kas
optimal yang mempertimbangkan unsur ketidakpastian. Model ini dikembangkan
oleh Merton Miller dan Daniell Orr, yang disebut dengan model stokhastik.
Pada dasarnya model ini menentukan batas atas dan batas bawah dari fluktuasi kas
perusahaan. Apabila kas yang dimiliki perusahaan mencapai batas atas, maka
perusahaan akan membeli sura berharga untuk menurunkan saldo kas. Sebaliknya
jika saldo kas perusahaan mencapai batas bawah, maka perusahaan akan menjual
surat berharga yang dimilikinya, untuk menambah jumlah kas. Selama kas
perusahaan masih berada antara batas atas dan batas bawah, perusahaan tidak
melakukan transaksi.
Besarnya batas atas dan batas bawah saldo kas perusahaan ditentukan oleh
manajemen, dengan mempertimbangkan biaya tetap setiap transaksi surat berharga,
dan biaya kesempatan karena mempertahankan kas. Miller-Orr menetapkan batas
bawah sebesar nol, tapi batas atas sebesar h, atau bisa lebih dari 0.
Adapun rumus untuk menentukan saldo kas optimal menurut Miller-Orr dalam
Sartono (2010: 426) dan Atmaja (1999: 389-390) adalah sebagai berikut:
Z=∛(〖3br〗^2/4i)
H = 3Z – 2L
Keterangan:
i = bunga
Contoh: Pengbesar eluaran kas setiap hari perusahaan PT. SBC bersifat acak. Varians
arus kas ditaksir sebesar Rp 1.000. kas yang menganggur bisa diinvestasikan ke
dalam surat berharga dengan tingkat keuntungan 18% per tahun. Biaya transaksi
untuk mengkonversikan surat berharga sebesar Rp 500 per transaksi. Dari data ini
tentukanlah:
Jawab:
Z=∛((3(500)(1000))/(4(0,018/360)))
=Rp 908,56
H = (3 x Rp 908,56) – (2.0)
H = Rp 2.725,68
= Rp 1.211,47
Catatan :
Untuk memudahkan anda memahami topik ini, anda dapat melihat penjelasan
rincinya pada link
TOPIK 4
MANAJEMEN MODAL KERJA
Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen
atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Manajemen modal kerja
yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan
dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk
memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya
akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal
kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Menurut Weston dan Brigham dalam Sawir (2001: 129) modal kerja merupakan
investasi perusahaan dalam jangka pendek seperti kas, surat berharga, piutang dagang,
dan persediaan. Investasi jangka pendek berbeda dengan investasi jangka panjang
dalam periode perputaran investasi. Investasi jangka pendek memerlukan waktu
berputar yang lebih singkat dari satu priode normal perusahaan, sedangkan investasi
jangka panjang membutuhkan waktu yang lebih lama dari periode normal perusahaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :
1. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aset lancar sehingga tingkat
pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang
digunakan untuk membiayai aset-aset tersebut.
2. Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset lancar.
3. Pengawasan terhadap arus dana dalam aset lancar dan ketersediaan dana dari
sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya
pada saat jatuh tempo.
Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan atas 3 (tiga) konsep,
yaitu :
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini didasarkan pada kuantitas atau jumlah dana yang tertanam pada aktiva
lancar atau investasi jangka pendek. Pengertian modal kerja pada konsep ini, modal
kerja merupakan seluruh aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Modal kerja pada
konsep ini disebut dengan modal kerja bruto (Gross Working Capital)
b. Konsep Kualitatif
Konsep ini didasarkan pada jumlah aktiva lancar yang benar-benar bisa dimanfaatkan
perusahaan untuk membiayai operasinya, tanpa mengganggu likuiditas perusahaan.
Modal kerja pada konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar dari hutang lancar
yang dimiliki perusahaan. Modal kerja pada konsep ini disebut dengan modal kerja
nett (Net Working Capital )
c. Konsep Fungsional
Konsep ini didasarkan pada fungsi dari dana yang menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang
seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sebagian lagi
digunakan pada periode tersebut, tetapi tidak menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut, melainkan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-
periode yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode
berikut (future income).
Modal kerja pada konsep ini adalah seluruh dana yang digunakan pada periode
akuntansi, yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut
(current income), yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan. Jika
tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan, maka dana yang
menghasilkan current income disebut dengan modal kerja potensial.
Berkaitan dengan pengertian modal kerja dari ketiga konsep tersebut di atas dapat
diberikan contohnya sebagai berikut:
Neraca
Persediaan 100.000
Gedung Rp 60.000.000,-
Mesin Rp 35.000.000,-
Jawab :
Jumlah modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah keseluruhan dari jumlah aset lancar,
sehingga modal kerjanya adalah sebesar Rp 260.000.000,-
Jumlah modal kerja menurut konsep kualitatif adalah selisih antara aset lancar dengan utang
lancar, yaitu 260.000.000 – Rp 125.000.000 = Rp 135.000.000,-
Jumlah modal kerja menurut konsep fungsional adalah :
Modal Kerja :
Persediaan Rp 100.000.000,-
Jumlah Rp 283.000.000,-
Tanah Rp 150.000.000,-
Gedung Rp 240.000.000,-
Mesin Rp 215.000.000,-
Jumlah Rp 605.000.000,-
Catatan :
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan konsep modal kerja dapat
anda simak pada video pembelajaran berikut ini
Merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan aktivitasnya. Modal kerja ini diperlukan secara terus menerus untuk
kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan menjadi:
Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis. Artinya, jika rata-rata produksinya
selama 6 bulan adalah 2.000 unit per bulan, maka dapat dikatakan bahwa kapasitas
produksi normalnya adalah 2.000 unit. Jika 6 bulan berikutnya rata-rata produksi
adalah 3.000 unit per bulan, maka kapasitas produksi normalnya berubah menjadi
3.000 unt.
Modal kerja variable adalah modal kerja yang penggunaannya selalu mengalami
perubahan sesuai dengan keadaan. Perubahan tersebut dikarenakan fluktuasi musim,
fluktuasi konjungtur, dan perubahan yang sifatnya darurat, sehingga modal kerja
variable dibedakan atas :
Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya.
1. Volume Penjualan
Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil.
Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat luasnya
sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil
yang sangat tergantung hanya pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil,
tidak tertagihnya beberapa piutang para pelanggan dapat sangat mempengaruhi
unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.
3. Aktivitas Perusahaan
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang
dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki
piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja
suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.
4. Perkembangan Teknologi
Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah
modal kerja yang relative besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba
perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih
besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi
yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan
mempunyai persediaan barang yang cukup.
TOPIK 5
Merupakan kebijakan untuk mendanai aktiva lancar berfluktuasi atau modal kerja
variabel dengan sumber dana jangka pendek, dan aktiva lancar permanen atau
modal kerja permanen, serta aktiva tetap, dengan sumber dana jangka panjang.
Sumber dana jangka panjang yang dapat digunakan perusahaan, bisa berupa hutang
jangka panjang, atau modal sendiri. Kebijakan ini dimaksudkan untuk resiko, jika
perusahaan menggunakan sumber dana jangka pendek untuk aktiva lancar
permanen dan aktiva tetap, yaitu tidak dapat membayar kembali kewajiban pada saat
jatuh tempo.
2. Kebijakan Modal Kerja Konservatif (concervative approach)
Merupakan kebijakan untuk mendanai aktiva tetap, aktiva lancar permanen atau
modal kerja permanen dan sebagian aktiva lancar berfluktuasi atau modal kerja
variabel, dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, dan sebagian lagi dari
aktiva lancar berfluktuasi atau modal kerja variabel dengan sumber dana jangka
pendek. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkecil resiko tidak terbayarnya
kewajiban, walaupun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan. Sebab sumber
dana jangka panjang membutuhkan biaya dana yang lebih besar.
3. Kebijakan Modal Kerja Agresif (Agresive Approach)
Merupakan kebijakan untuk mendanai aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar
permanen atau modal kerja permanen, dengan sumber dana jangka panjang.
Sedangkan sebagian aktiva lancar permanen atau modal kerja permanen yang lain,
dan aktiva lancar berfluktuasi didanai dengan sumber dana jangka pendek.
Pendekatan ini akan menyebabkan sumber dana jangka pendek akan lebih besar
dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar, karena menanggung biaya dana yang lebih kecil. Akan
tetapi kebijakan ini juga akan memperbesar resiko tidak terlunasinya kewajiban tepat
waktu.
1) Kebijakan konservatif dengan menetapkan jumlah aset lancar sebesar 55% dari
penjualan.
2) Kebijakan moderat dengan menetapkan jumlah aset lancar sebesar 50% dari
penjualan.
3) Kebijakan agresif dengan menerapkan jumlah aset lancar sebesar 40% dari
penjualan.
Jawab :
Keterangan Alternatif Kebijakan Model Kerja
Konservatif Moderat Agresif
Penjualan 70.000.000,- 70.000.000,- 70.000.000,-
Current Ratio
131,62% 127,12% 116,67%
Penjelasan perhitungan Tabel
Earning after Tax (EAT) = Laba Bersih setelah Pajak
Equity = Modal sendiri
Return on Equity (ROE) = (Laba Bersih setelah Pajak / Equity) x 100%
Kebijakan Modal Konservatif
ROE = (Rp 6.770.625/ Rp 29.250.000) x 100%
= 23,15% artin ya setiap penggunaan Rp 1 modal sendiri mendapatkan laba
bersih sebesar Rp 0,2315
Kebijakan Modal Moderat
ROE = (Rp 6.993.750/ Rp 27.500.000) x 100%
= 25,43% artinya setiap penggunaan Rp 1 modal sendiri, mendapatkan laba
bersih sebesar RP 0,2543
Kebijakan Modal Agresif
ROE = (Rp 7.440.000/ Rp 24.000.000) x 100%
= 31,00% artinya setiap penggunaan Rp 1 modal sendiri, mendapatkan laba
bersih sebesar Rp 0,3100
Menurut Sartono (2010: 390) ada tiga metode yang bisa digunakan untuk
menentukan kebutuhan modal kerja suatu perusahaan, yaitu metode perputaran
modal kerja, metode keterikatan dana dan metode aliran kas. Ketiga metode ini
memberikan perhitungan yang berbeda terhadap kebutuhan modal kerja. Hal ini
disebabkan karena perbedaan pengertian modal kerja pada masing-masing metode.
Sebagai contoh: perusahaan ABC pada tahun 2018 mempunyai penjualan sebesar Rp
320 juta. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun 2018
sebagai berikut:
2017 2018
Kas Rp 4.000.000 Rp 5.000.000
Piutang Rp 15.000.000 Rp 30.000.000
Persediaan Rp 40.000.000 Rp 45.000.000
Total Aktiva Rp 59.000.000 Rp 80.000.000
Lancar
Perusahaan memperkirakan penjualan tahun 2019 meningkat menjadi Rp 380 juta. Peningkatan penjualan menyebabkan peningkatan kebutuhan
modal kerja. Untuk menaksir jumlah modal kerja yang dibutuhkan tahun 2019, dapat dilakukan dengan menghitung perputaran setiap elemen
yang membentuk modal kerja, yaitu:
Rata-rata Kas 2017 dengan 2018 = (Rp 4.000.000 +Rp 5000.000)/2 = Rp 4.500.000
=320.000.000/4.500.000
= 71,11 kali
=320.000.000/22.500.000
=14,22 kali
Rata-rata Persediaan tahun 2017 dengan 2018 = (Rp 40.000.000 + Rp 45.000.000)/2 = Rp 42.500.000
=7,53x
Dari hasil perhitungan, dapat dikatakan bahwa periode terikatnya dana pada modal kerja adalah 78 hari. Dengan demikian perputaran modal
kerja untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:
Perputaran modal kerja 2018 = Jumlah hari dalam setahun / periode terikatnya dana pada modal kerja
= 4,62 x
Dari perputaran modal kerja di tahun 2018 dapat diperkirakan kebutuhan modal kerja tahun 2019 dengan rumus dan perhitungan sebagai berikut:
Karena jumlah aktiva lancar di akhir tahun 2018 sebesar Rp 80 juta, tambahan aktiva lancar yang diperlukan untuk operasi perusahaan adalah
sebesar Rp 2.251.082,25,- (Rp 82.251.082,25 – Rp 80.000.000)
5.3 Menaksir Jumlah Modal Kerja dengan Metode
Keterikatan Dana
Metode Keterikatan Dana
Ada dual hal penting yang harus diperhatikan pada metode ini:
1) Kebutuhan modal kerja, sebagiannya mungkin telah disediakan oleh pihak lain,
dalam bentuk pendanaan spontan.
2) Modal kerja dalam bentuk piutang, seharusnya tidak memasukkan unsur laba.
Bisa dikatakan bahwa modal kerja pada metode keterikatan dana mempunyai
pengertian, selisih antara aktiva lancar (tidak termasuk laba dalam perkiraan atau
rekening piutang) dengan pendanaan spontan. Sebagai contoh: PT XYZ, merupakan
perusahaan yang menghasilkan dan menjual roti. Untuk menghasilkan roti sebanyak 100
bungkus diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:
Tepung terigu dapat dibeli secara kredit kepada pemasok tetap perusahaan dan dilunasi
setelah 4 hari setelah pembelian, sedangkan mentega dibeli secara tunai. Untuk
mendapatkan telur yang bagus, perusahaan membayar dimuka, 2 hari sebelum
diantarkan pemasok. Mengolah bahan menjadi roti hanya dibutuhkan waktu setengah
hari, kemudian pada hari itu juga roti diantarkan ke toko-toko dan swalayan. Uang dari
hasil penjualan diterima pada hari kelima setelah roti diantar.
Selain untuk keperluan bahan-bahan pembuat roti, perusahaan mengeluarkan biaya gaji
untuk pekerja sebesar Rp 15.000 per hari, biaya transportasi Rp 5.000 per hari dan
pemilik selalu mengambil prive sebesar Rp 300.000,- per bulan. Sedangkan untuk
berjaga-jaga, ditetapkan saldo kas minimal yang harus tersedia dalam perusahaan
sebesar Rp 20.000.- Dari data-data yang ada, berapakah kebutuhan modal kerja PT XYZ?
Untuk menghitung modal kerja perusahaan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jumlah hari terikatnya dana modal kerja untuk setiap elemen pembentuk
modal kerja, yaitu:
Tepung terigu
Telur
Mentega
Pengolahan dan pengantaran 1 Hari
Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 6 hari
Kebutuhan modal kerja berdasarkan lama terikatnya dana adalah sebagai berikut:
Metode ini pada dasarnya sama dengan penyusunan anggaran kas. Bedanya pada arus
kas yang digunakan. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja, arus kas yang
digunakan hanya arus kas yang berhubungan dengan pengeluaran dan penerimaan kas
yang berasal dari operasi sehari-hari. Jadi tidak termasuk pengeluaran kas berupa
pembelian aktiva tetap, pelunasan hutang jangka panjang, dan sebagainya. Besarnya
modal kerja yang dibutuhkan dari total defisit kas masuk dengan kas keluar, sampai
akhirnya terdapat surplus kas.
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan
utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya
utang, akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan.
Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian di luar negeri
menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai sekitar 20% dari nilai perusahaan. Biaya
tersebut mencakup dua hal:
1. Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya
pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis.
2. Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan,
perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan perusahaan secara
normal. Misal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena
mengkhawatirkan kemungkinan tidak terbayar.
Biaya lain dari peningkatan utang adalah meningkatnya biaya keagenan utang (agency
cost of debt). Jika utang meningkat, maka konflik antara pemegang utang dengan
pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang utang akan meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang utang akan
semakin meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan bisa
dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat,
menambah jumlah akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan tingkat bunga.
1.Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
(keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
Teori tersebut tidak mengindikasikan target struktur modal. Teori tersebut menjelaskan
urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang
optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Teori pecking order bisa
menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru
mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
SIGNALING THEORY
Menurut Myers dan Majluf (1977), ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak
luar: manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan
dibandingkan dengan pihak luar.
AGENCY THEORY
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manajer
adalah konsep free-cash flow (Jensen, 1985). Free-cash flow dalam konteks ini
didefinisikan sebagai aliran kas yang tersisa sesudah semua usulan investasi dengan NPV
positif didanai. Tetapi ada kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya
(termasuk free-cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut.
Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan free-cash flow.
Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan
kas dari perusahaan (untuk membayar bunga).
TOPIK 6
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Mengingat hal itu ada kecenderungan bahwa perusahaan akan lebih suka untuk
mempunyai persediaan yang besar karena perusahaan akan memiliki fleksibilitas dalam
melakukan produksi dan penjualan. Namun perlu pula diingat bahwa mempunyai
persediaan yang besar juga akan berdampak kepada biaya, yaitu biaya penyimpanan,
biaya keamanan, biaya pemesanan, dan biaya modal untuk mengadakan persediaan itu
sendiri. Oleh karena itu manajer keuangan harus menentukan jumlah persediaan yang
seimbang antara perolehan laba dan risiko dengan berkoordinasi dengan bagian
produksi dan penjualan.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan perlu menyimpan bahan baku, barang dalam
proses dan barang jadi sebagai persediaan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Lead time atau lamanya masa tunggu bahan baku yang dipesan datang.
Semakin lama masa tunggu, semakin besar persediaan yang harus disediakan.
Frekuensi pembelian yang tinggi, menyebabkan jumlah persediaan menjadi lebih kecil
untuk satu periode pembelian.
Dana kadang-kadang menjadi kendala yang serius, jika kebutuhan bahan baku
meningkat. Jumlah persediaan tidak bisa dipenuhi sesuai dengan standar yang ideal jika
dana yang tersedia terbatas.
Daya tahan bahan baku atau barang jadi yang rendah jika tidak dikmbangi dengan
teknologi penyimpanan yang tepat, akan menimbulkan kerusakan kalitas bahan baku
atau barang jadi yang disimpan sehingga perusahaan tidak berani menyimpan dalam
jumlah besar.
Jika perusahaan ingin mempunyai jumlah persediaan yang besar untuk suatu produk
tertentu, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk membeli produk dalam jumlah
besar sehingga perusahaan memperoleh kuantiti diskon. Dengan memanfaatkan kuantiti
diskon, perusahaan dapat meningkatkan laba sepanjang biaya untuk pengadaan
persediaan lebih kecil dari diskon yang diperoleh.
Setiap perusahaan menempatkan pesanan, maka akan terjadi sejumlah biaya. Biaya
variabel yang berkaitan dengan pesanan dapat dikurangi jika frekuensi pesanan yang
dilakukan perusahaan dikurangi daripada seringkali memesan dalam jumlah kecil.
Persediaan yang cukup dapat mengurangi kemungkinan kekurangan barnag yang dapat
mengganggu kegiatan proses produksi sehingga dalam jangka panjang perusahaan
dapat mencapai produksi yang efisien.
Manajer keuangan berkepentingan atas segala jenis persediaan dan sesuai dengan
fungsinya, maka manajer keuangan dalam hubungannya dengan tingkat persediaan
mempertahankannya pada tingkat yang serendah mungkin agar jumlah modal yang
tetanam dalam persediaan tersebut tidak terlalu besar.
Kedudukan manajer keuangan dalam hal ini haruslah dapat bekerja sama dengan
manajer-manajer lainnya untuk menentukan berapa jumlah dari masing-masing jenis
persediaan agar proses produksi dapat berjalan lancar, dan pada saat yang sama biaya-
biaya juga bisa ditekan.
· Bagian Pemasaran
Efektivitas bagian pemasaran seringkali dinilai atas dasar volume penjualan yang dapat
dilakukan sehingga manajer pemasaran akan berusaha untuk mempertahankan jumlah
persediaan barang jadi yang cukup besar untuk menjamin terpenuhinya semua
permintaan terhadap produk perusahaan dengan segera.
· Bagian Produksi
Kepentingan utama bagian produksi ditujukan pada persediaan bahan baku dan barang
dalam proses. Untuk itu manajer produksi menginginkan persediaan bahan baku yang
tinggi untuk menghindari penundaan produksi dan menginginkan persediaan barang
jadi yang tinggi agar biaya produksi per unit rendah.
Bagian Pembelian
a) Setiap produk data diidentifikasi secara jelas dan akurat. Produk dengan nomor
seri, seperti komputer atau mobil, berpotensi menggunakan metode ini.
b) Harga produk mahal. Jam tangan Rolex bisa masuk kategori ini. Alat berat juga
bisa menggunakan metode ini.
Metode ini tidak cocok digunakan untuk produk masal, berharga murah dengan
identifikasi yang menyulitkan. Pada metode identifikasi secara khusus terjadi
keharmonisan antara arus barang dan perhitungan biaya, di mana perhitungan biaya
dapat dilakukan secara persis untuk setiap produk yang terjual.
Sebagai contoh perusahaan menetapkan perhitungan biaya dengan FIFO, tetapi petugas
gudang bisa saja mengambilkan barang yang terdekat dengannya untuk diberikan
kepada pembeli. Pada produk masal akan menjadi sulit untuk membedakan hasil
pembelian awal dan pembelian berikutnya.
Contoh:
Metode LIFO merupakan kebalikan dari FIFO. Dengan ini barang yangdatang lebih akhir
diasumsikan keluar pertama. Beban pokok penjualan mengambil barang lebih akhir,
sedangkan sisa persediaan akhir menggunakan barang dari pembelian lebih awal.
Contoh :
Mengambil contoh dari soal FIFO, maka perhitungan harga pokok penjualan adalah :
22.000 kg x Rp 2.400 = Rp 52.800.000,-
Metode rata-rata adalah metode yang banyak dipakai karena tidak terlalu sensitif
terhadap perubahan harga. Penggunaan metode ini akan menghasilkan laporan laba dan
nilai persediaan di neraca yang moderat, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah
dibanding dengan metode FIFO dan LIFO.
Contoh :
Sebagai ilustrasi atas beragamnya praktik penggunaan metode persediaan, di bawah ini
diberikan contoh catatan atas laporan keuangan beberapa perusahaan dengan berbagai
macam jenis usaha.
1. Metrodata bergerak di bidang penjualan elektronik dan jasa yang berkaitan dengan
komputer. Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih,
mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan berdasarkan metode rata-rata
bergerak. Penyisihan persediaan usang ditetapkan berdasarkan hasil penelaahan
terhadap kondisi setiap jenis persediaan pada akhir tahun.
4. PT Matahari Putra Prima Tbk bergerak dalam bidang penjualan ritel (department
store) kelas menengah ke atas. Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah
antara biaya perolehan, yang dihitung dengan menggunakan metode eceran
konvensional (conventional retail method), atau nilai realisasi bersih (net realizable
method).
TOPIK 7
Model klasik yang paling popular digunakan untuk menentukan tingkat persediaan yang
optimal adalah model Economical Order Quantity atau model Kuantitas Pesanan
Ekonomis. Model ini digunakan oleh perusahaan yang memperoleh barang melalui
pemesanan terlebih dahulu yang tidak dapat dilakukan setiap saat.
Ada dua jenis biaya yang diperhitungkan dalam penggunaan model EOQ, yaitu:
Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi pemesanan.
Semakin tinggi frekuensi pemesanan, semakin besar biaya pemesanan.
Biaya penyimpanan atau pemeliharaan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan di mana perhitungannya dinyatakan dalam persentase dari
nilai rata-rata persediaan atau berdasarkan biaya per unit barang yang disimpan. Biaya
penyimpanan akan semakin besar dengan bertambah besarnya nilai persediaan.
· Sewa gudang
1. Jumlah kebutuhan bahan baku per tahun sudah dapat ditentukan terlebih dulu
secara pasti.
2. Pemesanan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan dapat segera dipenuhi
oleh supplier sehingga tidak terdapat tenggang waktu (lead time) antara saat pemesanan
dengan saat penerimaan bahan baku.
3. Harga untuk setiap unit bahan baku yang dibeli adalah konstan tanpa memandang
kuantitas bahan baku yang dibeli dalam setiap kali pemesanan.
Dimana :
R = Jumlah bahan baku yang dibutuhkan (dalam unit) selama satu periode tertentu
I = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata
persediaan (dalam rupiah)
Contoh Soal:
PT. Kencana Asri membutuhkan bahan baku sebanyak 1.200 kg dengan harga Rp 200,-
per kg. Biaya pemesanan Rp 3.000,- setiap kali pesan. Biaya penyimpanan 40% dari
persediaan rata-rata.
Berdasarkan dari data tersebut, maka EOQ dapat dihitung sebagai berikut :
= 300 kg
2. Pendekatan Secara Tabel (Tabular Approach)
FREKUENSI 1 X 2X 3X 4X 6X 10 X 12 X
PEMBELIAN
Berapa bulan 12 6 4 3 2 12 1
sekali
pesanan
dilakukan
Jumlah unit 1.200 600 400 300 200 120 100
setiap kali
pesan
Nilai 240.000120.000 80.000 60.000 40.000 24.000 20.000
persediaan
(Rp)
Nilai 120.000 60.000 40.000 30.000 20.000 12.000 10.000
persediaan
rata-rata (Rp)
Biaya 48.000 24.000 16.000 12.000 8.000 4.800 4.000
penyimpanan
setahun (40%)
Biaya 3.000 6.000 9.000 12.000 18.000 30.000 36.000
pemesanan
setahun (Rp)
Total biaya 51.000 30.000 25.000 24.000 26.000 34.800 40.000
(Rp)
* Jumlah unit yang dipesan untuk frekuensi 1 kali dalam setahun
= 1200kg/1kali
= 1200kg
* Jumlah unit yang dipesan untuk frekuensi 2 kali dalam setahun (pesanan dilakukan
semesteran atau 6 bulan sekali)
=1200kg/2 kali
=600kg
= (Jumlah unit sekali pesan dengan frekuensi berapa kali )X (Harga per unit pesan)
= 1200kg x Rp 200/kg
=Rp 240.000
Nilai Persediaan untuk frekuensi pesanan 2 kali dalam setahun (6 bulan sekali atau
semesteran)
= 600kg x Rp 200/kg
= Rp 120.000
= Rp 240.000/2
=Rp 120.000
= Rp 120.000/2
= Rp 60.000
= Rp 120.000 X 40%
= RP 48.000
Biaya Penyimpanan setahun untuk frekuensi pesanan 2 kali setahun (6 bulan sekali dalam
setahun atau semesteran)
= Rp 60.000 X 40%
=Rp 24.000
= Rp 3.000 x 1 kali
= Rp 3000
Biaya pemesanan setahun untuk frekuensi pemesanan 2 kali setahun (6 bulan sekali
pesan)
= Rp 3.000 x 2 kali
= Rp 6.000
Dari tabel di atas tampak bahwa total biaya terendah terjadi pada frekuensi pembelian
atau pemesanan sebanyak 4 kali (300 kg setiap kali pesan), yaitu sebesar Rp 24.000,-, dan
pada keadaan ini biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan (carrying cost =
ordering cost).
EOQ dapat dicari secara grafis dengan menggambarkan kuantitas pemesanan pada
sumbu X (horizontal) dan biaya pada sumbu Y (vertical). Gambar 6.2 menunjukkan
perilaku dari biaya. Garis biaya total menunjukkan penjumlahan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan untuk setiap kuantitas pemesanan. Biaya total minimal terjadi pada
titik EOQ, dimana terjadi perpotongan garis biaya pemesanan dan garis biaya
penyimpanan.
Dari gambar di atas tampak bahwa biaya pemesanan (ordering cost) akan semakin
menurun apabila jumlah pemesanan semakin besar untuk setiap kali pemesanan.
Sebaliknya, biaya penyimpanan (carrying cost) akan semakin besar apabila jumlah
pemesanan semakin besar setiap kali pemesanan. Dengan demikian total biaya
persediaan mula-mula akan menurun dengan semakin besarnya jumlah pemesanan,
tetapi sampai pada satu titik total biaya akan meningkat. Titik pada saat total biaya
terendah menunjukkan besarnya jumlah persediaan yang optimal.
Titik pemesanan bahan baku/barang atau reorder point adalah titik yang menunjukkan
harus segera dilakukan pemesanan bahan baku/barang sehingga penerimaan bahan
baku/barang tersebut tepat waktu pada saat persediaan di atas safety stock sama
dengan nol.
Dalam penentuan/penetapan Reorder Point harus diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :
Lead Time: waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai di
perusahaan. Lead Time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang
digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin
besar bahan yang diperlukan selama masa lead time.
Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata per satuan waktu tertentu (Average
Usage).
Persediaan pengaman (Safety Stock): jumlah persediaan bahan minimum yang
harus dimiliki oleh perusahaan
Faktor pengalaman
Faktor dugaan
Faktor biaya
Faktor keterlambatan
Rumus Reorder Point:
Keterangan:
Contoh 1:
Diketahui bahwa kebutuhan bahan baku setahun sebanyak 1.200 kg. ini berarti
kebutuhan bahan baku per hari sebanyak :
= 1200 kg/360
= 3,33 kg
Seandainya lead time 10 hari, maka kebutuhan bahan baku selama lead time = 3,33 kg x
10 = 33,3 kg. Apabila perusahaan tidak menetapkan kebijaksanaan safety
stock, maka Reorder Point = 33,3 kg. sedangkan apabila perusahaan ada
menetapkan safety stock, misalnya sebesar 100 kg, maka Reorder Point = 33,3 kg + 100
kg = 133,3 kg.
Contoh 2 :
1. PT. Demi Tanah Air menetapkan lead time bahan baku A selama 4 minggu,
pemakaian rata- rata sebesar 250 kg per minggu. Tentukan ROP jika:
Jawab:
1. Sistem Komputerisasi
2. Sistem Just in Time
Sistem manajemen persedian ‘just in time’ diperkenalkan pertama kali oleh produsen
mobil Toyota. Dengan sistem ini, persediaan akan ditetapkan dalam jumlah yang
minimum karena perusahaan mengandalkan kemampuan pemasok untuk mengirim
barang dengan cepat dan tepat pada saat dibutuhkan. Untuk dapat menggunakan
sistem ini, maka perusahaan harus mempunyai sistem informasi mengenai persediaan
yang baik dan perusahaan harus pula mempunyai pemasok yang dapat dipercaya dan
dapat mengirim barang dengan cepat.
Haruslah disadari bahwa penggunaan sistem ABC dalam pengendalian persediaan tidak
dapat diterapkan secara universal karena ada beberapa item persediaan yang tidak
terlalu mahal tetapi merupakan salah satu item terpenting dalam proses produksi serta
tidak dapat diperoleh dengan mudah, maka untuk item yang seperti ini memerlukan
suatu perhatian khusus. Item-item tersebut haruslah diperlakukan sebagai persediaan
kelompok A sekalipun dengan menggunakan dasar pemikiran yang diberikan di atas
item tersebut akan dimasukkan ke dalam kelompok B ataupun C.
TOPIK 9
ANALISIS RASIO KEUANGAN
9.1 Pendahuluan
Pengertian Analisis Rasio Keuangan dan Jenis-jenisnya – Analisis Rasio Keuangan
adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek kinerja
operasi dan keuangan perusahaan berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan seperti laporan neraca (balance sheet), laporan aliran kas (cash
flow statement) dan laporan laba-rugi (income statement). Rasio Keuangan ini dapat
digunakan oleh manajemen perusahaan, kreditur atau pemberi pinjaman serta investor
dan para pemegang saham. Rasio Keuangan ini juga digunakan oleh para analisis
sekuritas dan lembaga pemeringkat kredit untuk menilai kekuatan dan kelemahan
berbagai perusahaan yang akan dianalisisnya.
Setiap pihak mempunyai maksud yang berbeda dalam memandang analisa rasio. Bagi
kreditur terutama bank yang akan memberikan kredit jangka pendek sudah tentu
perhatiannya banyak mengarah pada posisi likuiditasnya. Hal ini dengan alasan sampai
seberapa jauh persahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang
segera jatuh tempo
Bagi kreditur atau bank yang mempertimbangkan pemberi kredit jangka menengah atau
jangka panjang akan menekankan pada kemampuan menghasilkan laba, serta tingkat
efisiensi dari pelaksanaan aktivitasnya. Disamping itu faktor prospek usaha, yang antara
lain dapat diketahui melalui trends permintaan akan produk yang akan diusahakan
perusahaan juga merupakan pertimbangan bagi kreditur ini.
1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score)
5. Menstandarisir ukuran perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang
akan datang.
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
3. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran
dan judgement yang dapat dinilai bisa atau subjektif;
4. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan
(cost) bukan harga pasar;
5. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio;
6. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan
berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
7. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
8. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.
Laporan Laba Rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan
beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Dalam laporan laba rugi, kita dapat mengetahui beberapa unsur-unsur berikut :
Laporan perubahan modal atau ekuitas merupakan salah satu laporan keuangan yang
dibuat oleh perusahaan yeng menunjukkan perubahan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode tertentu.
3. Laporan Neraca
Menurut Jumingan (2013; 13) neraca merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
aktiva (assets), utang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu.
Asset
Asset adalah semua hak yang dapat digunakan dalam operasi perusahaan. Misalnya saja
gedung atau bangunan, atau investasi dalam bentuk lain yang cukup liquid untuk
digunakan dalam operasional perusahaan.
Liabilitas
Liabilitas adalah hutang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada
pihak lain di masa yang akan datang. Sehingga dapat dikatakan bahwa Liabilitas
merupakan kebalikan dari aset. Dimana aset merupakan harta yang kita miliki sedangkan
liabilitas adalah kewajiban.
Ekuitas
Ekuitas atau modal adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan
bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ketiga hal tersebut kemudian dapat
dihubungkan dengan suatu persamaan :
Asset = Liabilitas + Ekuitas
Laporan arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh
kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi
pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu
perusahaan selama satu periode.
Yaitu arus kas pemasukan maupun pengeluaran yang berasal dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan. Misalnya : penerimaan uang dari penjualan, pembayaran
utang, penerimaan dividen, pelunasan pajak maupun pembayaran bunga.
Yaitu arus kas pemasukan maupun pengeluaran yang berasal dari kegiatan investasi.
Seperti pembelian aset seperti mesin, dan penjualan aset seperti gedung atau lelang
mobil dinas.
Yaitu arus kas pemasukan maupun pengeluaran yang berasal dari kegiatan pendanaan
perusahaan. Misalnya penjualan obligasi, pembayaran dividen, pelunasan kredit dari
bank.