Anda di halaman 1dari 75

TOPIK 1

KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN

1.1 Tujuan Perusahaan


Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan (corporate objectives) adalah sasaran yang ingin dicapai


perusahaan. Ini dapat dinyatakan dalam bentuk laba, kekayaan bersih, rasio laba,
pertumbuhan pendapatan, atau reputasi perusahaan.

Jenis sasaran mempengaruhi strategi perusahaan yang dipilih. Strategi perusahaan


adalah rencana jangka menengah dan panjang yang terperinci untuk memenuhi
sasaran tersebut.

Karakteristik tujuan yang baik haruslah (1) Spesifik; (2) Terukur, harus ada cara untuk
mengukur apakah tujuannya telah tercapai atau tidak; (3) Ambisius, menantang bagi
perusahaan untuk mencapainya (4) Realistis untuk dicapai; dan (5) Berbatas waktu.

Mengapa penting

Sasaran memberikan panduan kepada seluruh karyawan (terutama manajemen


menengah dan staf) tentang apa yang harus mereka capai. Sasaran yang jelas
mendorong karyawan untuk fokus dan termotivasi demi mencapai sasaran tersebut.

Bagi manajemen, sasaran menjadi salah satu ukuran kesuksesan. Beberapa


perusahaan mungkin juga mengaitkan bonus ke manajemen dengan pencapaian
sasaran.

Jenis Tujuan Perusahaan

-  Tujuan bertahan hidup (survival objective).

Tujuan utama banyak perusahaan, terutama start-up, adalah bertahan hidup. Untuk
mencapainya, bisnis perlu tumbuh dan menghasilkan laba tetapi itu semua untuk
mendukung tujuan dasar, yakni tetap berada di pasar.

- Tujuan laba (profit objective).

Semua bisnis yang berorientasi laba bertujuan untuk menghasilkan keuntungan


dalam jangka panjang. Tanpa laba, tidak mungkin untuk tumbuh dan untuk bertahan
hidup. Namun, ini tidak selalu berarti bahwa tujuan utama pada satu titik waktu
adalah keuntungan. Beberapa bisnis akan rela melepaskan keuntungan jangka
pendek untuk tumbuh, dengan harapan bahwa ini akan menghasilkan peningkatan
laba dalam jangka panjang.

-  Tujuan pertumbuhan (growth objective).


Meningkatkan ukuran bisnis sering kali merupakan tujuan mendasar dari organisasi
yang sudah mapan.-

- Tujuan diversifikasi (diversification objective).

Meskipun diversifikasi dapat dikatakan sebagai bentuk pertumbuhan, namun ini


sering dianggap sebagai tujuan tersendiri.

Tujuan perusahaan pada umumnya ialah untuk memuaskan kebutuhan dari


konsumen dengan nilai-nilai tertentu.

Tujuan perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut :

• Tujuan Pelayanan Primer

Tujuan primer adalah pembuatan barang/jasa yang dijual untuk memenuhi


kebutuhan konsumen.

Tujuan Organisatoris adalah nilai- nilai yang harus disumbangkan oleh masing-
masing atau kelompok individu yang berada pada bagian yang bersangkutan. Tujuan
Operasional adalah nilai-nilai yang disumbangkan oleh masing-masing tahap dalam
suatu unit prosedur kerja secara keseluruhan.

• Tujuan Pelayanan Kolateral

Tujuan Kolateral Pribadi adalah nilai-nilai yang ingin dicapai oleh individuatau
kelompok individu dalam perusahaan. Tujuan Kolateral Sosial ialah nilai-nilai ekonomi
yang lebih luas/umum yang diperlukan bagi kesejahteraan masyarakat dan yang
dapat secara langsung dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

Tujuan Kolateral Sosial bersifat lebih luas untuk kepentingan masyarakat, misalkan :
membayar pajak.

• Tujuan Pelayanan Sekunder

Merupakan nilai-nilai yang diperlukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan


primer.

Namun secara umum, tujuan perusahaan dapat berupa :

a. mencapai keuntungan maksimal

b. mempertahankan kelangsungan hidup

c. mengejar pertumbuhan

d. menampung tenaga kerja


1.2 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan adalah salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan.
Manajemen yang baik dan tepat akan mengarah pada pencapaian tujuan
perusahaan/organisasi, sebaliknya kurang baiknya dalam manajemen keuangan akan
mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan secara keseluruhan dan akhirnya
akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan.

Pengertian Manajemen Keuangan adalah semua aktivitas atau kegiatan perusahaan


yang berkaitan dengan bagaimana cara mendapatkan, menggunakan, dan mengelola
keuangan perusahaan.

Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Para Ahli

Berikut ini adalah definisi dari manajemen keuangan menurut ahlinya, silahkan
disimak.

1. James Van Horne

Pengertian manajemen keuangan menurut James Van Horne adalah segala kegiatan
yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan serta untuk mengolah aktiva
dengan tujuan semua aktivitas.

2. Weston dan Copeland

Pengertian manajemen keuangan menurut Weston dan Copeland adalah suatu


fungsi, dan tanggung jawab para manajer keuangan. Fungsi pokok manajemen
keuangan adalah menyangkut keputusan tentang penanaman modal, pembiayaan
kegiatan usaha dan pembagian deviden pada suatu perusahaan.

3. Sutrisno (2003:3)

Pengertian manajemen keuangan menurut Sutrisno adalah semua kegiatan


perusahaan dengan usaha-usaha untuk memperoleh dana perusahaan dengan biaya
yang murah serta usaha untuk memakai dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien.

4. Brighman dan Houston

Pengertian manajemen keuangan menurut Brighman dan Houston adalah bidang


yang terluas dari tiga bidang keuangan, dan memiliki kesempatan karir yang sangat
luas.

5. JF Bradley

Pengertian manajemen keuangan menurut JF Bradley adalah bidang manajemen


bisnis yang ditujukan untuk penggunaan model secara bijaksana dan seleksi yang
seksama dari sumber modal untuk memungkinkan unit pengeluaran yang bergerak
ke arah mencapai tujuannya.

6. Agus Sartono

Pengertian manajemen keuangan menurut Agus Sartono adalah manajemen dana


baik yang berkaitan dengan suatu pengalokasian dana dalam bermacam bentuk
investasi secara efektif maupun suatu usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan
investasi atau pembelanjaan secara efisien.

7. Sonny S (2003)

Pengertian manajemen keuangan menurut Sonny S adalah kegiatan perusahaan yang


berhubungan dengan bagaimana untuk mendapatkan dana, memakai dana, dan
untuk mengelola asset sesuai dengan tujuan perusahana secara menyeluruh. 

8. Grestenberg

Pengertian manajemen keuangan menurut Grestenberg adalah bagaimana suatu


bisnis diselenggarakan untuk memperoleh dana, cara mereka memperoleh dana, cara
bagaimana penggunaan mereka dan bagaimana bisnis di distribusikan.

9. J.L. Massie

Pengertian manajemen keuangan menurut J.L. Massie adalah aktivitas operasional


bisnis yang bertanggung jawab untuk mendapatkan dan memakai dana yang
diperlukan untuk suatu uperasi yang efektif dan efisien.

10. Bambang Riyanto

Pengertian manajemen keuangan menurut Bambang Riyanto adlah suatu


keseluruhan kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan suatu usaha untuk
mendapatkan dana yang diperlukan dengan biaya yang minimal dan syarat yang
paling menguntungkan beserta usaha untuk menggunakan dana tersebut se-efisien
mungkin.

11. Suad Husnan

Pengertian manajemen keuangan menurut Suad Husnan adalah kegiatan manajemen


terhadap seluruh fungsi keuangan.

12. Liehman

Pengertian manajemen keuangan menurut Liehman adalah upaya menyediakan dana


dan menggunakan dana tersebut untuk memperoleh aset (aktiva).
13. Martono dan Agus Harjito (2005:4)

Pengertian manajemen keuangan menurut Martono dan Agus Harjito adalah segala
aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana,
menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh.

14. Husnan dan Pudjiastuti (2006)

Pengertian manajemen keuangan menurut Husnan dan Pudjiastuti adalah


menyangkut semua kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan
keuangan.

15. Prawironegoro (2007)

Pengertian manajemen keuangan menurut Prawironegoro adalah aktivitas pemilik


dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah-murahnya dan
menggunakan se-efektif, se-efisien, se-produktif mungkin untuk menghasilkan laba.

16. Farah Margaretha (2007:2)

Pengertian manajemen keuangan menurut Farah Margaretha adalah proses


pengambilan keputusan tentang asset, pembiayaan dari asset tersebut, dan
pendistribusian dari seluruh cash flow yang potensial yang dihasilkan dari asset tadi.

17. Wikipedia

Pengertian manajemen keuangan menurut Wikipedia adalah suatu kegiatan


perencanaa, penganggaran, pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan
penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan.

18. Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William Petty dan David F. Scott, Jr

Pengertian manajemen keuangan menurut Arthur J. Keown, John D. Martin, J. William


Petty dan David F. Scott, Jr adalah mengenai pemeliharaan dan penciptaan dari nilai
ekonomi atau kekayaan.

1.3 Tujuan Manajemen Keuangan


Setelah kamu mengetahui pengertian dan arti dari beberapa ahli, penting
juga nih untuk kamu paham apa tujuan dari manajemen keuangan! Untuk itu,
sekarang mari kita bahas tujuan dari manajemen keuangan berikut ini!

Menurut para ahli, tujuan manajemen keuangan yaitu untuk:

 Memaksimalkan keuntungan: seorang manajer keuangan tidak menjamin


keuntungan dalam jangka waktu yang panjang sebab ketidakpastian bisnis
tetapi perusahaan bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal bahkan
dalam jangka waktu yang panjang apabila manajer keuangannya mengambil
suatu keputusan keuangan yang tepat serta menggunakan keuangan
perusahaan dengan baik.
 Menjaga arus kas (cash flow): suatu perusahaan harus mempunyai arus kas
yang sesuai guna membayar biaya kebutuhan perusahaan sehari-hari seperti
pembelian bahan baki, pembayaran gaji karyawan, sewa, dan sebagainya.
Arus kas atau cash flow yang baik tentunya akan meningkatkan keberhasilan
perusahaan
 Mempersiapkan struktur modal: seorang manajer keuangan harus dapat
memutuskan rasio antara pembiayaan yang dimiliki dan keuangan yang
dipinjam agar dapat seimbang.
 Pemanfaatan keuangan yang tepat: manajer keuangan harus bisa
memanfaatkan keuangan secara optimal dan perusahaan harus tidak
berinvestasi keuangan perusahaan dalam proyek yang tidak menguntungkan
bagi perusahaan.
 Memaksimalkan kekayaan: jadi seorang manajer keuangan mencoba agar
agar memberikan dividen yang maksimal kepada pemegang saham dan
berupaya dalam meningkatkan nilai pasar saham sebab nilai pasar saham
secara langsung berkaitan dengan kinerja perusahaan
 Meningkatkan efisiensi: manajemen keuangan mencoba meningkatkan
efisiensi semua departemen perusahaan. Distribusi keuangan yang tepat
dalam semua aspek akan meningkatkan efisiensi seluruh perusahaan
 Kelangsungan hidup perusahaan: perusahaan harus dapat bertahan hidup
pada dunia bisnis yang kompetitif seperti sekarang ini. Seorang manajer
keuangan harus berhati-hati saat membuat keputusan keuangan sebab
apabila salah dalam mengambil keputusan bisa saja perusahaan bangkrut
atau merugi
 Mengurangi resiko operasional: manajemen keuangan juga mencoba dalam
mengurangi resiko operasional. Terdapat banyak resiko ketidakpastian dalam
bisnis namun seorang manajer keuangan harus bisam mengambil langkah
tepat agar dapat mengurangi resiko ini.
 Mengurangi biaya modal: manajer keuangan harus dapat merencanakan
struktur modal sedemikian rupa agar biaya modal dapat di minimalkan.

1.4 Fungsi Manajemen Keuangan


Fungsi utama dari seorang manajer keuangan yaitu merencanakan, mencari serta
dapat memanfaatkan dana dengan berbagai cara dalam memaksimalkan daya guna
dari operasi perusahaan. Tentunya hal tersebut membutuhkan pengetahuan akan
pasar uang serta dari mana modal akan di peroleh dan bagaimana keputusan yang
tepat di bidang keuangan harus dibuat.
Lalu apa fungsi manajemen keuangan?

Dalam operasinya manajemen keuagan memiliki beberapa fungsi yang perlu untuk
kamu ketahui nih! Fungsinya di sini adalah cara agar bisa memaksimalkan keungan
perusahaan dan penggunaannya dengan lebih efisien.

Setiap manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan akan 


merencanakan penggunaan dana yang ada sesuai dengan stratagi dan tujuan
perusahaannya.

Perencanaan (Planning)

Fungsi awal dalam mengelola keuangan adalah merencanakan bagaimana


penggunaan dana yang tersedia secara efisien, dan selaras dengan tujuan
perusahaaan. Dalam melakukan perencanaan, seorang manajer keuangan akan
melakukan upaya-upaya sebagi berikut

 Mendefinisi tujuan pendanaan secara akurat


 Melakukan identifikasi dan penghitungan terhadap sumber daya yang
tersedia dan potensi sumber daya lainnya
 Memberikan laporan tertulis terhadap rencana keuangan yang akan
dijalankan

Jika seorang sudah melakukan tahapan upaya di atas, maka proses perencanaan
keuangan perusahaan sudah baik.

Penganggaran (Budgeting)

Kedua adalah mengalokasi dana yang tersedia kepada masing sektor atau divisi yang
ada selama periode operasional berlangsung. Tujuan dilakukannya penganggaran
oleh manajer keuangan adalah:

 Menjaga agara dana yang ada digunakan secara eifisien dan mengurangi
pemborosan
 Mengidentifikasi sektor mana saja yang membutuhkan dana paling banyak
atau sektor mana yang meggunakan dana melebihi limit yang telah
ditetapkan
 Memastikan tingkat likuiditas perusahaan dalam pembiayaan operasi tanpa
mengandalkan sumber dana dari luar
 Menemukan sektor dimana perusahaan dapat meningkatkan pendapatanya
secara lebih efisien.

Jika tujuan yang telah disebutkan di atas telah tercapai, maka proses penganggaran
sudah bisa dikatakan maksimal.

Mengontrol dan Mengawasi Resiko


Hal ketiga adalah seorang manajer bisa mengontorol resiko yang mungkin dihadapi
oleh perusahaan. Dengan resiko yang terkontrol seorang manajer keuangan dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut:

 Menganalisa, mengidentifikasi, dan mengurangi ketidak pastian yang


mungkin timbul dalam membuat keputusan keuangan.
 Mengevaluasi potensi dari paparan keuagan yang ada dan kebijakan yang
telah diterapkan, demi meningkatkan efisiensi penggunaan sumber dana
perusahaan.
 Mengimplementasikan Value-at-risk strategi, sesuai dengan analisa data
keugan yang ada

Apabila seorang manajer sudah melakukan apa yang disebutkan di atas, maka sudah
bsia dikatakan terkontrol dan terawasi keuaangannya.

Penetapan Prosedur yang ada

Fungsi terakhir datang dari pihak manajemen dengan menetapkan prosedur yang
sudah ada. Dengan menggunakan prosedur yang sudah ada seorang manajer
keuangan dapat melakukan:

 Mengoleksi dan mengolah data keuangan yang ada


 Membuat keputusan yang konsisten
 Mengikuti dan menganalisa budget yang digunakan dengan hasil yang ada
 Mengidentifikasi masalah yang timbul dan melakukan perbaikan yang sesuai

1.5 Agency Problem (Masalah Keagenan)


Pada dasarnya tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan para pemegang
saham. Namun pada kenyataannya tujuan ini seringkali tidak terlaksana karena
adanya masalah keagenan. Masalah keagenan ini muncul sebagai akibat dari
dipisahkannya kepemilikan dan pengelola perusahaan, yakni antara pemegang
saham (shareholders) dengan para manajer, dan pemegang saham dengan kreditur/
pemegang obligasi (bondholders). Masalah keagenan ini terjadi jika manajer tidak
memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang saham tentu menginginkan
manajer berkerja dengan maksimal untuk tujuan kemakmuran pemegang saham.
Sebaliknya pihak manajer bisa saja bertindak untuk memaksimumkan kemakmuran
sendiri. Hal inilah yang dapat memicu timbulnya konflik. Maka untuk meyakinkan
bahwa manajer bekerja sungguh-sungguh untuk kepentingan pemegang saham,
maka perlu adanya pengawasan.

Pengawasan secara total terhadap kegiatan para manajer ini dapat memecahkan
masalah keagenan. Namun harus disadari biaya yang dibutuhkan mahal dan akan
ditangguung oleh si pemegang saham. Biaya inilah yang disebut agency cost yang
meliputi biaya-biaya untuk memonitor pekerjaan manajer, biaya untuk membuat
struktur organisasi yang dapat meminimalkan tindakan manajer yang tidak
diinginkan, serta timbulnya opportunity cost  karena kondisi manajer yang tidak dapat
segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham.

Selain itu masalah keagenan juga bisa terjadi antara shareholders  selaku pemegang
saham yang diwakili oleh manajemen perusahaan dengan kreditur  atau pemegang
obligasi (bondholders). Masalah ini muncul jika manajemen mengambil proyek-
proyek yang resikonya lebih besar daripada yang diperkirakan oleh kreditur. Ataupun
perusahaan justru meningkatkan jumlah utang hingga mencapai tingkatan yang lebih
tinggi daripada yang diperkirakan kreditur. Tindakan-tindakan ini akan meningkatkan
resiko finansial perusahaan, yang mengakibatkan turunnya nilai pasar utang/obligasi
perusahaan yang belum jatuh tempo. Selain itu dapat meningkatkan resiko
kebangkrutan karena proyek yang diambil terlalu beresiko.

1.6 Prinsip dasar Good Corporate Governance


(GCG)
Dalam menjalankan tugasnya dengan penuh tanggungjawab, manajer keuangan
perlu memahami tata kelola usaha yang baik yang disebut sebagai GCG. Pada
hakikatnya ada 4 prinsip dasar umum dalam mengelola perusahaan. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi :

 1.        Transparansi

Seorang manajer harus terbuka dalam menjalankan tugas-tugasnya diperusahaan,


dalam artian harus memberikan kemudahan untuk mengakses informasi keuangan
kepada pihak yang membutuhkan sesuai dengan kepentingan mereka. Informasi
yang ditampilkan juga harus akurat, tepat waktu, lengkap dan jelas. Manajer
keuangan biasanya akan menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada
pemilik perusahaan, komisaris, dan stakeholder lainnya sehingga masing-masing
pihak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.

2.        Akuntabilitas

Dalam menjalankan tugasnya, manajer keuangan harus memahami bahwa akan ada
pengawasan yang didasarkan pada keseimbangan wewenang antara direksi,
komisaris, dan pemilik/pemegang saham perusahaan. Oleh karena itu, perlu
disiapkan sistem penilaian kinerja melalui sistem akuntansi dan informasi yang tepat.
Selain itu, perlu pula diupayakan agar setiap tindakan manajer keuangan telah
mematuhi semua kebijakan dan prosedur yang berlaku.

3.        Keadilan

Manajer keuangan harus bersikap adil kepada semua pihak yang terkait dengan
perusahaan. Manajer tidak boleh membeda-bedakan perlakuannya dalam hal
memberikan informasi keuangan dan dividen kepada pemegang saham mayoritas
dan pemegang saham minoritas.
 4.        Tanggung jawab

Manajer keuangan harus memiliki tanggungjawab sosial, menghindari


penyalanhgunaan kekuasaan, serta melakukan tugas-tugasnya secara profesional.
Manajer bertindak tidak hanya untuk kepentingan keuntungan saja, namun juga
harus dapat memuaskan para pemangku kepentingan lainnya seperti pegawai,
konsumen, dan pemasok

TOPIK 2
PASAR KEUANGAN

2.1 Pasar Keuangan


Pelaku Pasar

Dalam dunia bisnis terdapat tiga pelaku utama yang memainkan peranan penting
hingga terjadinya transaksi bisnis. Ketiga pelaku tersebut terdiri dari :

1.     Penjual

Pihak yang melakukan kegiatan penjualan/penwaran terhadap produk atau jasa. Saat
ini semakin berkembangnya informasi pemasaran memungkinkan penjual dapat
memasarkan produknya dengan efektif dan efisien seperti melalui media online atau
komunikasi dan bila terjadi kesepakatan maka barang akan segera dikirmkan ke
alamat yang dituju.

2.     Pembeli

Pihak yang membeli barang atau jasa yang ditawarkan. Pembeli juga dapat
memperoleh barang atau jasa dengan mendatangi lokasi penjualan atau dapat
melakukan pesanan secara online yang kemudian barang akan dikirim oleh penjual

3.     Perantara

Dapat diaktakan sebagai tempat atau orang yang melakukan transaksi jual beli
tersebut. Dalam kasus tertentu perantara tidak dibutuhkan, artinya penjual dapat
langsung melakukan transaksi tanpa perantara tertentu. Namun untuk bisnis tertentu
peran perantara ini sangat penting untuk suatu transaksi.

    Dalam praktiknya sering perantara atau tempat untuk melakukan transaksi ini
disebut dengan pasar yang berarti tempat penjual dan pembeli melakukan transaski
jual beli. Sifat pasar dapat bersifat abstrak dan nyata tergantung dari produk dari
jenis transaksi yang terjadi. Perantara bisa disebut juga dengan broker, pialang, calo
antara penjual dan pembeli.
    Produk yang ada dalam suatu pasar pun ada dua jenis yaitu produk fisik
(berwujud) dan bersifat jasa. Perbedaannya produk fisik dapat dilihat dan diraba
sedangkan jas baru dinikmati apabila sudah dibeli.

    Suatu perusahaan kerap kali mengalami kesulitan untuk membiayai kegiatan


operasionalnya dan sering terjadi untuk membiayai suatu investasi diperlukan dana
yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang digunakan untuk kegiatan operasional
perusahaan maupun untuk investasi yang berasal dari luar perusahaan dapat
diperoleh melalui pasar keuangan dan lembaga keuangan

 Proses Pembentukan Modal

    Transfer dana secara langsung dari penabung ke perusahaan dapat terjadi, tetapi
pada umumnya lebih efisien jika perushaan memanfaatkan jasa Bank Investasi.
Organisasi seperti ini bertugas:

1.     Membantu perseroan untuk merancang sekuritas yang paling menarik bagi


investor

2.     Membeli sekuritas tersebut dari perseroan bersangkutan

3.     Kemudian menjualnya kepada para penabung

      Meskipun sekuritas tersebut dijual dua kali, namun proses ini benar-benar
termasuk sebagai transaksi pasar perdana, dimana bank investasi berperan sebagai
perantara dalam proses pengalihan modal dari penabung ke perushaan

    Perantara keuangan dalam bagian ke tiga tidak hanya melakukan transfer uang
dan sekuritas saja, tetapi mereka benar-benar menciptakan produk keuangan yang
baru. Karena lembaga perantara keuangan umumnya besar, maka mereka mendapat
keuntungan akibat skalanya yang besar dalam mendapat kelayakan kredit dari calon
peminjam, memroses dan menagih angsuran kredit dan menghimpun portofolio
risiko sehingga penabung perorangan dapat mendiversifikasikan investasinya pada
berbagai sekuritas dengan tingkat risiko yang berbeda-beda.

     Apa yang harus dilakukan pengusaha bila suatu saat tidak memiliki dana untuk
membayar pegawai? Bagaimana cara memenuhi kebutuhan uang yang mendadak,
sedangkan perusahaan hanya memiliki uang sedikit? Bagaimana cara yang cepat
untuk memperoleh pinjaman uang?

    Pasar keuangan merupakan pasar yang menyediakan produk keuangan berupa


aktiva fisik surat berharga atau valuta asing. Pasar Keuangan adalah tempat dimana
terjadinya penawaran dan permintaan dana serta investasi melalui transaksi bisnis
langsung. Produk yang diperjualbelikan dalam pasar keuangan ini adalah produk
keuangan, baik bagi yang membutuhkan dana dengan pihak yang kelebihan dana.  
Pihak yang membutuhkan dana memerlukan dana untuk membiayai aktivitas
usahanya, sedangkan pihak yang kelebihan dana mengharapkan adanya keuntungan
dari dana yang ditanamkan atau dibeli pihak lain. Keuntungan dari pasar keuangan
ini dapat berupa bunga, biaya administrasi, selisih kurs, atau selisih harga jual dengan
harga beli.

Jenis-jenis Pasar Keuangan

    Untuk melakukan transaksi keuangan, kita lakukan di berbagai pasar keuangan
yang tersebar dalam berbagai jenis, terantung dari jenis produk keuangan yang
diinginkan. Dalam praktiknya jenis-jenis pasar keuangan yang ada antara lain:

1.     Pasar  Uang

    Merupakan pasar diperjual belikannya modal jangka pendek dalam bentuk surat
berharga, seperti deposito berjangka, wesel atau promes dimana jangka waktunya
kurang dari satu tahun. Pasar uang terbentuk karena adanya penawaran dan
permintaan dana jangka pendek dalam bentuk surat berharga  (sekuritas)

2.     Pasar Modal

  Merupakan pasar diperjual belikannya modal jangka panjang dalam bentuk surat
berharga seperti obligasi dan saham, jangka waktu surat berharga yang ditawarkan
biasanya berumur dari 1 tahun. Pasar modal terbentuk karena adanya beberapa
institusi dan peraturan yang memungkinkan terjadinya transaksi dana jangka panjang
dalam bentuk saham dan obligasi.

3.     Pasar  Valuta Asing

Yaitu pasar yang melakukan kegiatan transaksi valuta asing (mata uang asing)

4.     Pasar  Kredit Konsumen

Yaitu pasar yang melayani pembiayaan pinjaman untuk pembiayaan konsumen atas
produk tertentu baik barang maupun jasa seperti pembelian mobil, motor,
pendidikan dll

5.     Pasar  Hipotek

Pasar yang melayani pinjaman untuk lahan real estate, industri, pertanian

6.     Pasar  Komoditas

Pasar yang melakukan kegiatan jual beli komoditas tertentu seperti produk pertanian.

  
  Semua jenis pasar keuangan ini melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
penghimpunan dana, penyaluran dana, transaksi tukar menukar mata uang. Artinya
pasar keuangan melibatkan pembiayaan keuangan baik melalui surat berharga
maupun pembiayaan atau pinjaman.

    Peserta atau pelaku dalam jual beli di pasar uang ternyata dilakukan oleh banyak
pihak, yaitu bank-bank, yayasan dana pensiun, perusahaan asuransi, Koperasi,
perusahaan dagang, perusahaan industri, perusahaan jasa, dan lembaga-lembaga
keuangan lainnya. 

Peserta Pasar Uang dan Contoh Transaksi Pasar Uang

Berikut ini akan diuraikan contoh-contoh transaksi yang terjadi di pasar uang.

Contoh 1 :

Bila suatu bank memerlukan uang tunai segera yang akan digunakan untuk
membayar karyawan atau untuk keperluan lain maka bank tersebut dapat
meminjamnya dari bank lain dengan cara mengeluarkan promes atau aksep yang
telah disahkan oleh bank yang bersangkutan. Selanjutnya promes atau aksep ini
dapat dijual kepada Ficorinvest, kemudian Ficorinvest akan menukarnya dengan
SBPU. Ini berarti dengan menjual promes atau aksep kepada Ficorinvest, bank
tersebut akan memperoleh sejumlah uang yang dibutuhkannya. Selanjutnya SBPU ini
dapat diperjualbelikan dengan mendapat keuntungan berupa bunga atau diskonto.

Ficorinvest seperti yang disebut di atas adalah lembaga keuangan yang berfungsi


sebagai perantara antara pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak yang sedang
membutuhkan dana. Tugas Ficorinvest adalah menyimpan surat-surat berharga yang
diperjualbelikan dalam pasar uang. Lewat Ficorinvest, pihak yang memiliki kelebihan
dana akan membeli surat-surat berharga, sedang pihak yang membutuhkan dana
akan menjual surat-surat berharga.

Hal yang perlu diingat, tidak semua surat berharga harus dijual/dibeli lewat
Ficorinvest, contohnya call money (pinjaman sewaktu-waktu). Call money dapat
diperjualbelikan langsung melalui telepon tanpa menggunakan jasa Ficorinvest.

Contoh 2 :

Bila suatu lembaga keuangan atau perusahaan memiliki kelebihan uang tunai maka
daripada menganggur uang tersebut dapat dibelikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
yang memiliki jangka waktu pelunasan tiga puluh hari, enam puluh hari, atau
sembilan puluh hari. Ketika pembeli menyetorkan uang pembelian SBI, saat itu juga
pembeli memperoleh potongan di awal, yang disebut diskonto. Jadi, dalam
pembelian tersebut pembeli hanya membayar di bawah nilai nominal (nilai nominal =
nilai yang tercantum dalam surat berharga). Kemudian, pada saat jatuh tempo
(pelunasan) pembeli akan dibayar oleh Bank Indonesia sebesar nilai nominal. Dengan
demikian, keuntungan yang didapat pembeli adalah selisih antara pembayaran oleh
pembeli dengan nilai nominal. Adakalanya pembeli memerlukan uang sebelum waktu
jatuh tempo. Oleh karena itu, dia bisa menjual SBI tersebut kepada pihak lain.

Fungsi Pasar Uang

Fungsi Pasar Uang adalah sebagai berikut :

1.     Sebagai perantara dalam perdagangan surat-surat berharga berjangka pendek 

 2.     Sebagai penghimpun dana berupa surat-surat berharga jangka pendek

 3.     Sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan untuk melakukan investasi

 4.     Sebagai perantara bagi investor luar negeri untuk menyalurkan kredit jangka
pendek kepada

        perusahaan di Indonesia 

  

Tujuan  Pasar Uang

Dalam kegiatan di pasar keuangan masing-masing pihak yang terlibat memiliki


tujuan tertentu. Tujuan dari pasar keuangan ini dibagi ke dalam 3 kepentingan:

 1.     Pihak yang membutuhkan dana (pembeli)

2.     Pihak kelebihan dana (penjual)

3.     Lembaga perantara keuangan atau lembaga keuangan

 Penjelasan

1.     Pihak yang membutuhkan dana

Jangka Pendek

     a)      Memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan

     b)      Memenuhi kebutuhan modal kerja

    c)       Untuk berdagang, membeli pada harga tertentu dan menjual pada harga
tinggi
    d)      Mengharapkan keuntungan dari suku bunga yang ditawarkan

 Jangka Panjang

   a)      Melakukan investasi

   b)      Menguasai suatu perusahaan dengan cara membeli sebagian besar saham


perusahaan lain

   c)       Mengharapkan deviden

   d)      Spekulasi kenaikan harga kurs 

2.     Kelebihan Dana (Pembeli)

Jangka Pendek

    a).     Mencari keuntungan dari suku bunga yang ditawarkan

    b).     Membantu perusahaan yang membutuhkan dana untuk usaha

 Jangka Panjang

     a).   Memperoleh dana guna melakukan investasi baru perluasan usaha

     b).   Membagi kepemilikan agar saham perusahaan dapat dinikmati masyarakat


umum

3.     Lembaga Perantara Keuangan

     a)   Memperoleh kentungan dari selisih bunga dari bunga yang diberikan pihak
penyimpan uang  dengan bunga yang dibebankan peminjam

     b)   Keuntungan dari biaya yang dibebankan ke nasabah atas jasa keuangan yang
diperolehnya

2.2 Lembaga / Institusi Keuangan


LEMBAGA / INSTITUSI KEUANGAN

Perusahaan merupakan kombinasi dan berbagai sumber daya ekonorni (resources)


seperti alam, tenaga kerja, modal, dan  manajemen (managerial skill) dalam
memproduksi barang dan jasa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai tujuan
perusahaan antara lain: untuk memperoleh keuntungan maksimal, menjamin
kelangsungan hidup perusahaan, memenuhi kehutuhan masyarakat, menciptakan
kesempatan kerja, dan heberapa ahli manajemen keuangan mengemukakan tujuan
perusahaan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Secara umum perusahaan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu:

a.     pertama perusahaan keuangan (financial enterprise) dan   

b.     kedua, perusahaan bukan keuangan (non financial enterprise).

  Perusahaan bukan keuangan merupakan perusahaan manufaktur yang


menghasilkan produk berupa barang rnisalnya: mobil, baja. komputer dan atau
perusahaan yang menyediakan jasa-jasa non keuangan misalnya: transportasi dan
pembuatan program komputer. Sedangkan perusahaan keuangan, umurnnya lebih
dikenal dengan istilah lembaga keuangan (financial institution), yaitu perusahaan
yang menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan keuangan.

    Lembaga keuangan adalah suatu badan  yang bergerak dibidang keuangan untuk


menyediakan jasa bagi nasabah atau masyarakat. Lembaga Keuangan memiliki fungsi
utama ialah sebagai lembaga yang dapat menghimpun dana nasabah atau
masyarakat ataupun sebagai lembaga yang menyalurkan dana pinjaman untuk
nasabah atau masyarakat.

Peran Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan sebagai badan yang melakukan kegiatan-kegiatan di bidang


keuangan mempunyai peranan sehagai berikut:

1.     Pengalihan Aset (Asset Transfer)

Lembaga keuangan memiliki aset dalam bentuk “janji—janji untuk membayar” atau
dapat diartikan sebagai pinjaman kepada pihak lain dengan jangka waktu yang diatur
sesuai dengan kehutuhan perninjam. Dana pembiayaan asset tersehut diperoleh dari
tabungan masyarakat. Dengan demikian lembaga keuangan sebcnarnya hanyalah
mengalihkan atau mernindahkan kewaiban penlinjam menjadi suatu aset dengan
suatu jangka waktu jattih letnpo sesuai keinginan penabung. Proses pengalihan
kewajiban menjadi suatu aset disebut transmutasi kekayaan atau asset
transimutation.

 2.     Likuiditas (liquidity)

Likuiditas berkaitan dengan kemainpuan untuk rnemperoleh uang tunai pada saat
dihutuhkan. Beberapa sekuritas sekunder dibeli sektor usaha dan rumah tangga
terutama dirnaksudkan untuk tujuan likuiditas. Sekuritas sekunder seperti tabungan,
deposito, sertifikat deposito yang diterbitkan bank umum memberikan tingkat
keamanan dan likuiditas yang tinggi, di samping tambahan pendapatan.

3.     Realokasi Pendapatan (income reallocation)

Dalam kenyataannya di niasyarakat banyak individu merniliki penghasilan yang


memadal dan nienyadari bahwa di masa datang mereka akan pensiun sehingga
pendapatannya jelas akan berkurang. Tintuk rnenghadapi masa yang akan dating
tersehut mereka menyisihkan atau inerealokasikan pendapatannya untuk persiapan
di masa yang akan datang. Untuk melakukan hal tersebut pada prinsipnya mereka
dapat saja niembeli atau menyimpan barang rnisalnya : tanab, rumah dan
sebagainya, namun pemilikan sekuritas sekunder yang dikeluarkan lembaga
keuangan, misalnya program tahungan, deposito, program pcnsiun, polis asuransi
atau saharn-saham adalah jauh lebih balk jika dihandingkan dengan alteniatif
pertama.

4.     Transaksi (transaction)

Sekuritas sekunder yang diterbitkan oleh lembaga intermediasi keuangan misalnya


rekening giro, tabungan, (deposito dan sebagainya, nicrupakan hagian dan sistem
pembayaran. Giro atau rekening tabungan tertentu yang ditawarkan bank pada
prinsipnya dapat berfungsi sebagal narik. Produk-produk tabungan tersebut dibeli
oleh rumah tangga dan unit usaha untuk rnernperrnudah mereka melakukan
penukaran barang dan jasa. Dalam hal tertentu, unit ekonomi membeli sekuritas
sekunder (misalnya giro) untuk mempermudah penyelesaian transaksi keuangannya
sehari-hari.

Dengan demikian lembaga keuangan berperan sebagai lembaga perantara keuangan


yang menyediakan jasa - jasa untuk mepermudah transaksi moneter.

Lembaga Keuangan adalah perantara yang menyalurkan tabungan para individu,


perusahaan dan pemerintah kepada peminjam atau debitor berupa kredit atau dana
investasi , lembaga keuangan  terdiri dari :

1.     Lembaga keuangan bank

2.     Lembaga keuangan non bank 

Lembaga Keuangan Bank

Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dengan menyediakan


dana atau barang modal dan melakukan kegiatan penarikan dana secara langsung
dari masyarakat yang termasuk kedalam lembaga keuangan bank antara lain :

1.     Bank Sentral

Institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas harga atau nilai suatu
mata uang yang berlaku di negara tersebut Di Indonesia Bank Indonesia yang
mempunyai peran sebagai Bank Sentral. Bank sentral  memiliki tanggung jawab
terhadap setiap kebijakan moneter yang diberlakukan oleh setiap negara yang
memiliki lembaga ini. Dibandingkan dengan perbankan lainnya maka bank
sentral tidak memiliki kepentingan profit dalam menjalankan tugasnya karena bank
sentral memiliki tugas sebagai penjaga kebijakan moneter dari pemerintahan yang
sangat berbeda jelas dengan bank bank konvensional di setiap negara. Tugas dari
bank sentral yang utama yaitu menjaga kestabilan dari nilai kurs dalam negeri dalam
hal ini kurs mata uang dari suatu negara, menjaga kestabilan bisnis perbankan dan
juga sistem perekonomian negara secara menyeluruh sehingga bank sentral menjadi
lembaga yang penting dari suatu negara.

 2.     Bank Umum

merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani


masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank
umum juga dikenal dengan bank komersial dan dikelompokan kedalalm 2 jenis yaitu
bank umum devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa
memiliki produk yang lebih luas daripada bank non devisa, antara lain dapat
melaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa
bank ke luar negeri.

 3.     Bank Perkreditan Rakyat  (BPR)

merupakan bank yang khusus melayani masyarakat kecil dikecamatan dan pedesaan.
BPR ini berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai, dan bank
lainnya yang kemudian dilebur menjadi BPR. Jenis produk yang ditawarkan oleh BPR
relatif sempit jika dibandingkan dengan bank umum, bahkan ada beberapa jenis jasa
bank yang tidak boleh diselenggarakan oleh BPR, seperti giro dan ikut kliring.

Lembaga Keuangan Non Bank

Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk


penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung
dari masyarakat. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah :

1.     Pasar Modal

Pasar Modal pasar tempat pertemuan dan melakukan transaksi antara pencari dana
(emiten) dengan para penanam modal (Investor). Dalam pasar modal yang
diperjualbelikan adalah efek-efek seperti saham dan obligasi (modal jangka panjang)

2.     Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam membuka usaha bagi para anggotanya untuk menyimpan
uang yang sementara belum digunakan. Oleh petugas koperasi uang tersebut
dipinjamkan kembali kepada para anggota yang membutuhkanya.

3.     Pengadaian

merupakan lembaga keuangan yang menyediakan pasilitas pinjaman dengan fasilitas


jaminan tertentu. Nilai jaminan menentukan besarnya nilai pinjaman.  Sementara ini
usaha pengadaian ini secara resmi masih dilakukan oleh pemerintah.

4.     Leasing
Perusahaan sewa guna (leasing) bidang usahanya lebih ditekankan kepada
pembiayaan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.  Sebagai contoh:
jika seseorang ingin memperoleh barang barang-barang modal secara kredit maka
kebutuhan ini pembayaranya dapat ditutupi oleh perusahaan lasing. Pembayaran
oleh nasabah diangsur sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat.

5.     Asuransi

Perusahaan asuransi merupakan perusahaan  yang bergerak dalam bidang


pertanggungan. Setiap nasabah diberikan polis asuransi yang harus dibayar sesuai
dengan perjanjian dan perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dengan
menggantikanya apabila nasabahnya terkena musibahatau terkena resiko seperti
yang telah diperjanjikanya. 

6.     Dana Pensiun

Dana Pensiun merupakan perusahaan yang kegiatanya mengelola dana pensiun


suatu perusahaan pemberi kerja atau perusahaan itu sendiri.

Lembaga keuangan bukan bank dapat mendorong pengembanan pasar uang


dan pasar modal serta membantu permodalan sejumlah perusahaan yang dimiliki
pengusaha golongan ekonomi lemah. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh lembaga
keungan bukan bank adalah sebagai berikut.

 Menghimpun dana dengan cara mengeluarkan surat-surat berharga. bank


lainnya.
 Memberikan kredit jangka menengah dan panjang kepada perusahaan atau
proyek yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta.
 Menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan Indonesia dan badan hukum
pemerintah untuk mendapatkan kredit dan dalam maupun luar negeri.
 Melakukan penyertaan modal di perusahaan-perusahaandan penjualan
saham-saham di pasar modal.
 Melakukan usaha lain di bidang keuangan setelah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
 Menjadi perantara bagi perusahaan-perusahaan untuk mendapatkan tenaga
ahli di bidang keuangan.

HUBUNGAN LEMBAGA KEUANGAN DENGAN PASAR KEUANGAN

Keberadaan lembaga keuangan maupun pasar keuangan sangat dipengaruhi oleh


aktivitas dari para pemilik dana / investor / kriditor dan para pencari dana
(perusahaan yang memerlukan dana)  semakin banyaknya jumlah investor dan dana
yang akan ditanamkannya dan bertambahnya perusahaan pencari dana maka
semakin sibuk kedua lembaga tersebut, dan sebaliknya berkurangnya investor
maupun berkurangnya pemerlu dana akan berakibat sepinya aktivitas kedua lembaga
tersebut.

Bagaimana hubungan kedua lembaga tersebut terhadap para investor dan pencari
dana dapat diuraikan sebagai berikut :

 1.    Ditinjau dari perusahaan pemilik dana atau kreditor / investor; lembaga


keuangan adalah tempat untuk menaruh/menyimpan/menempatkan dana seperti
dalam bentuk tabungan, deposito. Sedangkan pasar keuangan adalah tempat untuk
melakukan investasi baik untuk jangka pendek maupun untuk investasi jangka
panjang.

2.    Ditinjau dari perusahaan yang membutuhkan dana/debitor, lembaga keuangan


adalah institusi untuk mendapatkan kredit/pinjaman. Sedangkan pasar keuangan
tempat untuk mencari dana melalui penyerahan saham dan atau obligasi,

 Hubungan antara lembaga keuangan dengan pasar keuangan adalah bahwa


lembaga keuangan juga dapat berpartisipasi aktif dalam pasar keuangan (pasar uang
dan pasar modal) baik sebagai yang memerlukan dana yaitu dengan menempatkan
saham atau obligasi maupun sebagai yang memiliki dana yaitu dengan membeli
saham dan atau obligasi untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 

 Partisipasi aktif ini tak lepas adanya dorongan dari pada pemilik dana maupun yang
membutuhkan dana., artinya manakala  tabungan investor jumlahnya sangat tinggi,
dan mengakibatkan kelebihan kas pada lembaga keuangan dan atas pertimbangan
bisnis lebih menguntungkan melakukan investasi, maka dana lebih tersebut
ditempatkan dengan membeli sekuritas pada pasar keuangan. Selanjutnya manakala
kebutuhan dana meningkat karena adanya permintaan dana dari pencari dana maka
sekuritas tersebut dilepas / dijual pada pasar keuangan dengan asumsi melalui
pertimbangan bisnis. Pelepasan sekuritas dapat pula dilakukan manakala nilai
jual  sekuritas  sangat menguntungkan.

2.3 Pasar Modal


PASAR MODAL

Setiap negara yang akan melakukan pembangunan memerlukan modal. Modal yang 
digunakan dapat berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Secara umum,
sumber dana pembangunan (modal) berasal dari dalam negeri yang berupa
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, investasi modal langsung, penanaman
modal asing, dan kredit ekspor.

Dalam teori ekonomi pembangunan banyak ditegaskan secara implisit tentang


peranan modal dalam proses pembangunan. Menurut Adam Smith, modal
mempunyai peran sentral dalam proses pertumbuhan output. Akumulasi modal
sangat diperlukan untuk meningkatkan daya serap perekonomian terhadap angkatan
kerja. Semakin tinggi modal yang tersedia dalam perekonomian, semakin tinggi pula
kemampuan perekonomian tersebut menyerap tenaga kerja.

Modal juga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Proses produksi yang


lebih banyak menggunakan modal dibandingkan dengan tenaga kerja (labor
intensive) dapat meningkatkan produktivitas pada proses produksi tersebut.

Pasar modal merupakan alternatif menggali pembiayaan pembangunan. Modal dari


pasar modal dapat berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri. Di pasar modal
yang diperjualbelikan adalah kepemilikan ini dapat berupa saham, surat pernyataan
utang seperti obligasi dan surat pernyataan utang lainnya yang berjangka panjang.

Pasar modal mempunyai peran penting dalam kegiatan ekonomi secara makro. Pasar
modal dapat berperan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi
secara optimal. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal
sebagai suatu alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan
dibandingkan dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan. Modal yang
diperoleh dari pasar modal, selain lebih mudah memperolehnya, juga biaya untuk
memperoleh modal tersebut lebih murah.

Pasar modal akan berjalan baik jika informasi yang diperlukan oleh pihak yang
terlibat di dalamnya dapat diperoleh dengan cepat, tepat, dan akurat. Pasar modal
yang dapat berfungsi dengan baik akan dapat meningkatkan kinerja ekonomi melalui
peningkatan pendapatan nasional, terciptanya kesempatan kerja, dan semakin
meratanya hasil-hasil pembangunan bagi masyarakat.

Bertambahnya modal yang dapat dihimpun dalam suatu periode oleh suatu
perekonomian akan dapat menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja
bagi perekonomian akan dapat menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan
kerja bagi perekonomian tersebut. Kenaikan modal (investasi) mempunyai hubungan
positif dengan pendapatan nasional. Jika pada suatu periode terjadi pertambahan
modal, maka pendapatan nasional akan meningkat.

Demikian juga dengan penanaman modal terjadi, maka semakin bertambah pula
tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemerataan hasil-hasil pembangunan dapat
diciptakan dari adanya pendistribusian pemilikan perusahaan kepada masyarakat
melalui penjualan saham perusahaan yang ada dalam perekonomian tersebut. Jika
kinerja perusahaan yang go public meningkat, maka masyarakat akan menerima
penghasilan dari saham yang dimiliki berupa dividen, bunga, dan capital gain.

Definisi Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No.
1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal, adalah suatu sistem keuangan yang
terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga
perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.
Sedangkan dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian
fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut bursa efek.
Pengertian bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir
yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara
langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa efek ini berfungsi

untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui
mekanisme permintaan dan penawaran (Sutrisno, 2013:309).

Pasar modal dapat diartikan juga sebagai pasar yang dikelola secara terorganisir
dengan aktivitas perdagangan sekuritas (surat berharga), seperti obligasi, saham
preferen, saham biasa, waran, dan right dengan menggunakan jasa perantara,
komisioner, underwriter, dan lembaga yang lain yang ada pada pasar tersebut
(Miswanto, 1998:103).

Pasar modal dan industri sekuritas merupakan salah satu indikator untuk menilai
perekonomian suatu negara berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini disebabkan
perusahaan yang masuk ke pasar modal adalah perusahaan-perusahaan besar dan
kredibel di negara yang bersangkutan, sehingga bila terjadi penurunan kinerja pasar
modal bisa dikatakan telah terjadi pula penurunan kinerja di sektor riil. Dan kondisi
tersebut merupakan sinyal telah terjadinya penurunan perekonomian suatu negara.

Fungsi Pasar Modal

Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini
mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki
dana, maupun pemerintah. Pemerintah sangat berkepentingan dalam pembinaan
pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal bisa mencegah
terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri. Bila suatu negara tidak
ada pasar modal, kemungkinan besar akan terjadi capital flight karena tidak adanya
sarana investasi bagi para pemilik dana. Oleh karena itu pasar modal mempunyai
beberapa fungsi antara lain adalah (Sutrisno, 2013:310):

(1) Sebagai Sumber Penghimpunan Dana

Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah
satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal
selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan
secara konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan memanfaatkan
bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut adalah jumlah dana yang bisa
ditarik dari perbankan terbatas, karena pada industri perbankan dikenal dengan
adanya legal lending limit atau batas maksimal pemberian kredit (BMPK). Sehingga
bila perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar akan terhambat
dengan aturan perbankan tersebut. Oleh karena itu perusahaan bisa masuk ke pasar
modal untuk menggalang dana yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa
ada batasan besarnya dana.

(2) Sebagai Sarana Investasi


Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham atau obligasi) ke
pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik
dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa.
Sementara, pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan
menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan
yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka
bagi investor merupakan alternatif

instrumen investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap investor bisa
dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya
atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah
satu alternatif instrumen penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau
investasi langsung lainnya.

(3) Pemerataan Pendapatan

Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public, pemilik perusahaan


terbatas pada personal-personal pendiri perusahaan yang bersangkutan. Dengan go
public-nya perusahaan memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut
serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian
keuntungan atau dividen, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang
pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan
kepada masyarakat.

(4) Sebagai Pendorong Investasi

Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan pembangunan dan


perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
memajukan pembangunan membutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan
mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional
dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi
baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan
iklim investasi yang kondusif bagi mereka. Salah satu iklim investasi yang kondusif
adalah likuidnya pasar modal. Semakin baik pasar modal, semakin banyak
perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dan semakin banyak investor baik
nasional maupun asing yang bersedia menginvestasikan dananya ke Indonesia
melalui pembelian surat berharga di pasar modal.   

Manfaat Pasar Modal

Ada beberapa manfaat pasar modal yang dapat dirasakan baik oleh perusahaan
penerbit sekuritas (emiten), pemodal (investor), pemerintah maupun lembaga
penunjang pasar modal.

Manfaat pasar modal bagi emiten, yaitu (Martono, 2014:385):

1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.


2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan.

4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

5. Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga nominal
perusahaan.

6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi.

7. Tidak ada beban finansial yang tetap.

8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

9. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu.

10. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

Manfaat pasar modal bagi investor adalah:

1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ini


tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

2. Memperoleh dividen bagi yang memiliki saham dan mendapatkan bunga tetap
atau bunga mengambang bagi yang memiliki obligasi.

3. Memperoleh hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) bagi
pemegang saham dan mempunyai hak suara dalam rapat umum pemegang obligasi
(RUPO) bagi pemegang obligasi.

4. Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari saham


perusahaan A berganti ke saham perusahaan B sehingga dapat meningkatkan
keuntungan atau mengurangi risiko.

5. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen untuk mengurangi


risiko.

Manfaat pasar modal bagi pemerintah adalah:

1. Mendorong laju pembangunan.

2. Mendorong investasi.

3. Penciptaan lapangan kerja.

4. Bagi BUMN mengurangi beban anggaran.


Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang adalah: 

1. Menuju ke arah profesional di dalam memberikan pelayanannya sesuai dengan


bidang tugas masing-masing.

2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel.

3. Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang.

4. Likuiditas efek semakin tinggi.

Pasar modal di Indonesia dimulai ketika pemerintah Hindia Belanda mendirikan Bursa
Efek Batavia pada akhir tahun 1912. Tujuan didirikannya bursa efek tersebut untuk
memobilisasi dana dalam rangka membiayai perkebunan milik Belanda yang saat itu
dikembangkan secara besar-besaran di Indonesia. Pendirian bursa efek di Batavia
diikuti dengan pendirian bursa efek di Semarang dan di Surabaya pada tahun 1955.
Dengan berbekal pengalaman di negeri Belanda, bursa efek tersebut mengalami
perkembangan yang pesat sampai akhirnya terhenti dengan adanya perang dunia
kedua. Selanjutnya memasuki era kemerdekaan, Bursa Efek Indonesia kembali
diaktifkan dengan diterbitkannya obligasi pemerintah dan diberlakukannya UU
darurat tentang Bursa No. 13 tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan UU No.
15 tahun 1952. Namun usaha mengaktifkan bursa efek tidak mengalami
perkembangan sampai dekade 1970-an. Pemerintah mulai mengaktifkan kembali
pasar modal di Indonesia tahun 1976 dengan dikeluarkannya Keppres No. 52 tahun
1976 tentang Pasar Modal. Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1977, pemerintah
membentuk Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) serta PT. Danareksa.

Lembaga yang terkait dengan Pasar Modal

 Pasar modal sebagai wadah untuk mencari dana bagi emiten dan wadah investasi
bagi pemodal melibatkan berbagai pihak. Agar tercipta iklim investasi yang baik, dan
berlakunya pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan yang baik diperlukan
pengelolaan pasar modal efektif dan efisien. Ada beberapa lembaga yang mengelola
pasar modal, yaitu:

 1. Badan Pembina Pasar Modal

Tugas pokok Badan Pembina Pasar Modal adalah:

 a. Memberikan pertimbangan kebijakan kepada menteri keuangan dalam


melaksanakan wewenangnya di bidang pasar modal berdasarkan UU No. 15 tahun
1952 tentang Bursa.

 b. Memberikan pertimbangan kebijakan kepada menteri keuangan dalam


melaksanakan wewenangnya terhadap BUMN, PT. (Persero) Danareksa sebagaimana
dimaksud Keppres No. 52 tahun 1976.
Keanggotaan Badan Pembina Pasar Modal terdiri dari:

Ketua : Menteri Keuangan

Wakil Ketua : Menteri Negara Perencanaan Nasional/Ketua Bappenas

Anggota :

1. Menteri Perdagangan dan Industri

 2. Menteri Sekretaris Negara

 3. Gubernur Bank Indonesia

 4. Ketua BKPM

Sekretaris : Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan

2. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)

Tugas pokok BAPEPAM menurut Keppres No. 53 tahun 1990 tentang pasar modal
adalah:

a. Mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga surat berharga


dapat

ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur dan wajar, dan efisien serta
melindungi

kepentingan pemodal dan masyarakat umum.

b. Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga berikut:

1. Reksa dana

2. Bursa efek

3. Lembaga kliring, penyelesaian, dan simpanan

4. Perusahaan efek dan perorangan

5. Lembaga penunjang pasar modal yaitu: Tempat Penitipan Harta, Biro Administrasi

Efek, Wali Amanat, atau Penunjang

6. Profesi Penunjang Pasar Modal

3. Lembaga Penunjang Pasar Modal


Lembaga penunjang ini penting dalam mempertemukan antara emiten dengan
pemodal dan menjalankan fungsinya berada di antara kepentingan emiten dan
pemodal (investor). Pada prinsipnya lembaga penunjang menawarkan atau
menyediakan jasa-jasa, baik bagi emiten maupun investor. Lembaga penunjang pasar
modal dilihat dari fungsinya dapat dibedakan lembaga penunjang yang terlibat
dalam pasar perdana, pasar sekunder, dan penerbitan obligasi.

a. Lembaga Penunjang Pasar Perdana

Lembaga penunjang di pasar perdana ini nantinya yang membantu perusahaan atau
emiten yang akan go public untuk menawarkan sahamnya yang dijual langsung
kepada masyarakat.

Lembaga-lembaga ini adalah (Sutrisno, 2013:313) : 

(1) Penjamin emisi atau Underwriter

Penjamin emisi ini mempunyai tugas yang amat vital dalam proses go public, sebab
penjamin emisi inilah yang memandu emiten sejak emiten menyatakan kehendak
untuk menjual sahamnya sampai efek didaftarkan ke bursa. Tugas penjamin emisi ini
antara lain

(1) memberikan nasihat kepada emiten mengenai jenis efek, harga yang wajar, dan
jangka waktu yang layak untuk obligasi,

(2) menyatakan pendaftaran emisi efek dan membantu menyediakan dokumen-


dokumen yang dibutuhkan dalam proses emisi, termasuk penyusunan prospektus
dan merancang spesimen efek, dan

(3) mengorganisir penyelenggaran emisi.

(2) Akuntan Publik

Akuntan publik mempunyai tugas berkaitan dengan pembukuan dan penyusunan


laporan keuangan. Tugasnya adalah melakukan pemeriksaan laporan keuangan
perusahaan dan memberikan pendapat, memeriksa pembukuan, memberikan
petunjuk terhadap cara-cara pembukuan yang baik. 

(3) Konsultan Hukum

Konsultan hukum mempunyai tugas melakukan pemeriksaan terhadap keabsahan


usaha emiten seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, izin usaha,
bukti-bukti kepemilikan, perikatan-perikatan, maupun gugatan-gugatan terhadap
perusahaan.

(4) Notaris
Sebelum perusahaan go public terlebih dulu harus melaksanakan Rapat Umum
Pemegang Saham yang salah satu agendanya membahas rencana go public. Tugas
notaris adalah membuat berita acara RUPS, membuat konsep akta perubahan
Anggaran Dasar, dan menyiapkan naskah- naskah perjanjian dalam rangka emisi efek.

(5) Agen Penjual

Tugas agen penjual lebih diutamakan untuk melayani penjualan efek kepada investor
serta mengembalikan dana (refund) bila terjadi kelebihan permintaan, dan
penyerahan efek kepada investor.

(6) Perusahaan Penilai

Perusahaan penilai atau appraisal ini akan dimanfaatkan bila emiten akan
mengadakan revaluasi terhadap aktivanya, agar diperoleh gambaran yang riil
mengenai besarnya aset perusahaan, yang akan digunakan sebagai dasar dalam
melakukan go public.  

b. Lembaga Penunjang Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan jual beli efek yang terjadi di bursa, sehingga lembaga-
lembaga penunjang di pasar sekunder lebih banyak untuk membantu memperlancar
perdagangan efek di bursa.

Lembaga-lembaga tersebut adalah (Sutrisno, 2013:314):

 (1) Pedagang Efek

Pedagang efek ini kegiatannya adalah melakukan pembelian dan penjualan efek
untuk keuntungan perusahaannya sendiri. Pedagang efek inilah yang bisa
menghidupkan gairah pasar modal.

(2) Perantara Peragangan Efek (Broker)

Pada dasarnya yang bisa melakukan perdagangan di bursa adalah perusahaan yang
sudah terdaftar di bursa, sehingga individu tidak bisa melakukan transaksi secara
langsung ke bursa, tetapi harus melalui perantara yakni broker atau pialang. Dengan
demikian tugas broker ini adalah melakukan transaksi jual beli efek untuk
kepentingan orang lain, broker hanya sebagai perantara. Dan atas jasanya akan
mendapatkan fee tertentu dari para investor.

(3) Perusahaan Efek


Perusahaan efek ini mempunyai lingkup kegiatan yang sangat luas, bisa sebagai
pedagang efek, bisa sebagai perantara, dan juga bisa sebagai penjamin emisi.

(4) Biro Administrasi Efek

Biro Administrasi Efek merupakan lembaga penunjang pasar modal yang berperan
menyelenggarakan administrasi perdagangan efek. Lembaga ini secara teratur
menyediakan jasa-jasa untuk emiten dalam melaksanakan pembukuan, transfer dan
pencatatan, pembayaran dividen, dan membuat laporan tahunan. 

c. Lembaga Penunjang Penerbitan Obligasi

Instrumen yang bisa diterbitkan oleh emiten selain saham adalah obligasi, yakni surat
hutang berjangka panjang dengan nilai nominal tertentu dan setiap tahun
membayarkan bunga. Untuk mengeluarkan obligasi ini, lembaga penunjang yang
terlibat adalah (Sutrisno, 2013:315):

 (1) Wali Amanat atau Trustee

Wali amanat ini merupakan lembaga yang mewakili pemegang obligasi dalam
melakukan kontrol terhadap emiten. Lembaga ini bertugas menganalisis kemampuan
emiten, melakukan penilaian kekayaan emiten, memberikan nasihat, melakukan
pengawasan, dan memantau secara terus menerus perkembangan emiten, dan juga
berfungsi sebagai agen pembayar. Apabila diperlukan wali amanat, bisa memanggil
Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO).

(2) Penanggung atau Guarantor

Penanggung atau guarantor ini bertanggung jawab terhadap terpenuhinya


pembayaran bunga dan pokok obligasi pada waktunya. 

 (3) Agen Pembayar

Agen pembayar bertugas melakukan pembayaran bunga obligasi dan nilai nominal
obligasi pada saat jatuh tempo.   

Para Pelaku Pasar Modal

 Semaraknya aktivitas pasar modal tidak terlepas dengan adanya pemain-pemain


pasar di bursa. Ada beberapa pemain yang meramaikan lantai bursa, yaitu (Sutrisno,
2013:316-319):

 (1)  Investor, yakni instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen pasar
modal yang tujuan pemilikan efeknya untuk jangka panjang. Contohnya yayasan
dana pensiun, perusahaan asuransi, dan perusahaan-perusahaan lainnya.
(2) Speculator, adalah instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen
investasi pasar modal untuk tujuan jangka pendek. Biasanya pemain ini di bursa lebih
banyak.

(3) Acquisitor, merupakan instansi yang tujuan dalam pembelian saham untuk ikut
mengendalikan perusahaan yang mengeluarkan saham. Biasanya acquisitor ini akan
masuk pasar modal bila terjadi penjualan saham secara besar-besaran melalui tender
over, sehingga bisa membeli dalam porsi besar dan bisa ikut dalam manajemen
perusahaan.

Instrumen Pasar Modal

Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga (efek)
yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan No. 1548/KMK.013/1990 tanggal 4 Desember 1990, yang dimaksud
dengan efek adalah setiap surat pengakuan hutang, surat berharga komersiil, saham,
obligasi, sekuritas kredit, tanda bukti hutang, right, warrant, opsi atau setiap derivatif
dari efek atau setiap instrumen yang ditetapkan oleh BAPEPAM sebagai efek. Sifat
efek yang diperdagangkan di pasar modal (bursa efek) berjangka waktu panjang.
Instrumen yang paling umum diperjualbelikan melalui bursa efek di Indonesia saat ini
adalah saham dan obligasi (Martono, 2014:392-396). 

A. Saham

Saham adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada suatu
perusahaan. Ada beberapa jenis saham dalam praktek, yang dapat dibedakan
menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham.

 a. Jenis saham menurut cara pengalihannya

Ditinjau menurut cara pengalihannya, saham dibedakan menjadi:

(1) Saham atas unjuk (Bearer stock)

Di atas sertifikat tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan pemilikan saham atas
unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya
kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang. Pemilik saham atas unjuk harus
berhati-hati membawa dan menyimpannya, karena kalau saham tersebut hilang,
maka pemilik tidak dapat memintakan gantinya. Di Indonesia, PT. Zebra Taxi yang
berada di Surabaya adalah satu-satunya perusahaan yang pernah menerbitkan saham
atas unjuk dengan nilai nominal tertentu yang dulu didaftarkan di bursa paralel.

(2) Saham atas nama (Registered stock)

Di atas sertifikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara peralihan dengan dokumen
peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang
khusus memuat daftar nama pemegang saham. Kalau sertifikat ini hilang, pemilik
dapat meminta ganti. Di Indonesia selain PT. Zebra Taxi, semua perusahaan yang
menerbitkan saham merupakan saham atas nama.  

b. Jenis saham menurut manfaatnya

(1) Saham biasa

Saham biasa (common stock atau common share) biasanya selalu ada dalam struktur
modal saham. Jenis-jenis saham biasa antara lain:

a. Saham unggulan (blue chips). Saham yang diterbitkan besar, yang telah
memperlihatkan kemampuan dalam memperoleh keuntungan dan pembayaran
dividen.

b. Growth stocks. Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang laba dan pangsa
pasarnya mengalami perkembangan.

c. Emerging growth stocks. Saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang relatif
lebih kecil tetapi mempunyai daya tahan yang kuat dalam kondisi ekonomi yang
kurang baik.

d. Income stocks. Yaitu saham yang membayar dividen melebihi jumlah rata-rata
pendapatan.

e. Cyclical stocks. Adalah saham perusahaan yang mempunyai keuntungan


berfluktuasi dan sangat dipengaruhi oleh siklus usaha.

f. Defensive stocks. Yaitu saham perusahaan yang dapat bertahan dan tetap stabil
dari periode atau kondisi yang tidak menentu.

g. Speculative stocks. Pada prinsipnya semua saham yang diperdagangkan adalah


saham spekulatif, karena pada waktu membeli tidak ada kepastian keuntungan yang
akan kita dapat.

(2) Saham preferen

Saham preferen (preferred stocks) dalam praktek terdapat beberapa jenis yaitu:

a. Cumulative preferred stock

Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen
yang sifatnya kumulatif dalam suatu persentase atau jumlah tertentu. Sehingga jika
pada tahun tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar
sama sekali, maka hal ini diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.

b. Non cumulative stock


Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada
suatu persentase atau jumlah tertentu, tetapi tidak kumulatif.

 c. Participating preferred stock

Pemilik saham ini selain memperoleh dividen tetap juga memperoleh dividen
tambahan (extra dividend).

B. Obligasi 

Obligasi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, tergantung sudut mana kita
melihatnya, diantaranya dari sudut pengalihannya, jangka waktu, jaminan atas
obligasi, dan bunga yang dibayarkan, dan sebagainya.

 a. Jenis obligasi berdasarkan cara pengalihannya

Berdasarkan dari cara pengalihan obligasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
obligasi atas unjuk dan obligasi atas nama.

(1) Obligasi atas unjuk (Bearer bond)

Ciri-ciri obligasi antara lain: nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi,
kupon bunga yang dibayarkan tercantum dalam sertifikat, sangat mudah
dipindahtangankan, sertifikat dan kupon yang hilang tidak dapat diganti, dan
sebagainya. Pada umumnya obligasi di Indonesia adalah jenis obligasi atas unjuk.

(2) Obligasi atas nama (Registered bond)

Pada obligasi atas nama untuk pokok pinjaman, nama pemilik dan kupon bunga
tercantum dalam sertifikat. Sedangkan obligasi atas nama untuk bunga dan nama
pemilik tidak tercantum dalam sertifikat tetapi dicatat di perusahaan emiten guna
mempermudah dalam pengiriman bunga.

b. Jenis obligasi berdasarkan jaminan yang diberikan

Berdasarkan jaminan yang diberikan obligasi ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu
obligasi dengan jaminan (secured bonds) dan obligasi tanpa jaminan (unsecured
bonds).

(1) Obligasi dengan jaminan terdiri:

a. Guaranted bond (obligasi bergaransi)

Obligasi ini biasanya dikeluarkan oleh perusahaan kecil yang kekurangan dana.
Perusahaan ini biasanya berafiliasi atau menjadi anak perusahaan dari perusahaan
yang lebih besar. Perusahaan besar inilah yang memberikan jaminan terhadap
pelunasan pokok dan bunga obligasi dalam bentuk garansi. 
b. Mortgage bond (obligasi dengan jaminan real estate)

Obligasi ini dikenal juga dengan jaminan hipotek. Nilai jaminan yang diberikan
perusahaan penerbit obligasi tentu melebihi dari obligasi yang diterbitkan.

c. Collateral trust bond

Obligasi ini dijamin dengan efek yang dimiliki emiten dalam bentuk portofolio.
Kemungkinan pula emiten menjamin saham-saham anak perusahaannya.

d. Equipment trust bond

Jaminan yang diberikan bagi pemegang obligasi ini adalah berupa equipment yang
dimiliki oleh perusahaan penerbit obligasi dan equipment tersebut digunakan sehari-
hari, misalnya pesawat untuk perusahaan penerbangan.

(2) Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond) terdiri atas:

a. Debenture bond

Pada obligasi ini tidak ada aset yang menjadi jaminan, kecuali kejujuran, nama baik,
dan kesediaan membayar. Obligasi pemerintah biasanya memiliki sifat seperti ini.

 b. Subordinate debenture bond

Biasanya memiliki tingkat klaim yang lebih rendah dari semua obligasi emiten yang
beredar. Obligasi ini bunganya sangat tinggi, karena tingkat risiko tinggi dan
keamanannya paling rendah.

 c. Jenis obligasi berdasarkan cara penetapan dan pembayaran bunga

Berdasarkan atas penetapan bunga, ada beberapa jenis obligasi yaitu obligasi


dengan bunga tetap, obligasi dengan bunga tidak tetap, obligasi tanpa bunga, dan
obligasi perpetual.

 (1) Obligasi dengan bunga tetap

Obligasi ini memberikan bunga tetap yang dibayar setiap periode tertentu, dan pada
waktu jatuh tempo pokok pinjaman dibayarkan kepada pemegang obligasi.

 (2) Obligasi dengan bunga tidak tetap

Penetapan bunga dari obligasi ini bermacam-macam, misalnya bunga dikaitkan


dengan indek atau tingkat bunga deposito. 

(3) Obligasi tanpa bunga


Obligasi ini tidak memiliki bunga, keuntungan yang diperoleh dari pemilik obligasi ini
adalah selisih antara nilai pada waktu jatuh tempo yaitu sebesar nilai nominal dengan
selisih pada harga beli.

(4) Obligasi perpetual

Obligasi ini tidak mempunyai jatuh tempo, sehingga penerbit obligasi tidak
mempunyai kewajiban mengembalikan hutang kecuali jika perusahaan dilikuidasi.
Keuntungan yang diharapkan pemegang obligasi ini adalah bunga yang dibayar
secara periodik selama perusahaan berjalan.

C. Opsi (Option)

Option atau opsi di Indonesia belum umum diperdagangkan, namun dalam praktek
di luar negeri instrument ini sangat popular. Dalam penerbitan option terdapat dua
pihak yang terkait yaitu penulis (writer) dan pemegang (holder) option. Option ini
adalah efek yang bukan diterbitkan emiten. Ada dua istilah dalam option yaitu call
dan put option, call option memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli
saham pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. Harga ini lazim disebut
exercise price atau striking price. Sedangkan jika memiliki put option maka kita
memperoleh hak untuk menjual saham tertentu dengan harga dan hari yang telah
ditentukan.

 D. Waran (Warrant) 

Warrant adalah salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan terlebih dahulu. Syarat-syarat tersebut biasanya mengenai:
harga saham yang akan dibeli (tanpa menghiraukan harga pasar), jumlah saham yang
dapat dibeli. Masa berlaku warrant biasanya 5-10 tahun.

E. Penerbitan Sekuritas kepada Masyarakat (Public Issue)

Perusahaan dapat mendapatkan dana dari publik (masyarakat) atau dari privat (orang
atau lembaga tertentu). Untuk mendapat dana dari publik (masyarakat), perusahaan
dapat melakukan public issue dan untuk mendapatkan dana kalangan tertentu,
perusahaan dapat melakukan privat placement. Public issue adalah menjual sekuritas
obligasi atau saham kepada masyarakat umum, sedangkan privat placement adalah
menjual sekuritas saham atau obligasi kepada beberapa investor yang terbatas
(kadang-kadang hanya satu investor).

Saat perusahaan mengeluarkan sekuritas kepada masyarakat umum, biasanya


menggunakan jasa investment banker. Investment banker adalah lembaga perantara
antara pihak yang butuh dana dan pihak yang kelebihan dana. Fungsi investment
banker adalah membeli sekuritas baru dari perusahaan yang menerbitkan sekuritas
tersebut dan kemudian menjual kembali pada masyarakat.

F. Privileged Subscription
Selain menerbitkan sekuritas untuk dijual kepada investor, perusahaan dapat
menawarkan privileged subscription kepada para pemegang saham. Privileged
subscription adalah menjual sekuritas baru yang mana pemegang saham yang ada
diberi preferensi dalam pembelian sekuritas untuk menambah proporsi jumlah
lembar saham yang mereka telah miliki. Metode penawaran ini disebut juga
penawaran hal (right offering).

G. Right

Right adalah hak yang diberikan kepada pemilik saham biasa untuk membeli
tambahan penerbitan saham baru. Hak ini biasanya dicantumkan dalam anggaran
dasar perusahaan. Ada dua tujuan diadakannya right yaitu:

a. Agar pemilik saham lama dapat mempertahankan pengendaliannya atas


perusahaan.

b. Untuk mencegah penurunan nilai kekayaan pemilik saham lama.

TOPIK 3

MANAJEMEN KAS

Pengertian Kas dan Surat Berharga


Kas dan setara kas merupakan aktiva paling likuid yang dimiliki perusahaan. Menurut
Sartono (2010: 415), kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand)
dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito, rekening
koran. Sedangkan surat berharga merupakan investasi jangka pendek yang bersifat
temporal, yang apabila perusahaan memerlukan kas dengan segera dapat menjual
atau diubah dalam bentuk kas.

Kas dibutuhkan dalam kegiatan operasi perusahaan seperti untuk membayar gaji dan
biaya-biaya tunai lain yang timbul dari operasi perusahaan, pembelian bahan baku
dan aktiva tetap, pembayaran deviden, pelunasan hutang, dll. Karena itu jumlah kas
dalam perusahaan harus bisa memenuhi semua kebutuhan tersebut, agar operasi
perusahaan tidak terganggu. Seringkali keberhasilan dalam sebuah perusahaan,
tergantung kemampuan perusahaan dalam menyediakan kas untuk kegiatan operasi
atau membayar kewajiban financial tepat pada waktunya.

Motif Memiliki Kas


Memegang kas menimbulkan trade off  bagi perusahaan, karena kas merupakan
aktiva yang tidak memberikan penghasilan (non earning asset). Namun perusahaan
harus tetap mempertahankan kas, demi kelangsungan hidupnya. Menurut Sartono
(2010: 415), ada tiga motif kepemilikan kas, yaitu:

a.    Motif transaksi

Karena aliran kas masuk tidak sama denga aliran kas keluar, maka diperlukan adanya
kas untuk melakukan transaksi usaha, seperti membayar upah tenaga kerja, pajak,
deviden, pengadaan persediaan.

b.    Motif berjaga-jaga

Karena ketidakpastian aliran kas pada masa mendatang, dan kemampuan meminjam
perusahaan untuk menambah kebutuhan dana. Bila perusahaan dapat mengetahui
dengan pasti aliran kasnya maka kebutuhan untuk berjaga-jaga akan relatif kecil

c.    Motif spekulatif

Kebutuhan kas untuk memperoleh keuntungan karena perubahan harga surat


berharga. Jika diperkirakan tingkat bunga akan naik dan harga surat berharga akan
tuurun, disarankan untuk menahan kas, termasuk dana disimpan di bank, sampai
tingkat bunga naik kembali. Sebaliknya ketika tingkat bunga diperkirakan turun,
maka sebaiknya investasi pada surat berharga, dan menjualnya kembali pada saat
harga surat berharga  naik.

Teknik-teknik Manajemen Kas


Manajemen kas telah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan
oleh suku bunga yang cenderung naik dan perkembangan tekonoologi yang pesat.
Kenaikan pada suku bunga menyebabkan biaya kesempatan karena memegang kas
semakin besar, sehingga manajemen kas harus menemuka cara yang lebih efisien
dalam mengelola kas. Ada 5 teknik manajemen kas yang   dapat digunakan oleh
perusahaan:

1)        Mensinkronkan arus kas

Ini berarti, perusahaan berusaha menyesuaikan waktu arus kas masuk denga arus kas
keluar, sehingga anggaran kas dapat diperkecil

2)        Menggunakan float

Float menggunakan perbedaan antara saldo yang ada pada buku cek perusahaan,
dengan saldo catatan pada bank. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu antara
penulisan cek dengan pencairan cek di bank. Perusahaan akan mempercepat
pencairan cek yang diterima dan memperlambat pencairan pada cek yang
dibayarkan.

3)        Mempercepat pengumpulan kas


Mempercepat pengumpulan kas dapat dilakukan dengan beberapa teknik. Teknik
yang pertama adalah concentration banking, yaitu mendirikan pusat pengumpulan
dana di semacam kantor cabang. Langganan di daerh tertentu diminta untuk
melakukan pembayaran melalui pusat dana tersebut. Berarti cek dikeluarkan dan
dikliring pada daerah yang sama, sehingga mengurangi waktu yang dibutuhkan
untuk kliring.

Teknik yang kedua adalah menggunakan lock boxes system, yaitu perusahaan


menyewa kotak pos di suatu daerah tertentu. Pelanggan diminta mengirim cek pada
kotak pos tersebut. Kemudian bank lokal akan mengumpulkan, mendepositokan, dan
memulai proses kliring, setelah itu bank akan memberitahukan perusahaan.

Teknik yang ketiga adalah pre-authorised debit system, yaitu dana secara otomatis
ditransfer dari rekening pelanggan ke rekening perusahaan pada hari yang telah
ditentukan.

4)        Menentukan kapan dan dimana dana dibutuhkan, dan memastikan dana


tersebut tersedia pada waktu dan tempat yang tepat

5)        Mengontrol pembayaran

Manajemen Investasi Surat Berharga

           Pada dasarnya kelebihan kas akan diinvestasikan ke dalam surat berharga
yang likuid. Walaupun tingkat pengembalian yang dihasilkan dari surat berharga
lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lainnya, tapi surat berharga dapat dengan
segera dirobah menjadi kas pada saat dibutuhkan. Surat berharga digunakan sebagai
investasi temporer yang timbul akibat adanya kebutuhan dana perusahaan yang
bersifat musiman, dan kewajiban financial yang telah diketahui atau diprediksi
sebelumnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan surat berharga, yaitu:

a.    Resiko kegagalan (deafult risk)

Yaitu resiko ketidakmampuan penerbit surat berharga membayar kembali bunga dan
pokok pinjaman.

b.    Resiko peristiwa (event risk)

Yaitu resiko terjadinya peristiwa yang bisa meningkatkan resiko kegagalan.


Contohnya rekapitulasi dan leverage buy out  (LBO)

c.    Resiko suku bunga (interest rate risk)

Yaitu resiko yang timbul karena perubahan suku bunga di pasar, yang menyebabkan
perubahan pengembalian dan harga surat berharga.
d.   Resiko  inflasi (inflantion risk / marketability risk)

Yaitu resiko turunnya daya beli dari pendapatan yang berasal dari surat berharga
dikarenakan inflasi.

e.    Resiko likuiditas (liquidity)

Yaitu resiko tidak terjualnya surat berharga pada harga yang wajar.

Karena tujuan membeli surat berharga adalah sebagai cadangan kas (cash reserve),
maka manejer sebaiknya memilih surat berharga yang mempunyai resiko rendah,
dengan konsekuensi rendahnya return yang diterima.

Model Penentuan Saldo Kas Minimal


Karena adanya trade off dalam pemilihan kas oleh perusahaan, maka perlu dilakukan
manajemen kas. Tujuannya untuk menentukan saldo kas optimal yang harus dimiliki
perusahaan, sehingga kelancaran kegiatan perusahaan tidak terganggu. Jumlah kas
yang optimal atas trade offI  antara tingkat bunga dengan biaya tansaksi. Apabila
kondisi di masa yang akan datang dapat diketahui dengan pasti, maka jumlah kas
yang optimal akan mudah ditentukan.

Untuk menentukan jumlah kas yang optimal, digunakan asumsi: bila perusahaan
mengalami kelebihan kas, maka kelebihan kas akan diinvestasikan dalam bentuk
surat berharga. Hal ini dapat dilakukan sepanjang tidak mempersulit perusahaan
melakukan pembayaran. Jika merubah surat berharga menjadi kas dan sebaliknya
tidak menimbulkan biaya, maka sebenarnya perusahaan tidak memerlukan kas.

 a.    Model Persediaan

Model ini dikembangkan oleh William Baumol, yang pada prinsipnya menggunakan
model persediaan untuk menentukan Economic Order Quantity  (EOQ) guna
menentukan jumlah kas optimal. Model ini hanya bisa digunakan untuk kondisi
kepastian kas, dengan asumsi bahwa keputusan kas perusahaan relatif stabil dan
dapat diperkirakan, serta arus kas masuk dari operasi juga relatif stabil.

Pada model persediaan, jumlah kas yang optimal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

C=√((2.F.T)/k) 

Keterangan:

C     = saldo kas optimal / jumlah transfer kas yang optimal

F     = Ficed cost atau biaya tetap untuk menjual dan membeli surat berharga
T     = Jumlah kas yang dibutuhkan untuk mendanai transaksi selama satu periode

k     = Opportunity costn da  atau biaya kesempatan dari memegang uang tunai,
besarnya sama dengan tingkat keuntungan yang diperoleh jika membeli surat
berharga

Menurut model ini, total biaya untuk mempertahankan kas akan teurdiri dari total
biaya transaksi merubah surat berharga menjadi kas dan sebaliknya, ditambah
dengan total opportunity cost atau biaya kesempatan karena memegang kas. Biaya-
biaya ini dapat dihitung dengan persamaan:

Total biaya transaksi=T/C x F 

Total biaya opportunity=C/2 x k 

Pada saat menggunakan model persediaan, total biaya untuk mempertahankan kas
akan minimum, dimana pada saat itu total biaya transaksi sama dengan total biaya
kesempatan.

Contoh: Kebutuhan kas PT. Berkah rata-rata setiap tahunnya Rp 180 juta. Biaya untuk
merubah kas menjadi surat berharga dan sebaliknya adalah Rp 250.000 tingkat
pengembalian tahunan dari surat berharga diketahui sebesar 10%. Dari data ini
tentukan:

1)      Berapakah  biaya kas yang optimal atau nilai obligasi yang harus dijual setiap
kali transaksi

2)      Berapakah saldo kas rata-rata

3)      Berapa kali transaksi terjadi dalam setahun

4)      Berapa total biaya pengelolaan kasa

Jawab:

1)   Jumlah kas optimal atau nilai obligasi yang harus dijual setiap kali transaksi

 C=√((2.(Rp 250.000).(Rp 180 juta))/0,1) 

C=Rp 30 juta 

2)   Jumlah saldo kas rata-rata

 C=(Rp 30 juta)/2 

C=Rp 15 juta 
3)   Jumlah transaksi yang terjadi dalam setahun

 C=(Rp 30 juta)/2 

C=Rp 15 juta 

4)   Besarnya total biaya pengeluaran kas

= Rp 1,5 juta + Rp 1,5  juta

= Rp 3 juta

Model persediaan mempunyai kelemahan yang timbul akibat asumsi yang


digunakannya. Model ini mengasumsikan kebutuhan kas perusahaan dan arus kas
masuk dari operasi relatif stabil, sementara dalam prakteknya kebutuhan kas maupun
penerimaan kas dari operasi perusahaan berfluktuasi sepanjang tahun.

b.   Model Stokhastik atau Miller-Orr

Dalam kondisi ketidakpastian terhadap kebutuhan dan penerimaan kas operasi, yang
lazimnya dialami suatu perusahaan, penerapan model persediaan kurang cocok.
Model yang lebih baik digunakan untuk kondisi ini adalah model penentuan kas
optimal yang mempertimbangkan unsur ketidakpastian. Model ini dikembangkan
oleh Merton Miller dan Daniell Orr, yang disebut dengan model stokhastik.

Pada dasarnya model ini menentukan batas atas dan batas bawah dari fluktuasi kas
perusahaan. Apabila kas yang dimiliki perusahaan mencapai batas atas, maka
perusahaan akan membeli sura berharga untuk menurunkan saldo kas. Sebaliknya
jika saldo  kas perusahaan mencapai batas bawah, maka perusahaan akan menjual
surat berharga yang dimilikinya, untuk menambah jumlah kas. Selama kas
perusahaan masih berada antara batas atas dan batas bawah, perusahaan tidak
melakukan transaksi.

Besarnya batas atas dan batas bawah saldo kas perusahaan ditentukan oleh
manajemen, dengan mempertimbangkan biaya tetap setiap transaksi surat berharga,
dan biaya kesempatan karena mempertahankan kas. Miller-Orr menetapkan batas
bawah sebesar nol, tapi batas atas sebesar h, atau bisa lebih dari 0.

Adapun rumus untuk menentukan saldo kas optimal menurut Miller-Orr dalam
Sartono (2010: 426) dan Atmaja (1999: 389-390) adalah sebagai berikut:
Z=∛(〖3br〗^2/4i) 

H = 3Z – 2L

Keterangan:

Z     = Saldo kas optimal

b     = Fixed cost  untuk biaya transaksi

r2     = varians arus kas bersih harian

i      = bunga

H    = Batas atas saldo kas

L     = Batas bawah saldo kas

Contoh: Pengbesar eluaran kas setiap hari perusahaan PT. SBC bersifat acak. Varians
arus kas ditaksir sebesar Rp 1.000. kas yang menganggur bisa diinvestasikan ke
dalam surat berharga dengan tingkat keuntungan 18% per tahun. Biaya transaksi
untuk mengkonversikan surat berharga sebesar Rp 500 per transaksi. Dari data ini
tentukanlah:

1)      Berapakah jumlah kas optimal perusahaan

2)      Berapakah batas atas kas perusahaan

3)      Berapakah rata-rata saldo kas perusahaan

Jawab:

1)      Jumlah kas optimal perusahaan

 Z=∛((3(500)(1000))/(4(0,018/360))) 

=Rp 908,56 

2)      Batas atas kas perusahaan

H = (3 x Rp 908,56) – (2.0)
H = Rp 2.725,68

3)      Batas bawah kas perusahaan

 = Rp 1.211,47

Catatan :
Untuk memudahkan anda memahami topik ini, anda dapat melihat penjelasan
rincinya pada link 

TOPIK 4
MANAJEMEN MODAL KERJA

4.1 Pengertian Modal Kerja


Setiap perusahaan selalu menerbitkan modal kerja yang akan digunakan untuk
membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku,
membayar gaji pegawai, membayar upah tenaga kerja langsung, membayar utang dan
lain-lain. Kekurangan uang tunai (kas) akan menyebabkan perusahaan tidak mampu
membayar kewajiban jangka pendek, sedangkan kekurangan persediaan akan
menyebabkan perusahaan tidak memperoleh keuntungan karena calon pembeli tidak
jadi membeli produk perusahaan.

Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen
atas aset lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan. Manajemen modal kerja
yang efektif menjadi sangat penting untuk pertumbuhan kelangsungan perusahaan
dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk
memperluas penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinannya
akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal
kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.

Menurut Weston dan Brigham dalam Sawir (2001: 129) modal kerja merupakan
investasi perusahaan dalam jangka pendek seperti kas, surat berharga, piutang dagang,
dan persediaan. Investasi jangka pendek berbeda dengan  investasi jangka panjang
dalam periode perputaran investasi. Investasi jangka pendek memerlukan waktu
berputar yang lebih singkat dari satu priode normal perusahaan, sedangkan investasi
jangka panjang membutuhkan waktu yang lebih lama dari periode normal perusahaan.

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah :

1.      Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aset lancar sehingga tingkat
pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang
digunakan untuk membiayai aset-aset tersebut.
2.      Meminimalkan biaya modal yang digunakan untuk membiayai aset lancar.

3.      Pengawasan terhadap arus dana dalam aset lancar dan ketersediaan dana dari
sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya
pada saat jatuh tempo.

Modal kerja mengandung dua pengertian, yaitu gross working capital yang


merupakan keseluruhan dari jumlah aset lancar, dan net working capital  yang
merupakan selisih antara aset lancar dikurangi utang lancar. Bagi seorang akuntan,
istilah modal kerja mengacu pada net working capital. Konsep ini menunjukkan
sampai sejauh mana perusahaan dilindungi dari masalah likuiditas. Sedangkan bagi
seorang manajer keuangan, istilah modal kerja mengacu pada gross working
capital. Hal ini rasional, karena agak sulit untuk mengelola secara aktif selisih bersih
aset lancar dan utang lancar tersebut, terutama jika selisih tersebut mengalami
perubahan terus menerus.

Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan atas 3 (tiga) konsep,
yaitu :

a.    Konsep Kuantitatif

Konsep ini didasarkan pada kuantitas atau jumlah dana yang tertanam pada aktiva
lancar atau investasi jangka pendek. Pengertian modal kerja pada konsep ini, modal
kerja merupakan seluruh aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Modal kerja pada
konsep ini disebut dengan modal kerja bruto (Gross Working Capital)

b.    Konsep Kualitatif

Konsep ini didasarkan pada jumlah aktiva lancar yang benar-benar bisa dimanfaatkan
perusahaan untuk membiayai operasinya, tanpa mengganggu likuiditas perusahaan.
Modal kerja pada konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar dari hutang lancar
yang dimiliki perusahaan. Modal kerja pada konsep ini disebut dengan modal kerja
nett (Net Working Capital  )

c.    Konsep Fungsional

Konsep ini didasarkan pada fungsi dari dana yang menghasilkan pendapatan. Ada
sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode akuntansi tertentu yang
seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sebagian lagi
digunakan pada periode tersebut, tetapi tidak menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut, melainkan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-
periode yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode
berikut (future income).

Modal kerja pada konsep ini adalah seluruh dana yang digunakan pada periode
akuntansi, yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode tersebut
(current income), yang sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan. Jika
tidak sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan, maka dana yang
menghasilkan current income   disebut dengan modal kerja potensial.
Berkaitan dengan pengertian modal kerja dari ketiga konsep tersebut di atas dapat
diberikan contohnya sebagai berikut:

PT. Kencana Asri

Neraca

Per 31 Desember 2018

(dalam ribuan rupiah)

Aset Lancar : Kewajiban Lancar :

Kas                                  24.000 Utang Dagang                 36.000

Surat Berharga                56.000 Utang Wesel                    60.000

Piutang Dagan                80.000 Utang Pajak                     29.000

Persediaan                     100.000

Jlh Aset Lancar            260.000 Jlh Kewajiban Lancar 


125.000
 
 
Aset Tetap :
Kewajiban Jangka Panjang :
Tanah                            150.000
Obligasi                         200.000
Gedung                         300.000
 Ekuitas :
Mesin                            250.000
Modal saham                425.000
Jlh Aset Tetap             700.000
Laba Ditahan                 210.000
Total Aset                    960.000
Total Pasiva                 
960.000
 
Keterangan :

a)      Penyusutan setiap tahunnya:

Gedung           Rp 60.000.000,-

Mesin              Rp 35.000.000,-

b)      Penjualan kredit dengan profit margin  sebesar 20%

Dari data tersebut, maka hitunglah jumlah modal kerja perusahaan


menurut konsep kuantitaif, kualitatif, dan fungsional !

Jawab :

 Jumlah modal kerja menurut konsep kuantitatif  adalah keseluruhan dari jumlah aset lancar,
sehingga modal kerjanya adalah sebesar Rp 260.000.000,-
 Jumlah modal kerja menurut konsep kualitatif adalah selisih antara aset lancar dengan utang
lancar, yaitu 260.000.000 – Rp 125.000.000 = Rp 135.000.000,-
 Jumlah modal kerja menurut konsep fungsional adalah :

Modal Kerja :

Kas                              Rp   24.000.000,-

Piutang (80%)             Rp   64.000.000,-

Persediaan                   Rp 100.000.000,-

Penyusutan Gedung    Rp   60.000.000,-

Penyusutan Mesin       Rp   35.000.000,-

Jumlah                         Rp 283.000.000,-

Modal Kerja Potensial :

Surat Berharga            Rp   56.000.000,-

Margin Laba                Rp   16.000.000,-

Jumlah                         Rp   72.000.000,-

Bukan Modal Kerja :

Tanah                          Rp 150.000.000,-

Gedung                       Rp 240.000.000,-
Mesin                          Rp 215.000.000,-

Jumlah                         Rp 605.000.000,-

Catatan :
Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan konsep modal kerja dapat
anda simak pada video pembelajaran berikut ini 

4.2 Jenis Modal Kerja


Dalam menjalankan operasi sehari-hari suatu perusahaan biasanya membutuhkan
modal kerja yang sifatnya suatu keharusan, yaitu modal kerja yang sifatnya harus ada
dalam suatu perusahaan, dan ada modal kerja menurut kebutuhan yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan keadaan. Dari hal tersebut, modal kerja dapat
dibedakan 2 (dua) jenis, yaitu :

1.    Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Merupakan modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan aktivitasnya. Modal kerja ini diperlukan secara terus menerus untuk
kelancaran usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan menjadi:

    a)    Modal Kerja Primer

         Modal kerja primer adalah jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.

    b)   Modal Kerja Normal

Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis. Artinya, jika rata-rata produksinya
selama 6 bulan adalah 2.000 unit per bulan, maka dapat dikatakan bahwa kapasitas
produksi normalnya adalah 2.000 unit. Jika 6 bulan berikutnya rata-rata produksi
adalah 3.000 unit per bulan, maka kapasitas produksi normalnya berubah menjadi
3.000 unt.

2.    Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal kerja variable adalah modal kerja yang penggunaannya selalu mengalami
perubahan sesuai dengan keadaan. Perubahan tersebut dikarenakan fluktuasi musim,
fluktuasi konjungtur, dan perubahan yang sifatnya darurat, sehingga modal kerja
variable dibedakan atas :

a)      Modal Kerja musiman

Merupakan modal kerja yang berubah-ubah karena fluktuasi musim.


b)      Modal Kerja Siklis

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtor

c)      Modal Kerja Darurat

Merupakan modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya.

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi


Kebutuhan Modal Kerja
Dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, pihak manajemen akan
membutuhkan dana yang cukup untuk menjamin kontinuitas operasinya tersebut.
Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu :

1.      Volume Penjualan

Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi


kebutuhan modal kerja. Apabila penjualan meningkat, maka kebutuhan modal
kerjapun akan meningkat demikain pula sebaliknya.

2.      Besar Kecilnya Skala Usaha Perusahaan

Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar berbeda dengan perusahaan kecil.
Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat luasnya
sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil
yang sangat tergantung hanya pada beberapa sumber saja. Pada perusahaan kecil,
tidak tertagihnya beberapa piutang para pelanggan dapat sangat mempengaruhi
unsur-unsur modal kerja lainnya seperti kas dan persediaan.

3.      Aktivitas Perusahaan

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang
dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki
piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja
suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang
dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.

4.      Perkembangan Teknologi

Kemjuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan


mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatisasi yang mengakibatkan proses
produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak
agar kapasitas masimum dapat tercapai. Selain itu, akan membuat perusahaan
mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula.

5.      Sikap Perusahaan Terhadap Lukiditas dan Profitabilitas

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah
modal kerja yang relative besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba
perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih
besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi
yang dilakukan dan risiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan
mempunyai persediaan barang yang cukup.

TOPIK 5

MANAJEMEN MODAL KERJA LANJUTAN + TEORI STRUKTUR MODAL

5.1 Kebijakan Modal Kerja


Menurut Sartono (2010: 386–390) dan Sawir (2001: 138-140), ada 3 alternatif
kebijakan manajemen dalam pemenuhan modal kerja.

1.    Kebijakan Modal Kerja Moderat atau Matching Approach

Merupakan kebijakan untuk mendanai aktiva lancar berfluktuasi atau modal kerja
variabel dengan sumber dana jangka pendek, dan aktiva lancar permanen atau
modal kerja permanen, serta aktiva tetap, dengan sumber dana jangka panjang.
Sumber dana jangka panjang yang dapat digunakan perusahaan, bisa berupa hutang
jangka panjang, atau modal sendiri. Kebijakan ini dimaksudkan untuk  resiko, jika
perusahaan menggunakan sumber dana jangka pendek untuk aktiva lancar
permanen dan aktiva tetap, yaitu tidak dapat membayar kembali kewajiban pada saat
jatuh tempo.
2.    Kebijakan Modal Kerja Konservatif (concervative approach)

Merupakan kebijakan untuk mendanai aktiva tetap, aktiva lancar permanen atau
modal kerja permanen dan sebagian aktiva lancar berfluktuasi atau modal kerja
variabel, dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, dan sebagian lagi dari
aktiva lancar berfluktuasi atau modal kerja variabel dengan sumber dana jangka
pendek. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkecil resiko tidak terbayarnya
kewajiban, walaupun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan. Sebab sumber
dana jangka panjang membutuhkan biaya dana yang lebih besar.
3.    Kebijakan Modal Kerja Agresif (Agresive Approach)

Merupakan kebijakan untuk mendanai aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar
permanen atau modal kerja permanen, dengan sumber dana jangka panjang.
Sedangkan sebagian aktiva lancar permanen atau modal kerja permanen yang lain,
dan aktiva lancar berfluktuasi didanai dengan sumber dana jangka pendek.
Pendekatan ini akan menyebabkan sumber dana jangka pendek akan lebih besar
dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar, karena menanggung biaya dana yang lebih kecil. Akan
tetapi kebijakan ini juga akan memperbesar resiko tidak terlunasinya kewajiban tepat
waktu.

Ketiga kebijakan modal kerja ini, memperlihatkan adanya trade off  antara


profitbilitas dengan resiko yang ditanggung perusahaan. Seorang menajer keuangan
harus bisa memiih kebijakan yang memaksimumkan kemakmuran pemegang saham
perusahaan dengan memperhatikan trade off ini, serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya, serta variabilitas penjualan dan aliran kas perusahaan.
Contoh :

PT. Lintang Pukang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan.


Pada tahun 2020 yang akan datang, perusahaan merencanakan untuk menentukan
tingkat aset lancar yang maksimal. Adapun data yang dmiliki perusahaan adalah
sebagai berikut :

a.       Proyeksi penjualan pada tahun 2020 diperkirakan akan meningkat menjadi Rp


70.000.000,-

b.      Ratio utang dipertahankan sebesar 50%.

c.       Aset tetap Rp 20.000.000.-

d.      Laba operasi 20% dari penjualan.

e.       Suku bunga pinjaman diperkirakan sebesar 17%

f.       Tarif pajak sebesar 25%.

Manajer keuangan perusahaan sedang mempertimbangkan 3 (tiga) alternative


kebijakan modal kerja, yaitu :

1)      Kebijakan konservatif dengan menetapkan jumlah aset lancar sebesar 55% dari
penjualan.

2)      Kebijakan moderat dengan menetapkan jumlah aset lancar sebesar 50% dari
penjualan.

3)      Kebijakan agresif dengan menerapkan jumlah aset lancar sebesar 40% dari
penjualan.

Jawab :
Keterangan Alternatif Kebijakan Model Kerja
Konservatif Moderat Agresif
Penjualan 70.000.000,- 70.000.000,- 70.000.000,-

Aset tetap 20.000.000,- 20.000.000,- 20.000.000,-

Aset lancar 38.500.000,- 35.000.000,- 28.000.000,-

Total aset 58.500.000,- 55.000.000,- 48.000.000,-


Utang lancar 29.250.000,- 27.500.000,- 24.000.000,-

Modal sendiri 29.250.000,- 27.500.000,- 24.000.000,-


Laba operasi (EBIT) 14.000.000,- 14.000.000,- 14.000.000,-

Beban bunga (17%)   4.972.500,- 4.675.000,- 4.080.000,-


Laba sebelum pajak   9.027.500,- 9.325.000,- 9.920.000,-
(EBT)
  
Pajak (25%)
2.256.875,- 2.331.250,- 2.480.000,-
Laba Bersih setelah
pajak (EAT) 6.770.625,- 6.993.750,- 7.440.000,-
Return on equity 23,15% 25,43% 31,00%
(ROE)

Current Ratio
131,62% 127,12% 116,67%
Penjelasan perhitungan Tabel
Earning after Tax (EAT) = Laba Bersih setelah Pajak
Equity = Modal sendiri
Return on Equity (ROE) = (Laba Bersih setelah Pajak / Equity) x 100%
Kebijakan Modal Konservatif
ROE = (Rp 6.770.625/ Rp 29.250.000) x 100%
        = 23,15% artin ya setiap penggunaan Rp 1 modal sendiri mendapatkan laba
bersih sebesar Rp 0,2315
Kebijakan Modal Moderat
ROE = (Rp 6.993.750/ Rp 27.500.000) x 100%
        = 25,43% artinya setiap penggunaan Rp 1 modal sendiri, mendapatkan laba
bersih sebesar RP 0,2543 
Kebijakan Modal Agresif
ROE = (Rp 7.440.000/ Rp 24.000.000) x 100%
        = 31,00% artinya setiap penggunaan Rp 1 modal sendiri, mendapatkan laba
bersih sebesar Rp 0,3100

Current Ratio = Rasio Lancar


Current Ratio = (Aset Lancar / Utang Lancar) x 100%
Kebijakan Modal Konservatif
Current Ratio = (Rp 38.500.000/ Rp 29.250.000) x 100%
                       = 131,62% artinya setiap Rp 1 Utang Lancar dijamin dengan Aset
Lancar sebesar Rp 1,3162 
Kebijakan Modal Moderat
Current Ratio = (Rp 35.000.000/ Rp 27.500.000) x 100%
                       = 127,12% artinya setiap Rp 1 Utang Lancar dijamin dengan Aset
lancar sebesar Rp 1,2712 
Kebijakan Modal Agresif
Current Ratio = (Rp 28.000.000/ Rp 24.000.000) x 100%
                       = 116,67 % artinya setiap Rp 1 Utang Lancar dijamin dengan Aset
Lancar sebesar Rp 1,1667

Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa kebijakan agresif akan


memberikan Return on Equity  (ROE) yang paling tinggi dibandingkan dengan dua
kebijakan yang lain. Namun demikian, terlihat bahwa ratio lancarnya (current
ratio) paling rendah, hal ini berarti bahwa likuiditas perusahaan tersebut juga rendah.
Dengan demikian, risiko untuk tidak mampu memenuhi kewajiban finansialnya juga
rendah.
Catatan :
Untuk lebih memahami penyelesaian soal diatas, dapat anda saksikan
penjelasan lebih lengkapnya pada video berikut ini :

5.2 Menaksir Jumlah Modal Kerja dengan


Metode Perputaran Modal Kerja
Besarnya modal kerja yang diperlukan suatu perusahaan akan berbeda dengan
perusahaan yang lain. Hal ini disebabkan karena perbedaan produk yang dibuat,
jangka waktu siklus operasi, tingkat penjualan, kebijakan persediaan, kebijakan
penjualan kredit, dan efisiensi manajemen aktiva lancar, antara satu perusahaan
dengan perusahaan yang lain.

Menurut Sartono (2010: 390) ada tiga metode yang bisa digunakan untuk
menentukan kebutuhan modal kerja suatu perusahaan, yaitu metode perputaran
modal kerja, metode keterikatan dana dan metode aliran kas. Ketiga metode ini
memberikan perhitungan yang berbeda terhadap kebutuhan modal kerja. Hal ini
disebabkan karena perbedaan pengertian modal kerja pada masing-masing metode.

a.    Metode Perputaran Modal Kerja

Metode ini merupakan pengertian modal kerja yang sesuai dengan pengertian modal


kerja yang digunakan oleh berbagai bank yang ada di Indonesia. Modal kerja pada
metode ini, diartikan sebagai aktiva lancar yang digunakan untuk operasi perusahaan.
Oleh karena itu, piutang kepada manajemen, investasi pada surat berharga, dan
aktiva lancar lainnya e tidak digunakan dalam operasi perusahaan, tidak termasuk
dalam modal kerja.

Metode perputaran modal kerja, menentukan kebutuhan modal kerja dengan


memperhatikan perputaran setiap elemen pembentuk modal kerja. Hasil
perhitunganny, dijadikan dassar untuk menghitung kebutuhan modal kerja pada
masa datang, dengan asumsi perputaran modal kerja stabil, atau tidak berubah.

Sebagai contoh: perusahaan ABC pada tahun 2018 mempunyai penjualan sebesar Rp
320 juta. Jumlah aktiva lancar yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun 2018
sebagai berikut:
  2017 2018
Kas Rp 4.000.000   Rp 5.000.000
Piutang Rp 15.000.000   Rp 30.000.000
Persediaan Rp 40.000.000   Rp 45.000.000
Total Aktiva Rp 59.000.000   Rp 80.000.000
Lancar
Perusahaan memperkirakan penjualan tahun 2019 meningkat menjadi Rp 380 juta. Peningkatan penjualan menyebabkan peningkatan kebutuhan
modal kerja. Untuk menaksir jumlah modal kerja yang dibutuhkan tahun 2019, dapat dilakukan dengan menghitung perputaran setiap elemen
yang membentuk modal kerja, yaitu:

 Rata-rata Kas 2017 dengan 2018 = (Rp 4.000.000 +Rp 5000.000)/2 = Rp 4.500.000

 Perputaran kas=penjualan/(rata-rata kas) 

                         =320.000.000/4.500.000

                         = 71,11 kali

Rata-rata Piutang 2017 dengan 2018 = (Rp 15.000.000 + Rp 30.000.000)/2 = Rp 22.500.000

Perputaran piutang=penjualan/(rata-rata piutang)

                               =320.000.000/22.500.000

                               =14,22 kali

Rata-rata Persediaan tahun 2017 dengan 2018 = (Rp 40.000.000 + Rp 45.000.000)/2 = Rp 42.500.000

Perputaran persediaan=penjualan/(rata-rata persediaan)


                                    =320.000.000/42.500.000

                                     =7,53x 

Periode terikatnya dana pada:

Kas = 360 hari / 71,11x = 5,06hari


Piutang = 360 hari / 14,22 x = 25,32hari
Persediaan = 360 hari / 7,53 x = 47,81hari
Total = 78,19 hari, dibulatkan jadi 78 hari
 

Dari hasil perhitungan, dapat dikatakan bahwa periode terikatnya dana pada modal kerja adalah 78 hari. Dengan demikian perputaran modal
kerja untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Perputaran modal kerja 2018 = Jumlah hari dalam setahun / periode terikatnya dana pada modal kerja

                                               = (360 hari)/(78 hari)

                                               = 4,62 x 

Dari perputaran modal kerja di tahun 2018 dapat diperkirakan kebutuhan modal kerja tahun 2019 dengan rumus dan perhitungan sebagai berikut:

Perputaran modal kerja 2019=(penjualan 2019)/(rata-rata modal kerja 2019) 

Perputaran modal kerja 2019=(Rp 380.000.000)/(4,62 x)=Rp 82.251.082,25

Karena jumlah aktiva lancar di akhir tahun 2018 sebesar Rp 80 juta, tambahan aktiva lancar yang diperlukan untuk operasi perusahaan adalah
sebesar Rp 2.251.082,25,- (Rp 82.251.082,25 – Rp 80.000.000)
5.3 Menaksir Jumlah Modal Kerja dengan Metode
Keterikatan Dana
Metode Keterikatan Dana

Ada dual hal penting yang harus diperhatikan pada metode ini:

1)   Kebutuhan modal kerja, sebagiannya mungkin telah disediakan oleh pihak lain,
dalam bentuk pendanaan spontan.

2)   Modal kerja dalam bentuk piutang, seharusnya tidak memasukkan unsur laba.

Bisa dikatakan bahwa modal kerja pada metode keterikatan dana mempunyai
pengertian, selisih antara aktiva lancar (tidak termasuk laba dalam perkiraan atau
rekening piutang) dengan pendanaan spontan. Sebagai contoh: PT XYZ, merupakan
perusahaan yang menghasilkan dan menjual roti. Untuk menghasilkan roti sebanyak 100
bungkus diperlukan bahan-bahan sebagai berikut:

Tepung terigu         20 kg @ Rp 4.000

Telur ayam              100 butir @ Rp 1.000

Mentega                  1 kg @ Rp 7.000

Tepung terigu dapat dibeli secara kredit kepada pemasok tetap perusahaan dan dilunasi
setelah 4 hari setelah pembelian, sedangkan mentega dibeli secara tunai. Untuk
mendapatkan telur yang bagus, perusahaan membayar dimuka, 2 hari sebelum
diantarkan pemasok. Mengolah bahan menjadi roti hanya dibutuhkan waktu setengah
hari, kemudian pada hari itu juga roti diantarkan ke toko-toko dan swalayan. Uang dari
hasil penjualan diterima pada hari kelima setelah roti diantar.

Selain untuk keperluan bahan-bahan pembuat roti, perusahaan mengeluarkan biaya gaji
untuk pekerja sebesar Rp 15.000 per hari, biaya transportasi Rp 5.000 per hari dan
pemilik selalu mengambil prive sebesar Rp 300.000,- per bulan. Sedangkan untuk
berjaga-jaga, ditetapkan saldo kas minimal yang harus tersedia dalam perusahaan
sebesar Rp 20.000.- Dari data-data yang ada, berapakah kebutuhan modal kerja PT XYZ?

Untuk menghitung modal kerja perusahaan, langkah pertama yang dilakukan adalah
menentukan jumlah hari terikatnya dana modal kerja untuk setiap elemen pembentuk
modal kerja, yaitu:

Tepung terigu

Pembelian secara kredit (4 hari)


Pengolahan dan pengantaran 1 hari
Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 2 hari
 

Telur

Pembayaran di muka 2 Hari


Pengolahan dan pengantaran 1 hari
Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 8 hari
 

Mentega
Pengolahan dan pengantaran 1 Hari
Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 6 hari
 

Gaji pekerja dihitung mulai dari pengolahan sampai kas diterima

Pengolahan dan pengantaran 1 Hari


Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 6 hari
                                                                             

Biaya transportasi dihitung mulai dari pengolahan sampai kas diterima

Pengolahan dan pengantaran 1 Hari


Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 6 hari
 

Prive dihitung mulai dari pengolahan sampai kas diterima

Pengolahan dan pengantaran 1 Hari


Piutang 5 hari
Lamanya dana terikat 6 hari

Kebutuhan modal kerja berdasarkan lama terikatnya dana adalah sebagai berikut:

Tepung terigu = 2 hari x 20 kg x Rp 4.000 / kg = Rp 160.000


Telur = 8 hari x 100 butir x Rp 1.000 / butir = Rp 800.000
Mentega = 6 hari x 1 kg x Rp 7.000 / kg = Rp 42.000
Biaya gaji = 6 hari     x Rp 15.000 / hari = Rp 90.000
Biaya transportasi = 6 hari     x Rp 5.000 / hari = Rp 30.000
Prive = 6 hari     x Rp 10.000/ hari = Rp 60.000
Saldo kas minimal             = Rp 20.000
Kebutuhan Modal Kerja = Rp 1.202.000

5.4 Menaksir Jumlah Modal Kerja dengan Metode


Aliran Kas
Metode Aliran Kas

Metode ini pada dasarnya sama dengan penyusunan anggaran kas. Bedanya pada arus
kas yang digunakan. Untuk menentukan kebutuhan modal kerja, arus kas yang
digunakan hanya arus kas yang berhubungan dengan pengeluaran dan penerimaan kas
yang berasal dari operasi sehari-hari. Jadi tidak termasuk pengeluaran kas berupa
pembelian aktiva tetap, pelunasan hutang jangka panjang, dan sebagainya. Besarnya
modal kerja yang dibutuhkan dari total defisit kas masuk dengan kas keluar, sampai
akhirnya terdapat surplus kas.

5.5 Teori Struktur Modal


TRADE OFF THEORY

Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan
utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya
utang, akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan.
       Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan. Penelitian di luar negeri
menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai sekitar 20% dari nilai perusahaan. Biaya
tersebut mencakup dua hal:

 1. Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya
pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis.

2. Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi kebangkrutan,
perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan dengan  perusahaan secara
normal. Misal, supplier barangkali tidak akan mau memasok barang karena
mengkhawatirkan kemungkinan tidak terbayar.

  Biaya lain dari peningkatan utang adalah meningkatnya biaya keagenan utang (agency
cost of debt). Jika utang meningkat, maka konflik antara pemegang utang dengan
pemegang saham akan meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh
pemegang utang akan meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang utang akan
semakin meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan bisa
dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih ketat,
menambah jumlah akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan tingkat bunga.

u  Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai perusahaan di atas bisa


diperluas sebagai berikut ini.

       VL  =  VU + PV Penghematan Pajak – [PV Biaya Kebangkrutan + PV Biaya Keagenan]

Dengan demikian gabungan antara teori struktur modal Modigiliani-Miller dengan


memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasikan adanya trade-off
antara penghematan pajak dari hutang dengan biaya kebangkrutan. Teori tersebut
kemudian dikenal sebagai teori trade-off struktur modal, atau static  trade-off capital
structure theory. Tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang pasti yang bisa
memberi petunjuk berapa tingkat utang yang optimal.

PECKING ORDER THEORY


Secara spesifik, perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi dalam penggunaan dana.
Skenario urutan dalam Pecking Order Theory adalah sebagai berikut ini.

 1.Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba
(keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.

 2.Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan


kesempatan investasi.

 3.Karena kebijakan dividen yang konstan (sticky), digabung dengan fluktuasi


keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan
aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan
pengeluaran investasi pada saat-saat tertentu, dan akan lebih kecil pada saat yang lain.

4.Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga


yang paling aman terlebih dulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian
dengan surat berharga campuran (hybrid) seperti obligasi konvertibel, dan kemudian
barangkali saham sebagai pilihan terakhir.

Teori tersebut tidak mengindikasikan target struktur modal. Teori tersebut menjelaskan
urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang
optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Teori pecking order bisa
menjelaskan kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru
mempunyai tingkat hutang yang lebih kecil.
SIGNALING THEORY

Ross (1977) mengembangkan model dimana struktur modal (penggunaan hutang)


merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai
keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham
meningkat, ia ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor. Manajer bisa
menggunakan hutang lebih banyak, sebagai signal yang lebih credible. Karena
perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin
dengan prospek perusahaan di masa mendatang. Investor diharapkan akan menangkap
signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan
demikian hutang merupakan tanda atau signal positif.

Menurut Myers dan Majluf (1977), ada asimetri informasi antara manajer dengan pihak
luar: manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi perusahaan
dibandingkan dengan pihak luar.

AGENCY THEORY
Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun untuk mengurangi konflik antar
berbagai kelompok kepentingan. Konflik antara pemegang saham dengan manajer
adalah konsep free-cash flow (Jensen, 1985). Free-cash flow dalam konteks ini
didefinisikan sebagai aliran kas yang tersisa sesudah semua usulan investasi dengan NPV
positif didanai. Tetapi ada kecenderungan manajer ingin menahan sumber daya
(termasuk free-cash flow) sehingga mempunyai kontrol atas sumber daya tersebut.
Hutang bisa dianggap sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan free-cash flow.
Jika perusahaan menggunakan hutang, maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan
kas dari perusahaan (untuk membayar bunga).

TOPIK 6

MANAJEMEN PERSEDIAAN

6.1 Pengertian Persediaan


Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi
dan distribusi yang menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual. Persediaan
mempunyai peran yang penting bagi setiap perusahaan karena erat hubungannya
dengan produksi dan penjualan. Produksi tidak akan berjalan lancar apabila persediaan
barang jadi kurang, demikian pula halnya penjualan tidak akan berhasil apabila
persediaan barang jari kurang.

Mengingat hal itu ada kecenderungan bahwa perusahaan akan lebih suka untuk
mempunyai persediaan yang besar karena perusahaan akan memiliki fleksibilitas dalam
melakukan produksi dan penjualan. Namun perlu pula diingat bahwa mempunyai
persediaan yang besar juga akan berdampak kepada biaya, yaitu biaya penyimpanan,
biaya keamanan, biaya pemesanan, dan biaya modal untuk mengadakan persediaan itu
sendiri. Oleh karena itu manajer keuangan harus menentukan jumlah persediaan yang
seimbang antara perolehan laba dan risiko dengan berkoordinasi dengan bagian
produksi dan penjualan.

6.2 Jenis-jenis Persediaan


Perusahaan yang bergerak di bidang industry (manufaktur) umumnya mempunyai 3
(tiga) jenis persediaan, yaitu:
1. Persediaan bahan baku, yaitu barang yang dibeli oleh perusahaan untuk
digunakan dalam pembuatan barang jadi.
2. Persediaan barang dalam proses, yaitu semua barang yang ada dalam proses
produksi. 
3. Persediaan barang jadi, yaitu semua barang yang telah selesai diproduksi tetapi
belum terjual.

Sementara pada perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang jadi. 

Ada beberapa alasan mengapa perusahaan perlu menyimpan bahan baku, barang dalam
proses dan barang jadi sebagai persediaan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Penyimpanan barang diperlukan agar perusahaan dapat memenuhi pesanan


pembeli dalam waktu yang cepat. Jika perusahaan tidak memiliki persediaan
barang dan tidak dapat memenuhi pesanan pembeli pada saat yang tepat, maka
kemungkinannya pembeli akan berpindah ke perusahaan lain.
2. Untuk berjaga-jaga saat barang di pasar sukar diperoleh, kecuali pada saat
musim panen.
3. Untuk menekan harga pokok per unit barang. Perusahaan seringkali melakukan
produksi-produksi dalam jumlah yang besar untuk memanfaatkan apa yang
disebut degan economics of scale.  Konsekuensinya adalah perusahaan akan
menyimpan persediaan barang dalam jumlah yang cukup besar.

6.3 Faktor Penentu Besarnya Tingkat Persediaan


Untuk menentukan kebijaksanaan tingkat persediaan yang optimal perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Lead time atau lamanya masa tunggu bahan baku yang dipesan datang.

Semakin lama masa tunggu, semakin besar persediaan yang harus disediakan.

1. Frekuensi penggunaan bahan baku selama satu periode.

Frekuensi pembelian yang tinggi, menyebabkan jumlah persediaan menjadi lebih kecil
untuk satu periode pembelian.

1. Jumlah dana yang tersedia.

Dana kadang-kadang menjadi kendala yang serius, jika kebutuhan bahan baku
meningkat. Jumlah persediaan tidak bisa dipenuhi sesuai dengan standar yang ideal jika
dana yang tersedia terbatas.

1. Daya tahan bahan baku.

Daya tahan bahan baku atau barang jadi yang rendah jika tidak dikmbangi dengan
teknologi penyimpanan yang tepat, akan menimbulkan kerusakan kalitas bahan baku
atau barang jadi yang disimpan sehingga perusahaan tidak berani menyimpan dalam
jumlah besar.

6.4 Manfaat Memiliki Persediaan


Manfaat memiliki persediaan bagi perusahaan adalah :

1.      Menghindari kerugian penjualan


Jika perusahaan tidak memiliki persediaan produk untuk dijual, maka perusahaan dapat
kehilangan penjualan. Pelanggan mungkin melakukan pembelian produk kepada
perusahaan lain (pesaing) karena mereka tidak mau menunggu. Kemampuan perusahaan
untuk memberikan pelayanan yang cepat dan ketepatan pengiriman sangat tergantung
pada manajemen persediaan yang baik.

2.      Memperoleh kuantiti diskon

Jika perusahaan ingin mempunyai jumlah persediaan yang besar untuk suatu produk
tertentu, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk membeli produk dalam jumlah
besar sehingga perusahaan memperoleh kuantiti diskon. Dengan memanfaatkan kuantiti
diskon, perusahaan dapat meningkatkan laba sepanjang biaya untuk pengadaan
persediaan lebih kecil dari diskon yang diperoleh.

3.      Mengurangi biaya pesanan

Setiap perusahaan menempatkan pesanan, maka akan terjadi sejumlah biaya. Biaya
variabel yang berkaitan dengan pesanan dapat dikurangi jika frekuensi pesanan yang
dilakukan perusahaan dikurangi daripada seringkali memesan dalam jumlah kecil.

4.      Mencapai biaya produksi yang efisien

Persediaan yang cukup dapat mengurangi kemungkinan kekurangan barnag yang dapat
mengganggu kegiatan proses produksi sehingga dalam jangka panjang perusahaan
dapat mencapai produksi yang efisien.

6.5 Divisi yang berkaitan dengan Tingkat


Persediaan
·         Bagian Keuangan

Manajer keuangan berkepentingan atas segala jenis persediaan dan sesuai dengan
fungsinya, maka manajer keuangan dalam hubungannya dengan tingkat persediaan
mempertahankannya pada tingkat yang serendah mungkin agar jumlah modal yang
tetanam dalam persediaan tersebut tidak terlalu besar.

Kedudukan manajer keuangan dalam hal ini haruslah dapat bekerja sama dengan
manajer-manajer lainnya untuk menentukan berapa jumlah dari masing-masing jenis
persediaan agar proses produksi dapat berjalan lancar, dan pada saat yang sama biaya-
biaya juga bisa ditekan.

  ·         Bagian Pemasaran

Efektivitas bagian pemasaran seringkali dinilai atas dasar volume penjualan yang dapat
dilakukan sehingga manajer pemasaran akan berusaha untuk mempertahankan jumlah
persediaan barang jadi yang cukup besar untuk menjamin terpenuhinya semua
permintaan terhadap produk perusahaan dengan segera.

·         Bagian Produksi

Kepentingan utama bagian produksi ditujukan pada persediaan bahan baku dan barang
dalam proses. Untuk itu manajer produksi menginginkan persediaan bahan baku yang
tinggi untuk menghindari penundaan produksi dan menginginkan persediaan barang
jadi yang tinggi agar biaya produksi per unit rendah.
 Bagian Pembelian

Bagian pembelian hanya berkepentingan dengan persediaan bahan baku yang


dibutukan oleh bagian produksi dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dan
dengan harga yang pantas. Tanpa pengawasan yang baik manajer pembelian akan
memberi dalam jumlah yang besar daripada yang dibutuhkan untuk mendapatkan
potongan tunai, karena mengantisipasi kenaikan harga atau menghindari kekurangan
bahan baku.

6.6 Metode Penilaian Persediaan


Perubahan harga menjadi alasan kenapa metode penilaian persediaan menjadi penting.
Seperti diketahui, harga beli produk tidak selalu sama dari waktu ke waktu, dan secara
natural memang pembeli seringkali tidak mampu mempengaruhi harga beli. Sebagai
akibatnya pembeli akan mengikuti harga pasar yang berubah, baik naik maupun turun.
Adanya perubahan harga inilah yang membuat penilaian persediaan menjadi berbeda
antara satu metode dengan metode yang lain. Perusahaan dapat menggunakan salah
satu metode penilaian persediaan di bawah ini:

1.      Metode Identifikasi Khusus (specific identification method)

Metode ini digunkan pada kondisi yang sangat khusus dimana:

a)      Setiap produk data diidentifikasi secara jelas dan akurat. Produk dengan nomor
seri, seperti komputer atau mobil, berpotensi menggunakan metode ini.

b)      Harga produk mahal. Jam tangan Rolex bisa masuk kategori ini. Alat berat juga
bisa menggunakan metode ini.

Metode ini tidak cocok digunakan untuk produk masal, berharga murah dengan
identifikasi yang menyulitkan. Pada metode identifikasi secara khusus terjadi
keharmonisan antara arus barang dan perhitungan biaya, di mana perhitungan biaya
dapat dilakukan secara persis untuk setiap produk yang terjual.

2.      Metode FIFO (first in first out)


Metode FIFO  berasumsi bahwa produk yang lebih awal masuk duanggap pertama
keluar. Dengan demikian produk yang tertinggal di persediaan akhir adalah hasil
pembelian lebih akhir. Metode ini adalah metode untuk penetapan beban pokok
penjualan (cost of good sold). Tidak dengan sendirinya manajemen fisik produk sama
dengan penetapan nilai persediaannya.

Sebagai contoh perusahaan menetapkan perhitungan biaya dengan FIFO, tetapi petugas
gudang bisa saja mengambilkan barang yang terdekat dengannya untuk diberikan
kepada pembeli. Pada produk masal akan menjadi sulit untuk membedakan hasil
pembelian awal dan pembelian berikutnya.

Contoh:

Perusahaan pada tanggal 3 Januari 2016 membeli 20.000 kg barang @ Rp 2.500 =  Rp


50.000.000,-. Tanggal 10 Januari 2016 membeli kembali barang sebanyak 25.000 kg @
Rp 2.400 = Rp 60.000.000,-. Sementara pada tanggal 15 Januari 2016 perusahaan
menjual barang tersebu sebanyak 22.000 kg, maka perhitungan harga pokok penjualan
barang tersebut adalah :

20.000 kg (masuk pertama) x Rp 2.500 = Rp 50.000.000,-

  2.000 kg (berikutnya) x Rp 2.400        = Rp    4.800.000,-+

22.000 kg                                               = Rp 54.800.000,-

Sisa barang di gudang perusahaan adalah :

45.000 kg-22.000 kg = 23.000 kg x Rp 2.400 = Rp 55.200.000,-

3.      Metode LIFO (last in forst out)

Metode LIFO merupakan kebalikan dari FIFO. Dengan ini barang yangdatang lebih akhir
diasumsikan keluar pertama. Beban pokok penjualan mengambil barang lebih akhir,
sedangkan sisa persediaan akhir menggunakan barang dari pembelian lebih awal.

Contoh :

Mengambil contoh dari soal FIFO, maka perhitungan harga pokok penjualan adalah :
22.000 kg x Rp 2.400 = Rp 52.800.000,-

            Sisa barang di gudang perusahaan adalah :

            20.000 kg x Rp 2.500 = Rp 50.000.000,-

              3.000 kg x Rp 2.400 = Rp   7.200.000,- +

            23.000 kg                       Rp 57.200.000,-

4.      Metode Rata-rata (average)

Metode rata-rata adalah metode yang banyak dipakai karena tidak terlalu sensitif
terhadap perubahan harga. Penggunaan metode ini akan menghasilkan laporan laba dan
nilai persediaan di neraca yang moderat, tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu rendah
dibanding dengan metode FIFO dan LIFO.
Contoh :

Mengambil contoh dari soal FIFO:

 3 Januari 2016 membeli 20.000 kg barang @ Rp 2.500  = Rp 50.000.000,-

10 Januari 2016 membeli 25.000 kg barang @ Rp 2.400 = Rp 60.000.000,- =

Jumlah                                            45.000 kg                        Rp 110.000.000,-

Harga rata-rata nilai pembelian barang adalah Rp 110.000.000 : 45.000 kg = Rp2.444,44


per kg, maka perhitungan harga pokok penjualan adalah 22.000 kg x Rp 2.444,44 = Rp
53.777.680,-

Sisa barang di gudang perusahaan adalah :

45.000 kg – 22.000 kg = 23.000 kg x Rp 2.444,44 = Rp 56.222.120,-

Sebagai ilustrasi atas beragamnya praktik penggunaan metode persediaan, di bawah ini
diberikan contoh catatan atas laporan keuangan beberapa perusahaan dengan berbagai
macam jenis usaha.

1.      Metrodata bergerak di bidang penjualan elektronik dan jasa yang berkaitan dengan
komputer. Persediaan dinyatakan berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi bersih,
mana yang lebih rendah. Biaya perolehan ditentukan berdasarkan metode rata-rata
bergerak. Penyisihan persediaan usang ditetapkan berdasarkan hasil penelaahan
terhadap kondisi setiap jenis persediaan pada akhir tahun.

2.      Inco bergerak di bidang penambangan nikel di Sulawesi. Persediaan dinyakan pada


nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih. Nilai dari persediaan
barang jadi nikel ditetapkan dengan metode FIFO, sedangkan nikel dalam proses dinilai
dengan metode biaya produksi rata-rata, dan persediaan bahan pembantu (supplies)
dinilai dengan metode harga pembelian rata-rata.

3.      Indosiar bergerak dalam penyiaran program televisi. Persediaan dinyatakan


berdasarkan nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih. Biaya
perolehan persediaan program ditentukan dengan metode identifikasi khusus (specific
identifikcation method), sedangkan biaya perolehan persediaan lainnya ditentukan
dengan metode rata-rata tertimbang bulanan (monthly weighted-average method).

Persediaan program diamortisasi sebanyak-banyaknya dua kali dengan komposisi 75%


dan 25% dari biaya perolehan, masing-masing untuk penayangan pertama dan kedua
atau dibebankan seluruhnya pada penayangan pertama.

Penghapusan persediaan program dilakukan berdasarkan penelaahn atas kondisi


persediaan pada akhir tahun dan dibebankan pada operasi tahun berjalan.

4.      PT Matahari Putra Prima Tbk bergerak dalam bidang penjualan ritel (department
store) kelas menengah ke atas. Persediaan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah
antara biaya perolehan, yang dihitung dengan menggunakan metode eceran
konvensional (conventional retail method), atau nilai realisasi bersih (net realizable
method).
TOPIK 7

MANAJEMEN PERSEDIAAN LANJUTAN

7.1 Model Economical Order Quantity (EOQ)

Model klasik yang paling popular digunakan untuk menentukan tingkat persediaan yang
optimal adalah model Economical Order Quantity   atau model Kuantitas Pesanan
Ekonomis. Model ini digunakan oleh perusahaan yang memperoleh barang melalui
pemesanan terlebih dahulu yang tidak dapat dilakukan setiap saat.

Dalam penerapannya, model EOQ ini mempertimbangkan baik biaya-biaya operasi


maupun biaya-biaya financial serta menentukan kuantitas pemesanan yang akan
meminimumkan biaya-biaya persediaan secara keseluruhan.

Ada dua jenis biaya yang diperhitungkan dalam penggunaan model EOQ, yaitu:

1.      Biaya pemesanan (Ordering Costs)

Biaya pemesanan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan frekuensi pemesanan.
Semakin tinggi frekuensi pemesanan, semakin besar biaya pemesanan.

Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya pemesanan adalah :

 Biaya administrasi dan pembuatan surat pesanan


 Biaya pengiriman permintaan
 Biaya untuk memeriksa kesesuaian antara barang yang dipesan dengan barang
yang diterima
 Biaya penempatan barang ke dalam gudang
 Biaya pengiriman dan pembuatan cek untuk pembayaran kepada supplier

2.      Biaya Penyimpanan (Carrying Costs)

Biaya penyimpanan atau pemeliharaan adalah biaya-biaya yang berubah sesuai dengan
perubahan nilai persediaan di mana perhitungannya dinyatakan dalam persentase dari
nilai rata-rata persediaan atau berdasarkan biaya per unit barang yang disimpan. Biaya
penyimpanan akan semakin besar dengan bertambah besarnya nilai persediaan.

Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya penyimpanan adalah :

·         Sewa gudang

·         Biaya pemeliharaan barang di dalam gudang, seperti penerangan, pendingin dan


lain sebagainya
·         Biaya asuransi

·         Biaya atas modal yang terikat dalam persediaan

Penerapan model EOQ ini didasarkan pada beberapa asumsi, yaitu:

1.      Jumlah kebutuhan bahan baku per tahun sudah dapat ditentukan terlebih dulu
secara pasti.

2.      Pemesanan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan dapat segera dipenuhi
oleh supplier sehingga tidak terdapat tenggang waktu (lead time) antara saat pemesanan
dengan saat penerimaan bahan baku.

3.      Harga untuk setiap unit bahan baku yang dibeli adalah konstan tanpa memandang
kuantitas bahan baku yang dibeli dalam setiap kali pemesanan.

4.      Jumlah pemakaian bahan baku konstan untuk setiap periode.

7.2 Perhitungan EOQ Secara Matematis dan Tabel


1.      Pendekatan Matematik (mathematical Approach)

Untuk menghitung EOQ secara matematik digunakan formula sebagai berikut:

Dimana :

R          = Jumlah bahan baku yang dibutuhkan (dalam unit) selama satu periode tertentu

S          = Biaya pemesanan untuk setiap kali pemesanan

I           = Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata
persediaan (dalam rupiah)

P          = Harga beli bahan baku per unit

Contoh Soal:

PT. Kencana Asri membutuhkan bahan baku sebanyak 1.200 kg dengan harga Rp 200,-
per kg. Biaya pemesanan Rp 3.000,- setiap kali pesan. Biaya penyimpanan 40% dari
persediaan rata-rata.

Berdasarkan dari data tersebut, maka EOQ dapat dihitung sebagai berikut :

            = 300 kg
2.      Pendekatan Secara Tabel (Tabular Approach)

FREKUENSI 1 X 2X 3X 4X 6X 10 X 12 X

PEMBELIAN
Berapa bulan 12 6 4 3 2 12 1
sekali

pesanan
dilakukan
Jumlah unit 1.200 600 400 300 200 120 100
setiap kali
pesan
Nilai 240.000120.000 80.000 60.000 40.000 24.000 20.000
persediaan
(Rp)
Nilai 120.000 60.000 40.000 30.000 20.000 12.000 10.000
persediaan
rata-rata (Rp)
Biaya 48.000 24.000 16.000 12.000 8.000 4.800 4.000
penyimpanan
setahun (40%)
Biaya 3.000 6.000 9.000 12.000 18.000 30.000 36.000
pemesanan
setahun (Rp)
Total biaya 51.000 30.000 25.000 24.000 26.000 34.800 40.000
(Rp)
* Jumlah unit yang dipesan untuk frekuensi 1 kali dalam setahun 

= Jumlah pesanan dalam setahun/ Frekuensi dalam 1 tahun

= 1200kg/1kali

= 1200kg

* Jumlah unit yang dipesan untuk frekuensi 2 kali dalam setahun (pesanan dilakukan
semesteran atau 6 bulan sekali)

=1200kg/2 kali

=600kg

* Nilai Persediaan untuk frekuensi pesanan 1 kali dalam setahun

= (Jumlah unit sekali pesan dengan frekuensi berapa kali )X (Harga per unit pesan)

= 1200kg x Rp 200/kg

=Rp 240.000

Nilai Persediaan untuk frekuensi pesanan 2 kali dalam setahun (6 bulan sekali atau
semesteran)

= 600kg x Rp 200/kg

= Rp 120.000

* Nilai Persediaan Rata-Rata untuk frekuensi pesanan 1 kali dalam setahun

= (Nilai Persediaan untuk frekuensi pesanan 1 kali setahun)/ 2

= Rp 240.000/2
=Rp 120.000

Nilai Persediaan Rata-Rata untuk frekuensi pesanan 2 kali dalam setahun

=(nilai persediaan untuk frekuensi pesanan 2 kali setahun)/ 2

= Rp 120.000/2

= Rp 60.000

* Biaya Penyimpanan  setahun untuk Frekuensi pesanan 1 kali dalam setahun

= (Nilai Persediaan rata-rata  untuk frekuensi pesanan 1 kali setahun) X (Persentase


Biaya penyimpanan)

=  Rp 120.000 X 40%

= RP 48.000

Biaya Penyimpanan setahun untuk frekuensi pesanan 2 kali setahun (6 bulan sekali dalam
setahun atau semesteran)

= (Nilai Persediaan rata-rata  untuk frekuensi pesanan 2 kali setahun) X (Persentase


Biaya penyimpanan)

= Rp 60.000 X 40%

=Rp 24.000

Biaya Pemesanan Setahun untuk frekuensi pemesanan 1 kali setahun

= Biaya pemesanan X frekuensi pesan

= Rp 3.000 x 1 kali

= Rp 3000

Biaya pemesanan setahun untuk frekuensi pemesanan 2 kali setahun (6 bulan sekali
pesan)

= Rp 3.000 x 2 kali

= Rp 6.000

Dari tabel di atas tampak bahwa total biaya terendah terjadi pada frekuensi pembelian
atau pemesanan sebanyak 4 kali (300 kg setiap kali pesan), yaitu sebesar Rp 24.000,-, dan
pada keadaan ini biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan (carrying cost =
ordering cost).

7.3 Perhitungan EOQ Secara Grafis


3.      Pendekatan Secara Grafis (A Graphic Approach)

EOQ dapat dicari secara grafis dengan menggambarkan kuantitas pemesanan pada
sumbu X (horizontal) dan biaya pada sumbu Y (vertical). Gambar 6.2 menunjukkan
perilaku dari biaya. Garis biaya total menunjukkan penjumlahan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan untuk setiap kuantitas pemesanan. Biaya total minimal terjadi pada
titik EOQ, dimana terjadi perpotongan garis biaya pemesanan dan garis biaya
penyimpanan.
Dari gambar di atas tampak bahwa biaya pemesanan (ordering cost) akan semakin
menurun apabila jumlah pemesanan semakin besar untuk setiap kali pemesanan.
Sebaliknya, biaya penyimpanan (carrying cost) akan semakin besar apabila jumlah
pemesanan semakin besar setiap kali pemesanan. Dengan demikian total biaya
persediaan mula-mula akan menurun dengan semakin besarnya jumlah pemesanan,
tetapi sampai pada satu titik total biaya akan meningkat. Titik pada saat total biaya
terendah menunjukkan besarnya jumlah persediaan yang optimal.

7.4 Reorder Point (ROP) dan Safety Stock


Pembelian bahan baku/barang memerlukan waktu, dimulai dari pemesanan sampai
dengan bahan baku/barang diterima oleh perusahaan. Tenggang waktu antara
pemesanan bahan baku/barang dengan diterimanya barang disebut dengan istilah lead
time.  Pada saat lead time  tersebut perusahaan harus menyediakan persediaan
pengaman (safety stock) agar tidak kehabisan bahan. Waktu yang tepat untuk memesan
bahan baku/barang dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan pada saat lead time  dan
tingkat persediaan keamanan.

Titik pemesanan bahan baku/barang atau reorder point  adalah titik yang menunjukkan
harus segera dilakukan pemesanan bahan baku/barang sehingga penerimaan bahan
baku/barang tersebut tepat waktu pada saat persediaan di atas safety stock  sama
dengan nol.
Dalam penentuan/penetapan Reorder Point harus diperhatikan faktor-faktor sebagai
berikut :

 Lead Time: waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga sampai di
perusahaan. Lead Time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku yang
digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan semakin
besar bahan yang diperlukan selama masa lead time.
 Tingkat pemakaian bahan baku rata-rata per satuan waktu tertentu (Average
Usage).
 Persediaan pengaman (Safety Stock):  jumlah persediaan bahan minimum yang
harus dimiliki oleh perusahaan

Dalam menentukan besarnya safety stock, faktor-faktor yang jadi pertimbangan


diantaranya:

 Faktor pengalaman
 Faktor dugaan
 Faktor biaya
 Faktor keterlambatan
Rumus Reorder Point:

Reorder Point  =  Penggunaan bahan rata-rata perhari x lead time + Kebutuhan


Safety Stock

                             = (LT x AU) + SS

Keterangan:

LT            = Lead Time


AU           = Average Usage  (pemakaian rata-rata)
SS            = Safety Stock

Reorder Point dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain:

 Dengan menetapkan jumlah penggunaan selama lead time dan ditambah dengan


persentase tertentu.
 Dengan menetapkan penggunaan selama lead time dan ditambah dengan
penggunaan selama periode tertentu sebagai safety stock.

Contoh 1:

Diketahui bahwa kebutuhan bahan baku setahun sebanyak 1.200 kg. ini berarti
kebutuhan bahan baku per hari sebanyak :

 = 1200 kg/360

 = 3,33 kg

Seandainya lead time  10 hari, maka kebutuhan bahan baku selama lead time  = 3,33 kg x
10 = 33,3 kg. Apabila perusahaan tidak menetapkan kebijaksanaan safety
stock, maka Reorder Point  = 33,3 kg. sedangkan apabila perusahaan ada
menetapkan safety stock,  misalnya sebesar 100 kg, maka Reorder Point  = 33,3 kg + 100
kg = 133,3 kg.

Contoh 2 :
1.     PT. Demi Tanah Air menetapkan lead time bahan baku A selama 4 minggu,
pemakaian rata- rata sebesar 250 kg per minggu. Tentukan ROP jika:

                a. safety stock ditaksir sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 minggu

                b. safety stock ditetapkan sebesar 750 kg

Jawab:

a.           Jika safety stock ditaksir sebesar pemakaian rata-rata untuk 2 minggu:


Reorder Point = (LT x AU ) + SS
                       = (4 x 250) + (2 x 250)
Reorder Point = 1.500 kg

b.           Jika safety stock ditetapkan sebesar 750 kg:

Reorder Point = (LT x AU ) + SS


                       = (4 x 250) + 750

Reorder Point = 1.750 kg


7.5 Sistem Pengendalian Persediaan
Analisis EOQ dan persediaan pengaman memang dapat dipergunakan untuk
menentukan tingkat persediaan yang tepat sepanjang asumsi yang didasarinya
terpenuhi. Namun demikian masih diperlukan sistem pengendalian persediaan. Sistem
pengendalian persediaan dapat diterapkan mulai dari yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks, diantaranya adalah:

 1.        Sistem Komputerisasi

Perkembangan teknologi komputer telah mengubah sistem pengendalian persediaan.


Dengan komputerisasi dimungkinkan pencatatan persediaan, pengurangan dan
pengolahan data persediaan dilakukan dengan sangat cepat. Alat bantu scanner, untuk
menscan bar code yang tertera disetiap produk yang dijual, memungkinkan pencatatan
transaksi dapat dilakukan dengan cepat. Komputer juga dapat menyediakan data kapan
harus dilakukan pemesanan kembali.

2.        Sistem Just in Time

Sistem manajemen persedian ‘just in time’ diperkenalkan pertama kali oleh produsen
mobil Toyota. Dengan sistem ini, persediaan akan ditetapkan dalam jumlah yang
minimum karena perusahaan mengandalkan kemampuan pemasok untuk mengirim
barang dengan cepat dan tepat pada saat dibutuhkan. Untuk dapat menggunakan
sistem ini, maka perusahaan harus mempunyai sistem informasi mengenai persediaan
yang baik dan perusahaan harus pula mempunyai pemasok yang dapat dipercaya dan
dapat mengirim barang dengan cepat.

3.        Sistem Pengendalian ABC

Pengendalian persediaan dengan menggunakan sistem ABC diterapkan untuk


mengetahui item-item mana dalam persediaan perusahaan yang harus mendapatkan
perhatian yang paling banyak. Hal tersebut dapat dilakukan degan cara
mengelompokkan item-item persediaan tersebut ke dalam kelompok A, B, dan C.
Kelompok A merupakan persediaan yang kuantitasnya terkecil tetapi membutuhkan
investasi yang terbesar, kelompok B berada di tengah-tengah baik dari segi kuantitas
maupun investasinya, sedangkan kelompok C merupakan item persediaan dengan
kuantitas terbesar tetapi membutuhkan investasi yang paling kecil.

Haruslah disadari bahwa penggunaan sistem ABC dalam pengendalian persediaan tidak
dapat diterapkan secara universal karena ada beberapa item persediaan yang tidak
terlalu mahal tetapi merupakan salah satu item terpenting dalam proses produksi serta
tidak dapat diperoleh dengan mudah, maka untuk item yang seperti ini memerlukan
suatu perhatian khusus. Item-item tersebut haruslah diperlakukan sebagai persediaan
kelompok A sekalipun dengan menggunakan dasar pemikiran yang diberikan di atas
item tersebut akan dimasukkan ke dalam kelompok B ataupun C.

TOPIK 9
ANALISIS RASIO KEUANGAN

9.1 Pendahuluan
Pengertian Analisis Rasio Keuangan dan Jenis-jenisnya – Analisis Rasio Keuangan
adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek kinerja
operasi dan keuangan perusahaan berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan seperti laporan neraca (balance sheet), laporan aliran kas (cash
flow statement) dan laporan laba-rugi (income statement). Rasio Keuangan ini dapat
digunakan oleh manajemen perusahaan, kreditur atau pemberi pinjaman serta investor
dan para pemegang saham. Rasio Keuangan ini juga digunakan oleh para analisis
sekuritas dan lembaga pemeringkat kredit untuk menilai kekuatan dan kelemahan
berbagai perusahaan yang akan dianalisisnya.

9.2 Pengertian Analisis Rasio Keuangan menurut


para Ahli
Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian Analisis Rasio Keuangan (Financial
Ratio Analysis) menurut beberapa ahli :

 Menurut Irawati (2005 : 22), Rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam


bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi
keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha
dari suatau perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan
dua buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar
neraca maupun laba rugi.
 Menurut Kasmir (2012:104), Rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara
membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan
antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau
antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan.
 Menurut Samryn (2011), Analisis Rasio Keuangan adalah suatu cara yang
membuat perbandingan data keuangan perusahaan menjadi lebih arti. Rasio
keuangan menjadi dasar utk menjawab beberapa pertanyaan penting mengenai
kesehatan keuangan dari perusahaan.
 Menurut Munawir (2004:37), Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk
mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.

9.3 Manfaat & Tujuan Rasio Keuangan


Analisis Rasio Keuangan memberikan berbagai manfaat bagi manajemen perusahaan,
kreditur dan investor. Beberapa manfaat analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut :

1. Membantu menganalisis tren kinerja sebuah perusahaan.


2. Membantu para stakeholder untuk membandingkan hasil keuangan suatu
perusahaan dengan pesaingnya.
3. Membantu Manajemen, kreditur dan investor untuk mengambil keputusan.
4. Dapat menunjukan letak permasalahan keuangan perusahaan serta kekuatan dan
kelemahannya.

Tujuan rasio keuangan adalah untuk menjawab:

1. Tingkat likuiditas perusahaan.


2. Keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba operasi atas aktiva yang
dimiliki perusahaan.
3. Dana untuk perusahaan.
4. Tingkat pengembalian pemegang saham biasa.

Setiap pihak mempunyai maksud yang berbeda dalam memandang analisa rasio. Bagi
kreditur terutama bank yang akan memberikan kredit jangka pendek sudah tentu
perhatiannya banyak mengarah pada posisi likuiditasnya. Hal ini dengan alasan sampai
seberapa jauh persahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang
segera jatuh tempo

Bagi kreditur atau bank yang mempertimbangkan pemberi kredit jangka menengah atau
jangka panjang akan menekankan pada kemampuan menghasilkan laba, serta tingkat
efisiensi dari pelaksanaan aktivitasnya. Disamping itu faktor prospek usaha, yang antara
lain dapat diketahui melalui trends permintaan akan produk yang akan diusahakan
perusahaan juga merupakan pertimbangan bagi kreditur ini.

9.4 Keunggulan Analisis Rasio Keuangan


Analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Adapun keunggulan
tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca
dan ditafsirkan
2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit
3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain
4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score)
5. Menstandarisir ukuran perusahaan
6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau
melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau “time series”
7. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang
akan datang.

9.5 Keterbatasan Analisis Ratio Keuangan


Di samping keunggulan yang dimiliki analisis rasio diatas, teknik ini juga memiliki
beberapa keterbatasan yang harus disadari sewaktu penggunaannya agar kita tidak
salah dalam penggunaannya.

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk
kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi
keterbatasan teknik ini seperti:
3. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran
dan judgement yang dapat dinilai bisa atau subjektif;
4. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan
(cost) bukan harga pasar;
5. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio;
6. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan
berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
7. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan
menghitung rasio.
8. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron.

9.6 Pengenalan Laporan Keuangan


Secara umum, kita mengenal empat jenis laporan keuangan yang penting diketahui
dalam suatu bisnis beserta penjelasannya.

1. Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan
beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.

Dalam laporan laba rugi, kita dapat mengetahui beberapa unsur-unsur berikut :

 Pendapatan (revenues) adalah arus uang masuk atau peningkatan aktiva lainnya


dari sebuah perusahaan. Pendapatan juga menunjukkan penyelesaian liabilitas
selama periode tertentu karena pengiriman atau produksi barang dan
menyelesaikan jasa.
 Beban (Expenses) adalah arus uang keluar atau penggunaan aktiva atau
timbulnya liabilitas selama periode tertentu karena pengiriman atau produksi
barang dan menyelesaikan jasa.
 Keuntungan (profit) adalah peningkatan modal (ekuitas) karena adanya transaksi
perusahaan yang dihasilkan dari pendapatan atau investasi dari perusahaan yang
bersangkutan.
 Kerugian (loss) adalah penurunan ekuitas (modal) karena adanya transaksi
perusahaan yang dihasilkan dari beban atau pendistribusian ke pemilik
perusahaan.

2. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal atau ekuitas merupakan salah satu laporan keuangan yang
dibuat oleh perusahaan yeng menunjukkan perubahan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kekayaan selama periode tertentu.

Unsur-unsur dari Laporan Perubahan Modal yaitu :

 Modal awal. Merupakan keseluruhan dana yang diinvestasikan untuk


perkembangan atau kemajua perusahaan dari awal perusahaan berdiri hingga
waktu tertentu dimana modal belum ditambahkan
 Laba rugi adalah selisih pendapatan dengan sejumlah biaya
 Prive merupakan penarikan modal untuk keperluan pribadi pemilik perusahaan
 Penambahan modal adalah selisih yang kita dapatkan antara laba bersih dengan
prive.

3. Laporan Neraca

Menurut Jumingan (2013; 13) neraca merupakan suatu laporan yang sistematis tentang
aktiva (assets), utang (liabilities) dan modal sendiri (owner’s equity) dari suatu
perusahaan pada tanggal tertentu.

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan


perusahaan dalam suatu waktu tertentu atau a moment of time, atau per tanggal
tertentu misalnya pada hari terakhir di tahun tertentu atau tanggal 31 Desember pada
tahun tertentu. Laporan Neraca menggambarkan posisi harta, utang dan modal.

Pada umumnya, Laporan Neraca memiliki tiga unsur utama, yaitu :

 Asset

Asset adalah semua hak yang dapat digunakan dalam operasi perusahaan. Misalnya saja
gedung atau bangunan, atau investasi dalam bentuk lain yang cukup liquid untuk
digunakan dalam operasional perusahaan.

 Liabilitas

Liabilitas adalah hutang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan pada
pihak lain di masa yang akan datang. Sehingga dapat dikatakan bahwa Liabilitas
merupakan kebalikan dari aset. Dimana aset merupakan harta yang kita miliki sedangkan
liabilitas adalah kewajiban.

 Ekuitas

Ekuitas atau modal adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan
bersih (jumlah aktiva dikurangi kewajiban). Ketiga hal tersebut kemudian dapat
dihubungkan dengan suatu persamaan :
Asset = Liabilitas + Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas (cash flow) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh
kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi
pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu
perusahaan selama satu periode.

Beberapa Elemen yang terdapat dalam Laporan Arus Kas yaitu :

 Arus Kas dari Kegiatan Usaha (Operating Activities)

Yaitu arus kas pemasukan maupun pengeluaran yang berasal dari kegiatan usaha yang
dilakukan oleh perusahaan. Misalnya : penerimaan uang dari penjualan, pembayaran
utang, penerimaan dividen, pelunasan pajak maupun pembayaran bunga.

 Arus Kas dari Kegiatan Investasi (Investing Activities)

Yaitu arus kas pemasukan maupun pengeluaran yang berasal dari kegiatan investasi.
Seperti pembelian aset seperti mesin, dan penjualan aset seperti gedung atau lelang
mobil dinas.

 Arus Kas dari Kegiatan Pendanaan

Yaitu arus kas pemasukan maupun pengeluaran yang berasal dari kegiatan pendanaan
perusahaan. Misalnya penjualan obligasi, pembayaran dividen, pelunasan kredit dari
bank.

Anda mungkin juga menyukai