Anda di halaman 1dari 10

Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

KAJIAN DESAIN INTERIOR LANTAI 1 PADA MUSEUM FATAHILLAH


JAKARTA

Jhon Viter
Fakultas Desain dan Industri Kreatif Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk Jakarta Barat – 11510
jhon.viter@esaunggul.ac.id

Abstrak
Museum Fatahillah dahulu adalah sebuah Balai Kota (bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun
pada masa kolonialisme Belanda. Latar belakang sosial, budaya, ekonomi dan poltik pada masa
kolonial telah memberikan suatu pengaruh pada gaya arsitektur dan tata ruang pada museum
Fatahillah. Seiring dengan perkembangan jaman, bangunan bersejarah ini dijadikan kawasan yang
dilestarikan sesuai dengan peraturan daerah sebagai kawasan cagar budaya. Tujuannya adalah
untukmelindungi kawasan bersejarah dan bangunannya, agar dapat terjaga dan terpelihara
sehingga dapat menarik minat pengunjung sebagai tempat wisata sambil belajar. Dengan
memadukan beberapa ilmu di dalamnya seperti unsur kebudayaan, edukasi,morfologi, rekreasi
empirik serta etimologinya diharapkan menghasilkan suatu hasil yang baik untuk perkembangan
kognitif, afektif dan psikomotorik pada pengunjungnya khususnya siswa sekolah maupun turis
domestik dan luar negeri yang ingin mengetahui perjalanan sejarah suatu bangsa. Paper ini akan
mencoba mengulas mengenai perubahan fungsi museum Fatahillah yang tadinya adalah balai kota
pada masa kolonialisme, kemudian berubah menjadi museum pada masa pasca kemerdekaan.
Kajian yang akan digunakan adalah dengan mengemukakan teori poskolonial, sementara itu
metode yang digunakan adalah metode hermeneutika.

Kata kunci: museum fatahillah, interior, heremeneutika

Pendahuluan Pada masa kemerdekaan museum ini


Museum Fatahillah yang juga dikenal berubah menjadi Museum Djakarta Lama di bawah
sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum naungan LKI (Lembaga Kebudayaan Indonesia) dan
Batavia adalah sebuah museum yang terletak di selanjutnya pada tahun 1968 ‘’Museum Djakarta
Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat dengan Lama'’ diserahkan kepada PEMDA DKI Jakarta.
luas lebih dari 1.300 meter persegi. Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin,
Gedung ini dulu adalah sebuah Balai Kota kemudian meresmikan gedung ini menjadi Museum
(bahasa Belanda: Stadhuis) yang dibangun pada Sejarah Jakarta pada tanggal 30 Maret 1974.
tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jendral Untuk meningkatkan kinerja dan
Johan van Hoorn. Bangunan itu menyerupai Istana penampilannya, Museum Sejarah Jakarta sejak tahun
Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama 1999 bertekad menjadikan museum ini bukan
dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta sekedar tempat untuk merawat, memamerkan benda
bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, yang berasal dari periode Batavia, tetapi juga harus
ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah bisa menjadi tempat bagi semua orang baik bangsa
yang dipakai sebagai penjara. Indonesia maupun asing, anak-anak, orang dewasa
Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini bahkan bagi penyandang cacat untuk menambah
kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah. pengetahuan dan pengalaman serta dapat dinikmati
sebagai tempat rekreasi. Untuk itu Museum Sejarah
Sejarah Jakarta berusaha menyediakan informasi mengenai
Pada tahun 1937, Yayasan Oud Batavia perjalanan panjang sejarah kota Jakarta, sejak masa
mengajukan rencana untuk mendirikan sebuah prasejarah hingga masa kini dalam bentuk yang
museum mengenai sejarah Batavia, yayasan tersebut lebih rekreatif. Selain itu, melalui tata pamernya
kemudian membeli gudang perusahaan Geo Wehry Museum Sejarah Jakarta berusaha menggambarkan
& Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar “Jakarta Sebagai Pusat Pertemuan Budaya” dari
tepatnya di Jl. Pintu Besar Utara No. 27 (kini berbagai kelompok suku baik dari dalam maupun
museum Wayang) dan membangunnya kembali dari luar Indonesia dan sejarah kota Jakarta
sebagai Museum Oud Batavia. Museum Batavia seutuhnya. Museum Sejarah Jakarta juga selalu
Lama ini dibuka untuk umum pada tahun 1939. berusaha menyelenggarakan kegiatan yang rekreatif
sehingga dapat merangasang pengunjung untuk
Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 34
Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

tertarik kepada Jakarta dan meningkatkan kesadaran Setelah masa Indische Hollansche stijl, lahir
akan pentingnya warisan budaya. pula perubahan baru setelah abad ke-18. Rumah-
Kalau kita berjalan-jalan di Kota Tua, kita rumah mulai dibangun dengan gaya lokal, jendela-
akan disuguhkan pemandangan “Kota besar” tempo jendela seta kisi-kisi tak lagi terlalu besar dan masif.
dulu. Sebuah gambaran kota Batavia beberapa abad Semuanya dibangun proporsional dengan ventilasi
silam yang kental dengan nuansa bangunan khas yang cukup. Atap-atap dibuat begitu tinggi
Eropa. Kalau Anda datang dengan kereta api, Anda sehingga udara lebih sejuk, apalagi dengan
sudah mulai disambut dengan bangunan tua itu saat ditambahkannya taman-taman di sekitar rumah.
turun dari kereta. Stasiun dengan 12 rel kereta ini Rumah dengan gaya seperti ini dinamakan gaya
berdiri 2 abad yang lalu, lengkungan atapnya yang indisch, biasa dipakai oleh orang-orang kaya,
tinggi ditopang oleh baja-baja yang kokoh, saat pemilik perkebunan, dan vila (landhuis).
melewati pintu penjaga karcis, kita bisa melihat Bangunan-bangunan megah tempo dulu itu
kecantikan jam bundar dengan ukiran yang berdiri di saat ini masih bisa kita nikmati keindahannya.
sepanjang pagar penjaga, angka-angkanya adalah Dengan adanya cagar budaya, warisan tempo dulu
tulisan Romawi. itu masih akan tetap ada.
Ketika berjalan ke luar, kita bisa melihat
dengan jelas bangunan-bangunan Kota Tua. Ruang Lingkup Masalah
Museum Fatahillah adalah bangunan yang menjadi Berdasarkan hasil penelitian, masalah-
fokus utama kunjungan orang-orang datang ke sini. masalah yang muncul pada Museum Fatahillah,
Bangunan-bangunan tua lainnya mengelilingi yang meliputi aspek, mulai dari aspek lingkungan /
museum ini, ada kantor pos Indonesia, museum kawasan, arsitektur, koleksi sampai kepada dengan
nasional, museum wayang, museum Bank Indonesia, tata pamer serta desain grafis yang merupakan
bar, dan bangunan-bangunan tua lainnya. penunjang estetika serta sebagai media informasi
Bangunan-bangunan itu terlihat khas museum. Tempat yang kami kunjungi sebagai objek
bergaya Eropa. Berdiri tinggi dengan tembok yang pengamatan adalah Museum Fatahillah. Tema yang
tebal, jendela besar dan masif, ruang bawah tanah, kami gunakan adalah “Pengembangan potensi
ruang di kolong atap yang rendah, dan menara. Museum Fatahillah”, dimana kami semua
Terlihat megah dan anggun, tetapi nyatanya kurang mengamati benda-benda yang ada di zaman Masehi
cocok untuk negara beriklim tropis seperti seperti kapak batu, prasasti, arca, benda-benda antik
Indonesia. seperti gerapah, gading dan lain sebagainya. Selain
Bentuk dan struktur bangunan seperti itu itu kami juga mengamati benda-benda dan tempat-
hanya membuat ketidaknyamanan penghuninya. tempat di zaman penjajahan, seperti Penjara,
Rumahku, istanaku. Penampilannya memang seperti lukisan-lukisan Gubernur Jenderal pada waktu
istana, tetapi rumahnya mengundang nyamuk penjajahan jaman Belanda, meriam, replika kapal
dengan jendela-jendela super besar. Jika hujan, perang bangsa Belanda dan Portugis, sampai kepada
jendela-jendela itu bisa menyedot banyak air ke analisis keadaan situasi dan kondisi museum
dalam rumah, apalagi air tidak ditahan oleh atap fatahillah tersebut mulai dari aspek ergonomi
yang kecil. Saat siang pun atap-atap itu tidak bisa sampai kepada upaya untuk meningkatkan kualitas
menahan teriknya sinar matahari yang masuk. keamanan dan kenyaman dan informasi yang baik
Ruang-ruang di bawah atap terasa panas, sedangkan guna memberikan pemeliharaan dan peningkatan
ruang-ruang di bawah tanah begitu lembab. Udara mutu pelayanan kepada pengunjung Museum
rumah menjadi terlalu ekstrim. Fatahillah.
Orang-orang Belanda pun pelan-pelan
melakukan perubahan dalam membangun rumah. Rumusan Masalah
Mereka mulai memanjangkan atap rumah agar sinar Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan
matahari tidak masuk terlalu banyak. Ruang bawah selama melakukan penelitian, penulis mencoba
tanah dan ruang di kolong atap dihilangkan. untuk merumuskan masalah sesuai dengan bidang-
Rumah-rumah ini terus menerus disesuaikan dengan bidang kajian dan obyek penelitiannya, yaitu sebagai
rumah pribumi agar terasa nyaman. Teras-teras berikut :
rumah pun mulai dibuat untuk tempat bersantai dan 1. Aspek lingkungan
untuk menghalau terik matahari serta hujan yang a. Bagaimana membuat Museum Fatahillah
bisa masuk ke rumah. Rumah perpaduan gaya sebagai landmark kawasan Museum
Eropa dan lokal ini dinamakan gaya Mestizo atau di Indonesia menjadi lebih menarik, sehingga
Batavia dinamakan Indische Hollandsche stijl. Gaya dapat menjadi suatu kawasan utama yang
seperti ini dilakukan antara abad ke-17 sampai awal lebih memiliki karakteristik dalam
abad ke-18.
Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 35
Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

pemanfaatan lingkungan dan kawasan Kegunaan Penelitian


Museum Fatahillah? Adapun manfaat dari Outdoor Study yang
b. Bagaimana menampilkan suasana dan dilaksanakan di Museum Sejarah Fatahillah Jakarta
atmosfer yang baru sehingga suasana pada adalah :
kawasan tersebut lebih bernilai tinggi a. Museum Fatahillah akan mendapatkan suatu
didalam pendidikan dan hiburan? rekomendasi yang bermanfaat untuk perbaikan-
2. Aspek Pameran / Tata Pamer Koleksi perbaikan sehingga dapat memaksimalkan
Hasil analisis yang telah dikaji ditempat fungsi dan manfaat dari keberadaan museum
Museum Fatahillah yang kami temukan sangat tersebut.
memprihatinkan mengingat Museum Fatahillah b. Masyarakat diharapkan akan mendapatkan
ada tempat media informasi sejarah bangsa manfaat lebih dengan perubahan-perubahan
Indonesia beserta kebudayaannya. Maka dari itu pada Museum Fatahillah yang sebaiknya
penulis menganalisis permasalahan tersebut dilakukan oleh pihak manajemen.
seperti : c. Penelitian ini dapat memperoleh wawasan baru
a. Bagaimana tata letak pamer benda koleksi tentang penelitian, permasalahan-permasalahan
kurang menarik dan dibeberapa lokasi ruang budaya serta kawasan cagar budaya serta
cenderung membosankan dan kurang melatih kemampuan analisis dalam menghadapi
terawat? permasalahan yang muncul sehingga dapat
b. Tidak adanya lines atau pembatas suatu merumuskan suatu solusi terhadap permasalahan
objek terhadap pengunjung, sehingga tersebut. Demikianlah manfaat dari Outdoor
pengunjung dengan bebasnya menyentuh Study / penelitian yang telah kami buat.
benda-benda artifak yang dilindungi dan
dapat merusak benda sejarah tersebut? Kawasan Kota Tua
3. Aspek Tata Ruang Mengkaji museum Fatahillah harus juga
Adapun penelitian dan analisis yang dilakukan mengkaji Kawasan Jakarta Kota yang merupakan
yang berkaitan dengan tata ruang di Museum salah satu kawasan yang dijadikan kawasan
Fatahillah adalah sebagai berikut: konservasi dan dilindungi oleh Pemda DKI Jakarta,
a. Bagaimana media informasi dan edukasi karena dianggap memiliki nilai sejarah. Dari
tentang benda-benda yang ada di Museum beberapa literature dinyatakan bahwa dari kawasan
Fatahillah sangatlah minim sehingga sulit inilah perkembangan kota dimulai jauh sebelum
untuk mempelajari bahkan mengenal lebih jaman Pra-kemerdekaan. Dimulai sekitar tahun
dalam tentang informasi apa yang 1500-an dari daerah paling utara dari kawasan
terkandung? Jayakarta pada waktu itu, yaitu pelabuhan Sunda
b. Penerangan yang masih kurang baik dan Kelapa yang merupakan syahbandar terbesar pada
diperhatikan, sehingga informasi dan masanya. Hingga saat ini setidaknya sekitar 500
estetika ruangan, juga benda koleksi tahun (yang berhasil tercatat), kawasan ini mendapat
menjadi tidak maksimal dan kurang eksistensinya sebagai sebuah pusat aktivitas (kota).
menarik? 1. Analisis Makro Kawasan Kota Tua
c. Bagaimana penataan benda koleksi yang Keberadaan sebuah tempat akan sangat erat
masih belum maksimal memunculkan sekali dengan tinjauan lokasi secara makro. Dalam
permasalahan tersendiri bagi para pendatang arti sempit yang dimaksud merupakan bagian dari
untuk menikmati koleksi yang dipamerkan? jaringan utuh sebuah kota. Hal ini akan berkaitan
4. Aspek Manajerial dengan penzoningan kota, system transportasi kota
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dan kebijakan khusus tentang lokasi tersebut.
penelitian ini bahwa aspek managerial a. Analisa Lokasi.
merupakan aspek yang memiliki andil, sehingga Kawasan Kota Tua Jakarta adalah kawasan
kondisi pada Museum Fatahillah saat ini tampak yang dilindungi oleh pemerintah Provinsi DKI
belum digarap secara maksimal. Jakarta. Gedung yang dilindungi diberi predikat
golongan A (bangunan tidak boleh dirubah).
Tujuan Penelitian Sedangkan untuk bangunan dengan predikat B, C
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk dan D adalah bangunan yang bisa dirubah sebagian
mengetahui permasalahan yang terjadi pada ataupun seluruhnya.
Museum Fatahillah dan lingkungannya, Beberapa bangunan masih berfungsi dan
mendapatkan data-data yang obyektif serta dapat dapat digunakan dan sisanya terbengkalai karena
mengetahui bagaimana solusi atas rumusan yang tidak memiliki fungsi walaupun diantaranya ada
telah ditentukan. yang memiliki status golongan A. Berdasarkan peta
Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 36
Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

tersebut dapat disimpulkan bahwa bangunan dengan membuat Kawasan Kota Tua ini bisa dibilang
golongan A berbaur diantara bangunan dengan mudah dicapai.
golongan lainnya. Namun yang menjadi masalah adalah letak
Diantara bangunan golongan A merupakan pemberhentian sarana transportasi tersebut yang
bangunan dengan fungsi museum. Karena itulah berbeda-beda dan terletak cukup jauh dari Lokasi
Kawasan Kota Tua ini dapat dikatakan sebuah Kawasan Kota Tua. Antara pemberhentian sarana
museum besar yang menyimpan koleksi berupa transportasi dan kawasan ini berupa jalur pejalan
bangunan tua yang sekarang banyak berganti fungsi kaki (pedestrian). Perbedaan letak pemberhentian
menjadi berbagai macam museum. Kondisi ini sarana transportasi tersebut membuat pengunjung
merupakan sebuah potensi yang menarik yaitu memiliki starting point yang berbeda terhadap
museum dalam museum. Jadi jika kawasan ini kawasan ini. Sehingga dirasakan dibutuhkan
ingin dijadikan sebuah kawasan konservasi yang sebuah titik tangkap kawasan yang dapat dijadikan
terintegrasi bertemakan kawasan kota tua, perlu starting point kawasan.
dibuat sebuah panduan bagi bangunan diluar Untuk dapat menentukan starting point pada
bangunan golongan A untuk memugar atau kawasan ini, perlu diketahui sirkulasi lalu lintas
merenovasi fasade bangunannya. Karena tampilan disekitarnya. Berdasarkan hasil survey, sirkulasi
fasade yang kontras dapat mengganggu suasana lalu lintas di sekitar kawasan Kota Tua dibuat satu
yang ingin dimunculkan kawasan ini. arah dan mengitari sekitar kompleks bangunan
Kawasan ini adalah sebuah presentasi dari museum. Hal ini dapat dianggap sebagai potensi,
sebuah scenario besar sejarah Kota Jakarta yang karena pengunjung dapat melihat suasana Kawasan
dimulai dari pesisir utara hingga ke kawasan ini. Kota Tua secara sekilas dari kendaraan. Untuk
Didaerah pesisir utara juga terdapat bangunan pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi
dengan golongan A yang sekarang berfungsi sebagai sebaiknya disediakan lahan parkir yang cukup luas,
Museum Bahari. Namun jaraknya cukup berjauhan sehingga tidak mengganggu pedestrian dan merusak
membuat Museum Bahari sepertinya terlepas dari suasana.
scenario ini. Selayaknya sebuah museum maka
kawasan Kota Tua ini juga harus memberikan 2. Analisis Makro Kawasan Kota Tua
informasi secara utuh bagi pengunjungnya. Jadi Kawasan konservasi Kota Tua merupakan
bangunan bersejarah peninggalan macam kolonial sebuah kawasan yang memiliki kekuatan icon yang
yang masih bertahan dan tersebar dengan tidak cukup besar. Hal tersebut merupakan potensi yang
beraturan harus dirangkaikan menjadi sebuah cerita harus dimanfaatkan dalam menghidupkan lagi
utuh tentang sejarah Kota Jakarta. Jadi untuk dapat kawasan ini yang sudah dianggap tidak produktif
menjadi demikian, pengunjung harus memiliki lagi. Banyak hal yang harus diperhatikan untuk
starting point yang sama. menghidupkan kawasan ini, misalnya berkenaan
b. Analisa Pencapaian Titik Tangkap. dengan suasana (atmosfer), bangunan tua yang
Museum Fatahillah berada dalam kawasan cenderung tidak terpakai sampai fasilitas
konservasi Kota Tua Jakarta yang secara geografis pendukung.
kawasan ini berada dibagian Utara Kota Jakarta, a. Atmosfer Kawasan.
namun secara administrative berada di wilayah Selain bangunan fisik dan aktifitas manusia,
Pemerintah Kotamadya Jakarta Barat. Kawasan sebuah lingkungan binaan juga memiliki
Kota Jakarta, dengan demikian keberadaannya harus atmosfer. Kawasan Kota Tua ini yang sangat
dirasakan setidaknya oleh masyarakat Kota Jakarta. lekat dengan berbagai atmosfer, misalnya
Kawasan ini dapat diakses dengan berbagai cara, atmosfer tentang masa kolonial Belanda. Betapa
yaitu angkot dan bis kota (Terminal Kota Tua) yang tidak, bangunan yang masih berdiri dengan
melayani beberapa lokasi di sekitar Kota Tua, megah sampai saat ini adalah bangunan Stadhuis
busway (Halte Kota Tua) yang mampu mencakup yang awalnya dibuat sebagai pusat pemerintahan
wilayah Jakarta, kereta (Stasiun Kota) yang VOC di Batavia. Juga beberapa bangunan lain
merupakan sarana mencapai wilayah Jabodetabek, dan atmosfer ini harus diganti, namun tanpa
serta kendaraan pribadi seperti mobil, motor atau bis. harus menghancurkan peninggalan sejarah
Jadi keberadaan sarana transportasi tersebut berupa gedung tua.

Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 37


Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

Gambar IV.1
Atmosfer kawasan Museum Fatahillah
Foto: Azie (2011)

Selain atmosfer masa kolonial, kawasan ini c. Arsitektur Kawasan.


juga lekat dengan beberapa atmosfer lain misalnya Di kawasan Kota Tua ini terdapat bangunan
atmosfer museum, atmoser wisata, atmosfer ruang dengan golongan A, yang berarti bangunan tidak
public serta atmosfer seni dan budaya. Atmosfer boleh mengalami perubahan. Sedangkan bangunan
museum tercipta karena di kawasan ini setidaknya lain (dengan golongan B, C dan D) boleh mengalami
terdapat lima buah museum yang jaraknya perubahan. Namun untuk menghadirkan suasana
berdekatan. Atmosfer wisata muncul karena atmosfer yang khas dari sebuah lingkungan binaan,
kawasan ini juga sering dipilih tempat wisata bagi kehadiran tampak bangunan yang harmonis juga
masyarakat. Sedangkan atmosfer ruang public perlu dimunculkan.
tercipta untuk digunakan kegiatan yang bersifat Detail fasad dari bangunan golongan A di
sesekali (event) baik social maupun komersial. Dan inventarisasi dan dipilih elemennya untuk dapat
yang tak kalah pentingnya adalah atmosfer seni dan diterapkan kepada bangunan dengan golongan
budaya yang cukup kuat karena di kawasan ini lainnya yang berada di sekitar kawasan. Elemen
sering dijadikan tempat yang bersifat simbolik yang dipilih dibatasi dengan bentuk yang sudah
dalam mengadakan sebuah acara, misalnya perayaan akrab dengan masyarakat. Hal ini dimaksudkan
ulang tahun Kota Jakarta, perayaan Tahun Baru untuk menghilangkan jejak atmosfer kolonial
Imlek dan sebagainya. Selain itu kawasan ini juga Belanda. Fungsi bangunan yang terbengkalaipun
sering dijadikan tempat penyelenggaraan kegiatan dapat difungsikan lagi dengan memberikan fungsi
seni, baik yang bersifat amatir ataupun professional, baru yang dapat memberikan dukungan kepada
seperti pembuatan iklan, shooting film atau sesi kawasan ini. Misalnya keadaan yang sepi di
fotografi. Berbagai atmosfer tersebut dapat kawasan ini pada waktu malam, mungkin
digunakan sebagai tema dalam mengembangkan penyebabnya karena tidak adanya lingkungan
Kawasan Konservasi Kota Tua ini. Namun ada satu perumahan di kawasan ini, membuat kawasan ini
atmosfer yang dinilai negative, yakni atmosfer hanya ramai pada siang hari. Namun tidak semuanya
tentang kawasan yang mencekam dan menakutkan. fasadnya harus menjadi harmonis dengan bangunan
Hal ini dapat dijadikan pertimbangan, agar atmosfer tua golongan A, perlu adan sebuah bangunan dengan
yang negative tersebut dapat digantikan dengan spirit kekinian dihadirkan dikawasan ini. Bangunan
atmosfer yang lebih positif. Tema dan atmosfer baru ini diharapkan menjadi icon baru bagi kawasan ini
perlu diberikan kepada kawasan ini agar atmosfer yang seharusnya dapat mengalahkan atmosfer dari
klolonial dapat sedikit demi sedikit hilang. Hal bangunan lainnya yang juga kental dengan atmoser
tersebut penting dilakukan agar kawasan ini dapat kolonial.
muncul sebagai pemicu semangat bagi sebuah kota d. Infrastruktur
untuk lepas dari baying-bayang kolonial untuk Untuk mendukung keberhasilan revitalisasi
berkembang. kawasan ini, perlu disiapkan infrastruktur yang baik
untuk digunakan sekaligus perawatannya, misalnya

Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 34


Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

keberadaan pedestrian, toilet dan rest area, disekitar tempat duduk atau disekitar tempat yang
mekanikal dan elektrikal serta sarana kenyamanan teduh.
dan keselamatan. Sedangkan untuk penerangan saat ini sudah
Kawasan ini dirancang bebas kendaraan, dapat dikatakan baik, hanya saja detail elemen yang
sehingga jalur pedestrian untuk pejalan kaki didalam mudah rusak seperti kaca harus diperhatikan.
kawasan ataupun pedestrian sebagai jalur Menanam lampu di lantai merupakan ide yang
penghubung dengan sarana transportasi harus bagus, karena tidak merusak view keberbagai arah
diperhatikan. Namun pedestrian tersebut seharusnya kawasan ini. Walaupun beberapa lampu yang
juga dipersiapkan untuk penyandang cacat. ditempatkan dengan tiang justru memberi estetika
Permukaan perkerasan harus mudah dilewati baik sendiri. Memberikan elemen lampu dinding juga
dengan kursi roda ataupun yang menggunakan dapat dilakukan disepanjang dinding bangunan, atau
tongkat. Fasilitas lain yang harus diperhatikan pada bagian-bagian tertentu, misalnya pada pintu
adalah toilet dan rest area. Luasnya kawasan ini jendela. Street furniture ini didesign secara
menjadi pertimbangan dalam menempatkan sebuah bersamaan, karena bila elemen street furniture ini
toilet. Toilet dapat disebar kebeberapa penjuru tidak didesign secara keseluruhan akan
kawasan, atau toilet dapat ditempatkan pada satu menimbulkan masalah.
area yang dekat dengan semua penjuru kawasan. Elemen lain yang juga harus diperhatikan
Selain fasilitas yang bersifat langsung adalah booth untuk pedagang kaki lima atau untuk
melayani pengunjung, kawasan ini juga harus acara-acara tertentu. Bentuk booth dapat dirancang
mempersiapkan infrastruktur yang tidak langsung sedemikian rupa karena ukurannya relatif kecil
melayani pengunjung, seperti instalasi mekanikal sehingga tidak mengganggu. Walaupun
dan elektrikal serta bak kontrol untuk selokan. merencanakan bentuk dengan tema yang sama
Instalasi mekanikal dan elektrikal sedapat mungkin dengan bangunan sekitar juga perlu
tidak terlihat, atau dikamuflase dengan elemen dipertimbangkan. Yang menjadi perhatian adalah
lainnya, sehingga tidak merusak estetika dan berkenaan dengan warna. Warna yang dipilih harus
atmosfer yang telah diciptakan. Saluran selokan dan harmonis dengan yang ada dilingkungan kawasan
bak control juga perlu diperhatikan agar tidak Kota Tua ini, seperti warna krem atau hijau. Pilihan
mengeluarkan bau tidak sedap dan menimbulkan warna komplementer dapat saja dihadirkan untuk
pemandangan yang kotor. aksen, dan tidak dominan. Pengembangan warna
e. Street Furniture dasar tersebut juga masih dikembangkan kearah
Ada dua kelompok aktifitas yang berada di warna analogus untuk memperbesar range warna
kawasan ini, yaitu aktifitas dalam ruang dan luar yang akan dipilih.
ruang. Sebagai sebuah lingkungan binaan, aktifitas Warna juga dapat dijadikan tanda dan
luar ruang kawasan ini sangat significant, sehingga petunjuk arah (sign system). Hal tersebutlah yang
ketersediaan furniture ruang luar perlu diperhatikan. tidak ada dikawasan ini. Begitu sampai di kawasan
Ada beberapa elemen street furniture yang menjadi ini maka pengunjung akan disambut dengan sebuah
perhatian dikawasan ini, misalnya tempat duduk, ruang yang terbuka yang sangat dominan. Sehingga
penghijauan, penerangan, signage, tempat sampah bagi pengunjung yang baru pertama kali akan
dan booth untuk kaki lima. merasa kebingungan untuk menemukan tujuannya.
Pergerakan pengunjung dengan berjalan Karena itulah sebuah sign system perlu dihadirkan di
kaki dikawasan ini pastilah menghabiskan tenaga. kawasan ini.
Tempat beristirahat berupa bangku atau sekedar
tempat duduk tidak tersedia, sehingga pengunjung Arsitektur
cenderung duduk sembarangan tempat, bahkan Bangunan Kolonial di Kota Batavia
duduk dilantai asalkan mendapatkan naungan pohon merupakan salah satu benda berharga yang
untuk berteduh. Kebiasaan pengunjung ini ditinggalkan oleh penjajah Belanda di Indonesia,
seharusnya mendapat perhatian, yaitu dengan yaitu bangunan berarsitektur rumah indah. Banyak
memberikan tempat duduk yang nyaman untuk bangunan rumah monumental yang dibangun pada
bernaung dikala panas ataupun hujan. Kantong- masa penjajahan kolonial Belanda. Karena
kantong untuk duduk juga perlu didekatkan fasilitas arsitektur rumah mereka sudah jauh lebih maju dari
kafe atau kantin, karena kecenderungan orang Indonesia, maka mereka pun membangun banyak
beristirahat sambil minum. Dengan demikian tempat bangunan rumah indah yang memberi inspirasi bagi
sampah-pun menjadi hal yang sangat penting. masyarakat, khususnya kaum intelektual. Namun
Tempat sampah dilokasikan didekat pedagang sayangnya tidak semua orang mau melestarikan
makanan dan minuman serta didekat tempat yang peninggalan berharga itu. Seiring berjalannya
berpotensi memunculkan keramaian, misalnya waktu, semakin banyak bangunan yang rusak dan
Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 35
Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

terabaikan. Hanya tinggal beberapa bangunan yang pula beberapa bangunan bersejarah lainnya yang
dapat diselamatkan. Salah satunya adalah Museum masih dapat dinikmati sisi arsitekturnya, meskipun
yang sangat terkenal di Jakarta, yaitu Museum beberapa bangunan tersebut sudah mulai beralih
Jakarta (dulu dikenal dengan nama Museum fungsi. Contoh bangunan berasitektur kolonial yang
Fatahillah). Bangunan berarsitektur kolonial ini masih terawat dengan baik di sekitar museum
terletak di jantung kota Batavia, yang sekarang lebih Jakarta ini adalah museum Wayang dan Kafe
dikenal dengan daerah Kota. Selain Museum Jakarta Batavia.
ini, masih ada beberapa bangunan lain di sekitarnya Dalam penjelasan diatas merupakan peluang
yang juga merupakan jejak arsitektur rumah yang untuk memperkenalkan museum Fatahilah kepada
berharga. 

 pengunjung. Sedangkan tampilan eksterior museum
Kira-kira 500 meter ke arah selatan Fatahilah sudah tidak bisa dirubah karena bangunan
pelabuhan Sunda Kelapa, dibangun suatu Balaikota. ini merupakan bangunan golongan A.
Bagian depan bangunan ini dilengkapi dengan
sebuah taman yang megah, yang sekarang disebut Desain Interior
Taman Fatahillah. Taman ini dulu dipakai untuk 1. Area Lobby dan Tangga utama
berbagai aktivitas kota. Di tengah taman ini terdapat Perancangan interior yang baik tidak dapat
air mancur, dan di sisi utara terdapat dua buah dipisahkan dengan teknik pencahayaan karena
meriam Portugis. Sebelum berubah fungsi menjadi dengan adanya pencahayaan yang baik maka sebuah
Museum Jakarta, gedung Balaikota yang lama rancangan interior akan menjadi lebih baik. Untuk
dibangun tahun 1627 didirikan dengan ukuran yang area loby ini difokuskan pada pencahayaan,
tidak terlalu besar. Baru kemudian pada tahun 1707 - khususnya pencahayaan yang berfungsi sebagai
1710 dibangun gedung baru yang lebih besar, yang dekoratif. Warna cahaya yang digunakan sesuai
sekarang dipakai sebagai Museum Jakarta. Gedung dengan aktifitas yang dilakukan didalam ruangan
Balaikota ini digunakan untuk kegiatan pemerintah tersebut. Misalnya, pada loby yang berisi
Batavia, seperti administrasi pemerintahan, informasi, meja resepsionis digunakan cool daylight
pengadilan, dan sekaligus penjara. Seperti Balaikota sehingga bisa diberi kesan kejelasan dalam ruangan
di Amsterdam. Bentuk bangunan Museum Jakarta utama.
ini mengingatkan kita pada gedung balaikota lama di
Amsterdam, serta gedung-gedung lainnya di Eropa.
Ini karena semua rancangan bangunan didasarkan
pada disiplin yang tinggi dengan beberapa
pengulangan bentuk, seperti pengulangan bentuk
jendela yang sangat mencolok di bagian depan
bangunan. Selain itu, bangunan ini juga dibangun
dengan skala yang monumental.
Fasade bangunan ini terlihat sangat megah
dan berwibawa, apalagi diperkuat dengan adanya /
portico / di depan pintu utamanya. Ada beberapa
informasi yang mengatakan bahwa sebenarnya
bangunan ini dibangun tanpa portico. Susunan
jendela besar mempunyai irama tertentu, yaitu 5-4-5.
Gambar IV.2
Jendela ini berfungsi untuk memasukkan cahaya dan
Area 1 (lobi utama)
udara ke dalam bangunan yang masif. Cupola, Foto: Azie (2011)
bentuk silinder pada bagian atas atap menyerupai
menara, menyimbolkan kekuasaan VOC terhadap 1. Ruang perkembangan kebudayaan Area Display
kota Batavia pada masa itu. Tepat di ujung nok Ruang pamer karya-karya masterpiece
terdapat tiang asap sebagai penambah unsur seharusnya memiliki perancangan interior yang lebih
dekoratif yang fungsional. Naik ke lantai 2, akan baik dari ruangan-ruangan lainnya, karena ruangan
terlihat sebuah busur lengkung yang terbuat dari ini berfungsi untuk memamerkan karya-karya yang
batu alam bermotif kerang-kerang laut. Di lantai ini merupakan karya terbaik dari tokoh zaman kolonial.
pula, perbedaan setiap pintu ruangan terlihat sangat Bila kita melihat gambar terlihat warna dinding yang
jelas. Semakin besar ruangan yang ada maka kusen sudah pudar dan lampu yang menyilaukan sehingga
pintu pun akan semakin tinggi. Dikelilingi bangunan memberi kesan kumuh pada ruangan ini.
bersejarah dan di sekitar Museum ini masih terdapat

Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 36


Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

Gambar IV.3
Area 2 (Ruang perkembangan kebudayaan Area Display)
Foto: Azie (2011)

Pada ruang master piece lampu yang langsung dari petugas museum yang dapat
berfungsi sebagai pencahayaan dekoratif tidak mengarahkan dengan memebrikan informasi secara
memiliki focus sehingga pendar dari lampu tersebut langsung. Berikut faktor-faktor yang diamati penulis
seperti kehilangan fungsinya. Jenis lampu yang pada museum Fatahillah :
dipilih terasa kurang tepat karena lampu T5 yang a. Informasi pada lobi dan pusat informasi.
digunakan tidak dapat memberikan focus yang jelas Lobi museum berfungsi sebagai ruangan
terhadap display. Akan lebih baik bilamana utama pengunjung untuk mendapatkan informasi
digunakan lampu jenis halogen karena lampu dengan bantuan beberapa petugas dan difungsikan
halogen dapat memberi focus yang lebih jelas sekaligus untuk ticketing dan dapat masuk kedalam
terhadap koleksi yang dipamerkan. museum.
Sistem tata kelistrikan sangat tidak aman Dengan satu-satunya tempat dan cara
bagi pengunjung yang masuk kedalam area ini. mendapatkan informasi ini tentunya membuat
2. Zaman Prasejarah pengunjung kurang mendapatkan informasi yang
3. Ruang baru prasejarah memadai. Didalam lobi ini tidak dilengkapi peta
4. Ruang Arca museum dan lay-out yang kurang jelas, tidak
5. Ruang masa kerajaan Sunda Kelapa menarik, juga peletakannya yang sering tidak
6. Ruang masa kedatangan Portugis disadari oleh pengunjung.
7. Ruang peralihan ke area taman belakang
8. Ruang miniatur
9. Ruang peninggalan belanda
10. Ruang furniture
11. Ruang furniture
12. Ruang kebudayaan betawi
13. Ruang lukisan diorama perjuangan Fatahillah

Desain Grafis
Media Informasi
Koleksi Museum Fatahillah yang beraneka-
ragam meliputi seluruh jenis benda koleksi, dimulai
koleksi benda-benda prasejarah sampai dengan masa
kolonial, sejumlah koleksi merupakan koleksi yang
langka. Media informasi memiliki fungsi utama
untuk memudahkan pengunjung memahami
informasi yang memadai ditiap-tiap koleksi. Gambar IV.4
Minimnya informasi di museum Fatahillah Minimnya informasi pada lobi
mengharuskan pengunjung mendapatkan petunjuk Foto: Azie (2011)
Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 35
Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

b. Informasi pada benda koleksi Daftar Pustaka


Informasi pada benda koleksi di museum Brosur Unit Penataan dan Pengembangan Kawasan
Fatahillah dibuat masih dengan lay-out yang Kotatua, Jakarta Dinas Pariwisata dan
sederhana, masih belum memberikan informasi Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, Jakarta
pendukung dari benda koleksi. Pemberian informasi Kota Tua
ini juga belum dibuat merata dan menyeluruh pada
setiap benda koleksi. Beberapa keterangan yang Brosur Unit Penataan dan Pengembangan Kawasan
diberikan masih terlihat kosong, bahkan masih Kotatua, Jakarta Dinas Pariwisata dan
terdapat beberapa display tanpa dilengkapi dengan Kebudayaan Propinsi DKI Jakarta, Jakarta
informasi yang memadai. Kota Tua
Informasi yang dibuat pada setiap benda
koleksi belum mempertimbangkan nilai-nilai estetis David DS Lumoindong, Sejarah Kolonial Portugis
sehingga tidak menarik untuk dibaca dan dilihat. di Indonesia
Informasi yang ada saat ini belum memiliki
keseragaman dalam komposisi dan peletakannya. David DS Lumoindong, Sejarah Kolonial Portugis
Pengguinaan ukuran huruf juga belum di Indonesia dari
mempertimbangkan unsur keterbacaab yang baik, http://id.wikipedia.org/wiki/Fatahillah
sehingga dibutuhkan upaya khusus untuk dapat
membaca keterangan ini dengan jelas. Donald A. Norman, Memory and Attention,, 2nd
c. Informasi umum museum edition, John Wiley & Sons,inc, New York,
Dengan fungsi museum sebagai tempat 1976, hal 65
mempelajari dan meneliti obyek-obyek pengamatan
yang memiliki nilai tinggi, pada museum ini fungsi Donald A. Norman, Memory and Attention,, 2nd
di atas ditambahkan dengan misi untuk melestarikan edition, John Wiley & Sons,inc, New York,
budaya dan memperkenalkan kepada masyarakat 1976, hal 65
khususnya masyarakat Jakarta dan masyarakat
Indonesia umumnya untuk menggugah kesadaran Elizabeth A Styles, The Psychology of Attention,
masyarakat. Dinamisnya perubahan masyarakat saat Psychology Press : UK, 1997, hal 237
ini mengharuskan terwujudnya informasi museum
yang efektif dan tepat sasaran. Elizabeth A Styles, The Psychology of Attention,
Psychology Press : UK, 1997, hal 237
Tata Pamer Koleksi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap Gamal, G., Viter, J. (2010) : Polight, Proses kreatif,1
benda-benda koleksi, penulis menilai data pamer – 10
kurang menarik. Pada tiap-tiap ruangan koleksi
dikelompokkan sesuai jenisnya, sehingga bagi Gamal, G., Viter, J. (2010) : Polight, Proses kreatif,1
pengunjung yang masih belum berminat terhadap – 10
benda-benda bersejarah akan merasa kebosanan.
Sebagai contoh ruang lobby, bahkan tidak terdapat http://id.wikipedia.org/wiki/Fatahillah
identitasnya, hanya dipajang sebuah perangkat
patung, gong, bangku, lukisan dan meriam, sehingga Reneau Z. Peurifoy, Anxiety,Phobias,and Panic,2nd
pada kesan pertama memasuki museum Fatahillah edition, Time Warner Book Group: USA,
tidak didapatkan kesannya. 2005, hal 3
Memasuki ruang pajang pertama setelah
lobby disebelah kanan, ruangan hanya dipenuhi Reneau Z. Peurifoy, Anxiety,Phobias,and Panic,2nd
koleksi benda-benda prasejarah yaitu peralatan edition, Time Warner Book Group: USA,
senjata batu perhiasan batu purba. Walaupun jenis 2005, hal 3
benda-benda itu terdiri dari berbagai waktu proses,
sehingga sangat membosankan bagi pengunjung dan Skripsi Rini Suryantini, Sign and Signage System,
selain tidak mendapatkan informasi yang memadai Arsitektur FTUI, 2001 hal.5
karena system informasi benda koleksi sangat
minim, hanya nama benda koleksi tanpa diserta Skripsi Rini Suryantini, Sign and Signage System,
keterangan yang memberi penjelasan detail. Arsitektur FTUI, 2001 hal.5

Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 34


Kajian Desain Interior Lantai 1 pada Museum Fatahillah Jakarta

Uka Tjandrasasmita, Indonesia – Portugal : Five www.daviscalifornia.com/signdesignguidelines/cent


Hundred Years of Historical Relationship, ralcommercialandmixeduse. 15 Februari
Cepessa, 2001 2008

Uka Tjandrasasmita, Indonesia – Portugal : Five www.daviscalifornia.com/signdesignguidelines/cent


Hundred Years of Historical Relationship, ralcommercialandmixeduse. 15 Februari
Cepessa, 2001 2008

Inosains Volume 9 Nomor 1, Februari 2014 35

Anda mungkin juga menyukai