Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN HOLISTIK PADA NY.

M DENGAN
DISFUNGSI MUSKULOSKELETAL (SKOLIOSIS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata ajar holistik

Dosen pembimbing : Ns. Diyan Yuli Wijayanti, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh:
Kelompok 7

1. Indah Ayu S. 22020115183010


2. Navy Dwi P. 22020115183011
3. Miftahul Rohmah 22020115183024

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2015

1
DAFTAR ISI (no hal masih salah)

BAB I : PENDAHULUAN Hal


A. LATAR BELAKANG ……………………………………….. 3
B. TUJUAN ……………...……………………………………… 4
BAB II : LANDASAN TEORI
A. DEFINISI …………………...………………………………… 5
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI ………………………………... 6
C. KLASIFIKASI ………………...……………………………… 7
D. ETIOLOGI ………………………….………………………. 9
E. GEJALA KLINIS ……………………………..……………… 9
F. FAKTOR RESIKO …………………….…………………….. 11
G. PATOFISIOLOGI ...………..…………………………………. 12
H. KOMPLIKASI ………………………………………………... 13
I. PROGNOSIS …………………………………………………. 13
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK …………………………….. 14
K. PENGOBATAN ………………………………………………. 14
L. PENANGANAN PEMBEDAHAN …………………………... 17
M. CARA MENGHINDARI TERJADINYA SKOLIOSIS …….. 18
BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN 20
A. PENGKAJIAN ………………………………………………… 20
B. ANALISIS DATA …………………………………………….. 25
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN …………....………………… 26
D. RENCANA KEPERAWATAN ……………………………….. 27
BAB IV : ANALISA JURNAL 24
BAB V : PENUTUP 24
A. KESIMPULAN …………………………………………………
B. SARAN …………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Skoliosis merupakan salah satu gangguan disfungsi muskuloskeletal, dimana
tulang belakang yang lurus pada orang normal berubah menjadi miring atau berbelok
ke arah lateral, yang tentu akan mengakibatkan perubahan fungsi tulang belakang
dan perubahan anatomi tubuh sehingga dapat menimbulkan keluhan pada tulang
belakang dan organ dalam tubuh yang terdesak akibat perubahan tulang belakang
(Rahayussalim, 2007)
Skoliosis atau lengkungan abnormal dari tulang belakang, dijumpai pada
sekitar 3% dari populasi. Lengkungan sampai derajat tertentu masih dianggap normal
pada tulang belakang manusia. Ketika kita melihat tubuh kita dari sisi samping, kita
dapat melihat lengkungan ke dalam dan ke luar yang mulus pada leher, punggung
atas dan bawah. Lengkungan ini perlu untuk mempertahankan tubuh dalam posisi
seimbang dan dalam kesegarisan dengan tulang panggul (pelvis).Tetapi ketika dilihat
dari belakang, tulang belakang yang sehat harus membentuk garis lurus. Pada
seseorang dengan skoliosis, tulang belakang lebih terlihat membentuk huruf “S” atau
“C” dari pada huruf “I”. Ruas-ruas tulang belakang yang terlibat dalam lengkungan
tersebut juga bisa berotasi sampai derajat tertentu, yang mana bisa lebih jauh lagi
berpengaruh pada postur pinggang atau bahu yang tidak rata atau seimbang.Kasus
yang ringan mungkin tidak mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Tetapi kasus yang
berat (lebih dari 50 derajat) bisa menyakitkan dan membatasi aktivitas normal.
Terdapat banyak penyebab skoliosis pada usia muda, termasuk kelainan
tulang belakang bawaan (kelainan yang dijumpai pada saat lahir, baik diturunkan
ataupun disebabkan oleh lingkungan), kondisi genetik dan masalah neuromuskular
(skoliosis yang disebabkan oleh masalah pada kendali saraf dan otot). Contoh dari
skoliolis neuromuskular mencakup serebral palsi, spina bifida, distrofi otot, dan
atrofi otot tulang belakang. Pada kasus yang jarang, tumor bisa menjadi penyebab
dari skoliosis. Lebih dari 80% kasus skoliosis tidak memiliki penyebab yang
diketahui,skoliosis seperti ini dinamakan idiopatik.

3
Kebanyakan dari kasus skoliosis terjadi selama masa-masa remaja, masa yang
dikenal sebagai fase “percepatan pertumbuhan”, dimana skoliosis menjadi lebih jelas
dan bisa berkembang selama masa pertumbuhan anak remaja tersebut. Kadang-
kadang, kita melihat kasus skoliosis terjadi pada anak-anak yang lebih muda. Pada
masa lalu, dokter mengelompokkan skoliosis tersebut ke dalam kategori kongenital
(dijumpai sejak lahir), infantil (dijumpai dalam tahun pertama kehidupan), dan
juvenil. Sekarang ini, kita cenderung untuk menyebut kasus-kasus seperti itu sebagai
“skoliosis yang timbul dini (early-onset scoliosis)”, karena tata laksananya
cenderung serupa pada kasus-kasus tersebut.
Pada populasi usia lanjut, kita melihat peningkatan jumlah pasien-pasien
dengan skoliosis untuk pertama kalinya selama usia dewasa mereka, terutama pada
usia paruh baya dan lanjut.  Kondisi ini dinamakan skoliosis degeneratif, dan pasien-
pasien sering mengeluhkan nyeri punggungdengan atau tanpa gejala pada tungkai,
seperti nyeri yang hebat, kesemutan, rasa tertusuk-tusuk , dan atau kelemahan.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mampu memahami dan mengerti tentang kasus skoliosis, serta mampu
melaksanakan asuhan keperawatan skoliosis secara holistik.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian skoliosis
2. Untuk mengetahui penyebab skoliosis
3. Untuk mengetahui patofisiologi skoliosis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis skoliosis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada skoliosis
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan skoliosis
7. Untuk mengetahui komplikasi skoliosis
8. Untuk mengetahui beberapa contoh gambar skoliosis
9. Untuk memahami asuhan keperawatan pada penderita skoliosis secara
holistik

4
BAB II
LANDASAN TEORI

A. DEFINISI
Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi
pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan.Kelainan skoliosis
ini sepintas terlihat sangat sederhana.Namun apabila diamati lebih jauh
sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat
perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur
penyokong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya
yang biasanya membentuk kurva “C” atau kurva “S”.(Rahayussalim, 2007)
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah
samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun
lumbal (pinggang). Skolisis merupakan penyakit tulang belakang yang menjadi
bengkok ke samping kiri atau kanan sehingga wujudnya merupakan bengkok
benjolan yang dapat dilihat dengan jelas dari arah belakang. Penyakit ini juga sulit
untuk dikenali kecuali setelah penderita meningkat menjadi dewasa. (Mion,
Rosmawati, 2007)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Bentuk dan tiap-tiap ruas tulang belakang pada umumnya sama, hanya ada
perbedaannya sedikit tergantung pada kerja yang ditanganinya. Ruas-ruas ini terdiri
atas beberapa bagian, sebagai berikut:

5
1. Badan Ruas: Merupakan bagian yang terbesar, bentuknya tebal dan kuat terletak
disebelah depan.
2. Lengkung Ruas: Bagian yang melingkari dan melindungi lubang ruas tulang
belakang, terletak disebelah belakang dan pada bagian ini terdapat beberapa
tonjolan, yaitu:
a. Prosesus Spinosus/ Taju Duri; terdapat ditengah-tengah lengkung ruas dan
menonjol kebelakang.
b. Prosesus Transversum/ Taju Sayap; terdapat disamping kiri dan kanan
lengkung ruas.
c. Prosesus Artikularis/Taju Penyendi; membentuk persendian dengan ruas tulang
belakang (Vertebralis).
Fungsi Ruas Tulang Belakang, adalah sebagai berikut:
1. Menahan kepala dan alat-alat tubuh yang lain.
2. Melindungi alat halus yang ada didalamnya (sum-sum belakang).
3. Tempat melekatnya tulang iga dan tulang panggul.
4. Menentukan sikap tubuh.
Bagian-Bagian Dari Ruas Tulang Belakang, adalah sebagai berikut :
1. Vertebra Servikalis (Tulang Leher)
Terdiri dari 7 ruas, mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya yang besar.
Pada taju sayapnya terdapat lubang tempat melewatinya saraf yang disebut
Foramen Tranversalis (Foramen Tranversorium). Ruas pertama Vertebra
Servikalis disebut atlas yang memungkinkan kepala berputar kekiri dan
kekanan.Ruas ke-7 mempunyai taju yang disebut Prosesus Prominan, taju ruasnya
agak panjang.
2. Vertebra Torakalis (Tulang Punggung)
Terdiri dari 12 ruas, badan ruasnya besar dan kuat, taju durinya panjang dan
melengkung. Pada bagian dataran sendi sebelah atas, bawah, kiri dan kanan,
membentuk persendian dengan tulang iga.
3. Vertebra Lumbalis (Tulang Pinggang)
Terdiri dari 5 ruas, badan ruasnya besar, tebal dan kuat, taju durinya agak picak,
bagian ruas dari ke-5 ruas yang agak menonjol disebut Promontorium.

6
4. Vertebra Sakralis (Tulang Belakang)
Terdiri dari 5 ruas, ruas-ruasnya menjadi satu sehingga menyerupai sebuah tulang.
Disamping kiri dan kanannya terdapat lubang-lubang kecil 5 buah, yang disebut
Foramen Sakralis. OS Sakrum menjadi dinding bagian belakang dari rongga
panggul.
5. Vertebra Koksigialis (Tulang Ekor)
Terdiri dari 4 ruas, ruas-ruasnya kecil dan menjadi sebuah tulang yang disebut
juga Os Koksigialis, dapat bergerak sedikit karena membentuk persendian dengan
sakrum.

C. KLASIFIKASI
Skoliosis dibagi dalam dua jenis yaitu struktural dan bukan struktural.
1. Skoliosis struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel (tidak dapat di perbaiki) dan dengan rotasi
dari tulang punggung. Komponen penting dari deformitas itu adalah rotasi
vertebra, processus spinosus memutar kearah konkavitas kurva.
Tiga bentuk skoliosis struktural yaitu:
a. Skoliosis Idiopatik. adalah bentuk yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1) Infantile: dari lahir <3 tahun.
2) Anak-anak: 3 tahun – 10 tahun.
3) Remaja: Muncul setelah usia 10 tahun (usia yangpaling umum).
b. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis yang menyebabkan malformasi satu atau
lebih badan vertebra.
c. Skoliosis Neuromuskuler, anak yang menderita penyakit neuromuskuler
(seperti paralisis otak, spina bifida, atau distrofi muskuler) yang secara
langsung menyebabkan deformitas.
2. Skoliosis nonstruktural (Postural)
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula), dan
tanpa perputaran (rotasi) dari tulang punggung. Pada skoliosis postural,
deformitas bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan
diluar tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan

7
pelvis akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi
maka kurva tersebut menghilang.

Ada tiga tipe-tipe utama lain dari skoliosis:

a. Fungsional
Pada tipe skoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu lekukan abnormal
berkembang karena suatu persoalan ditempat lain didalam tubuh. Inidapat
disebabkan oleh satu kaki adalah lebih pendek daripada yang lainnya atau oleh
kekejangan-kekejangan di punggung.
b. Neuromuscular
Pada tipe skoliosis ini, ada suatu persoalan ketika tulang-tulang dari spine
terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal untuk membentuk sepenuhnya,
atau mereka gagal untuk berpisah satu dari lainnya.Tipe skoliosis ini
berkembang pada orang-orang dengan kelainn-kelainan lain termasuk
kerusakan-kerusakan kelahiran, penyakit otot (muscular dystrophy), cerebral
palsy, atau penyakit Marfan. Jika lekukan hadir waktu dilahirkan, ia disebut
congenital. Tipe skoliosis ini seringkali adalah jauh lebih parah dan
memerlukan perawatan yang lebih agresif daripada bentuk-bentuk lain dari
skoliosis.
c. Degenerative
Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari skoliosis yang ditemukan pada anak-anak
dan remaja-remaja, degenerative skoliosis terjadi pada dewasa-dewasa yang
lebih tua.Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan pada spine yang disebabkan
oleh arthritis. Kelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-jaringan lunak
lain yang normal dari spine digabungkan dengan spur-spur tulang yang
abnormal dapat menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.
Lain-Lain: Ada penyebab-penyebab potensial lain dari skoliosis, termasuk
tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor jinak yang dapat
terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri menyebabkan orang-
orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan untuk mengurangi jumlah
dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini dapat menjurus pada suatu
kelainan bentuk spine.

8
D. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya skoliosis belum diketahui secara pasti, tapi dapat diduga
dipengaruhi oleh diantaranya kondisi osteopatik, seperti fraktur, penyakit tulang,
penyakit arthritis, dan infeksi.Skoliosis tidak hanya disebabkan oleh sikap duduk
yang salah.
Menurut penelitian di Amerika Serikat, memanggul beban yang berat seperti
tas punggung, bisa menjadi salah satu pemicu scoliosis.
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam
pembentukan tulang belakang atau tulang rusuk yang menyatuh.
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau
kelumpuhan akibat penyakit berikut:Cerebral palsy, Distrofi otot, Polio,
Osteoporosis juvenile.
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

E. GEJALA KLINIS
Gejala yang ditimbulkan berupa:
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping
2. Bahu dan atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
3. Nyeri punggung
4. Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
5. Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60) bisa
menyebabkan gangguan pernafasan.
6. Penyimpangan tulang belakang kelateral dari garis tengah (pada daerah tulang
Thorakal) atau asimetri rongga toraks dan persambungan yang tidak sesuai dari
Vertebra Spinalis, akan tampak apabila individu membungkuk.

9
7. Kelainan penampakan Normal Vertebra, yaitu; Konkaf – Konveks – Konkaf
yang terlihat menurun dari bahu ke bokong.
8. Menonjolnya tulang iga disisi Konveks.
9. Tinggi Krista Iliaka yang tidak sama, hal ini dapat menyebabkan satu tungkai
lebih pendek dari pada tungkai lainnya atau sebaliknya, salah satu tungkai lebih
tinggi dari pada tungkai lainnya.
10. Pergerakan dada terbatas pada inspirasi dalam.
11. Dapat mengeluh nafas pendek atau kesulitan dalam mengambil nafas dalam.
12. Pakaiannya tidak pas secara benar atau menggantung sebelah.

Kebanyakan pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke


kanan dan pada punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri,
sehingga bahu kanan lebih tinggi dari bahu kiri.Pinggul kanan juga mungkin lebih
tinggi dari pinggul kiri. Awalnya penderita mungkin tidak menyadari atau merasakan
sakit pada tubuhnya karena memang skoliosis tidak selalu memberikan gejala–gejala
yang mudah dikenali.Jika ada pun, gejala tersebut tidak terlalu dianggap serius
karena kebanyakan mereka hanya merasakan pegal–pegal di daerah punggung dan
pinggang mereka saja.
Menurut Dr. Siow dalam artikel yang ditulis oleh Norlaila H. Jamaluddin
tahun 2007, skoliosis tidak menunjukkan gejala awal.Kesannya hanya dapat dilihat
apabila tulang belakang mulai bengkok.Jika keadaan bertambah buruk, skoliosis
menyebabkan tulang rusuk tertonjol keluar dan penderita mungkin mengalami
masalah sakit belakang serta sukar bernafas.
Dalam kebanyakan kondisi, skoliosis hanya diberi perhatian apabila penderita
mulai menitik beratkan soal penampilan diri.Walaupun skoliosis tidak mendatangkan
rasa sakit, rata-rata penderita merasa malu dan rendah diri.
Skoliosis pada masyarakat indonesia dapat dijumpai mulai dari derajat yang
sangat ringan sampai pada derajat yang sangat berat.

10
Derajat pembengkokan biasanya diukur dengan cara Cobb dan disebut sudut
Cobb. Dari besarnya sudut skoliosis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Skoliosis ringan : sudut Cobb kurang dari 20 derajat
2. Skoliosis sedang : sudut Cobb antara 21 – 40 derajat
3. Skoliosis berat : sudut Cobb lebih dari 41 derajat (Kawiyana Soetjiningsih, 2004)
Pada skoliosis derajat berat (lebih dari 40 derajat), hanya dapat diluruskan
melalui operasi.

F. FAKTOR RESIKO
Sampai saat ini berbagai hasil penelitianpun masih simpang siur. Meski
demikian,para ahli sependapat bahwa ada faktor-faktor yang membuat seseorang
memiliki risiko lebih besar terkena skoliosis daripada orang lain.Berbagai faktor
tersebut antara lain:
1. Jenis kelamin.
Dari banyak kasus, kaum Hawa lebih banyak terserang skoliosis daripada
kaumAdam.Selain itu, derajat lengkungan pada wanita biasanya lebih
parahdibandingkan pada kaum pria. Alasan mengapa hal ini terjadi masih
belumdiketahui dengan pasti.
2. Usia.
Penyakit skoliosis ini lebih banyak menyerang remaja perempuan karena
berhubungan dengan faktor genetik. Laki–laki dengan prosentase sekitar 40–60
persen (Ketut, 2006). Senada dengan hal tersebut, penyakit ini banyak ditemukan
dalam usia remaja dimana saat remaja terjadi percepatan daripertumbuhan.
Biasanya penyakit ini dirasakan pada umur sekitar 10 tahun sampaiumur
pertumbuhan tulang berhenti. (Soetjiningsih, 2004)

11
3. Derajat lengkung tulang.
Semakin besar derajatnya, semakin besar kemungkinan bertambah parah dan
susahuntuk ditangani
4. Lokasi.
Lekukan yang terjadi pada tulang punggung bagian bawah lebih kecil
kemungkinanbertambah parah, dibandingkan dengan lekukan pada tulang
punggung bagian atas.
5. Gangguan tulang punggung bawaan.
6. Anak yang lahir dengan skoliosis (skoliosis kongenital) sangat berpeluang untuk
bertambah parah keadaannya.
7. Kelainan saraf, keturunan, dan penyakit infeksi

G. PATOFISIOLOGI
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari
adanya syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas tulang
belakang.Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang berada pada garis
yangnormal yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal,
diantaranya kebiasaan duduk yang miring, membuat sebagian syaraf yang bekerja
menjadi lemah. Bila ini terus berulang menjadi kebiasaan, maka syaraf itu bahkan
akan mati. Ini berakibat pada ketidakseimbangan tarikan pada ruas tulang
belakang.Oleh karena itu, tulang belakang penderita bengkok atau seperti huruf S
atau huruf C.
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis atau termasuk
rongga tulang spinal.Lengkungan dapat berbentuk S atau C. Derajat lengkungan
penting untuk diketahui, karena hal ini dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang
mengalami pergeseran. Pada tingkat rotari lengkungan yang cukup besar mungkin
dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada organ penting yaitu paru-paru
dan jantung.
Aspek paling penting dalam terjadinya Deformitas (kelainan) adalah
Progresivitas pertumbuhan tulang. Dengan terjadinya pembengkokan tulang Vertebra
kearah Lateral desertai dengan rotari tulang belakang, maka akan diikuti dengan
perubahan perkembangan sekunder pada tulang Vertebra dan Iga. Oleh karena

12
adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat progresif, disamping terjadi perubahan
pada Vertebra, juga terjadi perubahan pada tulang iga, dimana bertambahnya kurva
yang menyebabkan deformitas tulang igasemakin jelas. Tulang iga turut berputar dan
menimbulkan deformitas berupa Punuk Iga (Rib Hump).
Pada Kanalis Spinalis terjadi pendorongan dan penyempitan Kanalis Spinalis
oleh karena terjadi penebalan dan pemendekan Lamina pada sisi Konkaf.
Keseimbangan lengkungan juga penting, karena ini mempengaruhi stabilitas
dari tulang belakang dan pergerakan pinggul. Perubahan yang penting dalam
keseimbangan dapat mempengaruhi gerak jalan.

H. KOMPLIKASI
Walaupun skoliosis tidak mendatangkan rasa sakit, penderita perlu dirawat
seawal mungkin. Tanpa perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan
menimbulkan berbagai komplikasi seperti:
1. Kerusakan paru-paru dan jantung.
Ini boleh berlaku jika tulang belakang membengkok melebihi 60 derajat. Tulang
rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan penderita sukar
bernafas dan cepat capai. Justru, jantung juga akan mengalami kesukaran
memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah mengalami
penyakit paru-paru dan pneumonia.
2. Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami
masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin
akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih
banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.

I. PROGNOSIS
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya
kelengkungan.Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko
terjadinya progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan
yang hanya diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak

13
menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit
punggung pada saat usia penderita semakin bertambah.
Penderita skoliosis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki
prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis
neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy
atau distrofi otot). Karena itu tujuan dari pembedahan biasanya adalah
memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang menderita
skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang mendasarinya,
sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan beberapa kali
pembedahan.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan dasar yang penting adalah foto polos (roentgen) tulang
punggung yang meliputi:
1. Foto AP dan lateral ada posisi berdiri: foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan skoliosis.
2. Foto AP telungkup
3. Foto force bending R and L: foto ini bertujuan untuk menentukan derajat
pembengkokan setelah dilakukan bending.
4. Foto pelvik AP: Pada keadaan tertentu seperti adanya defisit neurologis, kekakuan
pada leher, atau sakit kepala.
5. Dapat dilakukan pemeriksaan MRI.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin, hormone paratiroid (PTH), dan vitamin D, kadar enzim
serum kreatinin kinase (CK) dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase
(SGOT, aspartate aminotransprase)

K.PENGOBATAN
Tujuan pengobatan :
1. Mencegah progresivitas skoliosis ringan sampai sedang.

14
2. Melakukan koreksi dan stabilisasi pada skoliosis yang lebih berat jenis
pengobatanyang disesuaikan dengan penyebab, onset terjadinya, umur penderita,
besarnyakurva dan progresivitas skoliosis.

Macam-Macam Pengobatan Skoliosis:


1. Pengobatan konservatif
Hampir semua skoliosis dapat ditangani dengan terapi
konservatif.Pengobatankonservatif dipertahankan sampai terjadi pematangan
pertumbuhan tulang.Prinsippengobatan konservatif terdiri atas distraksi, traksi,
penekanan lokal atau semacamkombinasi. Pengobatan konservatif terdiri atas:
a. Observasi
Observasi merupakan suatu pemeriksaan yang teratur setiap 6 bulan untuk
menilai progresivitas dari sudut sehingga dapat diputuskan tindakan yang
akandilakukan.
b. Latihan
Dapat dilakukan latihan sikap duduk, berdiri, berjalan, relaksasi otot
yangtegang, latihan pernafasan serta mobilisasi pada jaringan lunak yang
memendek.
c. Pemasangan penyangga
Pada anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah
sampai 25-30, karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat
penyangga / korset untuk skoliosis) untuk memperlambat progresivitas
kelengkungan vertebra. Brace dari Milwaukee & Boston efektif dalam
mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harus dipasang selama 23
jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
Brace tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun
neuromuskular. Jika kelengkungan mencapai40 atau lebih, biasanya dilakukan
pembedahan.
Seperti penyangga dari Milwaukeeatau penyangga dari boston. Pembuatan
penyangga ini harus dilakukan oleh orang yang mempunyaikeahlian khusus
untuk pembuatan penyangga skoliosis.

15
d. Pemasangan bidai atau jaket badan
Menurut Risser Pada prinsipnya pemakaian jaket untuk traksi dan penekanan
lokal.
2. Terapi
Adapun pilihan terapi yang dapat dipilih, dikenal sebagai “The three O’s” adalah:
a. Observasi
Pemantauan dilakukan jika derajat skoliosis tidak begitu berat, yaitu <25 o pada
tulangyang masih tumbuh atau <50o pada tulang yang sudah berhenti
pertumbuhannya. Rata-rata tulang berhenti tumbuh pada saar usia 19
tahun.Pada pemantauan ini, dilakukan kontrol foto polos tulang punggung pada
waktu-waktutertentu. Foto kontrol pertama dilakukan 3 bulan setelah
kunjungan pertama ke dokter.Lalu sekitar 6-9 bulan berikutnya bagi yang
derajat <20>20
b. Orthosis
Orthosis dalam hal ini adalah pemakaian alat penyangga yang dikenal dengan
namabrace. Atau Alat koreksi skoliosis (korset untuk skoliosis) berupa Munster
Scoliosis Ortosis (MSO).Biasanyaindikasi pemakaian alat ini adalah:
- Pada kunjungan pertama, ditemukan derajat pembengkokan sekitar 30-40o·
- Terdapat progresifitas peningkatan derajat sebanyak 25 derajat.
Jenis dari alat orthosis ini antara lain:
- Milwaukee brace dan Boston brace: Milwaukee brace,mulai dari leher
hingga pinggul, sudah jarang digunakn, Brace dari Milwaukee&Boston
efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis, tetapi harusdipasang
selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
- Charleston bending brace:
Charleston bending brace’hanya dipakai waktumalam. Brace ini pada
lengkungan tunggal di pinggang.
Keuntungan dan keunggulan MSO:
- Lebih efektif dalam mengoreksi kasus scoliosis.
- Akurasi yang tinggi dalam penempatan padding dengan melihat foto
rontgen. Sebab penempatan padding yang tidak benar akan memperburuk
curve.

16
- Merupakan pengembangan dari alat-alat sebelumnya, sehingga
pengoreksian skoliosis akan lebih sempurna.
- Simple dan mudah dalam pemakaian ataupun melepas.
- Dari sudut kosmetik akan lebih baik karena tidak terlihat setelah memakai
baju.

c. Operasi
Indikasidilakukannya operasi pada skoliosis adalah:
- Terdapat derajat pembengkokan >50 derajat pada orang dewasa.
- Terdapat progresifitas peningkatan derajat pembengkokan >40-45 derajat
pada anak yang sedang tumbuh
- Terdapat kegagalan setelah dilakukan pemakaian alat orthosis
Teknik operasi cukup dilakukan dengan menyemen tulang belakang melalui
penyuntikan atau dikenal dengan vertebroplasty. Cara itu dapat mengurangi
rasasakit dan proses penyembuhannyapun tergolong singkat, sekitar sebelum
ada teknik vertebroplasty, operasi tulang belakang dilakukan dengan cara
pembedahan selebar 14 sampai 16 milimeter. Dengan proses itu, pasien mesti
menjalani proses penyembuhan selama empat sampai lima hari.
Pada pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-
tulang.Tulang dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam

17
yang terpasang sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun).Sesudah dilakukan
pembedahan mungkin perlu dipasang Brace untuk menstabilkan tulang
belakang.Kadang diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot vertebra
dirangsang dengan arus listrik rendah untuk meluruskan vertebra.
Anak-anak yang tidak ada respon dengan brace, yang lengkungannya >45
derajat atauyang mempunyai keluhan termasuk kelainan fisik, nyeri dan
gangguan jantung atauparu, sebaiknya langsung dioperasi.Umumnya operasi
yang dilakukan adalah fusitulang belakang dari belakang (posterior spinal
fusion) dengan menggunakan “internalmetalfixation” hingga fusi tulang
terjadi.Tidak semua skoliosis dilakukan operasi.

L. CARA MENGHINDARI TERJADINYA SKOLIOSIS


1. Melakukan duduk dengan posisi yang benar
Posisi duduk yang benar adalah, posisi tubuh dalam keadaan tegak, sehingga pada
saat pertumbuhan, tulang dapat tumbuh secara baik mengarah ke atas, dengan
begitu beban tubuh akan disangga oleh ruas tulang belakang secara keseluruhan,
tidak hanya pada titik atau ruas tulang tertentu yang dapat menyebabkan
terjadinya Skoliosis.
2. Posisi tidur yang benar
Posisi tidur yang benar adalah adanya kesejajaran atau lurus dari mulai tulang
leher sampai kaki, mengingat pada saat tidur tulang belakang akan meregang
karena beban tubuh tidak lagi di tahan oleh tulang belakang sepenuhnya.
3. Olahraga yang dilakukan dan yang dihindari
Olahraga renang adalah olahraga yang paling baik dalam proses pertumbuhan
tulang belakang karena dengan melakukan olahraga ini akan mengencangkan otot-
otot penyangga tulang belakang, sehingga dapat menjaga kelurusan tulang

18
belakang. Sebaliknya melakukan olahraga yang banyak mengandalkan kekuatan
satu tangan, seperti bulu tangkis atau tennis akan menyebabkan ketidak
seimbangan otot, sehingga dapat memperbesar kemungkinan terjadinya Scoliosis.
4. Tidak membawa beban yang terlalu berat
Salah satu fungsi tulang belakang adalah memikul beban tubuh, sehingga adanya
beban yang terlalu berat akan menyebabkan pertumbuhan tulang belakang
menjadi tidak sempurna ( ke atas ), cenderung lebih ke arah samping

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. M DENGAN KASUS SKOLIOSIS

KASUS
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 2 Desember 2015 di rumah klien, klien mengeluh
sering nyeri di punggung, sering merasa lelah setelah duduk atau berdiri lama dan juga
kesemutan yang menjalar di kaki kanan. Seorang perawat melakukan anamnesa,
didapatkan hasil sebagai berikut: klien mengatakan mengalami kondisi ini sejak kecil.
Hasil observasi terlihat bahu dan pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya. Dan
terkadang merasakan nyeri punggung. Klien mengatakan terkadang malu bergaul
dengan teman-teman karena kondisinya. Hasil rontgen tulang belakang menunjukan
Scoliosis Torakal Dextra. Klien dan keluarga bertanya kenapa bisa terkena penyakit ini.
Diagnosa medis klien adalah skoliosis, melakukan intervensi secara terintegrasi untuk
menghindari atau mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.

Pengkajian : tanggal 2/12/2015


I. Biodata
Identitas Klien
Nama : Ny.M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 33 tahun
Status : Sudah kawin
Pendidikan : Lulusan SMP
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : lamper tengah gg VII no 46 RT 3 RW 7
Dx Medis : Scoliosis
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.A

20
Umur : 37 tahun
Hubungan dengan pasien : suami
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : swasta
Alamat : lamper tengah gg VII no 46 RT 3 RW

II. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama : Nyeri
2. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pasien mengalami perubahan punggung bagian atas, tulang belakang
membengkok ke kanan & pada punggung bagian bawah, sehingga bahu kanan
lebih cukup tinggi dari bahu kiri.
P : Pada saat melakukan aktifitas berat.
Q : Nyeri tumpul seperti ditusuk- tusuk
R : punggung & kadang menjalar ke bahu & lengan
S : Sedang (5-6)
T : Hilang muncul
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien juga tidak
mempunyai riwayat alergi obat- obatan ataupun makanan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak memiliki penyakit keturunan DM, hipertensi, asma atau yang
lainnya.

III. Pengkajian
1. Pola Kebutuhan Dasar
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien sulit menerima penyakit yang dideritanya
b. Pola Nutrisi Metabolik
Klien makan 3x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan kadang-
kadang disertai buah

21
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1x/ hari dan BAK 5-6 x per hari.
d. Pola Latihan dan Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum 
Mandi     
Toileting     
Berpakaian     
Berpindah     
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total
e. Pola Kognitif dan Persepsi
Klien dan keluarga tidakmengetahui penyebab dan penanganan saat klien
merasakan nyeri di punggungnya.
f. Pola Konsep Diri
Klien merasa malu dengan teman- temannya dengan perubahan bentuk
tubuhnya .
g. Pola tidur dan Istirahat
Kebutuhan istirahat klien tidak terganggu dan klien tidur 6-7 jam tiap
hari
h. Pola Peran Hubungan
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-
temannya.
i. Pola Seksual dan reproduksi
Klien tidak mempunyai keluhan mengenai kebutuhan seksual. Klien
mempunyai anak perempuan berusia 7 tahun.
j. Pola Toleransi Stress-Koping
Klien merasa dirinya tidak sempurna karena perubahan bentuk tubuhnya
sehingga sering merasa malu.

k. Nilai kepercayaan

22
Klien rajin sholat 5 waktu dan setiap minggu mengikuti acara pengajian
di lingkungan rumahnya.
2. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Lemah
 Kesadaran : Compos mentis
 TTV :  TD 130/ 80 mmHg ; N : 80x/ menit ; RR: 20x/menit;
Suhu : 37 º C
 Kepala : simetris
 Ekspresi Wajah   : meringis karena kesakitan
 Rambut               :  rambut bersih
 Wajah : Simetris, tidak ada luka
 Mata                    : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat, pupil
isokor, membuka mata secara spontan
 Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada secret
 Mulut  : Tidak ada sariawan, simetris, bersih
 Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
 Leher  : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
 Thorax
 Inspeksi     : tidak simetris, pada punggung bagian atas,
tulang belakang membengkok ke kanan dan pada
punggung bagian bawah, tulang belakang
membengkok ke kiri, sehingga bahu kanan lebih
tinggi dari bahu kiri
 Palpasi      : Tidak ada nyeri tekan pada dada
 Perkusi       : Suara paru sonor, suara jantung normal tidak ada suara
tambahan
 Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur
 Abdomen
 Inspeksi     : bentuk datar
 Auskultasi : Bising usus 10x/menit

23
 Perkusi      : adanya distensi abdomen
 Palpasi      : Tidak ada pembesaran hepar
 Ekstermitas
 Atas        : tidak ada kelemahan, ataupun luka, kekuatan otot 5
 Bawah    : tidak ada kelemahan, ataupun luka, kekuatan otot 5
 Genetalia  : tidak ada keluhan, tidak ada keputihan

IV. Pemeriksaan Penunjang


Hasil Rontgen : scoliosis torakal dextra

V. Pengelompokan Data
Data Subjektif Data Objektif
 Klien mengatakan nyeri punggung  Klien tampak meringis wajahnya
 Skala nyeri  Bahu dan pinggul kiri dan kanan
- P : klien merasa nyeri pada saat klien terlihat tidak sama tingginya
melakukan aktifitas berat.  Tampak tonjolan skapula yg tak
- Q : Nyeri tumpul seperti ditusuk- sama
tusuk  Hasil rontgen tulang belakang
- R : punggung & kadang menjalar menunjukan tulang belakang
ke bahu & lengan melengkung secara abnormal kearah
- S : Sedang (5-6) samping kanan sebesar 45%
- T : Hilang muncul, biasanya  Klien tak mau bergaul dengan teman
malam hari lain karna malu dengan penyakitnya
 Klien mengatakan merasa kelelahan  Klien terlihat malu saat bersama
pada tulang belakang setelah duduk dengan teman-temannya
atau berdiri lama  Klien dan keluarga tampak bingung
 Klien mengatakan mengalami saat diberi pertanyaan perawat
kondisi ini sejak kecil
 Klien mengatakan terkadang malu
bergaul dengan teman-teman
karena kondisinya
 Keluarga dan klien mengatakan

24
kenapa bisa terkena penyakit ini

VI. ANALISA DATA


N TGL/ JAM Data Masalah Etiologi
O
1 9/12/2015 DS: Nyeri Kronis kondisi kronik
11.15 -  P : klien merasa nyeri pada musculoskeletal
saat melakukan aktifitas
berat.
- Q : Nyeri tumpul seperti
ditusuk- tusuk
- R : punggung ,kadang
menjalar ke bahu & lengan
- S : Sedang (5-6)
- T : Hilang muncul, biasanya
malam hari
DO:
 Klien tampak meringis
menahan sakit
 Bahu dan pinggul kiri dan
kanan klien terlihat tidak
sama tingginya
 Tampak tonjolan skapula
yg tak sama
 Hasil rontgen tulang
belakang menunjukan tulang
belakang melengkung secara
abnormal kearah samping
kanan sebesar 45%      

2. 9/12/2015 DS: Gangguan perubahan


11.15  Klien mengatakan citra tubuh fungsi tubuh

25
terkadang malu bergaul atau konsep karena penyakit
dengan teman-teman diri (skoliosis)
karena kondisinya
DO:
 Klien terlihat minder saat
bersama teman-temannya
 Klien tidak mau bergaul
dengan teman- temannya
3. 9/12/2015 DS: Kurang kurang informasi
11.15  Keluarga & klien pengetahuan tentang
mengatakan kenapa bisa penyakitnya
terkena penyakit ini
 Keluarga dan klien tidak
bisa menangani saat klien
merasa nyeri
DO:
 Keluarga klien terlihat
bingung saat diberikan
pertanyaan oleh perawat

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Prioritas Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi kronik muskuloskeletal (00133)
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh karena
penyakit (skoliosis) (00118)
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan informasi yang
kurang (00126)

VIII. PERENCANAAN

No Tgl/Jam DP NOC NIC

26
1 9/12/2015 Nyeri kronis b.d - Pain control Pain Management (1400)
11.15 kondisi kronik - Pain level - Lakukan pengkajian
muskuloskeletal - Comfort level nyeri secara
Setelah dilakukan komprehensif
tindakan keperawatan - Observasi reaksi
selama 2x 24 jam nyeri nonverbal dan
berkurang dengan ketidaknyamanan
kriteria hasil: - Ajarkan tentang tehnik
- Mampu mengontrol non farmakologi :
nyeri Latihan Fisik
- Mampu menggunakan Peregangan, TENS,
tehnik nonfarmakologi Renang, Massase
untuk mengurangi nyeri - Tingkatkan istirahat
- Mampu mengenali - Berikan informasi
nyeri (skala, intensitas, tentang nyeri seperti
frekuensi dan tanda penyebab nyeri berapa
nyeri) lama nyeri akan
- Tanda vital dalam berkurang
rentang normal - Berikan analgesik untuk
mengurangi nyeri
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
2 9/12/2015 Gangguan citra - Body image Body Image Enhancement
- Self esteem
11.15 tubuh - Kaji secara verbal dan
Setelah dilakukan
berhubungan nonverbal respon klien
tindakan keperawatan
dengan perubahan terhadap tubuhnya
selama 1x 24 jam
fungsi tubuh - Monitor frekuensi
gangguan body image
karena penyakit mengkritik dirinya
pasien teratasi dengan
(skoliosis) - Jelaskan tentang
kriteria hasil:
pengobatan, perawatan,
- Body image positif
kemajuan dan
- Mampu
prognosis penyakit

27
mengidentifikasi - Dorong klien untuk
kekuatan personal mengungkapkan
- Mendiskripsikan perasaan
secara faktual - Identifikasi arti
perubahan fungsi pengurangan melalui
tubuh pemakaian alat bantu
- Mempertahankan - Fasilitasi kontak dengan
interaksi sosial individu lain dalam
kelompok kecil
3 9/12/2015 Kurang Knowledge: Health Health Education (5510)
11.15 pengetahuan Promotion (1823) - Identifikasi faktor
tentang penyakit Setelah dilakukan internal dan eksternal
b.d informasi pendidikan kesehatan yang meningkatkan dan
yang kurang selama 30 menit mengurangi motivasi
didapatkan Kriteria hasil: dari perilaku kesehatan
 Keluarga dan klien - Ajarkan strategi yang
mengerti tentang dapat digunakan untuk
penyakit skoliosis merubah perilaku untuk
 Perilaku yang menjadi lebih baik
meningkatkan - Berikan pendidikan
kesehatan kesehatan mengenai
 Mengetahui strategi penyakit skoliosis
manajemen stres - Ajarkan penanganan
dan mengurangi rasa
nyeri pada penyakit
skoliosis di rumah
bersama keluarga
- Ajarkan penganganan
untuk mengurangi stres

F. EVALUASI
Hari/tgl No Implementasi Keterangan

28
Jam DX
19/12/201 1. S:
5 -  P : klien merasa nyeri berkurang
12.35 - Q : Nyeri tumpul
- R : punggung
- S : skala nyeri 4
- T : hilang timbul
O:
- Wajah klien tampak rileks dan nyaman
- TD 120/70, HR 80x/mnt. RR: 20x/mnt, S:
37oC
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan

19/12/201 2. S:
5 - Klien mengatakan terjadinya peningkatan
12.35 rasa percaya diri
- Klien mengatakan sudah tidak minder dan
malu

O:
- Klien berbaur dengan lingkungan sekitar dan
temannya
- klien terlihat mulai percaya diri
-   klien terlihat sudah tidak malu ketika di
dekati oleh perawat
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan

19/12/201 3. S:
5 - klien mengatakan mengetahui tentang
12.35 definisi dan penyebab skoliosis
- klien dan keluarga mengetahui cara

29
penanganan skoliosis di rumah
O:
- Klien tampak sudah paham tentang
penyakitnya
- klien sudah tidak terlihat bingung saat
diberikan pertanyaan oleh perawat
A: Masalah Keperawatan teratasi
- P: Tindakan keperawatan dihentikan
A: Masalah Keperawatan teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan
4. S:
        Klien mengatakan sudah faham tentang
penyakit ini
O:
        Klien tampak sudah paham tentang
penyakitnya
        klien sudah tidak terlihat bingung saat
diberikan pertanyaan oleh perawat
A: Masalah Keperawatan teratasi
P: Tindakan keperawatan dihentikan

BAB IV

ANALISA JURNAL

30
BAB V
PENUTUP
               

A.    KESIMPULAN

31
Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping,
yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal
(pinggang). Penyebab umum dari skoliosis meliputi kongenital,neuromuskuler dan
idiopatik, Skoliosis dibagi menjadi dua yaitu skoliosis structural dan non struktural.
Gejala dari skoliosis berupa kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul
tidak sama tinggi, nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan
pernafasan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru
dan jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa
dilakukan yaitu Rontgen tulang belakang, Skoliometer terapi yang dapat di pilih,
dikenal sebagai ´ The Three O's ´ adalah observasi, orthosis, operasi, prioritas .
Dari uraian makalah ini, kita bisa mendapatkan pengetahuan tentang skoliosis,
mulai dari pengertian sampai asuhan keperawatan pada penderita skoliosis. Yang bisa
kita jadikan acuan untuk mengaplikasikan di lapangan.

B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini disarankan agar kita dapat lebih
memperdalam lagi pengetahuan tentang salah satu contoh disfungsi muskuloskeletal
yaitu skoliosis. Kami juga mengharapkan kritik atau saran yang bisa menambah
wawasan kita lebih dalam tentang skoliosis.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, Diane. Edwards, Helen. 2005. Lewi,s Medical Surgical Nursing,


Assessment and Management of Clinical Problems. Australia: Elsevier.

Muttaqin, A. 2002. Buku saku Gangguan Muskuloskeletal, Aplikasi pada


praktek klinik keperawatan. Jakarta: EGC.

32
Smeltzer, Suzanne C. Bare, Brenda G. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
(Brunner dan Suddarth), Edisi 8. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC.

Bulecheck, Gloria M, dkk.2013. Nursing Interventions Classification (NIC)


edisi 6th. St. Louis: Elsevier.

Moorhead, Sue, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5th. St.
Louis: Elsevier.

Herdman, T. H. Kamisuru, S. 2014.NANDA International Nursing Diagnoses :


Definition & Classification, 205-2017, Oxford: Wiley Blackwell.

Alpers, Ann. 2006. Buku Ajar Pediatri Rudolph Vol. 3.Jakarta : EGC.

Jamaludin. 2007. Pertumbuhan Tulang Tidak Normal. Medan.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta:


Sagung Seto.

33

Anda mungkin juga menyukai