Anda di halaman 1dari 38

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..............................................................................................
B. Rumusan masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi.........................................................................................................
B. Klasifikasi....................................................................................................
C. Etiologi.........................................................................................................
D. Patofisiologi.................................................................................................
E. Pathway........................................................................................................
F. Manifestasi klinis.........................................................................................
G. Komplikasi...................................................................................................
H. Pemeriksaan penunjang...............................................................................
I. Penatalaksanaan medis................................................................................
J. Asuhan keperawatan....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran ...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau
gangguan kedua-duanya (Bilous, R., Donelly, R., 2015)
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes.
Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap
tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia.
Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80
persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-
menengah (Bilous, R., Donelly, R., 2015).
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus
pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah
memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak
lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit
absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2,
yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai
sehingga terjadi defisit relatif insulin (Brunnert & Suddarth’s. 2012).
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-
data epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak
adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita
diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik
mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari
total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau
tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal.
Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan
koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin (Rustama DS,
Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N.2010).
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika
ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( polifagi, polidipsi dan poliuri ) dan
kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan
molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung
gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis (ISPAD Clinical
Practice Consensus Guidelines 2009).
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan
asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut
terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh
penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan
prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas
kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan
sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah yang sistematis
melalui proses keperawatan.

B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian diabetes mellitus (juvenile diabetes) pada anak?
b. Sebutkan klasifikasi dari diabetes mellitus pada anak?
c. Apa saja penyebab dari diabetes mellitus pada anak?
d. Bagaimana patofisiologi penyakit diabetes mellitus?
e. Apa saja pathway dari diabetes mellitus?
f. Apa manifestasi klinis diabetes mellitus pada anak?
g. Komplikasi apa saja yang ditimbulkan dari diabetes mellitus pada
anak?
h. Apa saja pemeriksaan pemeriksaan penunjang diabetes mellitus pada
anak?
i. Bagaimana penatalaksanaan medis penyakit diabetes mellitus pada
anak
j. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak penderita penyakit
diabetes mellitus?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
1. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes
mellitus.
2. Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
2. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
3. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
4. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
5. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus.
6. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
7. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes
mellitus.
10. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes
mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah
gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau
gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005).
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti
dengan perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya
hidup, perilaku, dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput
dari efek negatif. Salah satu efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup
masyakarat modern di Indonesia antara lain adalah semakin meningkatnya angka
kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih dikenal oleh masyarakat awam
sebagai kencing manis.
Diabetes Mellitusadalah penyakit metabolik yang bersifat kronik.Oleh
karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan
penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di
seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK) Endokrinologi
Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang
Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerjasama
berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrinolog
anak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan
Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan Remaja (IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerjasama dengan perawat
edukator National University Hospital Singapura untuk memperoleh data
penyandang Diabetes Mellitusanak Indonesia yang menjalani pengobatannya di
Singapura.Data lain dari sebuah penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi
anak di seluruh wilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan
jumlah penderita Diabetes Mellitus usia anak-anak juga usia remaja dibawah 20
tahun terdata sebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang terkena Diabetes
Mellituscenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini. Tahun 2011 tercatat 65
anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga puluh
dua anak diantaranya terkena Diabetes Mellitustipe 2 (Pulungan, 2010).
Peningkatan jumlah penderita Diabetes Mellitusyang cukup signifikan di
Indonesia ini perlu mendapatkan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko
anak terkena Diabetes Mellitus. Deteksi dini pada Diabetes Mellitusmerupakan
hal penting yang harus dilakukan untuk menghindari kesalahan atau
keterlambatan diagnosis yang dapat mengakibatkan kematian.Diabetes
Mellitustipe 1 yang menyerang anak-anak sering tidak terdiagnosis oleh dokter
karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada akhirnya sampai pada
gejala lanjut dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan
koma. Dengan deteksi dini, pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin
terhadap penyandang Diabetes Mellitus sehingga dapat menurunkan risiko
kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010).

B. Klasifikasi
International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO
merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi (Tabel 1). DM tipe 1
terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi
dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi
insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi
insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan
meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin
lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun
hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
Klasifikasi DM berdasarkan etiologi (ISPAD 2009).
1. DM Tipe-1 (destruksi sel-β)
a. Immune mediated
b. Idiopatik
2. DM tipe-2
3. DM Tipe lain
a. Defek genetik fungsi pankreas sel
b. Defek genetik pada kerja insulin
c. Kelainan eksokrin pankreas
d. Gangguan endokrin
e. Terinduksi obat dan kimia
4. Diabetes mellitus kehamilan

C. Etiologi
Dokter dan para ahli belum mengetahui secara pasti penyebab diabetes tipe-
1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1 adalah faktor
genetik/keturunan. Resiko perkembangan diabetes tipe 1 akan diwariskan melalui
faktor genetik.
1. Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen).
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi
Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
3. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.

D. Patofisiologi
Diabetes tipe-1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi
untuk terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B
pankreas. Faktor ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps)
dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh sitotoksin
perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu
kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau
fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B
setelah infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan
kerentanan terhadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen
yang merespon sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi
pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of
Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas
sebagai pabrik insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin.
Akibatnya, insulin tubuh kurang atau tidak ada sama sekali. Penurunan jumlah
insulin menyebabkan gangguan jalur metabolik antaranya penurunan glikolisis
(pemecahan glukosa menjadi air dan karbondioksida), peningkatan glikogenesis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa), terjadinya glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembuatan glukosa dari asam amino, laktat,
dan gliserol yang dilakukan counterregulatory hormone (glukagon, epinefrin, dan
kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan pengambilan protein, trigliserida , asam
lemak, dan gliserol dalam sel akan terganggu. Seharusnya terjadi lipogenesis
namun yang terjadi adalah lipolisis yang menghasilkan badan keton.Glukosa
menjadi menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke dalam
sel. Kadar glukosa lebih dari 180 mg/dL ginjal tidak dapat mereabsorbsi glukosa
dari glomelurus sehingga timbul glikosuria. Glukosa menarik air dan
menyebabkan osmotik diuretik dan menyebabkan poliuria. Poliuria menyebabkan
hilangnya elektrolit lewat urin, terutama natrium, klorida, kalium, dan fosfat
merangsang rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubuh
kekurangan bahan bakar (cell starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan
asupan makanan (polifagia).
Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja tetapi
kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non obesitas dan
mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan
tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir
tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B
pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah
ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa
darah (Tandra,2007).

E. Pathway

Reaksi autoimun

Sel pancreas hancur

Definisi insulin

hiperglikemia Katabolisme protein meningkat liposis


meningkat

fleksibilitas darah merah pembatasan diet penurunan BB


pelepasan O2 intake tidak adekuat resiko nutrisi
kurang

hipoksia perifer poliuria deficit volume cairan

nyeri perfusi jaringan perifer tidak efektif

F. Manifestasi Klinis
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
(diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat,
tergantung insulin dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya
datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis. Mayoritas
penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti: (Bilous,
R., Donelly, R., 2015)
a) Hiperglikemia (Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b) Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe
1 pada anak.
c) Polidipsia
d) Poliphagia
e) Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f) Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g) Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat
katabolisme abnormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma.
h) Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
i) Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton,
nyeri atau kekakuan abdomen dan gangguan kesadaran (koma).
Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas: (Bilous, R., Donelly, R., 2015)
1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase
ini sering didahului oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit
ini telah teratasi dan sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan
insulin menurun sehingga dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak
disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB masih menyebabkan
hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini
perlu observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk
memantau keadaan penyakitnya. Fase ini berlangsung selama beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan pada
penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti
penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini
terjadi kekurangan insulin endogen.

G. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang
beberapa organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu
alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi
dua kategori (Brunnert & Suddarth’s.2012):
Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh
kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat
dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah
kurang dari  80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional,
mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel
permanen sehingga mengganggu fungsi organ dan proses tumbuh
kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang
diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan,
atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu
tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang
sering timbul adalah:
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan
yang besar)
 Minum banyak, kencing banyak
 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi
cepat dan dalam, serta berbau aseton
 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan
penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah
tahun ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik
dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
1. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2. Katarak
3. Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
4. Hepatomegali
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa (Brunnert & Suddarth’s. 2012).
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl.
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl).
Bukan DM Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110

b.   Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


c.    Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d.   Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e.    Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
 Fosfor : lebih sering menurun
f.   Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 ( asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g.   Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h.   Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
i.    Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada (pada
tipe 1) atau normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody . (autoantibody)
j.    Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k.   Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.

I. Penatalaksanaan Medis
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan
/ mengurangi keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan  jangka panjangnya
adalah mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara
menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya
tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara
holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri (Bilous, R., Donelly, R., 2015).
Tabel Kriteria pengendalian DM.
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena
(mg/dl) 80-109 110-139 >140
- puasa 110-159 160-199 >200
-2 jam
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25atau
- laki-laki 20 -24,9 25-27 <18,5
>27 atau <20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90- >160/95
95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang


mayoritas diderita anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin.
Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu (Bilous,
R., Donelly, R., 2015) :
1. Fase akut/ketoasidosis
Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki
keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll,
stabilisasi penyakit  dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan
kepada penyandang DM / keluarga mengenai pentignya pemantauan
penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin,
pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan
jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status
metabolik dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1.      Bebas dari gejala penyakit
2.      Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3.      Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia
4.   Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi
dalam kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5.   Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan/
6.   Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya.
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan
kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan
diuraikan sebagai berikut (Bilous, R., Donelly, R., 2015):
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat
memproduksi hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan
terapi insulin untuk mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin ini
terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati
normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a. Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM)
dalam keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b. DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan
diet (perencanaan makanan).
c. DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif
maksimal.
Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama
bersumber dari karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan
glukosa. Secara terus menerus pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau
tidak. Setelah makan, kadar insulin meningkat dan membantu penimbunan
glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun. Maka hati akan memecah
glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah
dipertahankan tetap dalam kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga
insulin tidak bisa diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian
insulin adalah melalui suntikan, bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc),
suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau suntukan ke dalam pembuluh
vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus dengan pompa
(insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin
medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin
tersebut, yakni :
1.      Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2.      Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3.      Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4.      Mixed Insulin
5.      Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6.      Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)
b. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik
yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak                  60 – 70 %
2) Protein sebanyak                          10 – 15 %
3) Lemak sebanyak                           20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress
akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah
kalori dipakai rumus Broca yaitu Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga
didapatkan:
1)      Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2)      Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3)      Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4)      Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori
basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian
ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi
status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress
akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi
dalam beberapa porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak   20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak    25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
c.       Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang
lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta.
Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit,
olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
d.      Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan
menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan
penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat yang optimal.
Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Brunnert &
Suddarth’s.2012)

J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus
dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum
pasien, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat
kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. fisik, pola
kegiatan sehari-hari.
a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk
membedakan klien satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat
dan lingkungan kotor dapat mempercepat atau memperberat keadaan
penyakit infeksi.
b. Keluhan utama  
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

Data Subjektif yg mungkin timbul :

1. Klien mengeluh sering kesemutan. Klien mengeluh sering kesemutan.


2. Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari.
3. Klien mengeluh sering merasa haus.
4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
5. Klien mengeluh merasa lemah.
6. Klien mengeluh pandangannya kabur Klien mengeluh pandangannya
kabur.
Data Objektif :
1. Klien tampak lemas.
2. Terjadi penurunan berat badan
3. Tonus otot menurun
4. Terjadi atropi otot
5. Kulit dan membrane mukosa tampak kering
6. Tampak adanya luka ganggren
7. Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS dan respon verbal klien. dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan:
Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji
tekanan nadi, dan Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang
berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya pada DM type
1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/tinggi/ hipertensi.
1. Pulse rate Pulse rate
2. Respiratory rate Respiratory rate
3. Suhu Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
1. Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam,
tampak adanya retinopati, nopati, kekaburan pandangan.
2. Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menuru. Palpasi : kulit teraba
kering, tonus otot menurun.
3. Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah. Auskultasi : adanya
peningkatan tekanan darah.

Pemeriksaan penunjang :

1. Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL Glukosa darah : meningkat


200-100mg/dL
2. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
5. Natrium : mungkin normal, meingkat, atau menurun
6. Kalsium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun
7. Fosfor: lebih sering menurun
8. Hemoglobin glikosilat: kadarnyameningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama
hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA
dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan
insiden ( mis, ISK baru)
9. Gas Darah Arteri : Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan biasanya
menunjukkan pH rendah dan penurunan pada penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
10. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis:
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
11. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsi ginjal)
12. Amilase darah: mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
13. Insulin darah: mungkin menurun/ atau bahkan sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang, sekunder terhadap pembentukan
antibody ( autoantibody).
14. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
15. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
16. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.

Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah keluarga yang menderita seperti penyakit klien
2. Riwayat kesehatan pasien dan pengobatan sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya, apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.

Hal-hal yangbiasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes


mellitus:

1. aktivitas/istirahat
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun
2. sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
3. Integritas ego
stress, ansietas
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria), diare Perubahan
pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
5. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
6. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
7. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
8. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / Batuk
dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) tidak)
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

2. Masalah keperawatan dari kajian 13 domain


a. Mk : resiko ketidakseimbangan kadar gula darah
Domain 2 & kelas 4
b. Mk : kelelahan
Domain 4 & kelas 1
c. Ketidakseimbangan nutrisi
Domain 2 & kelas 1
d. Resiko infeksi
Domain 11 & kelas 1
e. Resiko cidera
Domain 11 & kelas 2

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan DM type 1
meliputi:
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan penyakit
diabetes mellitus
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik
ditandai dengansering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi/tidak
bergairah.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi (defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasien
menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah,
konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
tidak adekuat (penurunan fungsi limfosit).
5. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.

4. Rencana Keperawatan
a. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan
penyakit melitus .
Intervensi :
1) Monitor kadar gula darah
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia
3) Monitor tanda-tanda vital
4) Berikan terapi insulin sesuai program kepada pasien dan keluarga
mengenai pencegahan dan pengenalan tanda-tanda hiperglikemia dan
hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan tanda hiperglikemia
5) Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap dietnya
b. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik
ditandai dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi /tidak
bergairah.
Intervensi :
1) Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas
2) Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
3) Monitor TTV
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam mengabsorbsi makanan karena factor biologi
(defisiensi insulin) ditandai dengan lemas, berat badan pasienmenurun
walaupun intake makanan adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak
pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl.
Intervensi :
1) monitor berat badan tiap hari
2) ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkonsumsi makanan
3) berikan terapi insulin sesuai dengan program
4) kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
5) libatkan keluarga pasien dalam perencanaan makanan sesuai indikasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan fungsi limfosit).
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
2) Tingkatkan upaya pencegahan dengan cara cuci tangan yang pada
semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasien
sendiri.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif
4) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
e. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensori.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Orientasikan pasien dengan lingkungan sekitarnya
3) Pantau adanya keluhan parestesia,nyeri atau kehilangan sensori
5. Implementasi
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
intervensi. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi
dan rujukan.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brunnert & Suddarth’s.2012).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
b. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak
ada tanda-tanda malnutrisi.
c. Infeksi tidak terjadi
d. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
e. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan
proses pengobatan.
Asuhan Keperawatan Kasus

Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun baru saja didiagnosis


Diabetes Melitus tipe 1 masuk untuk dirawat di Bangsal Anak Rs.
Hasil anamnesis anak mengatakan bahwa ia tidak nafsu makan,
banyak minum, banyak kencing, berat badannya turun, enuresis.
Ia juga mudah tersinggung, tidak bisa perhatian lama ketika
mengikuti pelajaran sekolah, merasa lelah, penglihatan kabur,
sakit kepala, kalau ada luka sukar sembuh dan mudah terserang
flu.

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan BB: 25,5kg, PB: 135

cm, suhu: 37,4oC, nadi: 88x/menit. Respirasi: 24x/menit, TD: 110/70


mmHg. Turgor kulit kembali segara, kulit kering, membrane
mukosa lembab. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan:

Hb:11,2gr/dl, Hematokrit:30%, eritrosit: 4 ,0(x106/uL), trombosit:

210000/mm3,leukosit: 9.500/uL, glukosa darah 300mg/dl.

Orang tua mengatakan bahwa mereka sangat terkejut dan


tidak percaya ketika anaknya didiagnosa Diabetes Melitus tipe
1, padahal tidak ada anggota keluarga yang menderita Diabetes
Melitus. Mereka mengatakan tidak paham tentang Diabetes
Melitus tipe 1 dan cara perawatannya terutama setelah pulang
dari Rumah Sakit. Orang tua khawatir memikirkan masa epan
anaknya.

Terapi/instruksi medis yang diberikan saat ini : cek gula


darah 2x/hari, insulin 2 unit dari U 100 sebelum makan.

1. Pengkajian :
a. Identitas :-
b. Nama : An. P
c. Umur :10 th
d. Jenis kelamin : laki-laki
e. Keluhan Utama :Banyak makan, banyak minum, banyak
kencing,
f. Riwayat keluarga : -
g. Riwayat kesehatan sekarang : Diabetes Melitus tipe 1
h. Hasil pemeriksaan :BB = 25,5 kg, PB =135 cm suhu = 37,4 c
nadi = 88 kali/menit, respirasi = 24kali/menit, tekanan darah =
110/70 mmHg. Turgor kulit kembali segera. Kulit kering,
membrane mukosa lembab.
i. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan : Hb : 11,2 gr/dl
haematokrit ; 30% eritrosit : 4,0 (10 6 )

A. Aktivitas / istirahat
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun, gangguan tidur / istirahat.
Tanda: a) Takikardi dan takipnea Pada keadaan istirahat / dengan
aktivitas
b) Letargi / disorientasi, koma
c) Penurunan kekuatan otot
B. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi : IM akut.
Klaudiliasi, liebas dan kesemutan pada ekstremitas ulkus pada liali,
penyembuhan yang lama
Tanda: a) Takikardi
b) Perubahan tekanan darah postural, hipertensi
c) Nadi yang menurun
d) Disritmia
C. Integritas ego
Gejala : a) Stress, tergantung pada orang lain.
b) Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
D. Eliminasi
Gejala : a) Perubahan pola kemih (poliuria) nokturia.
b) Rasa nyeri / terbatas, kesulitan berkemih, isk baru / berulang
c) Nyeri tekan
d) Diare lancer
Tanda : a) Urine encer, pucat, kuning, poliuri
b) Urine berkabut
c) Abdomen keras, adanya asites
d) Makanan / cairan
Gejala: a) Hilang nafsu makan.
b) Mual/muntah
c) Tidak mengikuti diet
d) Penurunan BB
Tanda: a) Kulit bersisik, turgor jelek.
b) Keluarkan / distensi abdomen, muntah
c) Pembesaran tiroid
d) Neurosensori
e) Nyeri / kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri

Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi: tampak berhati-hati

f) Pernafasan

Gejala: Merasa kekurangan O2, batuk dengan / tanpa sputum purulen

Tanda: Lapar udara, frekuensi pernafasan

g) Keamanan
Gejala:Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: a) Demam, diaforesis
b) Kulit rusak, lesi / ulserasi

Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1 DS Intake nutrisi kurang Nutrisi kurang dari

- anak mengatakan kebutuhan tubuh


tidak nafsu Peningkatan HCL

makan
- DO Mual, anoreksia

BB = 25,5 kg,
Nutrisi kurang dari
PB = 135 cm
kebutuhan
suhu = 37,4 c
nadi = 88 kali/menit,
respirasi = 24
kali/menit,
tekanan darah =
110/70 mmHg.
Kulit kering,
membrane mukosa
lembab.
2 DS Hiperglekemi Kekurangan volume
banyak minum, cairan
banyak kencing, Dieresis osmotik
berat badannya
turun, enuresis Poliuri
DO
BB = 25,5 kg, Kekurangan volume cairan
PB = 135 cm
suhu = 37,4 c
nadi = 88 kali/menit,
respirasi = 24
kali/menit,
tekanan darah =
110/70 mmHg.
Kulit kering
3 DS : Peningkatan kadar gula Kerusakan integritas
-  kalau ada luka dalam darah. kulit
sukar sembuh ↓
DO : Penebalan membran dasar
 Tampak kulit kapiler.
bersisik ↓
 Klien tampak Gangguan sirkulasi darah
menggaruk perifer.
badannya ↓
Gangguan hantaran
elektrolit.

Kerusakan sel endotel

Mencetuskan reaksi imun
dan peradangan.

Luka

Kerusakan integritas kulit
4 DS: Intake nutrisi menurun Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan      ↓
tubuhnya terasa lelah Metabolisme menurun
DO : ↓
Tercium bau tak sedap Energi menurun
saat berbicara/ bau keton ↓
- Kebutuhan ADL seperti Kelemahan fisik
makan minum mandi ↓
klien dibantu oleh Defisit perawatan diri
keluarga dan perawat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi oral/
penurunan intake oral ditandai dengan mengeluh mual-muntah, intake
tidak adekuat, penurunan nafsu makan, lemah, tonus otot menurun
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik, kehilangan
gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka, mencetuskan reaksi
imun dan peradangan
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, energi
menurun, dan metabolisme menurun

3. Intervensi Keperawatan

N DIAGNOSA NOC NIC


O KEPERAWATAN
1 Nutrisi kurang dari Setelah a. Timbang berat badan tiap hari
kebutuhan tubuh dilakukan b. Berikan makanan cair yang mengandung zat
berhubungan tindakan makanan dan elektrolit dengan segera jika pasi
dengan defisiensi keperawata dapat mentoleransinya melalui pemberian
oral/ penurunan n selama makanan melalui oral
intake oral ditandai 2x24jam c. Observasi tanda-tanda hipoglikemia se
dengan mengeluh akan perubahan tingkat kesadaran, kulit dingin,
mual-muntah, didapatkan cepat, sakit kepala dan pandangan berku
intake tidak hasil : kunang.
adekuat, penurunan d. Ajarkan pasien dan keluarga bagaiman
- Nutrisi
nafsu makan, membuat jadwal makan sesuai dengan
terpenuhi
lemah, tonus otot Diabetes Mellitus tipe 1
menurun - Tidak terjadi e. Berikan pengobatan insulin secara teratur den
penurunan metode I.V secara intermiten atau secara konti

20% f. Kolaborasi pemeriksaan glukosa test, glukosa


aseton, pH, dan HCO3, kelola pemberian insul
- Berat badan
konsul dengan ahli gizi.
meningkat

2 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda vital.


volume cairan perawatan selama 2. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban.
berhubungan 1x24 jam akan 3. Pantau masukan dan pengeluaran, catat b
dengan osmotik, mendapatkan hasil: 4. Ukur BB setiap hari.
kehilangan gastrik - Keseimbangan 5. Pertahankan cairan  2500 cc/har
berlebihan, intake dan output pemasukan secara oral sudah dapat diberikan.
masukan yang dalam 24 jam 6. Tingkatkan lingkungan yang nyaman s
terbatas. - Berat badan stabil dengan selimut tipis.
7. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti
nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.
8. Berikan terapi cairan sesuai indikasi.
9. Pasang selang NGT dan lakukan peng
sesuai dengan indikasi.

3 Kerusakan Setelah dilakukan 1.  Kaji tingkat rasa gatal yang dirasakan klien.
integritas kulit tindakan selama 2. Observasi luka lecet.
berhubungan 4x24 jam 3. Anjurkan pada klien untuk menggunakan p
dengan luka, diharapkan yang longgar dari bahan yang lembut dan me
mencetuskan reaksi integritas kulit keringat.
imun dan membaik dan tidak 4. Berikan perawatan kulit dengan menaburi salic
peradangan terjadi perusakan 5. Beri penjelasan pada klien bila daerah yan
kulit jangan digaruk, dan jelaskan penyebab rasa gata
kriteria hasil
terjadi perbaikan
status metabolik
yang dilakukan oleh
gula darah dalam
batas normal
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan klien dalam menolong
diri berhubungan tindakan perawatan sendiri, seperti mandi dan gosok gigi.
dengan kelemahan selama 3x24 jam 2. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
fisik, energi kebutuhan 3. Berikan dukungan jika klien berusaha
menurun, dan perawatan diri klien melakukan perawatan diri.
metabolisme terpenuhi dengan 4. Jelaskan pada klien dan keluarga
menurun kriteria : pentingnya personal hygiene. Seperti mand
- Klien dapat gosok gigi.
melakukan
perawatan diri
(mandi, gosok gigi)
secara mandiri.
-  Badan klien bersih,
rambut bersih, kuku
pendek dan bersih.

4. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

N Diagnosa keperawatan Implementasi Evaluasi paraf


o
1 Nutrisi kurang dari 1. Melibatkan keluarga dalam Tanggal 17 Agustus
kebutuhan tubuh perencanaan makanan ini 2017 Pukul 13.30 WIB
berhubungan dengan sesuai indikasi S :  Klien mengatakan
defisiensi oral/ penurunan 2. Menimbang berat badan masih terasa mual
intake oral ditandai dengan sesuai indukasi O:
mengeluh mual-muntah, 3. Menentukan program diet - BB: 27 kg
intake tidak adekuat, dan pola makanan pasien - hanya menghabiskan
penurunan nafsu makan, dan bandingkan dengan ¼ porsi
lemah, tonus otot menurun makanan yang dapat - napsu makan menurun
dihabiskan pasien A:  
4. Mengidentivikasi makanan Masalah belum teratasi
yang dikehendaki /disukai P:
pasien. Intervensi dilanjutkan
5. Melibatkan keluaga klien
dalam perencanaan
6. Memberi insulin 4 unit

2 Kerusakan integritas kulit 1. Mengkaji tingkat rasa gatal 18 Agustus 2017 Pukul
jaringan  berhubungan gatal yang dirasakan klien 13.00 WIB
dengan reaksi imun dan 2. Mengobservasi adanya luka
peradangan lecet S: 
3. Menganjurkan pada klien Klien mengatakan
untuk memakai pakain yang gatalnya berkurang
longgar dari bahan yang pada badanya
lembut dan mudah menyerap O:
keringat Tampak kulit bersisik
4. Memberikan perawatan kulit Klien tampak
dengan menaburi minyak kayu menggaruk badannya
putih A:
5. Menjelaskan kepada klien bila Masalah teratasi
daerah yang gatal jangan sebagian
digaruk dan menjelaskan P:
penyebab rasa gatal Intervensi dilanjutkan

3 Defisit perawatan diri 1. Mengkaji kemampuan Tanggal 19 Agustus


berhubungan dengan 2. Klien dalam menolong dirinya 2005
kelemahan fisik, energi sendiri seperti mandi,oral Pukul 13.00 WIB
menurun, dan metabolisme hygine . S: Klien masih terbatas
menurun 3. Memandikan klien di tempat pergerakannya.
tidur dengan di lap dan O: Badan klien teraba  
memberi makan klien. lembab
4. Memberi dukungan jika klien Kuku jari tangan
melakukan perawatan sendiri tampak panjang dan
5. Jelaskan kepada klien bahwa kotor
pentingnya oral hygine seperti Tangan kiri masih
mandi atau gosok gigi terpasang infus
A:
Masalah belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penderita terbanyak diabetes mellitus tipe 1 adalah usia anak dan remaja.
Perlu kewaspadaan pada tenaga medis mengenai penyakit ini maupun komplikasi
yang mungkin terjadi yang seringkali salah diagnosis. Keterlambatan dalam
diagnosis akan berakibat fatal bagi keselamatan jiwa penderita DM tipe 1.

B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa laporan pendahuluan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Untuk
itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan
pendahuluan ini, supaya dapat menjadi laporan pendahuluan yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf sebesar-
besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bilous, R., Donelly, R., 2015. Buku pegangan Diabetes Edisi ke 4 (Terjemahan
Egi Komara Yudha). Jakarta: Bumi Medika
Brunnert & Suddarth’s. (2012). Texbook of medical surgical nursing.Lippincot:
Williams & Wilkins.
Brink SJ, Lee WRW, Pillay K, Kleinebreil (2010). Diabetes in children and
adolescents, basic training manual for healthcare professionals in developing
countries, 1sted. Argentina: ISPAD, h 20-21.
Batubara, J. R., Aap, B. T. & Pulungan, A. B. 2010a. Korteks adrenal dan
gangguannya. Buku Ajar Endokrinologi Anak. UKK Endokrinologi Anak
dan Remaja IDAI.
ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines 2009. Pediatric Diabetes 2009: 10.
Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP, Satriono, Harjantien N (2010).
Diabetes Melitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman
B. Pulungan, editor. Buku Ajar Endokrinologi Anak, Jakarta: Sagung Seto
2010, h 124-161.
Weinzimer SA, Magge S (2005). Type 1 diabetes mellitus in children. Dalam:
Moshang T Jr. Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc, h 3-18.

Anda mungkin juga menyukai