Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja ditandai dengan perkembangan seks primer dengan adanya

mimpi basah pada pria dan menstruasi pada wanita. Perkembangan seks

primer ini lebih mengarah pada kemasakan organ reproduksi, sedangkan

perkembangan seks sekunder lebih mengarah pada pertumbuhan fisik seperti

timbulnya rambutrambut pada pubis, perubahan kulit, otot, dada, suara dan

panggul yang kedua perkembangan ini menuntut proses penyesuaian(1).

Pada masa remaja, seorang individu mulai memasuki masa pubertas,

yang pada masa pubertas ini seseorang mulai merasakan meningkatnya

dorongan seksual. Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masa

remaja ini dipengaruhi oleh berfungsinya hormon-hormon seksual, yaitu

testosteron pada laki-laki dan progesteron pada perempuan. Hormon-hormon

inilah yang mempengaruhi dorongan seksual manusia. Permasalahan yang

kemudian timbul akibat meningkatnya dorongan seksual ini adalah secara

normatif mereka yang belum menikah tidak diperbolehkan untuk melakukan

hubungan seksual(1).

Remaja mempunyai pola seksualitas atau gejolak nafsu seksualitas

setelah tubuh biologis berubah yang diikuti dengan perubahan fantasi. Mulai

dengan ketagihan melihat sex appeal lawan jenis, mengimajinasikan dalam

pikiran dan penemuan sensasi nikmat dari memainkan organ seks seperti

1
2

payudara dan alat kelamin(2). Perilaku seksual pada remaja dapat diwujudkan

dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik,

berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir,

mencium leher, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di

balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di

bawah baju, dan melakukan senggama(3).

Data menunjukkan jumlah remaja umur 10-19 tahun di Indonesia sekitar

43 juta (19,61%) dari jumlah penduduk. Sekitar satu juta remaja pria (5%)

dan 200 ribu remaja wanita (1%) secara terbuka menyatakan bahwa mereka

pernah melakukan hubungan seksual. Penelitian yang dilakukan oleh berbagai

institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 2003-2013, menemukan

bahwa 5- 10% wanita dan 18-38% pria muda berusia 16-24 tahun telah

melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka

3-5 kali(4). Penelitian juga dilakukan oleh Universitas Diponegoro

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah dengan sampel 600.000

responden menyatakan bahwa sekitar 60.000 atau 10% siswa SMU Se-Jawa

Tengah melakukan hubungan seks pranikah(5).

Remaja makin sadar terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seks dan

berusaha mencari lebih banyak informasi mengenai seks, termasuk informasi

tentang seks melalui internet. Oleh karena itu, remaja menjadi rentan terhadap

keberadaan pornografi(6). Situs jejaring sosial, aplikasi instant messagging

seperti blog, facebook, twitter, pim.fm, diggs dan lain-lain menyebabkan


3

manusia sering menciptakan dunia kedua bagi dirinya. Salah satu dari wujud

interaksi ini adalah munculnya fenomena cybersex(7).

Cybersex yaitu penggunaan internet untuk terlibat dalam aktivitas

kesenangan seksual, seperti melihat gambar-gambar erotis, berpartisipasi

dalam chatting tentang seks, saling tukar menukar gambar atau email tentang

seks, dan lain sebagainya, yang terkadang diikuti oleh masturbasi.

Maksudnya kegiatan seksual secara online yang melibatkan pasangan dan

aktivitas seksual yang berbeda(8).

Facebook adalah website jaringan sosial yang sangat rentan

disalahgunakan sebagai media cybersex dimana para pengguna dapat

bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah dan daerah untuk

melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Facebook

dibandingkan website sejenis, memberikan fasilitas yang lengkap seperi

halaman profil, album foto dan video, obrolan (chat), catatan, aplikasi

halaman, aplikasi bisnis, permainan dan jaringan(8).

Kebijakan pemerintah terkait seksual remaja salah satunya adalah UU

No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang mengatur tentang batas usia

minimal seseorang untuk menikah. Selain itu juga terdapat program

pemerintah antara lain Pusat Informasi dan Konsultasi Remaja (PIK-R) dari

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana, Peer Konselor

dari Dinas Kesehatan, dan Duta Stop AIDS yang merupakan program-

program yang memberikan pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah.

Selain memberikan pelatihan pada siswa, Dinas Kesehatan juga memiliki


4

program pelatihan peningkatan kapasitas untuk pendidikan kesehatan

reproduksi untuk guru. Lebih lanjut, puskesmas juga memiliki program

pendampingan ke sekolah-sekolah dan program Puskesmas Peduli Remaja

yang menyediakan informasi dan layanan kesehatan reproduksi. Untuk

lingkungan lembaga pendidikan di bawah Kemenag, pendidikan kesehatan

reproduksi juga bukan sesuatu hal yang baru. Materi kesehatan reproduksi

dan seksual telah diberikan dalam beberapa pelajaran agama, selain Biologi

dan Penjaskesor(9).

Hasil penelitian sebelumnya tentang hubungan penggunaan media sosial

dengan perilaku seks siswa SMP di Surakarta menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan penggunaan media sosial dengan perilaku seks siswa SMP di

Surakarta, dengan nilai p sebesar 0,852 (α = 0,05) (10). Hasil penelitian tersebut

tidak sesuai dengan penelitian tentang pengaruh media sosial terhadap

perilaku seksual berisiko pada siswa di SMAN 6 Makassar yang

menunjukkkan bahwa ada pengaruh media sosial terhadap perilaku seksual

berisiko pada siswa di SMAN 6 Makassar, dengan p value sebesar 0,001 (α =

0,05) (11).

MAN (Madrasah Aliyah Negeri) Kendal merupakan salah satu sekolah

yang berkembang di Kabupaten Kendal dengan jumlah siswa yang terus

meningkat setiap tahunnya. Sekolah ini juga berbasis kepada agama Islam,

sehingga porsi untuk pendidikan keagamaan porsinya lebih besar

dibandingkan dengan sekolah menengah atas pada umumnya. Hal ini dipilih
5

dengan tujuan agar dihasilkan manusia yang siap bersaing dilapangan kerja

yang dilandasi pada ilmu agama.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Januari

2018 di MAN Kendal, jumlah siswa kelas X hingga kelas XII sebanyak 861

orang dan mayoritas semua siswa adalah pengguna media sosial Facebook.

Hasil studi pendahuluan dengan menggunakan kuesioner terhadap 10 orang

siswa diperoleh hasil 7 siswa mempunyai perilaku seks yang kurang baik

(kissing, necking, petting) dimana 2 orang mempunyai kebiasaan

menggunakan media sosial Facebook kategori tinggi (≥ 40 jam per bulan) dan

5 orang mempunyai kebiasaan menggunakan media sosial Facebook kategori

rendah (< 10 jam per bulan).

Diperoleh pula 3 siswa mempunyai perilaku seks yang baik (tidak

berpegangan tangan, tidak mencium bibir, tidak meraba bagian tubuh yang

sensitif) dimana 2 orang mempunyai kebiasaan menggunakan media sosial

Facebook kategori tinggi (≥ 40 jam per bulan) dan 1 orang mempunyai

kebiasaan menggunakan media sosial Facebook kategori rendah (< 10 jam

per bulan). Dari 10 siswa yang dilakukan wawancara, 5 di antaranya berjenis

kelamin perempuan dan menyatakan bahwa semua masih perawan.

Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang

mempunyai perilaku seksual yang kurang baik meskipun mereka

menggunaan kebiasaan penggunaan media sosial Facebook kategori kurang.

Upaya yang sudah dilakukan oleh MAN Kendal adalah pelajaran mengenai

kesehatan reproduksi dari guru bimbingan konseling. Selain itu pihak sekolah
6

sudah membatasi akses media sosial saat siswa sedang berada di lingkungan

sekolah.

Keberadaan jejaring sosial seperti Facebook memberikan fasilitas yang

lengkap seperi halaman profil, album foto dan video dan jaringan, sehingga

mendukung terbukanya akses informasi yang memungkinkan remaja untuk

mengakses berbagai macam informasi termasuk yang menyajikan adegan

seksual secara implisit. Jejaring sosial tersebut juga berperan dalam

mentransformasikan perubahan nilai seksualitas dengan mudahnya diakses

sehingga banyak remaja yang mulai mencari-cari tahu bahkan

mempraktekkan hal-hal yang belum pantas dilakukan bersama pasangan

karena mereka melihat seks itu menyenangkan(12).

Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul, “Hubungan lama menonton situs porno

di media sosial (facebook) dengan perilaku seksual pada remaja MAN

Kendal”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah adakah hubungan lama menonton situs porno di media sosial

(facebook) dengan perilaku seksual pada remaja di MAN Kendal?


7

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan lama menonton situs porno di media sosial

(facebook) dengan perilaku seksual pada remaja di MAN Kendal.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik remaja (umur dan jenis kelamin)

di MAN Kendal.

b. Mengetahui hubungan lama menonton situs porno di media sosial

(facebook) pada remaja di MAN Kendal.

c. Mengetahui gambaran perilaku seksual (kissing, mecking, petting,

intercourse) pada remaja di MAN Kendal.

d. Mengetahui hubungan lama menonton situs porno di media sosial

(facebook) dengan perilaku seksual pada remaja di MAN Kendal.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam

pembinaan remaja khususnya dalam bimbingan konseling diharapkan

sekolah lebih meningkatkan pelajaran tentang bahaya seks bebas dan

pemanfaatan media sosial dengan bijak sehingga dapat mengontrol

perilaku remaja terutama dalam hal perilaku seksual.


8

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan bahan masukan bagi institusi pendidikan dan

sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan datang.

3. Bagi Perawat

Sebagai salah satu bahan bagi perawat komunitas dalam

meningkatkan kesehatan reproduksi remaja.

4. Bagi Responden

Untuk menambah informasi bagi remaja di sekolah agar lebih

bijaksana dalam menggunakan media sosial khususnya facebook.

E. Originalitas Penelitian

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

No Peneliti Judul Metode Hasil Perbedaan


Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
1. Wilga Pengaruh Jenis Hasil penelitian a. Variabel
Secsio Media Sosial penelitian mnunjukkan sebelumnya
dkk tahun terhadap kualitatif terdapat dampak adalah perilaku
positif maupun
2016 Perilaku remaja secara
dampak negatif
Remaja dari media umum.
sosial. Sedangkan
variabel sekarang
difokuskan
terhadap perilaku
seksual remaja.
b. Jenis penelitian
kualitatif
sedangkan
sekarang jenis
penelitian adalah
kuantitatif
dengan
pendekatan cross
sectional.
9

2. Andrianie Dampak E- Jenis Hasil penelitian a. Variabel


tahun Media penelitian menunjukkan sebelumnya
2014 terhadap kualitatif, bentuk adalah e-media
Kenakalan dengan teknik kenakalan secara
Perilaku studi kasus perilaku seksual keseluruhan
Seksual pada deskriptif. ketiga subjek (internet, TV dan
Remaja di adalah fasilitas yang ada
Batulicin berpegangan di HP),
tangan, necking sedangkan
(berciuman variabel sekarang
sampai daerah fokus media
dada), meraba sosial fecebook.
payudara dan b. Jenis penelitian
alat kelamin, kualitatif
petting (saling sedangkan yang
menempelkan sekarang jenis
alat kelamin), penelitian yang
membaca atau digunakan adalah
menonton kuantitatif
berbau dengan
pornografi, pendekatan cross
melakukan sectional.
hubungan
seksual.

3. Sari tahun Perilaku Jenis Hasil penelitian Penelitian hanya


2014 Seksual penelitian menunjukkan mendeskripsikan
Remaja penelitian perilaku seksual jenis-jenis perilaku
Siswa SMK deskriptif bervariasi mulai seksual remaja
Ketintang dengan dari sedangkan jenis
Surabaya menggunakan berpengangan penelitian yang
metode survei. tangan, sekarang adalah
berpelukkan, mencari hubungan
berciuman, kebiasaan
meraba bagian penggunaan media
tubuh yang sosial facebook
sensitif, petting, terhadap perilaku
oral seks, seksual remaja.
hubungan
seksual hingga
melakukan
kekerasan
seksual.
10

4. Lubis Remaja dan Jenis Hasil penelitian Variabel sebelumnya


tahun Pornografi: penelitian menunjukkan adalah pemberian
2013 Paparan dengan metode terdapat pornografi dan media
Pornografi kuantitatif. pengaruh antara massa, sedangkan
dan Media paparan variabel yang
Massa dan pornografi di sekarang adalah
Pengaruhnya media massa media sosial
terhadap terhadap facebook.
Perilaku perilaku siswa
Siswa pada besarnya
Sekolah pengaruh
Menengah tersebut adalah
Pertama sebesar 53,1%
(SMP) sisanya sebesar
Negeri 25 44,9%
Kota dipengaruhi
Pekanbaru oleh faktor lain.
5. Megan Hubungan Jenis Hasil penelitian Variabel sebelumnya
Landry Media penelitian menunjukkan adalah sosial media
et al Sosial dan kuantitatif bahwa remaja secara umum,
Tahun Perilaku sedangkan variabel
dengan yang mengirim
yang sekarang
2017 Seksual di pendekatan lebih dari 100 difokuskan pada
Kalangan cross pesan teks per media sosial
Remaja sectional. hari memiliki facebook.
nilai risiko
seksual secara
signifikan lebih
tinggi (beta =
1,008, P<.001).

Anda mungkin juga menyukai