Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANSIA
1. Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60
tahun. Menurut World Health organization (WHO) batas usia untuk
kategori lanjut usia berdasarkan tingkatan usia yaitu : usia pertengahan
(middle age) 65 tahun, usia lanjut (elderly) >65-75 tahun, usia lanjut
usia (old age) 75-90 tahun dan sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah
mengalami tiga tahap kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Menua
didefinisikan sebagai penurunan, kelemahan, meningkatnya kerentanan
terhadap berbagai penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya
mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologi yang terkait
dengan usia (Azizah, 2011).
Lansia adalah periode terakhir dalam masa kehidupan seseorang.
Masa Lansia dimulai dari umur 60 tahun sampai meninggal, yang
ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis
yang semakin menurun. Proses penuaan merupakan proses alami yang
akan dialami seseorang, berjalan secara terus menerus. Hal ini akan
menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh
yang akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh lansia secara
keseluruhan (Maryam, R. Siti dkk,2008).
2. Klasifikasi Lansia
WHO menggolongkan lansia berdasarkan usia biologis menjadi 4
kelompok, yaitu (Azizah, 2011):
a. Usia pertengahan (middle age) : antara usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : antara usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : berusia lebih dari 90 tahun
B. HAMBATAN MOBILITAS FISIK
1. Pengertian
Hambatan mobilitas fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2015) sebagai suatu kedaaan
dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan
gerakan fisik. Selain itu menurut Carpenito (2009) hambatan/gangguan
mobilitas fisik adalah keadaan ketika individu mengalami keterbatasan
atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik.
2. Penyebab.
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidakseimbangan,dan masalah psikologis. Osteoartritis
merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan
fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental
seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran
keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia lanjut terus
menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit
(Setiati dan Roosheroe, 2007).
3. Batasan Karakteristik
a. Dispnea setelah beraktivitas
b. Gangguan sikap berjalan
c. Gerakan spastik
d. Gerakan tidak terkoordinasi
e. Instabilitas postur
f. Keterbatasan rentang gerak
g. Ketidaknyamanan
h. Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik halus
i. Penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik kasar
j. Penurunan waktu reaksi
k. Tremor akibat bergerak
4. Faktor yang Berhubungan
a. Agens cedera
b. Ansietas
c. Depresi
d. Disuse
e. Fisik tidak bugar
f. Gangguan fungsi kognitif
g. Gangguan fungsi metabolisme
h. Gangguan muskuloskeletal
i. Gangguan neuromuskular
j. Gangguan sensoriperseptual
k. Gaya hidup kurang gerak
l. Intoleran aktivitas
m. Kaku sendi
n. Keengganan memulai pergerakan
o. Nyeri
5. Komplikasi
Menurut Hidayat (2012), dampak dari imobilisasi dapat mempengaruhi
sistem tubuh, seperti:
a. Perubahan pada metabolisme tubuh
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Gangguan dalam kebutuhan nutrisi
d. Perubahan sistem pernafasan
e. Gangguan fungsi gastrointestinal
f. Perubahan kardiovaskuler
g. Perubahan muskuloskeletal
h. Perubahan kulit
i. Perubahan eliminasi
j. Perubahan perilaku
C. PERILAKU KESEHATAN CENDERUNG BERISIKO
1. Pengertian
Perilaku kesehatan cenderung berisiko didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2015) sebagai suatu
hambatan kemampuan untuk mengubah gaya hidup/ perilaku dalam
cara yang memperbaiki status kesehatan.
2. Batasan Karakteristik
a. Gagal melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan
b. Gagal mencapai pengendalian optimal
c. Meminimalkan perubahan status kesehatan
d. Tidak menerima perubahan status kesehatan
3. Faktor yang berhubungan
a. Kurang dukungan sosial
b. Kurang pemahaman
c. Merokok
d. Pencapaian diri yang rendah
e. Penggunaan alkohol berlebihan
f. Sikap negatif terhadap pelayanan kesehatan
g. Status sosio-ekonomi rendah
h. Stresor

D. ANSIETAS
1. Pengertian
Ansietas didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2015) sebagai suatu perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber sering kali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.
2. Batasan Karakteristik
a. Perilaku
1) Penurunan produktivitas
2) Gerakan yang irelevan
3) Gelisah
4) Melihat sepintas
5) Insomnia
6) Kontak mata yang buruk
7) Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam
peristiwa hidup
8) Agitasi
9) Mengintai
10) Tampak waspada
b. Afektif
1) Gelisah
2) Kesedihan yang mendalam
3) Distress
4) Ketakutan
5) Perasan tidak adekuat
6) Berfokus pada diri sendiri
7) Peningkatan kewaspadaa
8) Iritabilitas
9) Gugup
10) Senang berlebihan
11) Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
12) Peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten
13) Bingung
14) Menyesal
15) Ragu/tidak percaya diri
16) Khawatir
c. Fisiologis
1) Gemetar
2) Peningkatan keringat
3) Peningkatan ketegangan
4) Suara bergetar
5) Tremor
6) Tremor tangan
7) Wajah tegang
d. Simpatik
1) Anoreksia
2) Eksitasi kardiovaskular
3) Diare
4) Mulut kering
5) Wajah merah
6) Jantung berdebar – debar
7) Peningkatan tekanan darah
8) Pengingkatan denyut nadi
9) Peningkatan reflek
10) Peningkatan frekuensi pernapasan
11) Pupil melebar
12) Kesulitan bernapas
13) Vasokontriksi superfisial
14) Kedutan otot
15) Lemah
e. Parasimpatik
1) Nyeri abdomen
2) Penurunan tekanan darah
3) Penurunan denyut nadi
4) Diare
5) Vertigo
6) Letih
7) Mual
8) Gangguan tidur
9) Kesemutan pada ekstremitas
10) Sering berkemih
11) Anyang-anyangan
12) Dorongan segera berkemih
3. Faktor yang berhubungan
a. Perubahan dalam status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, status peran.
b. Pemajanan toksin
c. Terkait keluarga
d. Herediter
e. Infeksi/kontaminan interpersonal
f. Penularan penyakit interpersonal
g. Krisis maturasi
h. Krisis situasional
i. Penyalahgunaan zat
j. Ancaman kematian
k. Ancaman pada : status ekonomi, lingkungan, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, status peran
l. Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
m. Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
n. Kebutuhan yang tidak terpenuhi.
o. Stress
4. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi
waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Ansietas dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
b. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah.
c. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.
Seseorang cenderung memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku
ditujukan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
d. Tingkat panic dari ansietas berhubungan dengan terperangah,
ketakutan, dan teror. 
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan
panik membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005),
mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a. Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
b. Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.

Anda mungkin juga menyukai