Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kecemasan

a. Definisi

Kecemasan adalah rasa takut yang tidak jelas disertai dengan

perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi, dan

ketidakamanan. Kecemasan adalah keadaan emosi tanpa objek

tertentu. Hal ini dipicu oleh hal yang tidak diketahui dan menyertai

semua pengalaman baru1.

Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak

menyenangkan, berupa respon-respon psikofisiologis yang timbul

sebagai antisipasi bahaya yang tidak nyata atau khayalan, tampaknya

disebabkan oleh konflik intrapsikis yang tidak disadari secara

langsung2.

Ansietas adalah suatu perasaan takut akan terjadinya sesuatu

yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang

membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan menghadapi

ancaman3.

b. Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Peplau dalam Stuart diidentifikasi

menjadi empat tingkat, sebagai berikut1:

10
11

1) Kecemasan ringan, terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari.

2) Kecemasan sedang, dimana seseorang hanya berfokus pada hal

yang penting saja.

3) Kecemasan berat, ditandai dengan penurunan yang signifikan

dilapang persepsi.

4) Panik, dikaitkan dengan rasa takut dan teror.

c. Rentang Respon Kecemasan

Gambar 1. Rentang respon kecemasan


Sumber: Stuart (2016)

1) Respon Adaptif

Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat

menerima dan mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi

suatu tantangan, motivai yang kuat untuk menyelesaikan

masalah, dan merupakan sarana untuk mendapatkan

penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan

seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan

berbicara kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan

menggunakan teknik relaksasi.


12

2) Respon Maladaptif

Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan

mekanisme koping yang disfungsi dan tidak

berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptif

mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara

tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi alkohol,

berjudi, dan penyalahgunaan obat terlarang1.

d. Faktor yang Memengaruhi Kecemasan

Menurut Kaplan dan Saddock (2015), faktor-faktor yang

memengaruhi kecemasan operasi ialah sebagai berikut4:

1) Faktor intrinsik meliputi usia pasien, pengalaman, dan konsep diri

serta peran.

2) Faktor ekstrinsik meliputi kondisi medis, tingkat pendidikan, akses

informasi, adaptasi, tingkat sosial ekonomi, tindakan operasi.

e. Alat Ukur Kecemasan

Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana

derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat, dan sangat

berat yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Skala ini dibuat

oleh Max Hamilton tujuannya ialah untuk menilai kecemasan sebagai

gangguan klinikal dan mengukur gejala kecemasan. Kuesioner HARS

berisi empat belas pertanyaan yang terdiri dari tiga belas kategori

pertanyaan tentang gejala kecemasan dan satu kategori perilaku saat

wawancara.
13

Aspek penilaian kuesioner HARS yang dikutip Nursalam

(2013), sebagai berikut 5:

Tabel 2. Penilaian Kuesioner HARS

No Aspek Penilaian Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah

(4) (3) (2) (1)

1. Ketakutan

2. Kecemasan

3. Kegelisahan

4. Optimisme

5. Kesedihan

6. Intelektual

7. Minat

8. Otot (somatik)

9. Insomnia

10. Kardiovaskuler

11. Pernapasan

12. Perkemihan

13. Gastrointestinal

14. Perilaku
14

Masing-masing penilaian mempunyai jawaban diantaranya 1=

tidak pernah, 2= kadang-kadang, 3= sering, 4= selalu, dengan hasil

keterangan:

1) Skor 16 = tidak ada kecemasan.

2) Skor 17 – 26 = kecemasan ringan.

3) Skor 27 – 37 = kecemasan sedang

4) Skor 38 – 49 = kecemasan berat

5) Skor 50 – 64 = panik

2. Hipertensi

a. Definisi

Hipertensi yang sering dikenal sebagai tekanan darah tinggi atau

meningkat, adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah terus-

menerus meningkatkan tekanan. Darah dibawa dari jantung ke seluruh

bagian tubuh di pembuluh. Setiap kali jantung berdetak, ia memompa

darah ke pembuluh darah. Tekanan darah diciptakan oleh kekuatan

darah yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri) karena

dipompa oleh jantung. Semakin tinggi tekanan semakin sulit jantung

untuk beraksi6.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah yang abnormal di dalam pembuluh darah

arteri secara terus – menerus lebih dari satu periode7. Penderita yang

mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang

melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai


15

keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah

satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan

aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung

kronis.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar

atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik lebih besar

atau sama dengan 95 mmHg. Hipertensi dikategorikan ringan apabila

tekanan diastoliknya antara 95-100 mmHg, hipertensi sedang jika

tekanan diastoliknya 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila

tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini

berdasarkan peningkatan diastoliknya karena dianggap lebih serius

dari pada peningkatan sistolik8.

Hipertensi termasuk penyakit multifaktorial yang munculnya

oleh karena interaksi berbagai factor, dengan bertambahnya umur,

maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,

dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya

penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah

akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah

sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang

berkurang pada penambahan umur9.

b. Etiologi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2, yaitu10:

1) Hipertensi Primer atau Hipertensi Esensial


16

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),

walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti

kurang bergerak (inaktivas) dan pola makan. Hipertensi jenis ini

terjadi pada sekitar 90% pada semua kasus hipertensi.

2) Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal, sekitar

1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat

tertentu, misalnya pil KB.

c. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi dibedakan berdasarkan tingginya tekanan

darah dan etiologinya.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO11

Kategori Tekanan Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)


Darah
Optimal ≤ 120 ≤ 80
Normal 120 – 129 80 – 84
Normal – Tinggi 130 – 139 85 – 89
Hipertensi tingkat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tingkat 2 160- 179 100 – 109
Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol ≥ 140 < 90
terisolasi

d. Patofisiologi

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar


17

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan darah. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding

arterinya telah menebal dan kaku karena arterioskalierosis12.

Tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi,

yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut

karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga

tekanan darah juga meningkat12.

Sebaliknya, jika aktifitas memompa jantung berkurang, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor – faktor

tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan

sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai

fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal

mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan

darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air,

yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan

mengembalikan tekanan darah ke normal12.


18

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan

tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang

memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan

memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ

penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke

salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah12

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf

otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan

darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap

ancaman dari luar); meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut

jantung; dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi

memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka yang

memerlukan pasokan darah yang lebih banyak); mengurangi

pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan

volume darahdalam tubuh; melepaskan hormon epinefrin (adrenalin)

dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan

pembuluh darah. Faktor stress merupakan satu faktor pencetus


19

terjadinya peningkatan tekanan darah dengan proses pelepasan

hormon epinefrin dan norepinefrin12 .

Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial

dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan

darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator

hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler,

viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan

stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu oleh

beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet,

tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi.

Perjalanan penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi

yang kadang-kadang muncul menjadi hipertensi yang persisten.

Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten

berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi, dimana kerusakan

organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan

susunan saraf pusat. Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi

pada pasien umur 10-30 tahun (dengan meningkatnya curah jantung)

kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun

(dimana tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi

pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan

komplikasi pada usia 40-60 tahun13.


20

e. Manifestasi Klinis

Tekanan darah tinggi jarang menimbulkan gejala dan cara

satu – satunya untuk mengetahui apakah terkena hipertensi yaitu

dengan mengukur tekanan darah, bila tekanan darah tinggi tidak

terkontrol dan sangat tinggi maka disebut hipertensi berat, maka akan

timbul gejala seperti pusing, pandangan kabur, sakit kepala,

kebingungan, mengantuk, sulit bernapas14.

f. Komplikasi

Hipertensi harus dikendalikan, sebab semakin lama tekanan

yang berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital

dalam tubuh15.. Tempat – tempat utama yang paling dipengaruhi

hipertensi adalah pembuluh arteri, jantung, otak, ginjal, dan mata.

Salah satunya sistem Kardiovaskuler yaitu Arterosklerosis dimana

hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak di dalam dan di

bawah lapisan arteri. Ketika dinding dalam arteri rusak, sel – sel darah

yang disebut trombosit akan menggumpal pada daerah yang rusak,

timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan akan menumpuk

disana sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah arteri.

g. Faktor – Faktor Resiko Hipertensi

Faktor – faktor hipertensi yang dapat dikontrol dan tidak

dapat dikontrol, yaitu16 :

1) Faktor Yang Dapat Dikontrol

a) Kegemukan (Obesitas)
21

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang

kegemukan mempunyai resiko hipertensi. Wanita sangat gemuk

pada usia 30 tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali

lipat dibandingkan wanita langsing pada usia yang sama.

b) Kurang Olahraga

Orang yang kurang aktif dalam melakukan olahraga pada

umumnya cenderung mengalami kegemukan dan akan

menikkan tekanan darah. Melakukan aktifitas seperti olahraga

dapat meningkatkan kerja jantung, sehingga darah bisa dipompa

dengan baik ke seluruh tubuh.

c) Konsumsi Garam Berlebih

Sebagian masyarakat sering menghubungkan antara

konsumsi garam berlebih dengan kemungkinan mengidap

hipertensi. Garam merupakan hal yang sangat penting pada

mekaisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam

terhadap hipertensi yaitu melalui peningkatan volume plasma

atau cairan tubuh dan tekanan darah.

Natrium dan Klorida adalah ion utama caian ekstraseluler.

Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium didalm cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya kembali, cairan intraseluler harus ditarik

keluar sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.

Peningkatan volume cairan ekstraseluler menyebabkan


22

meningkatnya volume darah, sehingga berdampak pada

timbulnya hipertensi.

d) Merokok dan Mengkonsumsi Alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

kesehatan selain dapat meningkatkan penggumpalan darah

dalam pembuluh darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran

pada dinding pembuluh darah.. Adanya kathekolamin memicu

kenaikan tekanan darah.

e) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.

Jika kita mengalami ketakutan, tegang atau dikejar masalah

maka tekanan darah dapat meningkat. Dalam keadaan stres

maka terjadi respon sel – sel saraf yang mengakibatkan kelainan

pengeluaran atau peningkatan natrium. Stres berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kualitas

Tidur

Pada penelitian Gangwisch dinyatakan bahwa seseorang

yang tidurnya < 5 jam semalam, merupakan faktor risiko yang

lebih besar terjadinya hipertensi. Gangguan sekresi kortisol,

stimulasi dari sistem renin-angiotensin dan sistem saraf simpatis

oleh karena peningkatan sekresi katekolamin, sehingga

menyebabkan terjadinya hipertensi.


23

2) Faktor Yang Tidak Dapat Dikontrol

a) Keturunan (Genetika)

Hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang

mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi

maka orang tersebut mempunyai resiko lebih besar untuk

terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya

normal (tidak menderita hipertensi). Hipertensi lebih banyak

terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur)

dibanding heterozigot (berasal dari telur yang berbeda.

b) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria lebih banyak terserang hipertensi

dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan pria

mempunyai beberapa faktor yang mendorong terjadinya

hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman terhadap

pekerjaan, pengangguran, dan makan tidak terkontrol. Biasanya

wanita akan mengalami peningkatan resiko hipertensisetelah

masa menopause.

c) Umur

Semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi

merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari


24

berbagai faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Hilangnya

elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran pembuluh

darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Pada

umumnya hipertensi pada pria terjadi diatas usia 31 tahun

sedangkan pada wanita terjadi setelah berumur 45 tahun.

h. Penatalaksanaan

1) Farmakologi

Jenis obat anti hipertensi yang digunakan adalah17

a) Diuretik

Diuretik adalah obat memperbanyak kencing,

mempertinggi pengeluaran NaCl dengan turunnya kadar NaCl

maka tekanan darah akan turun.

b) Alfa – bloker

Alfa – bloker adalah obat yang dapat memblokir reseptor

alfa yang menyebabkan vasodilatasi perifer serta turunnya

tekanan darah. Obat yang termasuk dalam jenis alfa – bloker

yaitu prazosin dan terazosin.

c) Beta – bloker

Mekanisme obat beta – bloker belum diketshui dengsn

pssti, diduga kerja berdasarkan beta – bloker pada jantung

Dengan demikian teknan darah akan menurun dan daya

hipotensinya baik. Obat yang terkenal dari jenis beta – bloker

adalah propanol, atenolol, pidolol, daan sebagainya.


25

d) Obat yang bekerja sentral

Obat yang bekerja sentral dapat mengurangi pelepasan

nonadenalin sehingga menurunkan aktifitas saraf adrenegik

peerifer dan turunnya tekanan darah. Penggunaan obat ini perlu

memperhatikan efek hipertensi otostatik. Obat yang termasuk

dalam jenis ini adalah clonidin guanfacine dan metidopa.

e) Vasodilator

Obat vasodilator dapat mengembangkan arteriole sehingga

daya tahan pembuluh perifer berkurang dan tekanan darah

menurun. Obat yang termasuk dalam jenis vasodilator adalah :

(1) Antagonis kalsium

Mekanisme obat antagonis kalsium adalah dengan

menghambat pemasukan ion kalsium kedalam sel otot polos

pembuluh darah dengan efek vasodilatasi dan turunnya

tekanan darah. Obat jenis antagonis kalsium yang terkenal

adalah nifedipin dan verapamil.

(2) Penghambat ACE

Obat penghambat ACE menurunkan tekanan darah

dengan cara menghambat angiotensin converting enzyme

yang berdaya vasokonstriksi yang kuat. Obat jenis

penghambat ACE yang populer adalah captopril (kapoten)

dan enalapril.
26

2) Non Farmakologi

Pengobatan non farmakologis, bersifat terapi pengobatan

alamiah diantaranya adalah dengan 18:

a) Akupuntur : cara penyembuhan tiongkok kuno dengan cara

menusukkan jarum ke titik – titik tertentu ditubuh pasien.

b) Akupresur : Cara penyembuhan dari tiongkok yang

mengaktifkan neuron pada sistem saraf, yang dapat

merangsang kelenjar endokrin dan hasilnya mengaktifkan

orang yang bermasalah.

c) Aroma terapi : cara penyembuhan dengan menggunakan

minyak essensial yang sangat aromatik, dan diekstrasi dari

tumbuh – tumbuhan.

d) Terapi Herbal : obat – obatan untuk menangani hipertensi

antara lain bawang putih Garlic (Allium Sativum), seledri

atau Celery (Apium Gravolens), bawang merah atau onion

(Allium Cepa), blimbing manis (Averrhoa Carambola L),

mentimun (Cucumis Sativus), Jeruk nipis (Citrullus

Vulgaris).

3. Pandemi

Pandemi COVID-19 adalah suatu kondisi dimana terjadi wabah

diseluruh dunia yang disebabkan oleh coronavirus disease yang

ditemukan di kota Wuhan pada tahun 201919. Covid-19 merupakan

penyakit yang saat ini sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia,
27

sekaligus mempengaruhi sosioekonomi sehingga dampaknya meluas

tidak hanya pada orang maupun daerah yang terkena virus. Covid-19

telah menyerang 221 negara dengan kasus terkonfirmasi sebanyak

1.282.931 oang dan meninggal 72.774 orang (WHO, 2020). Indonesia

kasus terkonfirmasi sebanyak 2738 kasus, 221 meninggal, 204 sembuh

dan 2313 aktif20.

Virus Covid-19 menyebar orang ke orang melalui tetesan kecil dari

hidung atau mulut yang menyebar ketika seseorang batuk atau

menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang di

sentuh orang lain, kemudian orang tersebut menyentuh mata, hidung,

atau mulut20. Covid-19 telah menjedi pandemi. Situasi seperti saat ini

dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan,

gejala depresi, insomnia, penolakan, kemarahan dan ketakutan21.

4. Hubungan tingkat kecemasan, hipertensi dengan masa pandemi

COVID-19

Kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang

mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi 4. Berdasarkan hasil

penelitian menunjukkan terdapat 2540 (35.1%) mengalami gangguan

kecemasan umum yang terdiri 1192 (47%) terjadi pada laki-laki dan

1348 (53%) pada perempuan22. Penelitian yang dilakukan di Hubei Cina

menunjukkan 62 (0.9) mengalami cemas berat, 196 (2.7%), cemas

sedang dan 1518 (21.3%) cemas ringan23. Kecemasan yang dialami dapat

terjadi karena informasi yang didapatkan berlebihan atau hal-hal yang


28

negatif seperti kasus penularan dan kematian yang semakin meningkat.

Kondisi seperti ini yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan salah

satunya pada penderita hipertensi.

Virus corona merupakan ancaman bagi masyarakat sehingga

menjadi sumber terjadinya kecemasan. Pada individu yang mengalami

stress atau kecemasan akan mempengaruhi kerja hormon stress ( hormon

adrenalin, hormon norepinefrin dan hormon kortisol) menjadi meningkat,

hal ini yang mempengaruhi kerja jantung sehingga dapat menimbulkan

peningkatan tekanan darah4. Pada penderita yang memiliki riwayat

penyakit hipertensi akan memperberat kerja jantung sehingga akan

beresiko lebih cepat terjadi peningkatan darah daripada penderita yang

tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi24.


29

B. Kerangka Teori

Pandemi Covid-19

a. Ringan
Peningkatan kerja b. Sedang
Tingkat Kecemasan
hormon stress c. Berat
d. Panik

Peningkatan
Tekanan Darah

Pasien Hipertensi

Gambar 2.1 Kerangka Teori1,8,19

C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat
Hipertensi
Kecemasan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


30

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Variabel independent (Variabel Bebas)

Variabel independent (Variabel bebas) pada penelitian ini adalah

tingkat kecemasan

2. Variabel dependent (Variabel Terikat)

Variabel dependent (variabel terikat) pada penelitian ini adalah

hipertensi.
31

Daftar Pustaka

1. Stuart.Gail.W. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta, Indonesia: Elsever;


2016.
2. Dorland WA N. Kamus Kedokteran Dorland. In: 31st ed. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC; 2011. p. 702, 1003.
3. Sutejo. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan
Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press; 2018.
4. Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb J. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri Klinis. Tangerang: Bina Rupa Aksara;
2015. 1–8 p.
5. Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika; 2013.
6. WHO. Hypertension. 2019.
7. Udjianti WJ. Keperawatan Kardiovaskuler. 3th ed. Jakarta: Salemba
Medika; 2013.
8. Sudoyo et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed VI Jili. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
9. Remmes A. H. Current Diagnosis and Treatment Neurology, Sleep
Disoders. Second Edi. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc.;
2012.
10. Riskesdas. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta; 2017.
11. ESC. ESH Guiddline. 2013.
12. Triyanto E. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta.: Graha Ilmu; 2014.
13. Anggraini AD dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. 2019;
14. Palmer A. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga; 2011.
15. Suiraoka. Penyakit Degeneratif; Mengenal, Mencegah dan Mengurangi
Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
16. Susanto. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok Per Hari. Jakarta:
Gramedia; 2011.
17. Martuti A. Hipertensi Merawat dan Menyembuhkan Penyakit Tekanan
Darah Tinggi. Yogyakarta: Kreasi Kencana; 2011. 10–12 p.
18. Smeltzer, S. C., Bare, B., Hinkle, J. L., & Cheever KH. Brunner &
Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing. 12nd Editi. 2011.
19. KEMENKES RI. Penanganan Orang Dengan Faktor Risiko Dan
Penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) Selama Pandemi Covid
19.Surat Edaran Nomor: HK.01.07/I/3402/2020. Jakarta; 2020.
20. WHO. Coronavirus disease (COVID-19) outbreak situation. 2020.
21. Torales, J., O’Higgins, M., Mauricio J, Castaldelli-Maia, & Ventriglio A.
The outbreak of COVID-19 coronavirus and its impact on global mental
health. Pubmed. 2020;66(4):317–20.
22. Huang, Y., & Zhao N. Generalized anxiety disorder, depressive symptoms
32

and sleep quality during COVID-19 outbreak. Psychiatry Res. 2020;288:1–


6.
23. Caoa, W., Fang, Z., Hou, G., Han, M. X, X., Dong, J. et al. The
psychological impact of the COVID19 epidemic on college students in
China. Psychiatry Res. 2020;287.
24. Teixeira L, Freitas RL de, Abad A, Silva JA da, Antonelli-Ponti M, Bastos
S, et al. Anxiety-related psychological impacts in the COVID-19 pandemic
on cardiovascular diseases and diabetes. 2020;

Anda mungkin juga menyukai