Anda di halaman 1dari 43

Botani Farmasi

Dosen : Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt

Disusun oleh :

Natasha Maharani Br. Ginting

191501080

IB Farmasi

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul jaringan dan organ pada
tumbuhan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Dr.
Marline Nainggolan, M.S., Apt pada botani farmasi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt selaku
dosen botani farmasi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 9 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................................5

BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Jaringan Tumbuhan....................................................................................................................6

2.1.1. Jaringan Meristem............................................................................................................6

2.1.2. Jaringan Permanen...........................................................................................................9

2.2 Organ Tumbuhan.....................................................................................................................28

2.2.1 Batang............................................................................................................................28

2.2.2 Akar................................................................................................................................33

2.2.3. Daun..............................................................................................................................38

BAB III PENUTUP......................................................................................................................43

Kesimpulan....................................................................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................44

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tumbuhan adalah makhluk hidup yang sangat penting dalam kehidupan. Tumbuhan
merupakan sumber makanan pokok bagi manusia dan hewan. Beragam jenis tumbuhan yang
terdapat di bumi dan memberikan manfaat yang berbeda-beda pula. Dengan demikian, kita juga
harus mengetahui kandungan- kandungan apa saja yang terdapat pada suatu tumbuhan.

Botani berasal dari ilmu herbalisme, ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan untuk
khasiatnya secara medis, terdapat beberapa catatan kuno yang mengklasifikasikan tumbuhan
berdasarkan jenis dan manfaatnya di india (1100 SM) Avestan kuno, dan Cina (221 SM).

Penelitian tumbuhan sangat penting karena tumbuhan adalah bagian mendasar dari
kehidupan di Bumi, yang menghasilkan oksigen, makanan, serat, bahan bakar, dan obat-obatan
yang memungkinkan manusia dan bentuk kehidupan lainnya ada. Melalui fotosintesis, tumbuhan
menyerap karbon dioksida, sebuah gas rumah kaca yang dalam jumlah besar dapat
mempengaruhi iklim global.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Jaringan apa aja yang terdapat di tumbuhan?

2. Organ apa aja yang terdapat di tumbuhan?

1.3 Tujuan Penulisan.


1. Untuk mengetahui jaringan yang menyusun tumbuhan

2. Untuk mengetahui organ apa saja yang terdapat di tumbuhan.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Jaringan Tumbuhan
Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Ilmu yang
mempelajari tentang jaringan disebut histologi. Klasifikasi Jaringan sebagai berikut :

a. Berdasarkan jumlah dan macam sel yang membentuk jaringan


 Jaringan sederhana, contohnya : parenkima, kolenkima, sklerenkima
 Jaringan majemuk, contohnya : xylem dan floem
b. Berdasarkan kemampuan sel membelah
 Meristem
 Permanen
c. Berdasarkan asal jaringan tersebut dibentuk
 Jaringan primer
 Jaringan sekunder
d. Berdasarkan fungsi jaringan
 Jaringan pengisi
 Jaringan mekanik
 Jaringan pelindung
 Jaringan sekresi
 Jaringan transport

2.1.1 Jaringan Meristem


Meristem berasal dari kata meritos (membelah) yang artinya sel-sel dapat
membelah. Sel meristem melakukan pembelahan dirinya secara tak terbatas dan akhirnya
sel terus-menerus bertambah pada tumbuhan. Ciri-ciri meristem adalah dinding sel
biasanya tipis dan berbentuk isodiametrik, jumlah protoplasma lebih banyak dari sel
dewasa, tidak memiliki cadangan makanan dan kristal, plastid dalam posisi proplastida,

6
dan vakuola kecil dan tersebar. Jaringan meristem menurut posisi meristem dalam tubuh
tumbuhan dibagi menjadi berikut :

a. Meristem apikal

Meristem apikal atau meristem ujung adalah meristem yang letaknya di


bagian ujung pucuk utama, pucuk lateran dan ujung akar tumbuhan. Meristem ini
menjadikan pertumbuhan primer dengan bertambah panjanggnya akar dan batang
tumbuhan.

 Apeks pucuk pteridophyta (paku)

Sel apikal pada tumbuhan paku berbentuk tetrahedron dan


dasarnya mengarah ke permukaan apeks. Sel tersebut biasanya berisi 4
atau 3 yang membelah ke semua sisi.

 Apeks pucuk gymnospermae

Terbagi atas 2 yaitu tipe cycas dan tipe ginkgo. Tipe cycas,
terdapat meristem permukaan dengan bidang pembelahan anticlinal dan
periklinal. Tipe ginkgo, terdapat sel induk sentral, meristem tepi dan
meristem rusuk.

 Apeks pucuk angiospermae

7
Teori Histogen dari Hanstein (1868) mengungkapkan bahwa ada 3
daerah di pucuk angiospermae yaitu daerah dermtogen pembentuk
epidermis, daerah pleuron pembentuk slinder pusat, daerah periblem
pembentuk korteks. Teori Tunica Corpus oleh Schmidt (19224)
mengungkapkan bahwa meristem apikal terbagi dua yaitu, Tunika, lapisan
terluar dari titik tumbuh, terdiri atas satu atau beberapa lapis sel, dengan
sel-sel yang relatif lebih kecil dan mengalami pembelahan ke samping.
Korpus, merupakan bagian pusat dari titik tumbuh, sel-sel membelah
secara tidak beraturan.

b. Meristem interkalar
Meristem yang merupakan turunan meristem apical yang terpisah sewaktu
pertumbuhan. Meristem ini terdapat di antara jaringan dewasa. Contohnya,
meristem pada pangkal ruas tumbuhan Gramineae. Meristem ini juga
menyebabkan pertumbuhan primer seperti meristem apical.
c. Meristem lateral
Meristem yang terletak sejajar permukaan organ tempat ditemukannya,
contohnya kambium dan kambium gabus (felogen). Meristem lateral berperan
sebagai pertumbuhan sekunder.

Berdasarkan asal-usulnya :

a. Meristem primer

Meristem yang apabila sel-selnya berkembang langsung dari sel-sel


embrionik (meristem apikal). Meristem primer berasal dari sel-sel initial yang
disebut promeristem, yang berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Haberlandt
akan berkembang menjadi protoderm, prokambium, dan meristem dasar.
Protoderm akan berdeferensiasi menjadi jaringan epidermis, prokambium akan
berdeferensiasi menjadi sistem jaringan pengangkut, sedangkan meristem dasar
akan berkembang menjadi parenkim (jaringan dasar).

b. Meristem sekunder

8
Meristem sekunder berasal dari sel-sel dewasa yang berubah keadaannya
menjadi merisstematik. Sel-sel meristem sekunder berbentuk pipih atau
prisma yang dibagian tengahnya terdapat vakuola yang besar. Contohnya,
kambium dan kambium gabus.

2.1.2 Jaringan Permanen


Jaringan permanen adalah kumpulan sel-sel meristem yang mengalami difrensiasi
membentuk berbagai macam jaringan dan tidak mempunyai kemampuan untuk
membelah diri.

Sifat-sifat jaringan permanen :


 Tidak mempunyai aktivitas untuk memperbanyak diri.
 Mempunyai ukuran relatif yang besar disbanding sel-sel meristem.
 Mempunyai vakuola yang besar sehingga plasma sel sedikit dan
merupakan selaput yang menempel pada dinding sel.
 Kadang-kadang selnya telah mati.
 Selnya telah mengalami penebalan sesuai fungsinya.
 Diantara sel-selnya terdapat ruang antarsel.

Ruang antarsel pada tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi dengan cara berikut.

1. Sisogen, apabila sel-selnya saling menjauhi shingga terbentuk ruang


diantaranya, misalnya ruang antarsel pada tangkai daun teratai (Nymphaea).
2. Lisigen, apabila ruang yang terjadi karena sel beserta isinya larut, misalnya
ruang minyak pada daun jeruk (Citrus sp.).
3. Sisolisigen, apabila ruang yang terjadi berasal dari larutnya sel tertentu diikuti
oleh saling menjauhi sel-sel ssekitarnya, misalnya ruang antar-protoxilem.
4. Reksigen, apabila sel-sel mengalami robekan karena tertarik pertumbuhan
disekitarnya, misalnya pada berkas pengangkut batang jagung (zea mays)

9
Menurut asal meristem, jaringan dewassa dibedakan menjadi 1) jaringan primer,
apabila jaringan tersebut sel-selnya berasal dari meristem primer, dan 2) jaringan
sekunder, apabila jaringan tersebut sel-selnya berasal dari meristem sekunder.

Jaringan dewasa meliputi jaringan pelindung (jaringan epidermis dan jaringan


gabus), jaringan dasar (jaringan parenkim), jaringan penguat (kolenkim dan sklerenkim),
dan jaringan pengangkut (xylem dan floem).

1. Jaringan Epidermis

Jaringan epidermis adalah lapisan sel paling luar, pada permukaan organ-
organ tumbuhan primer seperti, akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Jaringan
ini berfungsi untuk melindungi bagian dalam tumbuhan dari segala pengaruh luar
yang akan merungikan pertumbuhannya sehingga jaringan epidermis sering
disebut jaringan pelindung.

Epidermis biasanya terdiri dari satu lapis sel yang tersusun rapat tanpa
ruang antarsel. Pada beberapa jenis tumbuhan jaringan epidermis terdiri dari
beberapa lapis sel. Hal ini disebabkan karena sel-sel protoderm membelah
berkali-kali secara periklinal (sejajar pemukaan) sehingga terjadi epidermis
berlapis banyak. Contoh sel-sel epidermis velamen pada akar anggrek.

10
Ciri-ciri epidermis adalah

 Tidak memiliki ruang antarsel.


 Bentuk dan ukuran beragam. Namun umumnya berbentuk persegi
panjang. Contohnya, epidermis berbentuk tubular dijumpai pada helaian
daun Dicotyledonae, berbentuk memanjang dijumpai pada helaian daun
Monocotyledonae, dan berbentuk heksagonal pada helaian daun Aloe
cristata.
 Tidak memiliki klorofil kecuali pada epidermis tumbuhan paku.
 Dinding sel jaringan epidermis bagian luar yang berbatasan dengan udara
mengalami penebalan. Namun dinding sel epidermis bagian dalam yang
berbatasan dengan jaringan lain tetap tipis.

Sel-sel inisial epidermis sebagian dapat berkembang menjadi alat-alat


tambahan lain yang sering disebut derivat epidermis, seperti stroma, trikoma, sel
kipas, sistolit, sel silica, dan sel gabus.

1. Stoma

Stoma (jamak :
stomata) adalah lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan
yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel

11
penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda dengan sel-sel
epidermis lainnya dan disebut sel tetangga. Sel tetangga berperan dalam
perubahan osmotikf yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar
celah. Sel penutup dapat terletak sama tinggi dengan permukaan epidermis
(disebut panerofor), atau lebih rendah (disebut kriptofor), atau lebih tinggi dengan
permukaan epidermis (disebut tipe menonjol). Pada tumbuhan Dicotyledoneae,
sel penutup biasanya berbentuk seperti ginjal bila dilihat dari atas, sedangkan
pada tumbuhan suku rumput-rumputan (Poaceae) memiliki struktur khusus dan
sseragam dengan sel penutup berbentuk seperti halter dan dua sel tetangga
terdapat masing-masing di samping sebuah sel penutup.

Berdasarkan susunan sel-sel tetangga yang ada di samping sel penutup,


stomata pada tumbuhan Dicotyledoneae dikelompokkan menjadi empat tipe
berikut ini.

1. Tipe anomositik/Ranunculaceae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh


sejumlah sel yang bentuk maupun ukurannya sama dengan sel epidermis
di sekitarnya. Tipe ini umumnya dijumpai pada tumbuhan familia
Ranunculaceae, Caparidaceae, Cucurbetaceae, dan Malvaceae.
2. Tipe anisositik/Cruciferae, yaitu sel penutup dikelilingi oleh tiga buah sel
tetangga yang tidak sama besar. Tipe ini umumnya dijumpai pada
tumbuhan anggota familia Cruciferae dan Solanaceae.
3. Tipe parasitik/Rubiaceae, yaitu sel penutup diiringi sebuah sel tetangga
atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga sejajar dengan sumbu sel
penutup serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada tumbuhan anggota
familia Rubiaceae, Magnoliaceae, dan Mimosaceae.
4. Tipe diasitik/Caryophyllaceae, yaitu stoma dikelilingi oleh dua sel
tetangga. Dinding bersama dari kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap
sumbu panjang sel penutup serta celah. Tipe ini umum dijumpai pada
tumbuhan anggota familia Caryophyllaceae dan Acanthaceae.

12
Berdasarkan asalnya, sel tetangga dibedakan menjadi tiga kategori berikut.

1. Mesogen, apabila sel penutup dan sel tetangga memiliki asal yang sama.
2. Perigen, apabila sel penutup dan sel tetangga tidak memiliki asal yang
sama.
3. Mesoperigen, apabila sedikitnya satu sel tetangga memiliki asal yang sama
dengan sel penutup.

Berdasarkan letak dan penebalan pada sel penutup dibedakan menjadi :

1. Bentuk Amarylidaecae
2. Bentuk Heliborus
3. Bentuk Gramineae
4. Bentuk Mnium

Pada tumbuhan Dicotyledoneae dengan pertulangan daun tersusun seperti jala,


stomata tersebar tidak beraturan. Namun, pada tumbuhan Monocotyledoneae
dengan pertulangan daun tersusun pararel, stomata tersusun dalam deret
longitudinal.

13
2. Trikoma

Trikoma (jamak : trikomata) berasal dari sel-sel epidermis, terdiri atas sel
tunggal atau banyak sel. Struktur yang menyerupai trikoma, tetapi lebih besar dan
terbentuk dari jaringan epidermis atau dibawah sepidermis disebut emergensia,
sedangkan apabila terbentuk dari jaringan stele disebut spina. Trikoma
mempunyai peranan yang sangat penting dalam taksonomi tumbuhan karena
kadang familia tertentu dapat dikenal dari jenis trikomanya.

Fungsi trikoma bagi tumbuhan adalah 1) mengurangi penguapan (apabila


terdapat pada epidermis daun), 2) meneruskan rangsangan, 3) mengurangi
gangguan hewan, 4) membantu penyebaran biji, 5) membantu penyerbukan
bunga, dan 6) menyerap air serta garam-garam mineral dari dalam tanah.

Berdasarkan ada tidaknya fungsi sekresi, trikoma dapat dibedakan menjadi


trikoma yang tidak menghasilkan sekret dan trikoma yang menghasilkan secret.

a. Trikoma yang tidak menghasilkan secret (trikoma non-glanduler) :


 Rambut bersel satu atau bersel banyak dan tidak pipih, contohnya
pada Lauraceae, Moraceae.
 Rambut sisik yang memipih dan bersel banyak, contohnya pada
daun durian (Durio zibethinus).
 Rambut bercabang dan bersel banyak, contohnya pada daun waru
(Hibiscus).
 Rambut akar yang merupakan pemanjangan sel epidermis dalam
bidang yang tegak lurus permukaan akar.
b. Trikoma yang menghasilkan secret (trikoma glanduler)

Trikoma pada daun tembakau (Nicotiana tabacum) merupakan trikoma


glanduler yang sederhana, memiliki tangkai dengan kepala bersel satu atau
bersel banyak. Pada tumbuhan sering dijumpai berbagai macam trikoma
glanduler, yaitu:

 Trikoma hidatoda, terdiri dari sel tangkai dan beberapa sel kepala
dan mengeluarkan larutan yang berisi senyawa organik dan

14
anorganik. Trikoma galandular yang terdapat pada daun muda dan
batang Cicer arietinum terdiri atas tangkai uniseriata dan kepala
oval yang multisel. Antara lapisan selulosa dinding dan kutikula
pada ujung kelenjar terdapat ruang subkutikula yang dibentuk
selama sekresi. Apabila tekanan meningkat sampai nilai tertentu,
lubang pada kutikula terbuka dan tetes tampak pada permukaan.
 Trikoma yang menyekresikan madu, berupa rambut berel satu
atau lebih dengan plasma yang kental dan mampu mengeluarkan
madu ke permukaan sel. Misalnya pada kelopak bunga Abutilon,
mahkota bunga Lonicera japonica, dan Tropaelum majus. Pada
tahap sekresi, sitoplasmanya penuh dan terutama banyak
mengandung RE. Sel epidermis yang tidak berbentuk trikoma
dapat juga menjadi kelenjar, misalnya pada tepi daun Prunus
amigdales dan Ailanthus altissima.
 Trikoma yang menghasilkan lendir, misalnya yang terdapat pada
selaput bumbung (ochrea) Rumex dan Rheum. Lendir yang
disekresikan terutama polisakarida. Gelembung golgi terlibat
dalam sekresi ini. Lendir yang dikeluarkan disimpan dalam
ruangan antara dinding sel dan kutikula. Apabila kutikula sobek,
lendir dapat keluar.
tumbuhan karnivora mempunyai organ penangkap yang biasanya
merupakan modifikasi daun. Serangga dan hewan kecil lain
tertarik organ penangkap ini karena warna, bau, dan sekresi nectar.
Hewan ditangkap oleh organ ini dengan berbagai cara, misalnya
dengan lendir yang dihasilkan trikoma khusus (Drossera,
Pinguicula) atau dengan penangkap yang rumit seperti dalam
Utricularia. Mangsa yang sudah ditangkap dihancurkan dengan
enzim proteolysis yang dihasilkan organ penangkap. Hal ini
dilakukan oleh trikoma glandular.
 Trikoma yang menyekresikan terpen (minyak), trikoma
glandular yang menghasilkan minyak esensial dari Labiatae terdiri

15
atas sebuah sel basal, tangkai uniseriata yang terdiri atas satu atau
beberapa sel panjang, dan kepala yang terdiri atas satu atau
beberapa sel kelenjar. Dinding sel di sekeliling sel kelenjar
berdiferensiasi menjadi kutikula, lapisan kutikula, lapisan pektin,
dan selulosa.
 Kolatera, adalah trikoma yang menghasilkan senyawa lengket.
Trikoma glandular ini biasanya terdiri atas kepala yang multisel
dan sebuah tangkai yang kadang tidak ada. Semua sel dibagian luar
dapat menghasilkan sekret berupa senyawa lengket, sering kali
merupakan senyawa campuran terpene dan lendir. Senyawa ini
mencapai permukaan kelenjar dengan cepat setelah kutikulanya
sobek. Sekresi terjadi secara terus-menerus dalam waktu lama.
Kolatera biasanya terdapat pada tunas.
 Rambut gatal , merupakan trikoma glandular yang sangat khusus;
terdiri atas sel tunggal panjang, bagian dasarnya seperti
gelembung, dan bagian ujungnya sempit seperti jarum. Bagian
dasar trikoma membesar dikelilingi oleh epidermis. Dinding
bagian distal seperti jarum mengandung silica dan dibagian bawah
mengandung kalsium. bagian ujung membulat dan mudah pecah
jika tersentuh. Kebanyakan trikoma glandular mempunyai struktur
dinding sebagai berikut :
a) Lapisan dinding bagian dalam terdiri atas tonjolan dengan
berbagai bentuk dan rumit, yang berfungsi untuk pengangkutan
sekresi melalui dinding ke permukaan kelenjar.
b) Penebalan dinding seperti kaspari. Setiap sel tangkai dibagian
basal kelenjar, dindingnya mengandung kutin dan submerin.

Selain trikoma yang disebutkan di atas yang kebanyakan terdapat pada


daun atau mahkota, adapula trikoma yang terdapat pada akar yaitu, rambut akar.

3. Sel Kipas (Bulliform)

16
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku
Gramineae atau Cyperaceae, tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan
ukuran yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis di sekitarnya. Sel kipas juga
memiliki vakuola yang besar, Sel kipas berfungsi untuk mengurangi penguapan
sebagai akibat menggulungnya daun.

4. Sel Silika dan Gabus

Sel silica berisikan kristal silica (SiO2) yang berbentuk bulat, elips dan
halter yang terdapat pada tumbuhan Cyperaceae, Equisetinae, Ficus dan beberapa
monocotyledoneae, sedangkan sel gabus adalah sel yang mengandung endapan
suberin yang terdapat pada tulang daun Gramineae.

5. Velamen

Terdapat pada akar tumbuhan epifit, tumbuhan yang menumpang pada


benda lain atau tumbuhan lain. Fungsinnya ialah sebagai tempat untuk menimbun
air. Velamen terdapat pada tumbuhan anggrek.

6. Litokis

Sel epidermis yang mengalami penebalan sentripetal dan mengandung


sistolit (kalsium karbonat) disebut litokis. Litokis terdapat pada tumbuhan
Acanthaceae, Moraceae, Urticaceae, dan Cucurbitaceae.

2. Jaringan Parenkim

Jaringan parenkim merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel


hidup, dengan struktur morfologi sserta fisiologi yang bervariasi, dan masih
melakukan segala kegiatan proses fissiologi.

Jaringan parenkim disebut juga jaringan dasar karena dijumpai hampir


disetiap bagian tumbuhan. Contohnya pada batang dan akar parenkim dijumpai di
antara epidermis dan pembuluh angkut, sebagai kortex. Parenkim dapat pula
dijumpai sebagai empelur batang. Pada daun parenkim merupakan mesofil daun,

17
yang kadang berdeferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang,
parenkim dijumpai sebagai parenkim penyimpan cadangan makanan pada buah
dan biji.

Berdasarkan fungsinya, parenkim dibedakan menjadi beberapa macam.

 Parenkim asimilasi, yaitu parenkim yang bertugas melakukan


proses pembuatan zat-zat makanan, terletak ditumbuhan bewarna
hijau.
 Parenkim penimbun, berfungsi sebagai jaringan penyimpan
cadangan makanan, terletak di bagian dalam tumbuhan, misalnya
empelur batang, akar, umbi, umbilapis, dan akar rimpang. Organ
tersebut sel-selnya berisi cadangan makanan berupa gula, tepung,
lemak, dan protein.
 Parenkim air, dijumpai pada tumbuhan xerofit atau epifit sebagai
penimbun air untuk menghadapi masa kering.
 Parenkim udara, dijumpai pada alat pengapung tumbuhan.
Parenkim udara dapat pula dijumpai pada tangkai daun Canna sp.
Sebagai tempat penyimpan udara.
 Parenkim angkut, terdapat pada jaringan pengangkut yang sel-
selnya berbentuk memanjang menurut arah pengangkutannya.

Berdasarkan bentuknya, parenkim dibedakan menjadi beberapa jenis.

 Parenkim palisade, merupakan parenkim penyusun mesofil,


kadang pada biji berbentuk sel panjang, tegak, mengandung
banyak kloroplas.
 Parenkim bunga karang, juga merupakan parenkim penyusun
mesofil daun, bentuk dan ukurannya tidak teratur dengan ruang
antarsel yang lebih besar.
 Parenkim bintang (aktinenkim) berbentuk seperti bintang
bersambungan ujungnya dijumpai pada tangkai daun Canna sp.

18
 Parenkim lipatan, dinding selnya mengadakan lipatan ke arah
dalam serta mengandung kloroplas, dijumpai pada mesofil daun
pinus dan padi.

3. Jaringan Kolenkim

Jaringan kolenkim berperan penting sebagai jaringan penguat terutama


pada organ-organ tumbuhan yang masih aktif mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. Jaringan kolenkim tersusun oleh sel-sel hidup, bentuk selnya
sedikit memanjang, umumnya memiliki dinding dengan penebalan tidak teratur,
dan hanya memiliki dinding primer, lunak, lentur, dan tidak berlignin. Isi sel
dapat mengandung kloroplas dan tanin.

Secara ontogeni, jaringan kolenkim berkembang dari sel-sel memanjang


mirip prokambium dan terlihat pada tingkat awal deferensiasi meristem atau
berkembang dari sel-sel isodiametris pada jaringan meristem dasar.

Kolenkim dapat dijumpai pada batang, daun, serta bagian-bagian bunga


dan buah. Pada akar yang tersinari cahaya matahari juga terdapat kolenkim. Pada
kebanyakan tumbuhan Monocotyledoneae tidak dapat dijumpai adanya kolenkim.

Berdasarkan penebalan dinding selnynya, kolenkim dapat dibedakan


menjadi empat tipe.

a) Kolenkim anguler (kolenkim sudut), penebalan dinding terdapat pada


sudut sel dan memanjang mengikuti sumbu sel. Contohnya pada
tangkai daun Vitis sp., Begonia sp., Solanum tuberosum, dan Atropa
belladonna.
b) Kolenkim lameler (kolenkim lempeng), penebalan dinding sel
terutama pada dinding sel tangensial (sejajar permukaan organ)
sehingga pada irisan melintang terlihat seperti papan yang berderet-
deret. Contohnya pada korteks batang Sambucus javanica dan
Sambucus nigra.

19
c) Kolenkim tubular (lakunar), penebalan terdapat pada bagian dinding
sel yang menghadap ruang antarsel. Contohnya pada tangkai daun
Salvia, Malva, dan Althaea.
d) Kolenkim tipe cincin, pada penampang lintang lumen sel berbentuk
lingkaran atau seperti lingkaran. Pada waktu menjelang dewasa terlihat
bahwa karena pada tipe sudut penebalan bersaambungan pada dinding
sel maka lumen tidak menyudut lagi.

4. Jaringan Sklerenkim

Sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding sel sekunder


yang tebal, umumnya terdiri dari zat lignin, sel-selnya bersifat kenyal. Pada
umumnya sel sklerenkim tidak lagi mengandung protoplas, atau dengan kata lain
sel-selnya telah mati dengan dinding sel yang tebal sehingga jaringan sklerenkim
hanya dijumpai pada organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan
dan perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat
sklerenkim) dan sklereid (sel-sel batu).

A. Serabut

Serabut pada umumnya terdapat dalam bentuk untaian atau dalam


bentuk lingkaran. Di dalam berkas pengangkut, serabut biasanya
merupakan suatu seludang yang berhubungan dengan berkas pengangkut
atau dalam kelompok yang tersebar dalam xylem dan floem.

Berdasarkan tempatnya, serat sklerenkim terbagi dua, yaitu serat


xylem apabila serat tersebut terdapat di dalam system jaringan xylem dan
serat extra xylem apabila serat terdapat di luar system jaringan xylem.
Serat-serat sklerenkim mempunyai ukuran antara 2 mm sampai dengan 25
cm. Serat sklerenkim yang panjang dapat ditemukan pada Agave,
Hibiscus, Sabdariffa, dan Hibiscus canabinus.

20
B. Sklereid

Sklereid terrdapat dalam semua bagian tumbuhan, terutama


didalam kulit kayu, pembuluh tapis, dan dalam buah atau biji. Sel sklereid
bisa terdapat secara soliter sebagai idioblast atau dalam kumpulan sel
dengan jumlah yang besar bahkan pada tempurung kelapa (Cocos
nucifera) hapir seluruhnya terdiri dari sklereid. Secara ontogenis, sklereid
berkembang dari sel-sel parenkim melalui penebalan sekunder dinding
selnya.

Berdasarkan bentuknya, sklereid dibagi menjadi lima macam.

 Brakisklereid, merupakan sel batu yang bentuknya seperti


insang ikan, dijumpai pada floem kulit kayu serta daging buah
tertentu seperti pear (Pyrus communis).
 Makrosklereid, merupakan sebutan bagi sklereid yang
bentuknya seperti tongkat dan dijumpai pada kulit biji
tumbuhan suku kacang-kacangan (Leguminosae).
 Osteosklereid, apabila berbentuk seperti tulang dengan ujung
yang membesar dan kadang-kadang sedikit bercabang. Sklereid
ini dijumpai dalam kulit biji dan kadang-kadang dalam daun
Dicotyledoneae.
 Asterosklereid merupakan sklereid yang bercabang-cabang
berbentuk seperti bintang dan sering terdapat pada daun.
 Trikosklereid merupakan sklereid yang memanjang seperti
benang dengan satu percabangan yang teratur.
5. Jaringan pengangkut
 Xylem

Xylem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks


terdiri dari berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun
xylem telah mati dan dinding sangat tebal tersusun dari zat lignin sehingga

21
xylem berfungsi juga sebagai jaringan penguat. Unsur-unsur xylem terdiri
dari unsur trakeal, serat xylem, dan parenkim xylem.

a) Unsur trakeal

Unsur trakeal merupakan unsur yang bertugas dalam pengangkutan


air beserta zat terlarut di dalamnya, dengan sel-sel memanjang, tidak
mengandung protoplas (bersifat mati), dinding sel berlignin, mempunyai
macam-macam noktah. Unsur trakeal terdiri dari dua macam sel yaitu
trakea dan trakeida.

Trakea (pembuluh kayu) terdiri dari deretan sel yang tersusun


memanjang dengan ujung yang berlubang dan bersambungan pada ujung
dan pangkalnya, sedangkan trakeida merupakan sel panjang dengan ujung
yang runcing tanpa adanya lubang sehingga pengangkutan melalui
pasangan noktah pada dua ujung trakeida yang saling menimpa. Bagian
trakea yang berlubang disebut lubang perforasi. Pada tumbuhan dikenal
tiga macam lempeng perforasi, yaitu lempeng perforasi sederhana dengan
sebuah lubang yang memenuhi seluruh dinding ujung sel yang ditempati,
lempeng perforasi skalariform dengan lubang pipih dan sejajar lempeng
sehingga menunjukkan bentuk tangga, lempeng perforasi jala dengan
jalinan lubang membentuk jala. Lempeng perforasi skalariform dan jala
disebut lempeng perforasi majemuk.

b) Serat xylem

Serat xylem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang


biasanya berlignin. Ada dua macam serat pada tumbuhan, yakni serat
trakeid dan serat libriform. Serat libriform mempunyai ukuran lebih
panjang dan dinding selnya lebih tebal dibanding serat trakeid. Dijumpai
adanya noktah sederhana pada serat libiform, serangkat trakeid memiliki
noktah terlindung.

22
c) Parenkim xylem

Parenkim xylem biasanya tersusun dari sel-sel yang masih hidup.


Dijumpai pada xylem primer maupun xylem sekunder. Pada xylem
sekunder dijumpai dua macam parenkim, yaitu parenkim kayu dan
parenkim jari-jari empelur.

Parenkim kayu sel-selnya dibentuk oleh sel-sel pembentuk fusi


unsur-unsur trakea yang sering mengalami penebalan sekunder pada
dindingnya. Dijumpai adanya noktah berhalaman dan noktah biasa. Sel-sel
parenkim xylem berfungsi sebagai tempat cadangan makanan. Zat tepung
biasanya tertimbun sampai pada saat-saat giatnya pertumbuhan kemudian
berkurang bersamaan dengan kegiatan kambium.

Parenkim jari-jari empelur tersusun dari sel-sel yang pada


umumnya mempunyai dua bentuk dasar, yakni sel-sel bersumbu panjang
kea rah radial dan sel-sel bersumbu panjang kea rah vertikal.

 Floem

Floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungsi mengangkut dan


mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tumbuhan
yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang bersifat hidup
dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel pengiring, sel albumin
(pada Gymnospermae), serat-serat floem, dan parenkim floem.

a) Unsur-unsur tapis

Ciri khas dari unsur tapis adalah adanya daerah tapis di dindingnya
dan inti hilang dari protoplas. Daerah tapis diartikan sebagai daerah
noktah yang termodifikasi dan tampak sebagai daerah cekung di dinding
yang berpori-pori. Pori-pori tersebut dilalui oleh plasmodesmata yang
menghubungkan dua unsur tapis yang berdampingan. Sel-sel tapis
merupakan ssel panjang yang ujungnya meruncing di bidang tangensial
dan membulat di bidang radial. Dinding lateral banyak mengandung

23
daerah tapis yang berpori. Pada komponen bulu tapis, dinding ujungnya
saling berlekatan dengan dinding ujung sel di bawahnya atau di atas
sehingga membentuk deretan sel-sel memanjang yang disebut pembuluh
tapis.

b) Sel pengiring

Sel pengiring berhubungan erat dengan pembuluh tapis. Sel-sel


pengiring biasanya merupakan untaian atau deretan yang menyerupai sel
parenkim dengan sel-sel yang bersifat hidup. Sel pengiring diduga
berperan dalam keluar masuknya zat-zat makanan melalui pembuluh tapis.

c) Sel albumin

Sel albumin merupakan sel jari-jari empelur dan sel-sel parenkim


buluh tapis yang mengandung banyak zat putih telur dan terletak dekat
dengan sel-sel tapis pada tumbuhan Gymnospermae. Diduga sel-sel
albumin mempunyai fungsi serupa dengan sel pengiring.

d) Serat-serat floem

Letak serat-serat floem pada berkas floem bervariasi. Pada floem


primer, serat terdapat di bagian jaringan sebelah luar yang awalnya
berkelompok membentuk suatu klaster atau masa kemudian dalam
perkembangannya akan menjadi homogen, sedangkan pada floem
sekunder letak serat mengikuti berbagai pola. Serat dewasa dapat bersifat
hidup maupun mati. Serat hidup dapat juga berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan makanan.

e) Parenkim floem

Parenkim floem merupakan jaringan parenkim biasa yang terletak


di bagian buluh tapis, merupakan sel hidup yang berfungsi sebagai tempat
penyimpan zat-zat tepung, lemak, dan zat-zat organik.

24
 Tipe-tipe berkas pengangkut
Berdasarkan posisi/letak xylem dan floemnya, berkas pengangkut
dapat dibedakan menjadi tiga tipe dasar, yakni kolateral, kosentris, dan
radial.
 Tipe kolateral
Tipe kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral
tertutup, dan bikolateral. Berkas pengangkut tipe kolateral
didefenisikan sebagai berkas pengangkut dengan kondisi xylem
dan floem berdampingan. Apabila diantara xylem dan floem dapat
dijumpai adanya kambium maka berkas pengangkut ini
mempunyai tipe kolateral terbuka.
Selain berfungsi sebagai penghubung anatar xylem dan floem,
kambium juga berperan dalam pembentukan floem ke arah luar
dan xylem ke arah dalam sehingga dikenal pula dalam istilah
kambium fasikuler apabila kambium terletak diantara xylem dan
floem dan kambium interfassikuler apabila kambium terletak di
luar berkas pengangkut. Berkass pengangkut tupe ini dijumpai
padda tumbuhan golongan Dicotyledoneae dan Gymnospemae.
Apabila diantara xylem dan floem tidak dijumpai adanya kambium
dan dijumpai adanya parenkim sebagai penghubung maka berkas
pengangkut ini mempunyai tipe kolateral tertutup. Berkas
pengangkut tipe kolateral tertutup ini kadang dikelilingi jaringan
sklerenkim yang disebut sebagai seludang berkas pengangkut.
Berkas pengangkut tipe ini dijummpai pada tumbuhan tipe
Monocotyledoneae.
Berkas pengangkut bikolateral apabila dijumpai adanya floem luar
dan floem dalam. Diantara floem luar dan xylem dijumpai adanya
kambium. Di antara floem dalam dan xylem terdapat kambium
juga

25
 Tipe konsentris
Konsentris terbagi-bagi menjadi konsentris amphikribal dan
konsentris amfivasal. Berkas pengangkut tipe konsentris
merupakan berkas pengangkut dengan kondisi xylem dikelilingi
floem ataupun sebaliknya. Apabila xylem berada di tengah dan
floem mengelilinginya maka disebut berkas pengangkut konsentris
amphikribal. Umum dijumpai pada tumbuhan paku-pakuan
(Pteridophyta), sedangkan apabila floem di tengah dan xylem
mengelilinginya maka disebut berkas pengangkut tipe konsentris
amphivasal. Contohnya, pada Cirdyline sp. Dan rizhoma Acorus
calamus.
 Tipe radial
Berkas pengangkut tipe radial merupakan berkas pengangkut
dengan letak xylem dan floem bergantian menurut jari-jari
lingkaran. Dijumpai pada akar tumbuhan Monocotyledoneae dan
akar Primer Dicotyledoneae.

26
2.2 Organ Tumbuhan
Organ pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi organ vegetative dan organ reproduksi.
Organ vegetative meliputi batang, akar, dan daun. Sementara organ reproduksi terdiri dari bunga,
buah, dan biji.

2.2.1 Batang
Bagian tumbuhan yang menopang daun dan organ reproduktif adalah batang. Secara umum
batang dan akar mempunyai struktur yang relative sama, eduanya memiliki stele dengan xylem
dan floem, perisikel, endodermis, korteks, dan epidermis. Perbedaannya adalah dalam hal
struktur berkass pengangkutnya. Pada akar, berkass xylem dan floem primer terletak dalam
radius yang berbeda dan terpisah, sedangkan pada batang berkas xylem dan floem terletak
berseblahan dan dalam radius yang sama. Dalam perkembangan sekunder, batang dan akar
mempunyai struktur yang relatif sama.

1. Bagian pokok batang


Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang dari jaringan
protoderm, prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan derivatnya,
korteks, dan stele. Ketiga bagian tersebut akan tampak jelas pada tumbuhan
Dicotuledoneae, sedangkan pada tumbuhan Monocotyledoneae batas antara korteks
dan stele kurang jelas.
a) Epidermis

27
Epidermis pada tumbuhan Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae
tersusun oleh satu lapis ssel. Sel epidermis biasanya berbentuk rektanguler
tersusun rapat tanpa adanya ruang antarsel, dinding luar mengalami penebalan
dari zat kutin. Susunan ini menyebabkan kurangnya transpirasi dan
melindungi jaringan di sebelah dalamnya dari kerusakan mekanik dan
serangan hama.
Derivat epidermis yang dapat dijumpai pada batang adalah, trikoma, sel
silica, sel gabus, dan lentisel.
b) Korteks
Daerah korteks terutama tersusun dari parenkim sebagaijaringan dasar,
didaerah perifer kadang dijumpai kolenkim yang berkelompok atau
membentuk lingkaran tertutup. Jaringan sklerenkim dapat berupa serabut yang
berkelompok dan sklereida yang soliter. Dijumpai pula adanya berbagai
macam idioblast. Pada beberapa tumbuhan, parenkim korteks bagian tepi
mengandung kloroplas sehingga mampu mengadakan proses fotosintesis,
parenkim ini disebut klorenkim.
Bagian korteks yang paling dalam disebut floetherma. Pada bagian batang
Dicotyledoneae muda biasanya lapisan floetherma berisi buir-butir pati
sehingga sering disebut sarung tepung. Pada beberapa tumbuhan
Dicotyledoneae, ada pula yang floehermanya mengalami penebalan
membentuk pita kaspari sehingga lapisan ini disebut endodermis. Pada batang
yang telah tua biasanya endodermis telah rusak. Pada batang
Monocotyledoneae, korteks kadang terdeferensiasi secara baik atau kadang
sangat sempit bahkan tidak dapat dibedakan dengan stele.
beberapa tipe seperti berikut.

1) Prostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut konsentris
amfikribal, terdiri dari :
 Prostele haplostele, apabila xylem berupa bangunan membulat di
tengah dan dikelilingi floem.

28
 Prostele aktinostele apabila xylem berupa bangunan seperti bintang
di bagian tengah dan dikelilingi floem.
 Prostele plektostele, apabila xylem merupakan lempengan-
lempengan yang saling berhubungan dan dikelilingi floem.
 Prostele campuran, apabila xylem merupakan kelompok kecil-kcil
yang masing-masing dikelilingi floem.
2) Sifonostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut konsentris
amfikribal dan bagian tengah batang terdapat empelur, terdiri dari :
 Sifonostele ektoflois apabila floem terdapat disebelah luar dari
xylem dan ditengah batang terdapat empelur.
 Sifonostele amfiflois apabila floem terdapat di sebelah dalam dan
luar xylem dan ditengahnya terdapat empelur.
3) Diktiostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dan beberapa kelompok berkas
pengangkut yang masing-masing terdiri atas xylem yang dikelilingi floem,
di bagian tengahnya terdapat empelur dan jendela daun.
4) Eustele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan tipe berkas pengangkut
kolateral terbuka dan bikolateral, di bagian tengahnya terdapat empelur
dan jari-jari empelur. Kambium pada stele tipe ini dibedakan menjadi
kambium faskuler (intrafaskuler) dan kambium interfaskuler.
5) Ataktostele
Tipe stele ini dijumpai pada batang dengan berkas pengangkut tipe
kolateral tertutup yang tersebar diseluruh penampang batang, baik
didaerah korteks maupun stele.
Jendela daun adalah bagian dari batang atau cabang yang tidak dapat
dijumpai adanya berkas pengangkut karena adanya percabangan kea rah
samping, yaitu ranting atau daun. Empelur merupakan daerah di sebelah
dalam dari berkas daun yang bersifat parenkimatis.
2. Pertumbuhan sekunder batang

29
Pertumbuhan menebal yang terjadi pada tumbuhan disebut pertumbuhan sekunder
akibat adanya penambahan jaringan sekunder. Jaringan sekunder dihasilkan oleh
meristem sekunder, yaitu kambium vaskuler dan kambium gabus (felogen).

Pada tumbuhan Dicotyledoneae dan Gymnospermae, jaringan berkas pengangkut


primer yang berasal dari sel-sel prokambium hanya berfungsi padda saat tumbuhan dalam
fase perkembangan kemudian fungsi pengangkutan digantikan oleh jaringan berkas
pengangkut sekunder yang dihasilkan oleh kambium vaskuler. Akibat adanya
pertumbuhan menebal sekunder ini fungssi epidermis sebagai jaringan pelindung
digantikan oleh jaringan gabus yang dihasilkan oleh kambium gabus.

Pada tumbuhan Monocotyledoneae dan beberapa jenis lainnya, semua ssel


penyusun prokambium berdeferensiasi menjadi jaringan berkas pengangkut primer. Pada
tumbuha Dicotyledoneae dan Gymmnospermae selain berdeferensiasi menjadi berkan
pengangkut primer, sebagian dari prokambium itu tetap bersifat meristematic dan
berkembang menjadi kambium. Kambium kea rah dalam menghaasilkan xylem sekunder
dan ke arah luar menghasilkan floem sekunder.

Setelah kambium mengadakan pertumbuhan sekunder, terbentuklah kambium


gabus. Kambium gabus dapat terbentuk dari berbagai macam jaringan hidup, misalnya
epidermis, parenkim korteks yang sel-selnya dapat berubah menjadi merisstematik.
Kambium gabus (felogen) kea rah luar membentuk gabus (felem) kea rah dalam
membentuk parenkim (feloderm). Felogen, felem, dan feloderm membentuk jaringan
gabus sekunder (periderm).

Sebeagai akibat adanya pertumbuhan menebal sekunder maka diameter batang


akan bertambah. Sel-sel floem primer akan terdesak kea rah luar oleh ssel-sel floem
sender hasil pembelahan kambium. Untuk mengimbangi pertumbuhan menebal sekunder
sebagai aktivitas meristem kambium, sel-sel parenkim penyusun jari-jari empelur
mengadakan dilatasi, yaitu pembentangan dan pembelahan sel kea rah tangensial atau
periklinal untuk mengimbangi adanya pertumbuhan menebal sekunder.

3. Struktur anomali pada batang

30
Struktur anomali pada batang secara garis besar terjadi karena dua macem
penyebab, yaitu :

 Kambium mempunyai struktur yang normal, tetapi aktivitasnya tidak


beraturan sehingga terjadilah berkas pengangkut dengan sstruktur yang
tidak wajar.
 Adanya kambium tambahan (kambium aksesori) di samping kambium
yang normal sehingga terbentuk lebih dari satu lingkaran berkas
pengangkut.

31
2.2.2 Akar
Berdasarkan asalnya, akar tumbuhan dibagi dalam dua katagori, yaitu akar primer dan
akar liar.

 Akar primer (akar normal), tumbuh sejak tumbuhan masih berupa embrio dan
biasanya ada selama tumbuhan itu hidup. Akar primer berfungsi untuk
menegakkan tumbuhan agar bias berdiri tegak di atas tanah, di samping itu juga
mempunyai fungsi penyerapan air dan bahan-bahan anorganis dari tanah.
 Akar liar, muncul dari batang, daun, dan jaringan yang mungkin secara permanen
atau hanya temporer. Akar liar mempunyai berbagai fungsi, kadang-kadang akar
ini akan mencapai tanah dan berfungsi seperti akar primer atau kadang mengalami
modifikasi sebagai organ untuk menyerap atau organ penopang ataupun haustoria.
1. Anatomi akar

Apabila akar primer dipotong melintng maka dari potongan ini dapat dijumpai
adanya tudung akar, epidermis akar, korteks, endodermis, dan stele.

a) Tudung akar
Tudung akar tedapat pada ujung akar, berfungsi untuk melindungi
promeristem akar dan membantu penetrasi akar yang tumbuh ke dalam
tanah. Tudung akar tersusun oleh sel-sel parenkim hidup yang kadang
mengandung pati. Pada kebanyakan tumbuhan, tudung akar membentuk
struktur khusus dan tetap dissebut kolumela.
b) Epidermis
Epidermis akar juga dikenal sebagai eppiblem atau lapisan piliferous. Sel-
sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tidak mengandung
kutikula, walaupun kadang dinding luarnya mengalami kutinisasi. Pada
hamper semua akar, rambut-rambut akar berkembang dari sel-sel
epidermis di daerah dekat ujung akar (meristem apikal). Rambut akar
terdiri dari satu sel yang memanjang yang mempunyai fungsi absorbsi dan
untuk pegangan akar pada tanah. Pada spesies tertentu, rambut akar
berkembang dari sel khusus di daerah epidermis. Sel ini disebut trikoblast.

32
c) Korteks
Korteks akar pada umumnya tersusun dari sel-sel parenkim yang kadang-
kadang mengandung karbohidrat dan kadang juga mengandung Kristal.
Lapisan sklerenkim umum dijumpai pada akar tumbuhan
Monocotyledoneae dibandingkan akar tumbuhan Dicotyledonae.
Kolenkim sangat jarang dijumpai pada akar. Lapisan terluar dari korteks
kadang sangat berdferensiasi menjadi lapisan eksodermis yang dinding
sel-selnya mengalami penebalan dengan zat suberin, sedangkan lapisan
terdalam dari korteks biasanya berdeferensiasi menjadi endodermis.
d) Endodermis
Endodermis tersusun oleh satu lapis sel yang berbeda secara fisiologi,
struktur, dan fungsi dengan lapisan sel sekitarnya. Berdasarkan
perkembangan dinding selnya, endodermis dapat dibedakan menjadi:
- Endodermis primer yang mengalami penebalan berupa titik-titik
Caspary dari suberin dan kutin,
- Endodermis sekunder, apabila penebalan berupa pita Caspary dari zat
lignin,
- Endodermis tersier apabila penebalan membentuk huruf U yang
mengandung lapisan suberin dan selulose pada dinding radial dan
tangensial bagian dalam. Di antara sel-sel endodermis terdapat
beberapa sel yang tidak mengalami menebalan dinding, yaitu sel-sel
yang terletak berhadapan dengan protoxilem. Sel-sel ini disebut sel
peresap.
e) Stele
Lapisan sel terluar dari stele adalah perisikel/perikambium sehingga
letaknya langsung berada di sebelah dalam dari lapisan endodermis dan di
sebelah luar dari berkas pengangkut, Periskel mempunyai kemampuan
untuk mengadakan pertumbuhan meristematic sebagai titik awal
tumbihnya primordia akar kea rah samping (cabang akar, akar
adventitious/lateral.

33
Sistem berkas pengangkut pada akar biasanya tersusun oleh jari-jari Xilem
(trakea) yang jumlahnya bervariasi berselang-seling dengan floem. Pada
akar, xilem, dan floem tidak terletak dalam radius yang sama. Xilem
mungkin membentuk sumbu sentral ataupun bagian tengan terisi oleh sel-
sel parenkim ataupun sklerenkim seperti apa yang terinat pada akar
beberapa jenis tumbuhan Monocoryledoneac. Akar dapat terdiri dari 1, 2,
3, 4, 5 atau banyak jari-jari xilem. Secara berurutan akan disebut
monarch, diarch, triarch, tetrach, pentarch atapun poliarch. Xilem pada
akar disebut xilem exarch karena protoxilem berada di sebelah luar dari
metaxilem (xilem akar selalu mengadakan pertumbuhan sentripetal).
Parenkim yang dijumpai di antara berkas xilem dan berkas floem disebut
jaringan conjunctive.

34
2. Karakteristik akar

Secara umum, karakteristik akar adalah 1) mempunyai tendensi untuk


tumbuh ke bawah atau ke samping daripada untuk tumbuh ke atas, 2) tidak
dijumpa adanya klorofil, 3) tidak dijumpai adanya daun dan tunas, 4) pada akar
primer, floem, dan Xilem tersusun dalam radius yang berbeda, 5) ujung akar
mempunyai zone pertumbuhan yang pendek, dan 6) dijumpai adanya rambut akar
di daerah dekat ujung akar.

Akar mempunya anatomi yang lebih sederhana daripada anatomi batang


dan mempunyai keragaman yang rendah dibandingkan batang. Hal ini sebagai
akibat dari adanya lingkungan yang relatif seragam di dalam tanah. Berikut ini
karakter anatomi dari akar tumbuhan Dicoryledoneae dan Monocotyledoneae.

a. Karakter anatomi yang penting dari akar rumbuhan Dicotylecdoneac


adalah:
- berkas xilem bervariasi dari diarch sampai hexarch,
- perisikel mengadakan aktivitas membentuk cabang akar dan meristem
sekunder (kambium dan felogen),
- kambium akan muncul sebagai meristem sekunder,
- tidak dijumpai adanya parenkim sentral.
b. Karakter anatomi yang penting dari akar tumbuhan Monocotyledoneae
adalah:
- Berkas Xilem biasanya polyarch,
- Perisikel mengadakan aktivitas membentuk akar cabang saja,
- tidak dijumpai adanya kambium,
- parenkim pusat berkembang dengan baik atau kadang berkembang
menjadi sklerenkim.
3. Pertumbuhan sekunder akar

35
Pertumbuhan sekunder pada akar sangat bervariasi. Akar
Monocotyledoneac dan akar Dicotyledoneae yang berbentuk perdu atau cabang
akar Dicotyledoneae yang berbentuk pohon atau Gymnospermae tidak
mengadakan pertumbuhan sekunder sehingga korteks mempunyai struktur yang
tetap. Akar dewasa membentuk eksodermis sebagai penguat dan endodermisnya
berada pada fase tersier.

Tumbuhan yang akarnya mengalami pertumbuhan sekunder, sebagai


akibat adanya aktivitas kambium vaskuler, ukuran garis tengahnya bertambah.
Secara ontogenis kambium membentuk sel-sel sekkunder, sel-sel perisikel
juga membelah dan kedua kelompok sel-sel meristem ini akan membentuk
kambium lengkap sehingga pada irisan melintang terlihat berkelok-kelok.
Pada akhir perkembangannya, kambium tidak berkelok kelok lagi, tetapi
tersusun membulat oleh karena adanya perbedaan kecepatan pembelahan dan
pembentangan antara sisi luar dan dalamnya di sebelah floem primer dan
xilem sekunder. Perkembangan kambium itu lebih lanjut menghasilkan xilem
sekunder yang membungkus Xilem primer. Pada saat yang sama, floem
sekunder juga terbentuk dan bangunan ini akan menjepit floem primer.
Setelah kambium mengadakan pertumbuhan sekunder, terbentuklah
kambium gabus di bagian korteks di sebelah dalam endodermis. Kambium
gabus ini membentuk jaringan gabus ke arah luar yang lapisan-lapisan sel-
nya bertambah banyak sehingga jaringan di luar lapisan gabus (endodermis
dan korteks) tidak lagi memperoleh sumber energi dan jaringan tersebut akan
terkelupas. Meskipun sel-sel gabus tidak permeabel terhadap air, tetapi air
masih mungkin masuk ke dalam melalui retakan dann lentisel yang terbentuk
kemudian. Pada akar tidak dijumpai jarisan kulit yang tebal seperti pada
batang karena sel-sel mati di bagian luar akan cepat hancur.

36
2.2.3 Daun
Umunya ada dua tipe daun, yaitu daun dorsiventral dan daun isobilateral. Daun dikatakan
mempunyai dorsiventral apabila jaringan tiang (palisade) hanya terdapat di sisi atas daun,
sedangkan daun isobilateral adalah daun yang mempunyai jaringan tiang di sisi atas dan sisi
batang. Daun dorsiventral biasanya tumbuhan horizontal, permukaan atas tampak lebih cerah
dibandingkan permukaan bawah karena terdapat perbedaan struktur antara daun bagian atas dan
daun bagian bawah. Tipe daun ini dimiliki hampir semua anggota Dicotyledoneae, sedangkan
daun isobilateral tumbuh vertical sehingga kedua permukaan daun menerima sinar matahari
dengan intensitas yang sama. Daun isobilateral mempunyai struktur yang seragam antara
permukaan atas dan bawahnya. Tipe daun ini dapat dijumpai pada beberapa jenis tumbuhan
Dicotyledoneae dan hampir semua tumbuhan Monocotyledoneae.

Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan, tetapi secara garis besar daun
tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivat-derivatnya), jaringan dasar (mesofil),
jaringan pengangkut, jaringan penguat, dan jaringan sekretori.

1. Epidermis

Epidermis daun terdapat di permukaan atas maupun bawah, umumnya terdiri dari selapis
sel, tetapi ada pula yang terdiri dari beberapa lapis sel (epidermis ganda), misalnya Fcus,
Nerium, Piper sebagai haril pembelahan periklinal protoderm. Jumlah lapisan sel epidermis
antara 2-16, tergantung pada jenisnya. Jumlah lapisan epidermis bagian atas biasanya lebih

37
banyak daripada permukaan bawah. Bila epidermis bawah berlapis banyak maka akan
terdapat ruang substomata yang besar antara sel penutup dan jaringan mesofil.

Dinding sel epidermis mengalami penebalan yang tidak merata. Dinding sel yang
menghadap keluar umumnya berdinding lebih tebal, dapat terdiri dari lignin, tetapi penebalan
itu umumnya terdiri dari kutin. Penebalan kutin ini membentuk suatu lapisan kutikula yang
dapat tipis atau tebal tergantung jenis tempat hidupnya. Tumbuhan xerofit umumnya
berkutikula tebal. Pada beberapa jenis tumbuhan, selain kutin masih terdapat lapisan lilin di
atasnya.

Stomata sebagai derivate epidermis dapat berada di kedua permukaan daun (amfisomatik)
atau salah satu permukaan saja, umumnya dibagian bawah (hiposomatik). Namun, pada daun
terapung, stomata hanya terdapat di bagian atas (episomatik). Letak stomata dapat sejajar
dengan epidermis lainnya (daun paneoropor), atau kadang-kadang diatas permukaan sel-sel
epidermis seperti pada daun terapung.

Stomata tersebar merata di seluruh permukaan daun, tersusun menurut alur-alur


tertentu(seperti pada rumput) atau terdapat pada bangunan khusus yang menonjol dari
permukaan daun (seperti pada daun teratai yang mengapung).

Sel-sel epidermis daun tidak mengandung kloroplas, kecuali pada sel penutup. Namun =,
daun tumbuhan yang tenggelam dalam air, epidermisnya mengandung kloroplas.stomata
berfungsi sebagai jaln pertukaran gas pada tubuh tumbuhan dan sebagai pengatur besarnya
transpirasi.

Trikomata, baik yang berfungsi sebagai pelindung maupun sebagai rambut kelenjar,
banyak terdapat di permukaan daun. Bentuknya bermacam-macam.

Sel litokis yang merupakan modifikasi dari epidermis, mengandung sistolit yang terdiri
dari kalsium karbonat, bentuk-bentuk sistolit tidak teratur, dapat mengisi seluruh isi sel
litokis.

Modifikasi epidermis yang lain adalah sel kipas, terdiri dari sederet sel yang lebih besar
dari epppidermis normal dengan dinding tipis dan vakuola tebal, terdapat di permukaan atas

38
daun tumbuhan suku rumput-rumputan dan berfungsi mengurangi penguapan pada peristiwa
mengggulung daun.

2. Mesofil

Mesofil sebagai jaringan dasar terletak diatara epidermis atas dan epidermis bawah. Pada
kebanyakan tumbuhan Dicotyledoneae, mesofil berdeferensiasi menjadi jaringan tiang
(palisade) dan jaringan bunga karang (spons).

Sel-sel penyusun jaringan tiang berbentuk slindris, tegak pada permukaan dalam daun,
selapis atau lebih, rapat satu sama lain, dan mengandung banyak kloroplas. Karea fungsinya
menangkap cahaya maka kepadatan jaringan tiang tergantung pada intensitas cahaya, yaitu
yang menerima cahaya langsung lebih padat daripada dalam teduh.

Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel tidak teratur, berdinding tipis, lepas, dan
mengandung kloroplas meskipun jumlah kloroplasnya lebih sedikit disbanding di jaringan
palisade. Ruang antar sel besar sehingga memudahkan terjadinya pertukaran gas karena
lubang antar sel ini berhubungan dengan lubang stomata. Karena jaringan tiang mengandung
banyak kloroplas maka warna daun yang memiliki jaringan tiang di atas saja. Sementara,
permukaan atasnya akan berwarna lebih gelap dibandingkan permukaan bawah. Selain lebih
banyak mengandung kloroplas, jaringan tiang juga lebih efisien dalam fotosintesis
dibandingkan jaringan bunga karang karena permukaan bebas antar selnya lebih besar.

Pada daun tumbuhan anggota suku rumput-rumputan, mesofil tidak berdiferensiasi


menjadi jaringan tiang dan jaringan bunga karang, tetapi tersusun atas sel parenkim yang
struktur dan ukurannya seragam.

3. Jaringan pengangkut

Berkas pengangkut pada daun membentuk bangunan kompleks yang disebut tulang daun.
Tumbuhan Dicotyledoneae mempunya satu ibu tulang dan cabang-cabang membentuk jala,
sedangkan pada tumbuhan Monocotyledoneae tulang daun berderet sejajar sumbu daun dan
dihubungkan oleh berkas-berkas pengangkut kecil di antaranya.

39
Fungsi tulang daun sangat penting karena mengangkut air serta zat hara dari tanah dan
menyebarkan hasil foto sintesis ke bagian tubuh yang lain sehingga struktur jaringan
pengangkut ini harus dapat mencapai semua sel mesofil yang terlibaat dalam fotosintesis.
Hasil fotosintesis dari mesofil masuk ke floem tulang daun yang kecil. Sel khusus yang
berfungsi sbagai pengatur senyawa-senyawa organic dari sel mesofil ke floem disebut sel
transfer.

Dalam berkas pengangkut, xylem selalu berada di sebelah atas floem karena tulang daun
merupakan kelanjutan dari tangkai daun yang berasal dari batang. Dalam hal ini, xylem di
sebelah dalam dan floem di luar. Susunan silem seperti pada batang, terutama di ibu tulang
daun terdiri dari trakea, trakeid, serabut, dan parenkim. Semakin kecil berkas pengangkut
semakin sederhana susunannya. Floem juga terditi dari pembuluh tapis, sel pengiring, dan
parenkim floem, kecuali pada Pterydophyta dan Gymnospermae floem tanpa sel pengiring.

Sel-sel yang mengelilingi berkas pengangkut menunjukkan morfologi berbeda dengan


sel-sel mesofil yang lain. Sel-sel tersebut mungkin lebih besar, lebih tebal dindingnya, dan
kloroplasnya lebih sedikit. Sel-sel ini membentuk selubung berkas pengangkut yang dapat
melebar ke permukaan atas dan bawah daun sampaimncapai epidermis.

Selubung berkas pengangkut pada tumbuhan anggota rumput-rumputan ada dua macam,
yaitu berlapis satu dan berlapis dua. Bila dua lapis selubung luar terdiri dari sel parenkim
yang berdinding tipis, dapat mengandung kloroplas atau tidak. Selubung dalam disebut juga
sarung mestom, terdiri dari parenkim yang lebih kecil dengan dinding lebih tebal.

4. Jaringan penguat

Jaringan penguat pada daun dapat berupa kolenkim dan sklerenkim. Kolenkim biasanya
terdapat dekat tulang daun yang besar tepat di bawah epidermis, dan pada tepi daun
tumbuhan Dicotyledoneae. Pada tumbuhan Monocotyledoneae serat banyak dijumpai pada
berkas pengangkut sedang pada anggota Gramineae serat membentuk balok panjang pada
salah satu sisi ataupun kedua sisi pengangkut. Epidermis dengan susunan sel yang kompak
tanpa adanya ruang antar sel dapat terdapat kutikula pada permukaan luarnya akan berfungsi
sebagai jaringan penguat daun.

5. Jaringan sekretori

40
Jaringan sekretori berupa kelenjar dapat dijumpai pada daun-daun lebar dengan struktur
berupa masa sel-sel parenkim padat dan terdapat di ujung berkas-berkas pembuluh.
Selain kelenjar, pada mesofil daun, contohnya daun Citrus sp., dapat dijumpai rongga
minyak essensial. Pada daun, substansi sekretori dapat pula dijumpai dalam idioblast, sel-
sel sekretori ini diklasifikasikan menurut subtansi yang disekresikan, walaupun
kenyataannya isi sel dapat berupa campuran substansi, contohnya sel resin dijumpai pada
anggota tumbuhan Rubiceae dan Euphorbiaceae, sel tannin pada Anacardiaceae dan sel
mirosin terdapat pada Cruciferae dan Capparidaceae.

41
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
1) Jaringan penyusun tumbuhan meliputi jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan
kolenkim, jaringan sklerenkim, jaringan pengangkut.
2) Organ vegetatif tumbuhan meliputi batang, akar, dan daun.
3) Pada organ batang terdapat tiga bagian pokok yang berkembang dari jaringan protoderm,
prokambium, dan meristem dasar, yaitu epidermis dan derivatnya, korteks, dan stele.
4) Akar mempunya anatomi yang lebih sederhana daripada anatomi batang dan mempunyai
keragaman yang rendah dibandingkan batang. Hal ini sebagai akibat dari adanya
lingkungan yang relatif seragam di dalam tanah.

42
5) Daun dikatakan mempunyai dorsiventral apabila jaringan tiang (palisade) hanya terdapat
di sisi atas daun, sedangkan daun isobilateral adalah daun yang mempunyai jaringan tiang
di sisi atas dan sisi batang.
6) Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan, tetapi secara garis besar daun
tersusun atas jaringan pelindung (epidermis dan derivat-derivatnya), jaringan dasar
(mesofil), jaringan pengangkut, jaringan penguat, dan jaringan sekretori.

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, Hartanto, purnomo, sumardi, Issirep.2012.Struktur & Perkembangan Tumbuhan.
Depok: Penebar Swadaya

https://slideplayer.info/slide/3749622/

https://dosenbiologi.com/tumbuhan/jenis-jenis-sel-pada-xilem-dan-floem

43

Anda mungkin juga menyukai