Anda di halaman 1dari 38

REKAYASA BESAR

UANG KERTAS
Sidi Abdullah
1999 - 2019
Larangan
Terhadap Riba

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Allah dan Rasul Nya
telah menyatakan
perang terhadap riba
(Surah Al-Baqarah: 279)

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Kajian untuk yang menjelaskan tentang riba ini sangat
penting dan harus dilakukan untuk memahami dan
membongkar kapitalisme. Karena riba adalah kebalikan
dari perniagaaan, riba merusak seluruh aspek transaksi
kehidupan, dalam hal ini perdagangan dan pasar. Riba
adalah inti dari wajah kapitalisme global, karena riba
mempengaruhi semua aspek kehidupan dan hal ini bisa
ditelusuri kepada dua lembaga utama Bank dan Negara.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Riba secara umum dari segi bahasa, kata riba merujuk kepada
tambahan, kelebihan atau peningkatan dari ukuran asli secara ilegal,
berupa bunga ke sejumlah uang atau barang oleh seseorang atau
badan tertentu kepada yang lain

Qadi Abu Bakr ibn Al Arabi dalam Ahkamul Quran memberikan definisi
tambahan mengacu kepada dua hal:
1. Tambahan keuntungan yang berasal dari peningkatan yang tidak
dapat dibenarkan dalam bobot ataupun ukuran dan
2. Tambahan keuntungan yang berasal dari penundaan (waktu) yang
tidak dibenarkan

Ibn Rusyd mendefinisikan dua jenis riba, beliau mengatakan:


Para hakim secara ijma menyepakati tentang riba dalan buyu
(perdagangan) dalam dua jenis penundaan (nasi’ah) dan kelebihan yang
ditentukan (tafadul)

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Jadi, ada dua jenis riba:
1. Riba Al Fadl, kelebihan dari tambahan, meminjamkan uang dengan
bunga, transaksi kredit (ba’i muajjal)
2. Riba An Nasiah, kelebihan karena penundaan, bertambahnya
harga penjual atas barang, sebagai imbalan atas pembayaran
tertunda

Riba al fadl mengacu kepada kuantitas (bobot atau jumlah),


sedangkan riba an nasiah mengacu kepada penundaan waktu

Riba an nasiah, kelebihan atau tambahan karena penundaan (waktu)


yang secara artifisial ditambahkan pada transaksi yang berlangsung.
Penundaan ini tidak dibolehkan. Hal ini mengacu kepada milik (ayn)
dan bukan milik (dayn) medium pembayaran (emas, perak dan
komoditas yang digunakan sebagai uang)

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Ayn merupakan barang dagangan nyata, atau sering disebut tunai.
Dayn merupakan janji untuk membayar atau hutang, atau apa saja yang
pembayarannya atau pelunasannya ditunda.

Menukar (safar) dayn untuk ayn dari jenis yang sama disebut riba an
nasiah. Menukar dayn dengan dayn juga dilarang. Dalam penukaran,
yang boleh dipertukarka hanya ayn untuk ayn

Penting untuk dimengerti dayn atau janji pembayaran itu sendiri


hukumnya halal. Tetapi pemakaiannya hanya boleh secara pribadi,
antara dua pihak dalam utang-piutang.

Riba an nasiah secara khusus mengacu pada penggunaan dayn dalam


pertukaran (safar) jenis benda yang serupa. Tetapi pengharamannya ini
diperluas sampai perdagangan umum jika dayn mewakili uang yang
melampaui ciri bendanya dan menggantikan ayn sebagai alat
pembayaran umum

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Apakah Ukuran Harta
“Allah telah menciptakan dua logam mulia, emas dan perak,
sebagai standar ukuran nilai untuk seluruh bentuk simpanan
harta kekayaan. Emas dan perak adalah benda yang disukai
dan dipilih oleh penduduk dunia ini untuk menilai harta dan
kekayaan. Walaupun, karena berbagai keadaan, benda-
benda lain didapat, namun tujuan utama dan akhirnya adalah
menguasai emas dan perak. Semua benda lain senantiasa
terkait perubahan harga pasar, namun itu tak berlaku pada
emas dan perak. Keduanya-lah ukuran keuntungan, harta
dan kekayaan” (Ibn Khaldun: Muqaddimah)
Ayn

Emas dan perak telah dikenal selama 5000 tahun


peradaban dunia sebagai harta atau uang asli awalnya
adalah koin emas dan perak. Kedua logam mulia ini dalam
fikih Islam disebut ayn atau tunai atau benda nyata.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Dayn

Ayn

Emas dan
Perak
Sertifikat atau Nota Penitipan
Sejumlah Emas dan Perak

Sertifikat emas dan perak, surat penitipan emas dan perak


dikeluarkan oleh pandai emas (kebanyakan adalah Yahudi).
Kertas surat penitipan itu dalam Islam disebut sebagai dayn,
tidak tunai atau tidak nyata yang mewakili sejumlah uang
emas dan perak tersebut.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Dayn
Dayn

Emas dan
Perak
Sertifikat atau Nota Penitipan
sejumlah Emas dan Perak

Setiap pemilik Sertifikat atau Nota Penitipan dapat menukar kembali


kepada para pandai emas (blacksmith) atau ahli emas, untuk
sejumlah perak atau emas yang dititipkan itu. Surat janji tukar atau
promissory notes dengan jaminan emas atau perak adalah asal
muasal uang kertas.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
=
1 Troy Ounce
Emas Murni
US$ 35
31. 1 gram

Pada tahun 1944 Perjanjian Bretton Woods dibuat, Amerika


mendorong negara-negara dunia untuk sepakat mengaitkan
Dollar kepada kurs mata uang negaranya masing-masing.
1 troy ounce emas adalah US$ 35, dengan perjanjian ini dollar
AS menjadi mata uang internasional, dimana sebelum Perang
Dunia I, Dollar AS hanya uang yang berlaku di AS saja

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Kemudian dalam perjalanannya surat janji tukar
atau Promissory Notes dengan jaminan emas atau
perak tersebut berubah menjadi secarik kertas
yang dicetak dengan warna dan berbagai gambar, Ten dollars in Gold Coin
dikenal sebagai ‘uang’ kertas Dollars. sesuai janji Payable to the bearer on
dituliskan pada kertas itu “Harus dibayarkan demand (1922)
kepada pemegang sertifikat ini”.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
This Certifies That There Have Been
Deposited in The Treasury
Ten Silver Dollars (1908)

Payable To the
Bearer on Demand
Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Bank Sentral Dan Uang Kertas Di Indonesia
De Javasche Bank (1826) adalah asal mula Bank Indonesia (Bank Sentral).
Setelah kemerdekaan Indonesia, Presiden Soekarno dan Menkeu
Sjafroedin Prawiranegara menerbitkan UU No. 17 Tahun 1946 tentang
Pengeluaran Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) pada tanggal 26 Oktober
1946 dengan dasar 10 Rupiah setara dengan 5 gram emas murni.
Surat Janji Utang 1922
Nota-nota dan sertifikat
emas mulai ditarik dari
peredaran pada akhir
Ten dollars in Gold Coin 1928.
Payable to the bearer on
demand
Pada tahun 1934,
Presiden Roosevelt
Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat

menandatangani
House Joint Resolution
no 192 yang melarang
masyarakat memiliki
koin emas.
Masyarakat wajib
menukar koin-koin
Surat Janji Tukar 1934 emas kepada uang
kertas di bank-bank
pemerintah.

Surat Janji Utang


Wil Pay To The Bearer on
Demang Twenty Dollars
dengan koin emas
telah dihapus menjadi
surat janji kosong,
berubah menjadi uang
fiat. Janji utang
menjadi janji palsu
Koin Emas
dan perak Sejak 5000 tahun yang lalu
manusia telah
menggunakan emas dan
perak ataupun koin emas
dan perak
Surat Janji Tukar

Selanjutnya muncul surat


janji tukar atau uang kertas
sebagai wakil uang emas
dan perak yang disimpan

Dengan muslihat halus


Surat Janji Kosong akhirnya surat janji tukar
berubah menjadi surat janji
kosong yang tidak bernilai
(yang tidak dapat ditukarkan
kembali menjadi emas dan
perak)

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
=
US$ 1

Tahun 1971 Perjanjian Bretton Woods dibatalkan, Amerika


mengatakan kepada dunia bahwa mereka tidak lagi memenuhi
komitmennya untuk menebus uang kertas Dollar US dengan
emas, sejak itu kita tidak lagi mempunyai uang selain secarik
kertas. Sebuah penipuan sesungguhnya telah terjadi, mengapa
kita tidak pernah diberitahukan akan hal ini?

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Uang Fiat

Sejak dibatalkannya Sistem Bretton Woods, Dollar atau setiap yang


uang kertas yang dicetak hanyalah secarik kertas yang dibubuhkan
angka di atasnya, tidak mewakili harta sebenarnya, kertas-kertas yang
kini berlaku sebagai uang, adalah uang fiat, diciptakan melalui
keputusan politik dan hukum. Siapakah di balik ini semua?

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Riba al Fadl
Adalah riba dalam pinjaman, Meminjam 100
penambahan atau bunga yang harus dikembalikan 150 karena
dibayarkan dalam utang-piutang karena
adanya penundaan waktu, mengacu
menunda pembayaran
kepada kuantitas. Ini umum yang atau dengan tempo.
dipraktekan.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Riba an Nasiah Dayn adalah janji untuk membayar atau
hutang karena ditunda. Menukar Ayn untuk
adalah riba yang timbul
dayn dari jenis yang sama di sebut riba an
karena penambahan yang nasiah. Menukar dayn dengan dayn atau
tidak dibenarkan dalam bobot hutang dengan hutang adalah haram,
dan ukuran dalam pertukaran. yang boleh dipertukarkan hanya ayn
dengan ayn
Uang fiat bukan ayn, bukan dayn adalah hutang riba
ditukar dengan hutang riba lainnya
Riba an Nasiah Uang Fiat adalah Riba
Biaya produksi selembar dolar
AS (dengan nilai nominal
berapa pun) kurang lebih
adalah 4 sen dolar AS.*

Ketika ditambahkan nilai


nominal
1 Dolar US, maka nilai
nominalnya itu 25 kali lebih
besar dari nilai benda itu
sendiri.

Ketika ditambahkan nilai


nominal 10 dolar, berarti nilai
itu 250 kali lebih besar dari
Karena nilai sebenarnya (nilai nilai benda itu sendiri. Dan
intrisik) uang kertas jauh lebih kecil seterusnya
dari nilai yang dinyatakannya (nilai
nominal). Ini Penambahan nilai
* Sesuai data tahun Fiskal 1999, Bureau of
Engraving and Printing - Federal Reserve
Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Inflasi Riba al Fadl
Riba an Nasiah
Nilainya terus merosot atau adalah riba dalam pinjaman,
adalah riba yang timbul
susut nilai sehingga penambahan atau bunga
karena penambahan yang
kehilangan daya beli yang harus dibayarkan
tidak dibenarkan dalam bobot
dalam utang-piutang karena
dan ukuran dalam pertukaran.
adanya penundaan waktu.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat

Seigniorage
Keuntungan berlipat-lipat Praktek Monopoli
dari biaya produksi uang fiat Nilai Tidak Stabil Bankir rentenir melakukan
dengan nilai nominal monopoli atas ‘uang’ dan nilai
Uang fiat mudah menjadi
terhadap barang, komoditas yang dibubuhkan atas kertas ini
alat spekulasi
dan jasa
Uang kertas mulai digunakan di kota Mekkah dan
Madinah, dengan berdirinya Bank Sentral, Saudi
Arabian Monetary Agency (SAMA) pada
1952/1372 H, menghapus nuqud dinar-dirham dan
menggantinya dengan riyal kertas (Maret 1961).
Ribapun menjadi halal dengan terbitnya fatwa
halalnya uang kertas pada tahun 1984
Uang fiat itu adalah bentuk utang negara kepada
Bank Sentral yang digandakan dalam skema riba
disebut dengan Fractional Reserve Banking.

Uang fiat adalah esensi riba, dalam perspektif


Islam uang fiat mengandung dua jenis riba
sekaligus, yaitu riba Al Fadl dan riba an Nasiah

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
FRB atau cadangan (giro) wajib minimum adalah suatu
pratek perbankan dimana bank diwajibkan untuk menyimpan
hanya sebagian (fraction) dana simpanan masyarakat
sehingga selebihnya dapat dimanfaatkan bank sebagai
pinjaman (berbunga) kepada pihak lain.

FRB adalah cara menciptakan kredit berbunga yang berlipat


ganda dari tabungan nasabah atau cadangan modal.
Misalnya, sebuah Bank memiliki dana dari tabungan nasabah
atau dari Bank Sentral Rp 10 miliar. Berdasarkan FRB, bank
hanya mempunyai kewajiban menyimpan dana tabungan kita
sebesar 10% atau sebesar 9 miliar, kemudian
meminjamkannya kepada pihak lain atau menggunakannya
sebesar 9 miliar

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Imam Malik, semoga Allah merahmatinya, dalam Al Muwaththa :
Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik, bahwa ia telah mendengar
ada kuitansi-kuitansi uang diberikan kepada orang-orang pada masa
Marwan Ibn Hakam di pasar Al-Jar. Orang-orang membeli dan
menjual kuitansi tersebut sesama mereka sebelum barang diserah-
terimakan. Zaid Ibn Tsabit ra, seorang Sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalam, mendatangi Marwan Ibn Hakam, dan mengatakan :
“Marwan ! Apakah engkau membuat Riba menjadi Halal ?” Dia
mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah ! Apa-apaan itu? “Dia
mengatakan: “Kuitansi-kuitansi dijual -belikan orang sebelum serah
terima barang.” Marwan kemudian mengirim para pengawal untuk
mengikuti mereka, dan mengambil kuitansi-kuitansi itu dari tangan
orang-orang dan mengembalikannya kepada para pemiliknya.”
Zaid Ibn Tsabit radhiyallah anhu, secara khusus
menamakan kuitansi-kuitansi itu sebagai riba yang
diperjual-belikan orang sebelum serah terima barang.
Karena merupakan kuitansi uang yang belum ditebus
koinnya, lalu beliau memasang tanda peringatan tentang
larangan bermuamalah dengan kuitansi uang atau kuitansi
barang di Pasar Al-Jar. Dan sejak saat itu umat Islam
menolak penggunaan sistem uang kertas selama 1300
tahun lebih, sampai penyusup Yahudi menerobos jantung
kekhalifahan Utsmaniyah, dan menunggangi perang
saudara 180 tahun lamanya
Penduduk telah menyamakan 100
rupiah Jepang dengan 1 rupiah ,
dan 1 rupiah disamakan dengan 1
sen. Jika suatu barang, misalnya :
sebutir telur ayam seharga 2
rupiah, maka orang harus
membayar dengan 200 rupiah
Jepang. Atau dengan kata lain
penduduk telah menilai rupiah
Jepang setinggi 1 % saja.

Untuk menyehatkan
perekonomian, Pemerintah RI
menerbitkan Uang ORI pada 30
September 1946. Berdasarkan UU
No. 19 / 1946 tanggal 24 Oktober
1946, yang berdasarkan kepada
10 rupiah sama dengan 5 gram
emas murni. Akhirnya memangkas
50 rupiah Jepang = 1 rupiah
( Jawa dan Madura ) dan 100
rupiah Jepang = 1 rupiah
( Sumatera ). Dan setiap orang
hanya boleh memegang 1 rupiah
ORI atau 50 rupiah Jepang selama
beberapa hari, baik kaya maupun
miskin, baik pejabat tertinggi
maupun rakyat jelata terpaksa
hidup dengan satu rupiah ( 1
rupiah = 100 sen ).
Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Uang kertas adalah permainan untuk penopang riba, yang
bandarnya adalah bankir rentenir Yahudi, pemilik fulus riba dan
arsitek Bank. Melalui uang kertas, mereka memperdaya
miliaran manusia dari generasi ke generasi, mengikatnya
dengan sihir mata uang nasional - multinasional. Yang nilainya
semula hampa menjadi seakan-akan berberharga,
sebagaimana tercetak pada lembaran-lembaran Bank Note
bergambar. Tetapi pembayaran yang sesungguhnya harus
ditanggung oleh penerima uang kertas itu sendiri dengan
memproduksi barang maupun jasa. Artinya, Bank hanya
menipu dengan uang kertas untuk menumpuk kekayaannya,
sementara manusia yang harus memikul beban utang riba bank
lewat angka-angka tercetak di uang kertas. Sungguh curang!

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Ketika kita mengabaikan sifat sejati riba nasiah, maka kita tidak dapat melihat apa itu uang kertas
atau uang fiat. Berdasarkan penjelasan ini, uang kertas dipandang sebagai ayn atau sebagai dayn.

A. Jika kita menerima bahwa uang kertas ialah dayn, itu berarti kita juga berkewajiban untuk
membayarkan sejumlah tertentu ayn. Kemudian uang kertas tidak dapat digunakan pergunakan
dalam pertukaran barang dan dilarang dalam dua praktek:

1. Dayn tidak dapat dipertukarkan dengan dayn. Uang kertas untuk uang kertas ialah
hutang untuk hutang, yang dilarang. Imam Malik berkata: [Transaksi yang tidak diijinkan]
Penundaan untuk penundaan ialah menjual hutang kepada orang lain utnuk sebuah
hutang untuk sebuah hutang orang lain lagi.

2. Dayn yang didasarkan pada emas dan perak tidak dapat ditukarkan terhadap emas
maupun perak, karena bertentangan dengan perintah pokok sebagaimana diriwayatkan
Imam Malik:

“Yahya meriwayatkan kepadaku dari Malik dari Nafi dari Abu Said Al Khudri bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Jangan menjual emas dengan emas
kecuali sejenis dengan yang sejenis dan jangan menambahkan sebagian atas sebagian
lainnya. Jangan menjual perak dengan perak kecuali sejenis dengan yang sejenis dan
jangan menambahkan sebagian atas sebagian lainnya. Jangan menjual emas dengan
perak, yang salah satu darinya ada di tangan dan yang lainnya dibayarkan kemudian
(jangan menjual sesuatu yang ada dengan yang tidak ada)”

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
B. Kalau kita menerima uang kertas ialah ayn, nilainya ialah bobot kertas
itu sendiri, bukan yang dibubuhkan atau tertulis di atasnya. Jika nilai
kertas dilipatkan dengan paksa, nilainya telah dikorupsi dan transaksi
yang terjadi tidak berlaku alias batal menurut hukum Islam.

Memahami riba an nasiah sangat penting agar kita umat


Islam mampu melihat apa itu uang kertas atau uang fiat,
ulama kontemporer yang tidak dapat melihat riba ini, secara
tidak langsung jelas-jelas mensahkan perbankan yang
sebetulnya tidak bisa diterima. Pembenaran uang kertas
tersebut hari ini telah menjelma menjadi perbankan Islam dan
membenarkan skema riba perbankan dengan cadangan
uang (fractional reserve banking) yang merupakan basis
modern perbankan.

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Perbedaan mendasar uang fiat dengan dinar dan
dirham adalah dinar dan dirham tidak membutuhkan
bunga untuk menjamin keberadannya. Dinar dan
dirham tidak harus dipinjam atau dipinjamkan agar dia
ada, atau dengan kata lain eksistensinya memang
tidak perlu di bantah.

Sedangkan uang fiat atau uang kertas yang diciptakan


oleh bankir rentenir tidak dapat dipertahankan
eksistensinya tanpa tergantung pada pinjaman
(hutang) dan bunga untuk menjadi syarat
keberadaannya. (Sidi Abdullah)

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Perbedaan mendasar uang fiat dengan dinar dan dirham adalah dinar
dan dirham tidak membutuhkan bunga untuk menjamin keberadannya.
Dinar dan dirham tidak harus dipinjam atau dipinjamkan agar dia ada,
atau dengan kata lain eksistensinya memang tidak perlu di bantah.

Sedangkan uang fiat atau uang kertas yang diciptakan oleh bankir
rentenir tidak dapat dipertahankan eksistensinya tanpa tergantung
pada pinjaman (hutang) dan bunga untuk menjadi syarat
keberadaannya.
Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Menuju ‘Uang’ Digital

Tahap terakhir dari sistem Dajjal atau Tatanan Dunia Baru (New World
Order) sekarang adalah, sifat dan bentuk ‘uang’ fiat ini memasuki tahap
berikutnya di mana berubah menjadi sederetan angka digital, para
bankir rentenir melalui kekuasaan ‘legal’ negara menggiring publik
untuk memakai ‘uang’ fiktif ini, akhirnya benar-benar tidak ada lagi uang
yang sesungguhnya beredar, yang ada hanya kedipan angka dalam
layar dan pikiran kita. Sebuah perbudakan riba global

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
Akan tiba suatu masa pada manusia, pada masa itu tidak ada
apapun yang bermanfaat selain dinar (uang emas) dan dirham
(uang perak). (Musnad Imam Ahmad Ibn Hanbal).

Pada akhir zaman, manusia di masa itu semestinya memiliki


dirham-dirham dan dinar-dinar untuk menegakkan urusan
agamanya dan dunianya. (HR. Imam Al-Tabrani, kitab Jami’u As-
Saghir Imam As-Sayuti),

Sidi Abdullah/ 1999 - 2019/ Islamic Mint Nusantara/ Dinar/ Dirham/ Pasar/ Zakat
20 Tahun Perjalanan
Dinar Dan Dirham
Di Indonesia
www.halalindonesia.org

Anda mungkin juga menyukai