Anda di halaman 1dari 37

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI II

Penyusun :

Dyah Anggraeni, S.Far., M.Sc., Apt.


Ananda Rizki Yunianti, S.Farm., Apt.

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


PROGRAM STUDI FARMASI
STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2019
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

KATA PENGANTAR

Praktikum Farmakologi II yang diberikan kepada mahasiswa Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ini bertujuan untuk lebih memahami
dasar teori yang diberikan saat kuliah.
Dalam melakukan kegiatan praktikum ini perlu adanya persiapan
dari mahasiswa. Maksudnya, kegiatan ini diawali dari mempelajari buku
petunjuk praktikum, membaca materi kuliah maupun buku teks/referensi
yang berhubungan dengan kegiatan praktikum, mengerjakan praktikum
dan membuat resume hasil kegiatan praktikum.
Dari kegiatan praktikum ini diharapkan akan menambah
pengetahuan dan memahami ilmu Farmakologi mengingat terbatasnya
alokasi waktu selama di ruang kuliah. Ketika melaksanakan praktikum
mahasiswa diwajibkan mengikuti peraturan praktikum dan petunjuk-
petunjuk yang diberikan oleh dosen maupun asisten.
Oleh karena itu diperlukan kedisiplinan dan motivasi serta peran
aktif dari mahasiswa sehingga pengetahuan dan ketrampilan saat
praktikum akan dicapai. Pada setiap kegiatan praktikum akan diadakan
pretest dan posttest yang nilainya berpengaruh pada hasil ujian semester.

Yogyakarta, September 2019

Penyusun

i
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................ii

Tata Tertib Laboratorium ........................................................................iii

Format Laporan Resmi ..............................................................................v


Praktikum I Farmakologi Obat Asma.............................................. 1
Praktikum II Farmakologi Obat Batuk............................................. 3
Praktikum III Farmakologi Obat Antihipertensi........................................ 5
Praktikum IV Farmakologi Obat Anti Kolesterol....................................... 7
Praktikum V Farmakologi Vitamin dan Mineral....................................... 9
Praktikum VI Farmakologi Obat Anti Diabetes.......................................... 11
Praktikum VII Farmakologi Pil Oral Kontrasepsi......................................... 15
Praktikum VIII Farmakologi Obat Anti Histamin I....................................... 19
Praktikum IX Farmakologi Obat Anti Histamin II...................................... 21
Praktikum X Farmakologi Obat Anti Asam Urat....................................... 24
Praktikum XI Farmakologi Kortikosteroid................................................. 26
Praktikum XII Antidot................................................................................. 28
Praktikum XIII Toksikologi........................................................................... 30

ii
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

TATA TERTIB LABORATORIUM FARMAKOLOGI

Demi kelancaran pelaksanaan kegiatan praktek, setiap praktikan


wajib mentaati hal-hal sebagai berikut :

a. Setiap praktikan harus hadir di laboratorium 10 menit sebelum kegiatan


praktek dimulai.
b. Setiap praktikan harus memakai jas praktikum selama berada di
laboratorium.
c. Setiap praktikan yang terlambat lebih dari 10 menit, tidak
diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum pada hari itu (dianggap
membatalkan diri pada percobaan pada saat itu).
d. Setiap praktikan harus membawa perlengkapan praktikum yang
digunakan selama praktikum (tidak diperkenankan saling pinjam alat
praktikum satu dengan yang lainnya).
e. Setiap praktikan sebelum dan sesudah kegiatan praktikum harus
memeriksa dan mengontrol kelengkapan alat yang ada di mejanya
berdasarkan kartu kontrol yang ada dan melaporkannya kepada
petugas laboratorium atau asisten praktikum.
f. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan alat
laboratorium.
g. Setiap praktikan yang merusak atau menghilangkan alat laboratorium
harus menggantinya sebelum melakukan praktikum berikutnya.
h. Setiap praktikan tidak diperkenankan :
- Memakai perhiasan (cincin, gelang) selama praktikum
- Memakai sandal, cat kuku, kuku panjang
- Meninggalkan laboratorium selama kegiatan praktikum berlangsung
tanpa izin asisten atau dosen.
i. Setiap praktikan yang berhalangan mengikuti praktikum harus
memberitahukan kepada asisten atau dosen yang bertugas.
j. Setiap praktikan harus menjaga ketertiban dan ketentraman selama
kegiatan praktikum berlangsung.
k. Pelanggaran atas Tata Tertib ini akan diambil tindakan sesuai dengan
ketentuan peraturan akademik yang berlaku di prodi D3 farmasi.
l. Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Tertib ini akan disampaikan
kemudian.
Demikian Tata Tertib ini dibuat untuk diindahkan dan dilaksanakan
dengan penuh rasa tanggungjawab yang tinggi.

Yogyakarta, September 2019

iii
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

FORMAT LAPORAN RESMI

I. JUDUL
II. TUJUAN PRAKTIKUM
III. DASAR TEORI
IV. SKENARIO
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
VII. DAFTAR PUSTAKA
VIII. LAMPIRAN

iv
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM I

FARMAKOLOGI OBAT ASMA

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat
asma.

B. DASAR TEORI
Asma atau bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan
peradangan steril kronis yang disertai dengan sesak nafas akut secara
berkala, mudah sengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas), udem
dinding bronkhus dan hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah
pada malam hari dan meningkatnya HRB terhadap rangsangan alergis
maupun nonalergis. Terdapat factor genetis dan factor lingkungan
yang berperan terhadap timbulnya gejala-gejala tersebut. Berlainan
dengan COPD, obstruksi saluran napas pada asma umumnya bersifat
reversible, serangan berlangsung beberapa menit sampai beberapa
jam, diantara dua serangan, pasien tidak menunjukkan gejala apapun.
Status asthmaticus adalah serangan asma hebat, bertahan lebih dari 24
jam, takhikardia dan tak bisa berbicara lancar karena nafas tersengal-
sengal. Asma alergik pada umumnya sudah dimulai sejak kanak-kanak,
didahului gejala alerg lain khususnya eksim, faktor keturunan dan
konstitusi tubuh berperanan pada terjadinya asma ini (lihat Bab 7 KB
1). Pasien asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas,
kebanyakan terhadap virus yang berakibat peradangan bronchi yang
juga menimbulkan serangan asma. Bronchitis asmatis demikian
biasanya menyerang manula.
1. Pencegahan Asma
Tindakan umum, yaitu mencegah reaksi antigen-antibodi dan
serangan asma dengan menurunkan kegiatan HRB:
a. Sanitasi: binatang, debu, perubahan suhu, asap, histamin
liberator.
b. Berhenti merokok.
c. Fisioterapi: expektoran dan latihan pernafasan dan relaksasi.
d. Hiposensibilisasi: meningkatkan IgG dan IgA.

5
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

e. Prevensi infeksi viral (vaksin) dan bakteri (antibiotika).


2. Pengobatan Asma (Serangan asma akut, Terapi pemeliharaan)
a. Serangan asma akut
1) Spasmolitik inhalasi: salbutamol, terbutalin.
2) Suppos aminofilin.
3) Efedrin dan isoprenalin tablet.
4) Injeksi iv: aminofilin dan atau salbutamol, kalau perlu +
hidrokortison/prednison iv.
5) Injeksi adrenalin.
b. Terapi pemeliharaan
1) Asma ringan (serangan kurang dari 1x/bulan): salbutamol,
terbutalin 1-2 inhalasi/minggu.
2) Asma sedang (serangan kurang dari 1-4x/bulan): inhalasi
kortikosteroid dan nedokromil, anak-anak: oral ketotifen,
oksatomida.
3) Asma agak serius (serangan lebih dari 1-2x/minggu):
kortikosteroida dosis lebih besar + β2 adrenergik,
antikolinergik.
4) Asma serius (serangan lebih dari 3x/minggu): kortikosteroida
dosis lebih besar lagi + malam long acting β2 adrenergik,
kalau perlu + teofilin slow release.

C. SKENARIO
1. E.W. sedang mengalami serangan asma. Dokter meresepkan
metilprednisolon 4 mg selama 6 hari dengan dosis yang diturunkan
selama 6 hari (6 tablet hari ke-1, 5 tablet hari ke-2, 4 tablet hari ke-
3 dst). Pertanyaan-2 klien adalah : Apa tujuan dari obat ini dalam
mengobati asma? Mengapa saya memakai obat dalam jumlah yang
makin berkurang tiap harinya? Mengapa saya perlu memakannya
p.c./d.c.?
2. Seorang farmasis yang bekerja di instalasi farmasi sebuah rumah
sakit di yogyakarta, pagi ini menyiapkan obat Bapak KP (64 tahun),
penderita PPOK selama 6 bulan, mendapat resep dari dokter yang
berisi vantolin inhaler dan tablet teosal. Sebelumnya bapak KP
hanya mendapat resep berupa sediaan tablet aminofilin. Bapak KP
merasa kesulitan untuk memahami cara pakai kedua obat
tersebut.

6
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM II

FARMAKOLOGI OBAT BATUK

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat
batuk.

B. DASAR TEORI
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk
menjaga pernapasan dari benda atau zat asing. batuk dapat
disebabkan oleh berbagaifaktor seperti virus (flu, bronkitis), bakteri,
dan benda asing yang terhirup(alergi). Beberapa penyakit, seperti
kanker, paru-paru, TBC, tifus, radangparu-paru, asma dan cacingan,
juga menampakkan gejala berupa batuk(Widodo, 2009).
Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau
lendir (sputum) sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk
berdahak. Batuk produktif memiliki ciri khas yaitu dada terasa penuh
dan berbunyi. Mereka yang mengalami batuk produktif umumnya
mengalami kesulitan bernapas dan disertai pengeluaran dahak. Batuk
produktif sebaiknya tidak diobati dengan obat penekan batuk karena
lendir akan semakin banyak terkumpul di paru-paru (Junaidi, 2010).
Batuk tidak produktif adalah batuk yang tidak menghasilkan
dahak (sputum), yang juga disebut batuk kering. Batuk tidak produktif
sering membuat tenggorokan terasa gatal sehingga menyebabkan
suara menjadi serak atau hilang. Batuk ini sering dipicu oleh
kemasukan partikel makanan, bahan iritan, asap rokok (baik oleh
perokok aktif maupun pasif), dan perubahan temperatur. Batuk ini
dapat merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau flu (Junaidi, 2010).
Salah satu cara mendiagnosa batuk adalah dengan
mendengarkan cara batuknya. Dokter akan menentukan pengobatan
berdasarkan suara batuk yang terdengar. Karena sebagian besar
penyakit pernapasan seperti batuk disebabkan oleh virus, maka dokter
tidak meresepkan antibiotik untuk batuk. Jika mencurigai adanya
infeksi bakteri, dokter baru akan memberikan antibiotik.
Tabel 1. Komposisi obat batuk dan contoh merk

7
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Jenis Batuk Komposisi Obat Contoh merk obat


Batuh berdahak Gliseril guaikolat Pectorin, Triadex
expecorant
Bromheksin Bisolvon,
Mucohexin
Natrium Sitrat, Benadryl Cough,
Amonium Klorida, Ikadryl
Difenhidramin
Batuk Kering Dekstrometorfan Hbr Dexitab, Dextropim,
Decadryl

C. SKENARIO 1
Ibu TS (45 th), seorang pedagang di pasar, datang ke apotek mengeluh
batuk-batuk yang mengganggu aktivitasnya sejak 2 minggu yang lalu.
Seingatnya batuk itu mulai muncul 2 minggu yang lalu sejak pasar di
renovasi dan banyak debu bongkahan tembok. Untuk mengurangi
batuknya, Ibu TS minum obat batuk hitam 3 x 1 c tapi tidak membantu
kesembuhannya. Ibu TS memiliki riwayat penyakit sering pilek dan
hidung tersumbat terutama jika cuaca dingin. Apoteker menyarankan
menggunakan obat yang mengandung kombinasi antara DMP dan
pseudoefedrin dengan atuan pakai 3 x 1 tablet sehari serta cetirizine
tablet 1x1 sehari.

D. SKENARIO 2
TN MY, 50 tahun, 50kg, melakukan pemeriksaan ke puskesmas, dengan
keluhan tidak bisa tidur, sesak sangat terasa dari tadi malam, mudah
capek, batuk berdahak, nafsu makan berkurang dan lemas. Tn My
memiliki kebiasaan begadang hingga pagi, dan telah berhenti
kebiasaan merokokknya namun belum tuntas. Tn. My juga memiliki
riwayat penyakit PPOK.
Oleh dokter puskesmas dirujuk untuk ke rumah sakit agar mendapat
terapi yang optimal. Sampai di rumah sakit, Tn My mendapat terapi
oksigen dan diberikan ampicilin 3x1 (tanpa sepengetahuan rumah
sakit), cefotaxime 2x1, salbutamol 4 mg 3x1 dan salbutamol nebulizer
3x1.

8
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM III

FARMAKOLOGI OBAT ANTI HIPERTENSI

A. TUJUAN

Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,


indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat anti
hipertensi.

B. DASAR TEORI
Hipertensi adalah suatu kelainan, gejala dari gangguan pada regulasi
TD. Berdasarkanetiologinya hipertensi dibagi menjadi hipertensi esensial
dan hipertensi sekunder.Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau
idiopatik yang merupakan lebih dari90% kasus hipertensi, adalah hipertensi
tanpa kelainan dasar patologi yang jelas. Penyebabnya merupakan faktor
genetik dan lingkungan. Faktor genetic merupakankepekaan terhadap
natrium, stress, reaktivitas pembuluh darah terhadap
vasokonstriktor,resistensi insulin dan lain-lain. Faktor lingkungan yang
berperanan antara lain diet, merokok,stress emosi, obesitas dan lain-
lain.Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus hipertensi. Termasuk dalam
kelompok iniantara lain disebabkan karena penyakit ginjal (hipertensi renal,
misalnya stenosis arterirenalis, glomerulonephritis, pielonefritis, nefropati
diabetic, dan lain-lain), hipertensiendokrin (hiperaldosteronisme primer,
sindrom cushing, tumor medullaadrenal/feokromositoma, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, dan lain-lain), kelainan sarafpusat (tumor otak,
ensefalitis), obat-obatan (efedrin, fenilpropanolamin, fenilefrin,amfetamin,
kokain, siklosporin, eritropoetin), dan lain-lain.
Pengobatan dengan antihipertensi harus selalu dimulai dengan dosis
rendah agar TD tidak menurun terlalu drastis dengan mendadak. Kemudian
setiap 2 minggu dosis dinaikkan sampai tercapai efek yang diinginkan.
Begitu pula penghentian terapi harus secara berangsur pula untuk
mencegah bahaya meningkatnya TD dengan kuat (rebound effect).
Antihipertensiva hanya menghilangkan gejala TD tinggi dan tidak

9
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

penyebabnya. Maka obat pada hakikatnya harus diminum seumur hidup,


tetapi setelah beberapa waktu dosis pemeliharaan pada umumnya dapat
diturunkan.
Obat-obat yang digunakan dalam terapi hipertensi dapat digolongkan
dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Diuretika;
b. Alfa-reseptor bloker;
c. Beta reseptor bloker;
d. Obat-obat SSP;
e. Antagonis kalsium;
f. Penghambat ACEI;
g. AT-II reseptor bloker;
h. Vasodilator.

C. SKENARIO
1. Bapak AG, 65 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan pusing dan
tengkuk terasa berat. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien 180/110
mmHg. Oleh dokter jaga puskesmas diberikan obat Captopril 12,5 mg
dua kali sehari. Pada waktu melakukan kontrol sebulan setelahnya,
bapak AG mengeluh sering mengalami batuk kering semenjak
mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter selama sebulan
tersebut, dan tidak kunjung sembuh dengan pemberian antitusif.
Karena batuk yang diderita, Bapak AG tidak patuh dalam minum obat
dan tekanan darahnya menjadi tidak terkontrol.
2. RF, 28 tahun, telah beberapa kali memeriksakan tekanan darahnya di
apotek. Rata-rata kisaran tekanan darah RF 140/90 – 160/100 mmHg.
RF suka kan makanan asin, minum soda, merokok, memiliki tekanan
pekerjaan yang berat, dan tidak pernah sempat untuk berolahraga. RF
mengeluhkan mengapa di usianya yang tergolong muda justru telah
mengalami hipertensi. RF menanyakan kepada farmasis tentang
mekanisme obat amlodipin yang diminum sejak seminggu yang lalu,
sedangkan RF takut apabila mengkonsumsi obat rutin dapat berdampak
pada ginjalnya.

10
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM IV

FARMAKOLOGI OBAT ANTI KOLESTEROL

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat anti
kolesterol.

B. DASAR TEORI
Dislipidemia adalah keadaan kadar lipid yang abnormal pada
plasma dan mencakup spectrum yang luas. Kelainan fraksi lipid yang
utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, LDL, dan trigliserida
serta penurunan kadar HDL (Dipiro et al, 2015). Pengelolaan
dislipidemia adalah upaya non farmakologis yang berupa diet, latihan
jasmani, serta pengelolaan berat badan. Tujuan terapi diet adalah
menurunkan resiko penyakit jantung koroner dengan mengurangi
asupan lemak jenuh dan kolesterol serta mengembalikan
keseimbangan kalori. Perbaikan keseimbangan kalori biasanya
memerlukan peningkatan penggunaan energi melalui kegiatan jasmani
serta pembatasan asupan kalori.
Terapi farmakologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
terapi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan dari terapi
farmakologi dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk
mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah. Tujuan jangka panjang
untuk mencegah terjadinya jantung koroner. Cara penanganannya
dengan menormalkan kadar kolesterol LDL dan kolesterol HDL dalam
darah (Anwar, 2004).
Kolesterol dalam tubuh mempunyai fungsi yang penting
diantaranya pembentukan hormon testosteron pada pria dan hormon
estrogen pada wanita, pembentukan vitamin D, dan sebagai sumber
energi (Graha KC, 2010). Pada penggunaan obat golongan HMG CoA
Reduktase (Statin) akan bergabung dengan protein-protein khusus dan
membentuk alat angkut lipid yang dinamakan lipoprotein (Almatsier,
2004). Peningkatan kolesterol beresiko untuk terjadinya arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah). Proses arterosklerosis dipengaruhi oleh
usia. Pada usia 50 tahun memang umumnya sudah terjadi

11
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

arterosklerosis. Kadar kolesterol yang berlebih akan menjadi masalah,


oleh karena itu kadar kolesterol harus diturunkan. Salah satu cara
untuk menurunkan kadar kolesterol adalah dengan menggunakan obat
golongan dislipidemia (Dipiro, et al 2015)

C. SKENARIO
Ibu Y berumur 65 tahun (BB 79 kg, TB 150 cm) melakukan General
Check up ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kolesterol total = 400 gr/dL; trigliserida 140 mg/dL; LDL
Kolesterol = 300 gr/dL; HDL Kolesterol = 60 gr/dL. Setelah
mendapatkan hasil pemeriksaan lab tersebut, ibu Y dirujuk untuk
melakukan pemeriksaan ke Poli Penyakit Dalam dan oleh dokter jaga
diberikan resep obat yaitu: Simvastatin 10 mg 1x1 tablet sehari (Ibu Y
meminum obat rutin pagi hari). Diagnosis: Hiperkolesterolemia Tipe II
A. Tiga bulan setelah terapi, ibu tersebut melakukan pemeriksaan
laboratorium kembali. Hasil pemeriksaan menunjukkan kadar
kolesterol ibu Y belum mengalami penurunan dan belum terkontrol
dengan baik.

12
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM V

FARMAKOLOGI VITAMIN & MINERAL

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis vitamin
dan mineral.

B. DASAR TEORI
Istilah vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia
Polandia yang bernamaFunk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-
beri yang larut dalam air itu suatu amina yangsangat vital, dan dari
fakta tersebut lahirlah istilah vitamine dan kemudian menjadi
vitamin.Vitamin dikenal sebagai kelompok seyawa organik yang tidak
masuk dalam golongan protein,karbohirat, maupun lemak. Vitamin
merupakan komponen penting di dalam bahan panganwalaupun
terdapat dalam jumlah sedikit, karena berfungsi untuk menjaga
keberlangsunganhidup serta pertumbuhan. Vitamin diperlukan tubuh
untuk proses metabolisme danpertumbuhan yang normal. Vitamin-
vitamin tidak dapat dibuat dalam jumlah yang cukup olehtubuh, oleh
karena itu harus diperoleh bahan pangan yang dikonsumsi. Kecuali
vitamin D yang dapat dibuat dalam kulit asal kulit mendapatkan sinar
matahari yang cukup.
Vitamin diklasifikasikan berdasarkan kelarutan:
a) Vitamin larut lemak: vitamin A, D, E, dan K. Secara kimia,
vitamin larut lemak tidak dapat larut ataumbercampur
dengan air, tetapi mereka larut dalam lemak . Vitamin yang
larut dalam lemak disimpan danmdipertahankan untuk
waktu yang lama di dalam tubuh.
b) Vitamin larut air: vitamin C dan kompleks dari delapan
vitamin B (thiamin, riboflavin, B6, niasin, asam folat, B12,
biotin, dan asam pantotenat). Zat gizi ini larut atau mudah
bercampur dengan air sehingga lebih mudah dikeluarkan
dari dalam tubuh (biasanya melalui urin).

Mineral adalah zat yang ditemukan secara alami dalam kerak


bumi, dan beberapa dari mereka, seperti vitamin, sangat penting untuk

13
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

kesehatan dan hanya dapat diperoleh dari apa yang dimakan dan
diminum. Mineral esensial memiliki 2 subclass:

a) Mineral mayor: mineral yang Anda butuhkan dalam jumlah


100 mg atau lebih. Contohnya natrium, kalium, kalsium,
fosfor, dan magnesium.
b) Trace mineral: mineral yang dibutuhkan dalam jumlah yang
lebih kecil, biasanya kurang dari 20 mg per hari. Contohnya
zat besi, seng, tembaga, selenium, dan kromium.

C. SKENARIO 1
Bapak KL (50 th) datang ke rumah sakit dalam keadaan lemas dan
keluar darah dari hidung. Menurut informasi dari Medication record,
Bapak KL memiliki riwayat stroke sejak 2 tahun yang lalu dan diterapi
dengan aspirin 100 mg per hari. Selain itu selama beberapa bulan ini
bapak KL juga mengkonsumsi produk ginko biloba 1 kaplet sehari
setelah melihat iklan yang menginformasikan produk tersebut dapat
membantu daya ingatnya, padahal sebelumnya bapak KL telah rutin
mengkonsumsi suplemen citicoline.

D. SKENARIO 2
Ibu SG (63 th) datang ke apotek mengeluhkan nyeri di tulang belakang
setelah mengangkat berat. Kaki dan pahanya sering mengalami
kesemutan dan terasa panas. Oleh dokter didiagnosa LBP. Pasien
mendapatkan resep gabapentin, neurobion forte, dan anti nyeri.
Namun Ibu SG masih mengeluhkan nyerinya, sehingga Apoteker
menyarankan untuk mengoleskan gel Magnesium di bagian yang nyeri.

14
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM VI
FARMAKOLOGI OBAT ANTI DIABETES
A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai
jenis obat batuk.

B. DASAR TEORI
Diabetes mellitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang
ditandai dengantingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan protein sebagai
akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsiinsulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin olehsel-
sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh
kurangresponsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis
terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan (Perkeni, 2011).
1. Obat hipoglikemik oral
a. Pemicu sekresi insulin: Sulfonilurea dan Glinid
b. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan
tiazolidindion
c. Penghambat glukoneogenesis: metformin
d. Penghambat absorpsi glukosa/penghambat glukosidase
alfa: Akarbose
e. DPP-IV inhibitor
2. Injeksi
a. Agonis GLP-1/incretin mimetic
Pengobatan dengan dasar peningkatan GLP-1 merupakan
pendekatan baru untuk pengobatan DM. Agonis GLP-1
dapat bekerja sebagai perangsang penglepasan insulin
yang tidak menimbulkan hipoglikemia ataupun
peningkatan berat badan yang biasanya terjadi pada
pengobatan dengan insulin ataupun sulfonilurea. Agonis
GLP-1 bahkan mungkin menurunkan berat badan. Efek
agonis GLP-1 yang lain adalah menghambat penglepasan

15
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

glukagon yang diketahui berperan pada proses


glukoneogenesis. Pada percobaan binatang, obat ini
terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek
samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain
rasa sebah dan muntah.
b. Insulin
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta
langerhans yang berfungsi mengatur metabolisme protein,
karbohidrat dan lemak. Kerja insulin:
- Menstimulasi pemasukan asam amino ke dalam sel a
meningkatkan sintesa protein
- Meningkatkan penyimpanan lemak dan mencegah
penggunaan lemak sebagai bahan energi
- Menstimulasi pemasukan glukosa ke dalam sel untuk
digunakan sebagai sumber energi dan membantu
penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan hati
Indikasi terapi dengan insulin
- Penderita DM Tipe I yang memerlukan insulin eksogen
- Penderita DM Tipe II yang tidak dapat terkontrol dengan
terapi lain (obat oral)
- Keadaan stres berat seperti infeksi berat, tindakan
pembedahan, infark miokard akut atau stroke
- DM gestasional dan penyandang DM yang hamil yang
dengan diet saja tidak dapat mengontrol kadar glukosa
darah
- Ketoasidosis diabetic
- Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
- Kontraindikasi atau alergi dengan obat hipoglikemia oral
Klasifikasi insulin
-Human insulin, yang mempunyai struktur sama dengan insulin
manusia. Contoh: humulin R, humulin N, actrapid, sansulin
-Analog insulin, yang merupakan hasil perkembangan teknologi
yang mempertukarkan beberapa protein pembentuk insulin
untuk mendapat mekanisme kerja yang menyerupai kerja
insulin endogen. Contoh : detemir, glargine, aspart, glulisine,
lispro

16
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Lokasi Penyuntikan Insulin

Prosedur Injeksi Insulin Pen


Untuk insulin pena: buka penutup insulin pena, pasang jarum
ke pena, lalu buka penutup luar dan penutup dalam jarum. Bila
insulin baru pertama kali digunakan, putar ujungnya sebesar 2
unit, kemudian ketuk dan tekan tombol dosis untuk
membuang gelembung udara. Putar tombol dosis sesuai yang
diinginkan, pegang pena insulin dengan cara digenggam
dengan 4 jari dengan ibu jari pada tombol dosis. Cubit kulit
lokasi penyuntikan kemudian injeksikan ke lokasi secara tegak
lurus. Tekan tombol dosis dengan ibu jari hingga menunjukkan
angka 0 dan tahan selama minimal 6 detik untuk mencegah
insulin keluar dari tempat penyuntikan. Tarik perlahan-lahan
dengan posisi tetap tegak lurus. Pasang penutup dalam jarum,
kemudian pasang penutup insulin pena.

Efek samping insulin


Jika insulin diberikan lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk
metabolisme glukosa timbul reaksi hipoglikemia atau syok
insulin dapat diatasi dengan memberikan gula peroral atau
intravena. Pada keadaan dimana jumlah insulin tidak cukup,
gula tidak dapat dimetabolismesasikan sehingga terjadi
metabolisme lemak, pemakaian asam lemak (keton) untuk
energi menimbulkan ketoasidosis.

17
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

3. Terapi Kombinasi
Pemberian obat hipoglikemik oral maupun insulin selalu
dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan
secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula
diberikan kombinasi tiga obat hipoglikemik oral dari kelompok
yang berbeda atau kombinasi obat hipoglikemik oral dengan
insulin.

C. SKENARIO
1. Tn. EF 42 tahun, BB 65kg, datang ke rumah sakit untuk
melakukan kontrol rutin. Tn. EF menderita DM tipe 2 selama
15 tahun. Riwayat pengobatan Tn. EF dengan Glibenklamid 5
mg 2 kali sehari dan metformin 500 mg 3 kali sehari. Beberapa
bulan terakhir ini kadar gula darah Tn. EF tidak terkontrol
sehingga dokter menyarankan untuk pemakaian insulin pen.
Pasien menolak karena kesulitan dalam penggunaan insulin.

18
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM VII
FARMAKOLOGI PIL ORAL KONTRASEPSI

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai
jenis obat oral kontrasepsi.

B. DASAR TEORI
1. Definisi
Kontrasepsi adalah alat untuk mencegah kehamilan setelah
berhubungan intim. Alat ini atau cara ini bersifat tidak
permanen dan memungkinkan pasangan untuk mendapatkan
anak apabila diinginkan. Ada berbagai macam jenis. Pil oral
kontrasepsi adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau
pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per-
oral/kotrasepsi oral. Pil KB yang banyak dipakai umumnya
berisi dua jenis hormon, yakni estrogen dan progesteron. Ada
juga yang berisi hanya salah satu hormon saja. Kedua hormon
ini bekerja menghambat terjadinya ovulasi. Oleh karena
ovulasi atau keluarnya sel telur matang tidak terjadi, maka
kehamilan pun tidak berbuah.
2. Macam pil oral kontrasepsi
a) Pil kombinasi: monofasik, bifasik, trifasik, untuk
kedaruratan
b) Pil mini
3. Kelemahan pil oral kontrasepsi
- Mahal
- Penggunaan pil harus diminum setiap hari dan bila lupa
minum akan meningkatkan kegagalan
- Perdarahan bercak dan “breakthrough bleeding”
- Ada interaksi dengan beberapa jenis obat (rifampisin,
barbiturat, fenitoin, fenilbutason dan antibiotik tertentu)
- Tidak mencegah penyakit menural seksual, HBV, HIV/AIDS.
- Efek samping ringan/jarang, namun dapat berupa
amenorea, mual, rasa tidak enak di payudara, sakit kepala,
mengurangi ASI, berat badan meningkat, jerawat,

19
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

perubahan mood, pusing, serta retensi cairan, tekanan


darah tinggi, komplikasi sirkulasi yang jarang namun bisa
berbahaya khususnya buat perokok.
4. Kelebihan pil oral kontrasepsi
- Sangat efektif sebagai kontrasepsi
- Resiko terhadap kesehatan sangat baik
- Tidak mengganggu hubungan seksual
- Mudah digunakan
- Mudah dihentikan setiap saat
- Mengurangi perdarahan saat haid
- Mengurangi insiden gangguan menstruasi
- Mengurangi insiden anemia defisiensi besi
- Mengurangi insiden kista ovarium
- Mengurangi insiden tumor jinak mammae
- Mengurangi karsinoma endometrium
5. Efek samping
Gejala-gejala sampingan yang mungkin timbul selama
penggunaan pil berupa gejala subjektif dan objektif. Gejala-
gejala subyektif:
- Mual/muntah (terutama tiga bulan pertama)
- Sakit kepala ringan, migrain
- Nyeri payudara (rasa sakit/tegang pada buah dada)
- Tidak ada haid
- Sukar untuk tidak lupa
- Kemasan baru harus selalu tersedia sebelum pil kemasan
sebelumnya habis
- Nafsu makan bertambah
- Cepat lelah
- Mudah tersinggung, depresi

Gejala-gejala obyektif:

- Sedikit meningkatkan berat badan


- Tekanan darah meninggi
- Gangguan pola perdarahan yaitu menorrhagia, metrorrgia,
spotting, perdarahan diantara masa haid (lebih sering
perdarahan bercak) terutama bila lupa menelan pil atau
terlambat menelan pil

20
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

- Perubahan pada kulit: acne, kulit berminyak,


pigmentasi/chloasma
- Keputihan
- Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu
jumlah dan kualitas ASI
- Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau wanita
dengan tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35
tahun
6. Cara pakai

Contoh:
Hari pertama haid: hari senin
- Ambil tablet yang dibawahnya ada SEN
- Lanjutkan minum tablet setiap hari dengan mengikuti
tanda panah sampai habis (21 hari)
- Berhenti minum tablet selama 7 hari (terjadi haid)
- Setelah 7 hari bebas tablet, lanjutkan minum tablet dari
kemasan baru (walaupun haid belum selesai)
- Harus mulai minum tablet pada kemasan baru pada hari
senin juga.

21
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

C. SKENARIO
1. Ibu S dan suaminya berencana untuk menunda kehamilan
karena sedang merencanakan liburan ke luar negeri tahun
depan. Ibu S binggung memilih metode yang tepat untuk
menunda kehamilannya dan khawatir akan efek samping yang
ditimbulkannya.
2. Ny. D datang ke dokter spesialis Obsgyn untuk berkonsultasi
mengenai kontrasepsi yang akan digunakan dalam rangka
family planning. Setelah berdiskusi diambil keputusan bahwa
Ny D akan menggunakan pil oral kontrasepsi. Ny D kemudian
menebus resep dari dokter di apotek terdekat. Ny D binggung
bagaimana cara meminum obat oral kontrasepsi tersebut
karena bentuk dan kemanasan obat berbeda dan belum
pernah dia lihat sebelumnya. Oleh karena itu dia bertanya
kepada farmasis agar mendapatkan informasi yang jelas dan
terpercaya.

22
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM VIII

FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN I

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat anti
histamin.

B. DASAR TEORI
Alergi merupakan suatu reaksi hipersensitivitas akibat induksi
oleh imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu
yang berikatandengan sel mast atau sel basofil. Ketika antigen terikat,
terjadi silang molekul IgE,sel mast manusia dirangsang untuk
berdegranulasi dan melepaskan histamin,leukotrein, kinin, Plateletes
Activating Factor (PAF), dan mediator lain darihipersensitivitas, dimana
histamin merupakan penyebab utama berbagai macam alergi. Reaksi
hipersensitivitas terjadi akibat aktivitas berlebihan oleh antigenatau
gangguan mekanisme yang akan menimbulkan suatu keadaan
imunopatologik. Reaksi timbul akibat paparan terhadap bahan yang
padaumumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan. MenurutGell dan Coombs, reaksi hipersensitivitas dibagi
dalam 4 tipe, yaitu tipe I, II, III,dan IV, dimana hipersensitivitas tipe I
merupakan reaksi hipersensitivitasanafilaktik atau reaksi alergi.
Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi
terdiri dari mata berair, mata terasa gatal dan kadang bersin. Pada
reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi
jantung dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan
syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang bisa terjadi pada orang-
orang yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan
atau obat-obatan tertentu atau setelah disengat lebah, dengan segera
menimbulkan gejala.
Antihistamin diberikan terutama untuk meredakan gejala pada
kulit seperti urtikaria, angioedema ringan dan pruritus dan bukan
untuk terapi anafilaksis. Antihistamin golongan H1 seperti cetirizin atau
difenhidramin dapat diberikan untuk meredakan gejala pada kulit
seperti urtikaria, pruritus dan angioedema. Antihistamin golongan H1

23
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

tidak memiliki efek dalam meredakan gejala respiratorik,


gastrointestinal atau kardiovaskular pada anafilaksis. Cetirizin memiliki
onset kerja yang lebih cepat dibandingkan difenhidramin, tetapi pada
kasus yang disertai dengan muntah, difenhidramin lebih aman untuk
digunakan. Antihistamin golongan H2 seperti ranitidin dapat diberikan
dalam kombinasi dengan antihistamin golongan H1 karena efektifitas
dalam meredakan gejala pada kulit lebih baik jika dibandingkan dengan
penggunaan antihistamin golongan H1 saja.

C. SKENARIO 1
Ibu Z datang ke sebuah apotek untuk membeli obat anaknya G (10
tahun) yang mengalami gatal-gatal pada sekujur tubuhnya setelah
makan udang. Selama ini G mengkonsumsi suplemen yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, G mengira dia telah
sembuh dari alergi yang dideritanya sejak kecil, sehingga dia mau
makan ketika ditawari udang oleh temannya. Ibu Z meminta dipilihkan
obat yang tidak menimbulkan kantuk ketika dikonsumsi karena saat ini
G sedang ujian.

D. SKENARIO 2
Pemuda R (25 tahun) dibawa oleh temannya ke rumah sakit karena
kakinya patah akibat kecelakaan lalu lintas. Meskipun telah dilakukan
injeksi analgetik, R terus saja merintih kesakitan sampai tidak bisa
tidur. Dokter menambahkan injeksi Trilac tetapi 1 jam kemudian di
sekujur tubuh R muncul bentol kemerahan, serta R merasa sesak.
Sebelumnya R tidak pernah mengetahui adanya alergi obat ataupun
makanan.

24
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM IX
FARMAKOLOGI ANTI HISTAMIN II

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai
jenis obat anti histamin.

B. DASAR TEORI
Histamin adalah zat kimia yang terdapat secara alami
dalam jaringan tubuh yang dengan dosis kecil dan memiliki
kerja yang nyata dan beragam pada otot, kapiler darah serta
sekresi lambung. Histamin berperan terhadap berbagai proses
fisiologis yaitu mediator kimia yang dikeluarkan pada alergi
seperti asma, urtikaria dan anafilaksis. Penderita yang sensitif
terhadap histamin atau yang mudah terkena alergi karena
jumlah enzim yang dapat merusak histamin ditubuh lebih
rendah dari normal. Histamin dibentuk oleh histidin dengan
bantuan enzim histidine decarboxylase (HDC). Selanjutnya
histamin yang terbentuk akan diinaktivasi dan disimpan dalam
granul mast cell dan basofil (sel darah putih).
Reseptor Histamin
a) Reseptor H1
Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa
juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
sedangkan lokasinya terdapat di otak, bronkus,
gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem
kardiovaskuler, adrenal medula, sel endothelial.
b) Reseptor H2
Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan
dalam sekresi asamlambung. Cara kerjanya adalah
dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel
parietal dan mencegah histamin menstimulasi
sekresi asam lambung. Obat antagonis H2:
Cimetidine, ranitidine, famotidine
c) Reseptor H3

25
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

Terdapat di sistem syaraf, mengatur produksi dan


pelepasan histamin pada susunan saraf pusat.
Tidak seperti antagonis H1 yang menimbulkan efek
sedatif, antagonis H3 menyebabkan efek stimulant
dan nootropic dan sedang diteliti sebagai obat
Alzheimer. Obat: Imetit, Immepip, Clobenpropit,
lodoproxyfan.
d) Reseptor H4
Dijumpai pada sel-sel inflammatory (eusinofil,
neutrofil, mononukleosit). Diduga terlibat dalam
alergi bersinergi dengan reseptor H1. Masih
merupakan target baru obat anti inflamasi
alergikarena dengan penghambatan reseptor H4
maka dapat mengobati alergi dan asma (sama
dengan reseptor H1).

Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi atau


menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui mekanisme
penghambatan bersaing pada reseptor H1, H2, dan H3. Efek
antihistamin bukan suatu reaksiantigen antibodi karena tidak
dapat menetralkan atau mengubah efek histamin yang sudah
terjadi. Antihistamin pada umumnya tidak dapat mencegah
produksi histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan
menghambat secara bersaing interaksi histamin dengan
reseptor khas.

Berdasarkan hambatan pada reseptor khas


antihistamin dibagi menjadi tigakelompok yaitu :

a. Antagonis H1, terutama digunakan untuk pengobatan


gejala-gejala akibat reaksi alergi
b. Antagonis H2, digunakan untuk mengurangi sekresi asam
lambung pada pengobatan penderita pada tukak lambung
c. Antagonis H3, sampai sekarang belum digunakan untuk
pengobatan, masih dalam penelitian lebih lanjut dan
kemungkinan berguna dalam pengaturan kardiovaskuler,
pengobatan alergi dan kelainan mental

26
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

C. SKENARIO
1. Pasien X mendapat resep famotidin, lansoprazole, dan
sucralfate syr atas keluhan nyeri di ulu hati yang
dialaminya selama beberapa hari terakhir. Pasien mengira
nyeri yang dialaminya akibat mengkonsumsi obat anti
hipertensi yang didapatkan dari apotek M berbeda
kemasan dengan kemasan sebelumnya.

2. BN 25 tahun, memiliki riwayat asam lambung sejak duduk


di bangku kuliah. BN rutin mengkonsumsi cimetidin 2 kali
sehari dan enzyplex 3 kali sehari. Akhir-akhir ini BN
dikejutkan oleh berita di tv bahwa adanya penarikan obat
enzyplex karena terdapat kandungan DNA babi. BN
meminta saran kepada farmasis agar dipilihkan obat yang
halal untuk mengatasi keluhannya.

27
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM X
FARMAKOLOGI OBAT ANTI ASAM URAT

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis
obat anti asam urat.

B. DASAR TEORI
Hiperurisemia adalah suatu keadaan meningkatnya kadar asam
urat karena disfungsi dalam produksi atau ekskresi. Asam urat
adalah metabolit terakhir dari senyawa purin, yang dibentuk oleh
oksidasi hipoksantin menjadi santin dan santin ke asam urat
dengan xanthine oxidase (XO) (Lemos, et al., 2015). Hiperurisemia
menunjukkan terjadinya peningkatan kadar asam urat darah
diatas normal, dengan nilai normal asam urat dalam darah diatas
7 mg/dL untuk pria dan 6 mg/dL untuk wanita (Haidari et al., 2009;
Putra, 2007).
Allopurinol adalah obat asam urat bekerja dengan cara
menurunkan kadar asam urat melalui mekanisme penghambat XO,
enzim XO ini bekerja dengan menghambat hipoksantin menjadi
xanthine dan selanjutnya menjadi asam urat (Alegantina, 2000).
Metabolit alopurinol-l-ribonukleutida bertanggung jawab terhadap
inhibisi tambahan dari sintesis de novo purin (schunack et al.,
1990). Allopurinol memiliki waktu paruh dalam plasma sekitar 40
menit, allopurinol dapat dihidroksilasi menjadi metabolit utamanya
yaitu oksipurinol dengan waktu paruh sekitar 14 jam. Oksipurinol
bekerja dengan cara menghambat enzim XO, maka hipoksantin
dan xanthine diekskresikan lebih banyak dalam urin sehingga kadar
asam urat dalam darah dan urin menurun (Mutschler, 1991).
Allopurinol merupakan antihiperurisemia pilihan pada pasien yang
mengalami gangguan ginjal dan mempunyai riwayat batu ginjal,
serta pasien yang over produksi asam urat. Efek samping dari
allopurinol adalah rasa sakit, leukopenia, gangguan gastrointestinal
dan dapat memberikan serangan akut pada awal terapi (Priyanto,
2008).

28
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

C. SKENARIO
Seorang ibu LT (70 tahun) mengeluhkan nyeri di persendian jari
kaki dan tangannya, untuk mengurangi nyerinya, Ibu LT
mendapatkan resep dari dokter berisi piroxicam 20 mg 2x sehari
dan prednison 10 mg 1x sehari. Semiggu kemudian Ibu LT kembali
ke puskesmas dengan keluhan yang sama, kemudiandilakukan
pemeriksaan kadar uric acid ibu LT adalah 10 mg/dL.

29
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM XI

FARMAKOLOGI KORTIKOSTEROID

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme kerja,
indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis obat
kortikosteroid.

B. DASAR TEORI
Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan
indikasi klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai
life saving drug. Manfaat dari preparat ini cukup besar tetapi karena
efek samping yang tidak diharapkan cukup banyak, maka dalam
penggunaannya dibatasi termasuk dalam bidang dermatologi
kortikosteroid merupakanpengobatan yang paling sering diberikan
kepada pasien. Kortikosteroid adalah derivat dari hormon
kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon ini dapat
mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot dan
resistensi tubuh.
Kortikosteroid bekerja dengan memengaruhi kecepatan
sintesis protein. Molekul hormone memasuki sel melewati membrane
plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormone ini
bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel da
membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan
dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis
protein spesifik. Induksi sintesis protein ini akan menghasilkan efek
fisiologik steroid.
Kortikosteroid topikal dipakai untuk mengobati radang kulit
yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya penyakit eksim,
dermatitis kontak, gigitan serangga dan eksim skabies bersama-sama
dengan obat skabies. Kortikosteroid menekan berbagai komponen
reaksi pada saat digunakan saja; kortikosteroid sama sekali tidak
menyembuhkan, dan bila pengobatan dihentikan kondisi semula
mungkin muncul kembali. Obat-obat ini diindikasikan untuk

30
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

menghilangkan gejala dan penekanan tanda-tanda penyakit bila cara


lain seperti pemberian emolien tidak efektif.
Penyakit autoimun merupakan sekelompok penyakit yang
biasanya kurang jelas patogenesisnya dan dengan suatu manifestasi
fenomena autoimunitas. Biasanya dikelompokkan menjadi 2 jenis,
yaitu kelainan yang melibatkansejumlah sistem tubuh (kelainan
multisistem) dan kelainan yang hanya melibatkan sebuah organ saja
(khas organ) (Subowo, 1993).

C. SKENARIO 1
Pasien F datang ke apotek untuk menebus obat:
R/ Lameson 16mg No.XXX
S1dd1
Informasi yang di dapat dari pasien, yaitu pasien mengalami gejala
auto imun. Selain resep tersebut, pasien juga membeli Imboost Force
sebanyak 30 tablet. Pasien mengaku bahwa dirinya rutin
mengkonsumsi Imboost force tab untuk menjaga daya tahan tubuh
agar tidak mudah sakit.

D. SKENARIO 2
Ibu DS datang ke apotek ingin membeli cream Hydrocortison 2,5% dan
mengeluhkan gatal yang dialaminya beberapa minggu ini. Pasien
mengaku telah membeli cream tersebut di apotek yang sama selama 3
kali namun area gatal yang dialaminya semakin bertambah luas. Ibu DS
meminta saran agar diberikan obat oral yang cocok untuk dirinya.

31
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM XII

ANTIDOT

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai jenis
antidotum.

B. DASAR TEORI
Keracunan, baik yang disebabkan oleh takaran obat atau
bahan beracun lain. merupakan peristiwa yang tidak mengenal
tempat dan waktu. Peristiwa semacam itu dapat terjadi di rumah,
tempat kerja, rumah sakit, tempat rekreasi, dan bahkan di tempat
perhelatan atau pesta. Akibat yang ditimbulkan, berkisar dari
gangguan ringan sampai berat, bahkan fatal. Bila penderita
keracunan (anak-anak atau dewasa) dibawa ke pusat-pusat
perawatan (Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit), mereka mungkin
berada dalarn keadaan sadar (asimtomatik atau simtomatik),
semisadar, atau tidak sadar.
Efek toksik suatu zat sangat tergantung pada jumlahnya di
sel sasaran. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
sampainya zat di sel sasaran, kita akan dapat mencegah timbulnya
efek toksik. Langsung atau tidak langsung, zat toksik dapat
menimbulkan gangguan biokimiawi, struktural, dan fungsional
atau kombinasinya pada tingkat seluler, jaringan atau organ yang
bersifat reversibel atau irreversibel. Penggunaan zat kimia dan
obat walaupun sebelum peredarannya sudah diantisipasi dampak
buruknya melalui serangkaian penelitian, ternyata masih dapat
menimbulkan efek yang merugikan terutama jika penggunaannya
tidak sesuai aturan atau tidak terkontrol. Antidot diberikan untuk
melawan efek racun yang telah masuk kedalam organ target.
Tidak semua racun mempunyai antidot yang spesifik.

32
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

C. SKENARIO
Pasien Pz di bawa ke UGD setelah terpeleset dari tangga, pasien
sebelumnya mengeluhkan nyeri yang teramat sangat pada kakinya,
namun karena di rumah pasien hanya tersedia obat paracetamol,
Pz meminum 8 tablet paracetamol sekaligus agar nyerinya segera
berkurang. Kini di UGD pasien mengeluhkan nyeri di uluhati nya
dan muncul kebiru-biruan di sekitar mulut dan lehernya. Oleh
Dokter, pasien segera diberikan infus Fluimucil dan curcumin tablet
sebelum hasil laboratoriumnya muncul.

33
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

PRAKTIKUM XIII
TOKSIKOLOGI

A. TUJUAN
Mahasiswa memahami pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping dari berbagai
obat.

B. DASAR TEORI
Amfetamin merupakan salah satu zat kimia berbahaya yang
dapat menyebabkankecanduan. Meskipun demikian amfetamin
jugadigunakan untuk pengobatan. Amfetamin yangdigunakan
untuk pengobatan adalah kelas damfetamin dan metamfetamin,
digunakan dibeberapa negara untuk mengobati berbagaipenyakit
seperti attention-deficit hyperactivedisorder (ADHD), narkolepsi,
dan obesitas. Penggunaan amfetamin sebagai pengobatansering
digunakan pada orang-orang yangmemiliki gangguan mental
komorbid dengan asosiasi kompleks dan dua arah. Namun karena
terjadi penyalahgunaan, amfetamin mulai dilarang penggunaannya
baik untuk pengobatan atau lainnya. Amfetamin yang sering
disalahgunakan adalah jenis d-amfetamin; methamfetamin; 3-4,
metilenedioksiamfetamin; dan 3,4-metilenedioksimetamfetamin.
Diantara jenis-jenis amfetamin yang paling sering disalah gunakan,
metamfetamin memiliki potensi yang lebih besar untuk
menimbulkan kecanduan.

C. SKENARIO 1
BM, 35 tahun seorang artis pop terkenal ditemukan tewas di
apartemennya, padahal sehari sebelumnya nampak segar bugar.
Diketahui ia menderita insomnia dan mendapat terapi obat sedatif
hipnotik. Untuk mengetahui penyebab kematiannya, kepolisian
bagian forensik meneliti sampel darah dan mendapatkan hasil
positif mengandung psikotropika jenis Amfetamin atau
turunannya.

34
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

D. SKENARIO 2
SJ, 16 tahun datang ke UGD dengan mulut berbusa, di duga SJ baru
saja melakukan percobaan bunuh diri dengan meminum satu botol
insektisida, dokter segera memberikan injeksi atropin sulfat
sebagai terapi antidotum.

35
Petunjuk Praktikum Farmakologi II
PRODI FARMASI STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA

36

Anda mungkin juga menyukai