Anda di halaman 1dari 3

Cerita Rakyat Kalimantan Tengah : Siluman Angkes dan

Siluman Ikan Tomang

Cerita Rakyat dari Kalimantan Tengah

Seorang gadis cantik tampak kebingungan menyusuri Sungai Rungan. "Tapih, apa yang sedang
kau cari?" teriak ayahnya. Gadis bernama Tapih itu menjawab, "Topiku Ayah, topiku hanyut saat
aku mandi."

Mereka berdua menyusuri Sungai Rungan untuk mencari topi itu. Tak terasa, mereka telah
sampai di desa tetangga, Desa Sepang Simin. Ternyata topi Tapih ada di desa itu. Pemuda
bernama Antang Taung menemukannya.

Ayah Tapih menawarkan hadiah pada Antang Taung sebagai ucapan terima kasih, namun
pemuda itu menolaknya. "Jika diizinkan, saya bermaksud menikahi putri Bapak," pinta Antang
Taung yang jatuh cinta pada Tapih sejak pandangan pertama. Tapih tersipu mendengar
permintaan Antang Taung itu. Ketika ayahnya meminta pendapatnya, Tapih hanya mengangguk
setuju. Pesta pernikahan pun digelar dengan meriah.

Setelah menikah, sesuai dengan adat setempat, pasangan pengantin baru harus tinggal di rumah
orangtua masing-masing secara bergantian. Adat itu dirasa berat oleh Antang Taung dan Tapih
karena perjalanan dari asal Tapih, Desa Baras Semayang, ke Desa Sepang Simin harus melewati
hutan yang lebat. Setelah berembuk, mereka memutuskan untuk membuat jalan pintas yang
menghubungkan kedua desa tersebut.

Penduduk Desa Baras Semayang dan Sepang Simin bergotong-royong membangun jalan itu.
Mereka juga mendirikan pondok untuk tempat melepas lelah. Suatu hari, barang-barang yang
mereka Ietakkan di pondok itu raib. Dan bukan sekali itu saja. Bahan makanan, beras, bahkan
pakaian juga hilang. Karena penasaran, penduduk memutuskan untuk menjebak si maling.
Mereka berpura-pura meninggalkan pondok, seolah-olah pergi bekerja, tapi sebenarnya mereka
mengintip dari balik semak-semak. Saat itulah mereka melihat seekor angkes (sejenis landak)
masuk ke pondok.

Mereka mengintai Iebih dekat lagi. Hewan itu menggoyang-goyangkan tubuhnya dan tiba-tiba,
wusss... angin bertiup sangat kencang dan hewan angkes itu berubah menjadi pemuda tampan.
Serentak, para penduduk itu menyerbu pondok dan menangkap pemuda siluman angkes itu.

Cerita Rakyat Kalimantan Tengah

"Ampun, jangan hukum aku. Aku akan menebus semua kesalahanku!" teriak pemuda itu.

"Memangnya apa yang bisa kau lakukan? Mengembalikan semua hasil curianmu?" tanya
penduduk.

"Aku bisa membantu menyelesaikan pekerjaan kalian. Dalam waktu tiga hari, jalan pintas ini
akan siap digunakan," kata siluman angkes itu Semua yang hadir mengangguk setuju. Dan
memang benar, jalan itu selesai dalam waktu tiga hari. Antang Taung dan Tapih terkagum-
kagum mendengar berita tersebut. Suami-istri itu ingin mengangkat pemuda itu menjadi anak
mereka. Tak dinyana tawaran itu diterima.

Beberapa bulan kemudian, Tapih mengandung. Suatu hari, ia ingin sekali makan ikan tomang.
Untuk mengabulkan keinginan istrinya itu, Antang Taung pergi ke sungai dan berhasil
menangkap seekor ikan tomang. Karena terburu-buru pulang, malah meninggalkan ikan tomang
itu di perahunya. Begitu Antang Taung menyadari perbuatannya, ia kembaIi ke perahunya.
Namun alangkah terkejutnya ia, bukan ikan tomang yang ia temukan melainkan bayi perempuan
yang cantik jelita. Dengan sukacita, Antang Taung membawa bayi itu dan mengerahkannya pada
Tapih.
Bayi jelmaan ikan tomang itu ternyata tumbuh dengan cepat. Beberapa bulan saja, ia sudah
menjelma menjadi seorang gadis yang cantik. Ia jatuh cinta pada pemuda siluman angkes.
Rupanya perasaan itu tidak bertepuk sebelah tangan. Dengan restu dari Antang Taung dan Tapih,
keduanya melangsungkan pernikahan. Mereka sangat bahagia, tapi kebahagiaan itu tak bertahan
lama. Tak berapa lama setelah lahir, bayi pertama mereka meninggal. Ditambah lagi dengan
berita tentang kematian bayi yang dilahirkan oleh Tapih. Mereka semua sangat berduka.

Sesuai adat, Antang Taung dan Tapih harus mengadakan dua upacara kematian untuk kedua bayi
tersebut. Yang pertama adalah upacara penguburan, dan yang kedua adalah upacara pembakaran
tulang-belulang. Melalui kedua upacara tersebut, arwahnya dipercaya akan menempati Lewu
Tatau (surga). Upacara kedua, yang disebut tiwah dianggap lebih penting daripada upacara
pertama. Pada upacara tiwah, roh orang yang meninggal dipercaya akan lepas dari tubuhnya.

Siluman angkes dan siluman ikan tomang mengetahui upacara itu. Meskipun mereka adalah
siluman, mereka ingin melaksanakan upacara itu. Namun saat kuburan anak mereka digali,
bukan tulang-belulang manusia yang mereka dapati, melainkan tulang-belulang hewan dan ikon.
Warga yang menyaksikan kejadian tersebut berbisik-bisik satu sama lain. Karena malu, pasangan
siluman itu meninggalkan desa dan mengembara ke hutan.

Sampai akhir hayatnya, mereka tinggal di sana dan melahirkan banyak keturunan. Keturunan
mereka disebut hantuen. Banyak juga hantuen ini yang meninggalkan hutan dan menikah dengan
manusia biasa.

Saat ini, keturunan hantuen dipercaya mampu berubah wujud menjadi hantu jadi-jadian. Meski
pada siang hari wujud mereka adalah manusia, pada malam hari mereka akan berubah menjadi
hantu tanpa tubuh. Mereka berkeliaran mencari bayi yang baru lahir untuk diisap darahnya.

Pesan moral dari Cerita Rakyat Kalimantan Tengah : Legenda Hantuen untukmu adalah Jadilah
diri sendiri. Hindari keinginan untuk melakukan haI-hal yang dilakukan orang lain. Sebab hal itu
belum tentu sesuai bagi dirimu.

Anda mungkin juga menyukai