Anda di halaman 1dari 8

Nama : Zuarroh Safitri

NIM : 170004100

Kelas : D

1. a. AHLI ILMU DIJADIKAN ALLAH RUJUKAN BAGI MANUSIA DI BUMI


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِّ ‫سأَلُوا أَ ْه َل‬
َ‫الذ ْك ِر إِنْ ُك ْنتُ ْم ال تَ ْعلَ ُمون‬ ْ ‫فَا‬
“Bertanyalah kepada ahli dzikir jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl [16]: 43)

Ahli dzikir artinya ahli ilmu yaitu ahli Al-Qur’an dan As-Sunnah. Makna ini diambil dari
ayat dalam surat Al-Hijr dan Thaha. Dalam ayat ini Allah lebih mengutamakan ahli ilmu
daripada orang bodoh dan menyuruh orang bodoh untuk bertanya kepada ahli ilmu.

b. Ahli Ilmu Dijadikan Allah Sebagai Saksi Kalimat Tauhid

Allah berfirman:

ْ ِ‫ش ِه َد هَّللا ُ أَنَّهُ ال إِلَهَ إِال ه َُو َوا ْل َمالئِ َكةُ َوأُولُو ا ْل ِع ْل ِم قَائِ ًما بِا ْلق‬
‫س ِط ال إِلَهَ إِال ه َُو ا ْل َع ِزي ُز ا ْل َح ِكي ُم‬ َ
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan
yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ali Imran [3]: 18)

Allah menjadikan persaksian Laa Ilaaha Illallah dari tiga pihak, yaitu Allah sendiri, malaikat,
dan ahli ilmu. Ini menunjukkan keutamaan ahli ilmu karena persaksian hanya diambil dari
orang khusus.

Dalam ayat ini ada 4 keutamaan ahli ilmu:

1. Allah menjadikan mereka sebagai saksi kalimat teragung yang karenanya Allah
menciptakan Surga dan Neraka, mengutus para Rasul dan Kitab, dan menciptakan
manusia dan jin.
2. Allah mengiringkan nama ahli ilmu dengan Rabb semesta alam dan makhluk mulia
para malaikat.
3. Allah mengutamakan ahli ilmu daripada manusia lainnya.
4. Ahli ilmu adalah orang mulia dan istimewa karena persaksian kalimat termulia dan
istimewa tidak diambil kecuali dari orang mulia dan istimewa.

c. Manusia Terbaik Disuruh Menjadi Ahli Ilmu

Allah berfirman:
‫ت َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم ُمتَقَلَّبَ ُك ْم َو َم ْث َوا ُك ْم‬ ْ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ ال إِلَهَ إِال هَّللا ُ َوا‬
ِ ‫ستَ ْغفِ ْر لِ َذ ْنبِكَ َولِ ْل ُمؤْ ِمنِينَ َوا ْل ُمؤْ ِمنَا‬
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.” (QS.
Muhammad [47]: 19)

Allah menyuruh Nabi-Nya untuk belajar dan memahami kalimat tauhid, menunjukkan belajar
lebih utama daripada beribadah tanpa ilmu.

d. Celaan kepada Kebodohan Menunjukkan Sebaliknya

Dari Jabir Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ِ ‫فَإِنَّ َما‬
ُّ ‫شفَا ُء ا ْل ِع ِّي ال‬
‫سؤَ ا ُل‬
“Sungguh obat kebodohan adalah bertanya.” (HR. Abu Dawud no. 336 dan dishahihkan
Syaikh Al-Albani)

Hadits ini berbicara tentang orang yang meninggal akibat fatwa dari orang-orang bodoh.
Mereka berfatwa tanpa ilmu dan tidak mau menkonfirmasikan kepada Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Akhirnya beliau marah dan berkata, “Mereka telah membunuhnya.
Semoga Allah membunuh mereka.” Lalu beliau bersabda seperti di atas.

e. Ahli Ilmu Adalah Pemilik Mata Sebenarnya

Allah berfirman:

ِ ‫ق َك َمنْ ه َُو أَ ْع َمى إِنَّ َما يَتَ َذ َّك ُر أُولُو األ ْلبَا‬
‫ب‬ ُّ ‫أَفَ َمنْ يَ ْعلَ ُم أَنَّ َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي َك ِمنْ َربِّكَ ا ْل َح‬
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu
itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat
mengambil pelajaran.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 19)

Ilmu adalah cahaya untuk melihat hakikat segala urusan. Hakikat melihat bukan dengan mata
tetapi dengan hati. Inilah penglihatan yang tajam dan sangat bermanfaat.

‫اط ا ْل َع ِزي ِز ا ْل َح ِمي ِد‬ َّ ‫َويَ َرى الَّ ِذينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم الَّ ِذي أُ ْن ِز َل إِلَ ْي َك ِمنْ َربِّكَ ه َُو ا ْل َح‬
ِ ‫ق َويَ ْه ِدي إِلَى‬
ِ ‫ص َر‬
“Dan orang-orang yang diberi ilmu melihat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Saba [34]: 6)

f. Ilmu Mewariskan Khasyyah (Rasa Takut) dan Khasyyah Adalah Ciri Penghuni
Surga

Dalam firman-Nya:

‫َن ا ْل َه َوى * فَإِنَّ ا ْل َجنَّةَ ِه َي ا ْل َمأْ َوى‬ َ ‫َوأَ َّما َمنْ َخافَ َمقَا َم َربِّ ِه َونَ َهى النَّ ْف‬
ِ ‫سع‬
“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari
keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-
Naziat [79]: 40-41)

‫س َّجدًا‬
ُ ‫ان‬ ْ ِ‫إِنَّ الَّ ِذينَ أُوتُوا ا ْل ِع ْل َم ِمنْ قَ ْبلِ ِه إِ َذا يُ ْتلَى َعلَ ْي ِه ْم يَ ِخ ُّرونَ ل‬
ِ َ‫ألذق‬
“Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Qur’an
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.” (QS. Al-
Isra [17]: 107)

g. Ahli Ilmu Adalah Pewaris Para Nabi

Yang dimaksud adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Penyebutan para


Nabi untuk menegaskan keutamaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di mana
apa yang beliau bawa mencakup seluruh ajaran para Nabi. Yang diwariskan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bukanlah dinar dan dirham tetapi ilmu berupa cahaya Al-Qur`an dan As-
Sunnah.

Dari Abu Darda Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa


Sallam bersabda:

‫الِ َم‬€€‫ َوإِنَّ ال َع‬،‫الع ْل ِم‬ِ ‫ب‬ ِ ِ‫طال‬ َ ‫ض ُع أَ ْجنِ َحتَ َها ِر‬
َ ِ‫ضا ًء ل‬ َ َ‫ َوإِنَّ ال َماَل ئِ َكةَ لَت‬،‫الجنَّ ِة‬
َ ‫سلَ َك هَّللا ُ ِب ِه طَ ِريقًا إِلَى‬ َ ‫ط ِريقًا يَ ْبتَ ِغي فِي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫سلَ َك‬َ ْ‫َمن‬
‫ائِ ِر‬€‫س‬ َ ‫ ِر َعلَى‬€‫ ِل القَ َم‬€‫ض‬ َ
ْ ‫ َكف‬،‫ ِد‬€ِ‫ض ُل ال َعالِ ِم َعلَى ال َعاب‬ َ
ْ ‫ َوف‬،‫ض َحتَّى ال ِحيتَانُ فِي ال َما ِء‬ َ
ِ ‫ت َو َمنْ فِي األ ْر‬ ِ ‫س َم َوا‬َّ ‫ستَ ْغفِ ُر لَهُ َمنْ فِي ال‬ ْ َ‫لَي‬
‫ظ َوافِ ٍر‬ ٍّ ‫ فَ َمنْ أَ َخ َذ بِ ِه أَ َخ َذ ِب َح‬،‫ إِنَّ األَ ْنبِيَا َء لَ ْم يُ َو ِّرثُوا ِدينَا ًرا َواَل ِد ْر َه ًما إِنَّ َما َو َّرثُوا ال ِع ْل َم‬،‫ إِنَّ ال ُعلَ َما َء َو َرثَةُ األَ ْنبِيَا ِء‬،‫ب‬ ‫ك‬
ِ ِ َ‫ا‬ ‫و‬‫ك‬ َ ‫ال‬
“Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan perjalankan
(mudahkan) ia jalan menuju Surga. Sungguh para malaikat mengepakkan sayap-sayap
mereka karena ridha dengan penuntut ilmu. Sungguh orang alim benar-benar dimintakan
ampun oleh makhluk di langit dan di bumi hingga ikan di laut. Keutamaan ahli ilmu
dibanding ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas seluruh bintang. Para ahli ilmu adalah
perawis para Nabi. Para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham tetapi mewariskan ilmu.
Siapa yang mengambilnya berarti telah mengambil keuntungan yang besar.” (HR. At-
Tirmidzi no. 2682, Abu Dawud no. 3641, dan Ibnu Majah no. 223. Dishahihkan Syaikh Al-
Albani)

h. Penuntut Ilmu Disamakan dengan Pahala Mujahid Fi Sabilillah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa


Sallam bersabda:

َ ‫كَ فَ ُه‬€ِ‫ ِر َذل‬€‫ ا َءهُ لِ َغ ْي‬€‫ َو َمنْ َج‬،‫بِي ِل هللا‬€‫س‬


‫و‬€ ِ ‫ َو‬€‫س ِج ِدي َه َذا لَ ْم َيأْتِ ِه إِالَّ لِ َخ ْي ٍر َيتَ َعلَّ ُمهُ أَ ْو يُ َعلِّ ُمهُ فَ ُه‬
َ ‫ ِد ِفي‬€‫ ِة ال ُم َجا ِه‬€َ‫في َمن ِزل‬ ْ ‫َمنْ َجا َء َم‬
َ ُ
ِ ‫بِ َم ْن ِزلَ ِة ال َّر ُج ِل يَ ْنظ ُر إِلَى َمت‬
‫َاع غ ْي ِر ِه‬
“Siapa mendatangi Masjidku ini tanpa tujuan selain kebaikan yang ingin dipelajarinya atau
diajarkannya maka ia berada di kedudukan mujahid fi sabilillah. Siapa yang mendatanginya
untuk tujuan selain ini maka ia berada dalam kedudukan orang yang melihat-lihat barang
orang lain.” (Shahihul Jami’ no. 6184)

i. Ahli Ilmu Dikecualikan dari Laknat


Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:

‫ أَ ْو ُمتَ َعلِّ ًما‬،‫ أَ ْو عَالِ ًما‬،ُ‫ َو َما َوااَل ه‬،ِ ‫ إِاَّل ِذ ْك َر هَّللا‬،‫ َم ْل ُعونٌ َما ِفي َها‬،ٌ‫ال ُّد ْنيَا َم ْل ُعونَة‬
“Dunia terlaknat dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah
dan ketaatan kepada-Nya, atau orang alim, atau pelajar.” (HR. Ibnu Majah no. 4112 dan
dihasankan Syaikh Al-Albani)

j. Ahli Ilmu Orang Terbaik dari Seluruh Manusia

Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ضلِي َعلَى أَ ْدنَا ُك ْم‬ ْ َ‫ف‬


ْ َ‫ض ُل ال َعالِ ِم َعلَى ال َعابِ ِد َكف‬
“Keutamaan ahli ilmu atas ahli ibadah seperti keutamanku atas orang paling rendah dari
kalian.” (HR. At-Tirmidzi no. 2685 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani)

k. Allah Menyuruh Seluruh Manusia Iri kepada Ahli Ilmu

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ َل‬€‫ لَ ْيتَنِي أُوتِيتُ ِم ْث‬:‫ا َل‬€€َ‫ فَق‬،ُ‫ه‬€ َ‫س ِم َعهُ َجا ٌر ل‬


َ َ‫ ف‬،‫ فَ ُه َو يَ ْتلُوهُ آنَا َء اللَّ ْي ِل َوآنَا َء النَّ َها ِر‬، َ‫ َر ُج ٌل َعلَّ َمهُ هَّللا ُ القُ ْرآن‬:‫س َد إِاَّل فِي ا ْثنَتَ ْي ِن‬
َ ‫الَ َح‬
، ٌ‫ا أُوتِ َي فُالَن‬€€‫ َل َم‬€‫ لَ ْيتَنِي أُوتِيتُ ِم ْث‬:‫ فَقَا َل َر ُج ٌل‬،ِّ‫الحق‬ َ ‫ َو َر ُج ٌل آتَاهُ هَّللا ُ َمااًل فَ ُه َو يُ ْهلِ ُكهُ ِفي‬،‫ فَ َع ِم ْلتُ ِم ْث َل َما يَ ْع َم ُل‬، ٌ‫َما أُوتِ َي فُالَن‬
‫فَ َع ِم ْلتُ ِم ْث َل َما يَ ْع َم ُل‬
“Tidak boleh hasad (ghibthah, mengharapkan memiliki nikmat orang lain tanpa
mengharapkan nikmat itu hilang darinya) kecuali kepada dua orang, yaitu [pertama]
seseorang yang Allah ajari al-Qur`an lalu dia membacanya di malam dan siang hari lalu
tetangganya mendengar hal itu lalu berkata, ‘Andai saja aku diberi seperti apa yang diberikan
kepada fulan pasti aku akan melakukan seperti yang dilakukan fulan itu.’ [Kedua] seseorang
yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan di dalam kebenaran lalu seseorang berkata, ‘Andai
saja aku diberi seperti apa yang diberikan kepada fulan pasti aku akan melakukan seperti
yang dilakukan fulan itu.’” (HR. Al-Bukhari no. 5026)

l. Pahala Ahli Ilmu Tidak Terputus Meski Sudah Meninggal

Yakni pahalanya tetap mengalir setelah meninggalnya. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu


‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ُ‫ح يَ ْدعُو لَه‬ َ ‫ أَ ْو َولَ ٍد‬،‫ أَ ْو ِع ْل ٍم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه‬،‫ص َدقَ ٍة َجا ِريَ ٍة‬
ٍ ِ‫صال‬ َ ‫إِ َذا َماتَ اإْل ِ ْن‬
َ ْ‫ إِاَّل ِمن‬:‫سانُ ا ْنقَطَ َع َع ْنهُ َع َملُهُ إِاَّل ِمنْ ثَاَل ثَ ٍة‬
“Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputus semua amalnya (tidak bisa lagi
beramal) kecuali 3 orang, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan orang, atau anak
shalih yang mendoakan yang mendoakannya.” (HR. Muslim no. 1631)

. 2. a. Allah akan meninggikan derajat orang berilmu. dalam firman-Nya


b. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

c. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Mujadilah: 11).

d. dipermudah jalan menuju surga. Nabi bersabda : “Barang siapa menempuh suatu jalan
untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim).

c. Perintah Berilmu dalam Al-Qur’an Dalam perkembangannya, agama Islam tidak terlepas
dari turunnya wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Tak terkecuali dalam hal
keutamaan menuntut ilmu. Dimana ayat-ayat tersebut mampu membawa Assabiqunal
Awalun (Golongan awal yang masuk Islam) meletakkan dasar awal peradaban Islam. Dalam
Al-Qur’an beberapa ayat diturunkan guna menegaskan bahwa sebagai umat Islam perlu untuk
menuntut ilmu. Ayat yang pertama kali diturunkan Q.S. Al- Alaq ayat 1 yang mempunyai arti
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan“ memberikan kita sebuah
pengertian bahwa tradisi keilmuan dengan membaca adalah salah satu keutamaan. Selain itu
al-Qur’an juga memberi nasehat Q.S. al-Zumar ayat 9 “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui (berilmu) dan orang yang tidak mengetahui (tidak berilmu)”, memberikan kita
penjelasan bahwa kedudukan orang yang berilmu dan tidak berilmu tidaklah sama. QS. al-
A’raf ayat 179 “Mereka (yang) mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk
melihat (tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga, tapi tidak digunakan untuk
mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak”, memberikan kita penjelasan bahwa apa yang
sudah di berikan oleh Allah SWT berupa hati, mata, dan telinga untuk digunakan dengan
semaksimal mungkin. Dalam penjelasan ayat yang lain, diantaranya Q.S. al-An’am: 97-98.
“Tanda kebesaran Allah hanya diberikan kepada orang yang mengetahui” dan QS. al-
Baqarah: 269 “Barang siapa yang dikaruniai hikmah (ilmu) itu, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran”. Memahami Peradaban Memahami peradaban Islam membutuhkan banyak wacana
dan waktu yang lama. Ketika kita berbicara tentang masanya, maka dari peradaban awal
dimulai dari Nabi Muhammad SAW dan mencapai puncak pada masa kekhalifan Bani
Umayah dan Bani Abasiyyah. Walaupun sejarah mencatat puncak peradaban lebih banyak di
era bani abasiyah. Akan tetapi kita tidak melupakan kemajuan peradaban Islam di Andalusia
oleh bani umayah serta kenyataan bahwa kerajaan Islam masih ada hingga tahun 1924 oleh
Kerajaan Turki Ustmani. Melihat dari substansi peradaban yang terpenting dalam teori
‘umrân Ibnu Khaldun adalah ilmu pengetahuan. Menurut pendapat Sayd Qutb peradaban
bersumber dari keimanan. Pendapat ini di dukung oleh pendapat Muhammad Abduh bahwa
agama adalah asas dari segala peradaban. Arnold Toynbee juga mengakui bahwa kekuatan
spiritual (batiniyah) adalah kekuatan yang memungkinkan seseorang melahirkan manifestasi
lahiriyah (outward manifestation) yang kemudian disebut sebagai peradaban. Tahapan Ilmu
Pembentuk Peradaban Munculnya Peradaban tidak serta merta terjadi begitu saja. Perlu
pondasi yang kuat dan melekat pada suatu tataran masyarakat tertentu sehingga berkembang
menjadi basis sebuah peradaban. Seperti yang dijelaskan bahwa pondasi yang kuat adalah
agama. Maka menurut Dr Hamid Fahmi Z. Bahwa peradaban Islam sendiri terdiri dari 2 fase.
Fase pertama dari Al-Qur’an ke tradisi keilmuan dan fase kedua dari tradisi kelimuan menuju
ke tradisi politik. Masih menurut Dr Hamid bahwa peradaban berawal dari Al-Qur’an
didukung dengan tahapan penurunan Al-Qur’an itu sendiri. 2 per 3 Al-Qur’an turun di
makkah dan 1 per 3 di madinah. Dimakkah sendiri dibagi menjadi dua periode yaitu periode
awal dan periode akhir. Pada periode awal wahyu diturunkan umumnya mengandung konsep-
konsep tentang Tuhan dan keimanan kepada-Nya, hari kebangkitan, penciptaan, akhirat,
surga dan neraka, hari pembalasan, baik dan buruk, dan lain sebagainya yang kesemuanya itu
merupakan elemen penting dalam struktur worldview Islam. Pada periode akhir Makkah,
wahyu memperkenalkan konsep-konsep yang lebih luas dan abstrak, seperti konsep ‘ilm,
nubuwwah,dîn, ‘ibâdah, dan lain-lain. Pada periode Madinah, wahyu yang diturunkan lebih
banyak mengandung tema-tema umum yang merupakan penyempurnaan ritual peribadatan,
rukun Islam, sistem hukum yang mengatur hubungan individu, keluarga, dan masyarakat;
termasuk hukum- hukum tentang jihad, pernikahan, waris, hubungan Muslim dengan non-
Muslim, dan sebagainya. Jadi kurikulum yang ditawarkan oleh Al-Qur’an dalam membentuk
sebuah peradaban adalah dengan membentuk basis keimanan sehingga membentuk
worldview. Setelah periode penurunan Al-Qur’an selesai dengan wafatnya Nabi Muhammad
SAW maka pembangunan peradaban dilanjutkan dengan tradisi intelektual yang dilanjutkan
oleh sahabat, tabi’in dan ulama. Komunitas ilmuwan yang paling awal dan berfungsi sebagai
medium transformasi ilmu pengetahuan wahyu adalah Bait al-Arqam. Namun yang lebih
efektif dari itu adalah al-Suffah, yang artinya beranda atau serambi masjid dan komunitas
intelektualnya disebut Ashâb al-Suffah. Di lembaga pendidikan pertama dalam Islam ini,
kandungan wahyu dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW dikaji dalam kegiatan belajar
mengajar yang efektif. *** Kegiatan ini mulai berjalan diperkirakan 10, 17, atau 19 bulan
sesudah Hijrah atau 2 tahun setelah Hijrah. Tujuan utama Ashâb al-Suffah adalah belajar dan
mengamalkan Islam, dari sumbernya, yaitu wahyu dan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW.
Meski materinya masih sederhana, seperti shalat, membaca al-Qur’an, memahami ayat-ayat
bersama-sama, berzikir, serta belajar menulis, namun, karena objek kajiannya tetap berpusat
pada wahyu, maka ia betul-betul luas dan kompleks. Bukan sekadar membaca dan
memahami, para sahabat tidak pernah melewatkan sebuah surah dari Al-Qur’an dan
mempelajari surah berikutnya sebelum mereka menghafal dan mengamalkannya. Artinya
mereka mempelajari ilmu dan amal. Generasi awal ini melahirkan tokoh-tokoh di antaranya
seperti Abu Hurairah, Abu Dhar Al-Ghifari, dan Salman Al Farisi. Generasi selanjutnya lahir
tokoh di antaranya Umar bin Abdul Aziz dan Abu Hanifah. Generasi ini masih berfokus pada
kajian Wahyu dan hadis. Semakin meluasnya agama Islam, meluas pula ajaran dan spirit
tradisi keilmuan dalam membangun peradaban. Di masa Bani Abbassyiah memberikan
perhatian khusus bagi ilmu pengetahuan. Hal ini ditunjukkan oleh khalifah al makmun
dengan mendirikan perpustakaan besar yang diberi nama Bait al Hikmah. Tidak hanya itu, di
andalusia Bani Umayah mendirikan peradaban keilmuan di sana. Ada pula observatorium
astronomi di Maragha dengan 400.000 buku dengan salah satu tokoh yang terkenal adalah al-
Maghribi. Peradaban yang basis dan keimanan atau worldview yang sudah matang dengan
sendirinya akan mentransmisikan pemikiran-pemikiran dari peradaban sebelumnya. Seperti
di Andalusia, banyak tokoh Islam yang menerjemahkan, mengkaji dan memodifikasi
pemikiran yunani dengan spirit Islam. Dengan berkembangnya dan meluasnya peradaban
Islam melalui transformasi kultural maka Islam memberikan sumbangsih besar terhadap
dunia barat.

2. a. Periode klasik
Merupakan periode yang disebut sebagai periode kejayaan Islam, dan periode ini terbagi
menjadi dua fase:

 Fase ekspansi, integrasi (600-1000)


 Fase disintegrasi (1000-1250)
b. Periode pertengahan (1250-1800)

Merupakan periode yang disebut sebagai periode kemunduran Islam, dan periode ini terbagi
menjadi dua fase :

 Fase kemunduran (1250-1500M)


 Fase kemunculan tiga kerajaan besar (1500-1800)
c. Periode modern (1800-sekarang)
Merupakan periode yang disebut sebagai periode kebangkitan bagi umat Islam, yaitu ditandai
dengan kemunculan para pembaharu Islam

Kemajuan Islam
Pada tahun 650-1250 yang disebut sebagai periode klasik. Merupakan tahun di mana Islam
sedang dalam masa jaya-jayanya. Ketika itu terdapat dua kerajaan besar yang berkuasa, yaitu
kerajaan Umayyah (Daulah Umayyah) dan kerajaan Abbsyah (Daulah Abbasyah).

Pada masa Daulah Umayyah kekuasaan Islam meluas, tidak hanya itu kemajuan di bidang
ekonomi, politik, militer, sosial, dan arsitektur juga turut mendorong kejayaan Islam pada
masa ini.

Pada masa Daulah Abbasyah kemajuan Islam ditandai dengan perkembangan yang pesat
pada ilmu pengetahuan, selain itu juga terdapat kemajuan pada bidang ekonomi, politik,
sosial, arsitektur dan juga militer.

Kemajuan Islam pada masa Daulah Umayyah dan Daulah Abbasyah tidak terjadi secara
instan, ada faktor-faktor yang mendorong kemajuan Islam pada dua masa itu. Nah, berikut ini
merupakan faktor internal dan faktor eksternal yang mendorong kemajuan Islam pada masa
Daulah Umayyah dan Daulah Abbasyah:

Faktor Internal
1. Keistiqamahan dan konsisensi umat Islam terhadap ajaran Islam
2. Islam sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk terus maju
3. Islam yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam)
4. Keseimbangan yang ada dalam Islam, penyebaran atau dakwah yang tujuannya untuk
dunia dan juga akhirat.
Faktor eksternal
1. Adanya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dulu
mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan, misalnya Persia dalam ilmu
pemerintahan dan yunani dalam ilmu filsafat.
2. Gerakan terjemahan yang terjadi pada periode klasik ini dilakukan dengan
berkesinambungan. Dampaknya juga sangat terlihat yaitu pada perkembangan ilmu
pengetahuan umum utamanya di bidang kedokteran, kimia, filsafat, sejarah dan astronomi.
Selain faktor internal dan eksternal tersebut ada juga faktor lain pendorong kejayaan Islam
yang disebut sebagai gerakan ilmiah, gerakan ini diinisiasi oleh para ulama pada masa atau
periode klasik, yaitu :

1. Menjalankan ajaran Islam yang ada dalam Al-Qur’an dengan maksimal


2. Menerapkan isi hadist dalam kehidupan sehari-hari, misalnya yaitu hadist tentang
menuntut ilmu yang mengajarkan kita agar terus belajar walaupun hingga ke negeri Cina.
3. Mengembangkan ilmu agama Islam secara sungguh-sungguh, mempelajari ilmu
filsafat yunani untuk mengembangkan ilmu pengetahuan umum. Sehingga ketika itu muncul
ulama fiqih, tauhid, hadist dan ilmu sains (ilmu kedokteran, matematika, kimia, fisika, optik,
geografi)
4. Adanya ulama yang berpegang teguh pada prinsip, sehingga menolak untuk menjadi
pegawai pemerintahan.

b. Penyebab Kemunduran Islam, diantaranya:


1) Letak Negara-negara islam yang cenderung gersang, sehingga hanya mengandalkan
sungai-sungai besar, seperti sungai Nil.
2) Kondisi Negara-negara islam yang miskin, hal ini mempengaruhi pertahanan keamanan
sehingga mudah diserang dan dihancurkan.
3) Faktor alam, Negara-negara islam yang sering mengalami bencana, seperti rusaknya hasil
pertanian, sehinga negara islam mengalami krisis pangan, terjadi wabah penyakit yang
mematikan.
4) Letak geografis yang rentan mengalami serangan dari luar secara terus menerus, juga
menjadi penyebab kemunduran islam.
5) Dan yang paling sangat menentukan kemunduran islam adalah adanya perang salib.
6) Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat.
7) Jumlah penduduk bangsa Eropa meningkat mengalahkan penduduk muslim diwilayah
kekholifahan.
Namun, meskipun Barat muncul sebagai kekuatan baru, Muslim bukanlah peradaban yang
mati seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban Islam terus hidup dan
bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai ancaman Barat

Anda mungkin juga menyukai