Anda di halaman 1dari 9

 Contoh Indikator untuk Penilaian Sikap

Contoh Indikator untuk Penilaian Sikap

Contoh Indikator untuk Penilaian Sikap--  Di Kurikulum 2013, penilaian terhadap siswa tidak hanya pada aspek
Pengetahuan (Kognitif) dan Keterampilan (Psikomotor) saja, namun juga penilaian pada aspek Apektif (Sikap).
Nah, untuk menilai Sikap, digunakan teknik penilaian melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan
jurnal. Untuk dapat membuat penilaian sikap tersebut harus berdasarkan indikator yang diturunkan dari KD yang
bersumber pada KI. Untuk indikator sikap spiritual diturunkan dari KD/ KI 1, sedangkan indikator sikap sosial
diturunkan dari KD/ KI 2.
Dalam penyusunan RPP, guru bisa memilih sikap sosial apa yang akan dinilai, jadi tak perlu semuanya.

Buat para peserta didik yang membaca artikel ini, tentu kalian bisa belajar, aktivitas tawuran jelas bertentangan

dengan sikap spiritual maupun sosial ini. Untuk nilai sikap, tidak boleh di bawah B. Jika sampai C, pasti tidak naik

kelas.
Berikut contoh indikator yang dapat dipilih/ digunakan:

Sikap Spiritual (Relegius):


-Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
-Mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan
-Memberi salam sebelum dan sesudah menyampaikan pendapat/ presentasi
-Mengungkapkan kekaguman secara lisan maupun tulisan terhadap Tuhan saat melihat kebesaran Tuhan
-Mengungkapkan keberadaan dan kebesaran Tuhan saat mempelajari ilmu pengetahuan

Sikap Sosial:
a. Jujur
-Tidak mencontek dalam mengerjakan ujian/ulangan/tugas
-Tidak melakukan plagiat (mengambil/ menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan
tugas
-Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa adanya
-Melaporkan data atau informasi apa adanya
-Mengakui kesalahan atau kekurangan g dimiliki

b. Disiplin
-Masuk kelas tepat waktu
-Mengumpulkan tugas tepat waktu
-Memakai seragam sesuai tata tertib
-Mengerjakan tugas yang diberikan
-Tertib dalam mengikuti pembelajaran
-Mengikuti praktikum sesuai dengan langkah yang ditetapkan
-Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
-Membawa buku teks mata pelajaran

c. Tanggung jawab
-Melaksanakan tugas individu dengan baik
-Menerima risiko dari tindakan yang dilakukan
-Tidak menuduh orang lain tanpa bukti yang akurat
-Mengembalikan barang yang dipinjam
-Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan

d. Toleransi
-Menghormati pendapat teman
-Menghormati teman yang berbeda suku, agama, ras, budaya, dan gender
-Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapatnya
-Menerima kekurangan orang lain
-Memaafkan kesalahan orang lain

e. Gotong-royong
-Aktif dalam kerja kelompok
-Suka menolong teman atau orang lain
-Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan
-Rela berkorban untuk orang lain

f. Santun
-Menghormati orang yang lebih tua
-Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain
-Menggunakan bahasa santun saat menyampaikan pendapat
-Menggunakan bahasa santun saat mengkritik pendapat teman
-Bersikap 3S (Salam senyum, sapa) saat bertemu orang lain

g. Percaya diri
-Berani presentasi di depan kelas
-Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
-Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu
-Mampu membuat keputusan dengan cepat
-Tidak mudah putus asa/ pantang menyerah

Silakan unduh rubrik instrumen penilaiannya:


- Observasi
- Antarpeserta didik
- Penilaian diri
- Jurnal

Sumber: Bahan pelatihan Implementasi Kurikulum 2013

COPYAN KE-2

SIKAP SISWA DALAM BELAJAR


MARET 14, 2012 6 KOMENTAR

1.      Pengertian Sikap
Sikap merupakan kecenderungan pola tingkah laku individu untuk berbuat sesuatu dengan cara tertentu terhadap orang, benda atau gagasan. Sikap
dapat diartikan sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut
dengan cara tertentu (Calhoun, 1978: 315). Menurut Robert R.Gabe (dalam Siskandar, 2008:440), Sikap merupakan kesiapan yang terorganisir yang
mengarahkan atau mempengaruhi tanggapan individu terhadap obyek. Sedangkan menurut Berkowitz (Azwar, 1995:5) Sikap seseorang terhadap
suatu objek adalah perasaan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable) terhadap objek tersebut. Selanjutnya lebih spesifik,
Thurstone (Azwar, 1995:5) memformulasikan sikap sebagai derajat afek positif dan afek negatif terhadap suatu obyek psikologis. Obyek psikologis
yang dimaksud adalah lambang-lambang, kalimat, semboyan, orang, institusi, profesi, dan ide-ide yang dapat dibedakan ke dalam perasaan positif
atau negatif.
Sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan tindakan akan memberi arah kepada perbuatan atau tindakan seseorang. Tetapi hal ini tidak berarti
bahwa semua tindakan atau perbuatan seseorang identik dengan sikap yang ada padanya. Seseorang mungkin saja melakukan perbuatan-perbuatan
yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap anak terhadap sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya pendidikan anak-anak di
sekolah. Sikap yang positif terhadap sekolah, guru-guru, maupun terhadap teman-teman akan merupakan dorongan yang besar bagi anak untuk
mengadakan hubungan yang baik. Dengan adanya hubungan yang baik, dapat melancarkan proses pendidikan di sekolah. Sebaliknya sikap yang
negatif akan menyebabkan terjadinya hubungan yang tidak harmonis dan hanya akan merugikan anak itu sendiri (Nurkancana, 1986).
Definisi sikap yang telah dikemukakan di atas, masih umum dan bersifat teoretis. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam pengukurannya, oleh sebab itu
Show dan Wright (dalam Azwar,  1992), bahwa sikap memiliki referensi atau kelas referensi yang spesifik dan membatasi konstruksi sikap komponen
afektif saja. Lebih jauh mereka mengemukakan, aspek afektif ini mendahului tingkah laku dan didasarkan pada proses kognitif.
Menurut Azwar, sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu:
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem
yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
Selanjutnya Rosenberg (dalam Azwar, 1998), dengan teori konsistensi afektfi-kognitifnya memandang bahwa ketiga komponen tersebut di atas saling
berinteraksi secara selaras dan konsistensi dalam mempolakan arah sikap yang seragam. Apabila ketiga komponen itu ada yang tidak selaras atau
tidak konsisten satu sama lain, maka akan menyebabkan timbulnya mekanisme perubahan sikap sampai konsistensi dapat tercapai kembali sehingga
sikap yang semula negatif dapat berangsur-angsur berubah menjadi positif. Akan tetapi sikap yang ekstrim seperti sangat setuju atau sangat tidak
setuju biasanya tidak mudah untuk dirubah.
Dari semua pengertian yang di ungkapan di atas dapat diambil sebuah pengertian tentang sikap, yaitu sikap adalah penerimaan, tanggapan, dan
penilaian seseorang terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses belajar maupun pengalaman di
lapangan yang menyebabkan perasaan senang (positif/sangat positif) atau tidak senang (negatif/tidak negatif).
 2.      Tingkatan Sikap
Menurut Suke Silverius (dalam Riyono, 2005:11), sikap meliputi lima tingkat kemampuan yaitu:
– Menerima (Receiving)
Tingkat ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam suatu fenomena atau stimulus khusus. Misalnya dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menanyakan, menyebutkan, mengikuti,
dan menyeleksi.
– Menanggapi / Menjawab (Responding)
Pada tingkatan ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadapnya. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan
untuk rumusan indikatornya adalah menjawab, berbuat, melakukan, dan menyenangi.
– Menilai (Valuing)
Tingkat ini berkenaan dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tingkai ini berjenjang mulai dari hanya
sekedar penerimaan sampai pada tingkat komitmen yang lebih tinggi. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya
adalah membedakan, mempelajari, dan membaca.
– Organisasi (Organization)
Hasil belajar pada tingkat ini berkenaan dengan organisasi suatu nilai (merencanakan suatu pekerjaan yang memenuhi kebutuhannya). Kata-kata
kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menyiapkan, mempertahankan, mengatur, menyelesaikan, dan
menyusun.
– Karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai
Hasil belajar pada tingkat ini meliputi banyak kegiatan, tapi penekanannya lebih besar diletakkan pada kenyataan banhwa tingkah laku itu menjadi ciri
khas atau karakteristik siswa tersebut. Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk rumusan indikatornya adalah menerapkan,
membenarkan cara pemecahan masalah, dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini tingkatan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pada tingkat pertama (menerima), sikap positif siswa dapat  dilihat dari kesediaan siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika di
kelas.
2. Pada tingkat kedua (menanggapi), siswa yang bersikap positif akan cenderung menyenangi pembelajaran matematika di kelas.
3. Pada tingkat ketiga (menilai), siswa yang bersikap positif akan berusaha untuk mempelajari materi matematika lebih dalam lagi.
Sebagai contoh mempelajari materi matematika saat di rumah.
1. Pada tingkat keempat (organisasi), siswa yang bersikap positif akan berusaha menyelesaikan masalah / soal-soal matematika yang ada
secara maksimal walaupun soal-soal tersebut tergolong sangat sulit.
2. Pada tingkat kelima (karakteristik), siswa yang bersikap positif terhadap pembelajaran matematika akan berusaha menerapkan
pengetahuannya dalam memecahkan masalah pada  kehidupan sehari-hari atau dapat berpikir kritis dalam menghadapi segala hal.
3.  Pengukuran sikap
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala sikap. Menurut Bloom (dalam Annisa, 2011) dalam pengajaran matematika dikenal
dua kategori skala sikap yaitu “Interest and Attitude” dan “Appreciation”.Kategori pertama mencakup lima dimensi afektif, yaitu:
1. Attitude yaitu tingkat kecenderungan positif atau negatif yang berhubungan dengan suatu objek psikologis.
2. Interest atau minat yaitu kecenderungan menghayati suatu objek untuk mengenal objek tersebut.
3. Motivation (motivasi) yaitu kekuatan yang ada didalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan aktivitas – aktivitas
tertentu untuk mencapai suatu tujuan.
4. Anxiety yaitu kecemasan seseorang yang disebabkan oleh rasa ketidakmampuannya dalam memecahkan suatu permasalahan.
5. Self – concept yaitu pandangan individu terhadap dirinya sendiri yang sangat dipengaruhi oleh anggapan dan pendapat dari orang lain.
Kategori kedua dibedakan atas tiga dimensi, yaitu:
1. Extrinsic Appreciation adalah aktivitas yang timbul akibat dari dorongan yang berasal dari luar diri individu.
2. Intrinsic Appreciation adalah aktivitas yang timbul karena adanya dorongan dari dalam diri individu itu sendiri.
3. Operational Appreciation adalah bentuk perbuatan intelektual yang mungkin terjadi selama proses berpikir
Dalam penyusunan instrumen skala sikap diperlukan pedoman penulisan pernyataan sehingga dapat dijamin kesahihan dari apa yang ingin dicapai.
Kriteria yang disarankan menurut Edwards (dalam Azwar,1995: 114-118) untuk pernyataan sikap yaitu:
1. Hindari pernyataan yang berhubungan dengan masa lampau.
2. Hindari pernyataan yang bersifat fakta atau yang dapat ditafsirkan sebagai fakta.
3. Hindari pernyataan yang ambigu.
4. Hindari pernyataan yang tidak relevan dengan objek psikologis yang diamati.
5. Hindari pernyataan yang kemungkinannya dibenarkan oleh hampir setiap orang atau tak seorangpun yang membenarkannya.
6. Pilih pernyataan yang diperkirakan mencakup jangkauan skala afektif yang diinginkan.
7. Usahakan bahasa pernyataan yang sederhana, jelas dan langsung.
8. Pernyataan seharusnya singkat, tidak melebihi 20 kata.
9. Setiap pernyataan seharusnya memuat hanya satu pemikiran secara lengkap.
10. Hindari penggunaan kata umum seperti “semua”, “selalu”, “tak seorangpun” dan “tak pernah” yang sering menimbulkan arti ganda dalam
pernyataan.
11.  Hati – hati dalam menggunakan kata – kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata – mata” dan “lain – lain” dalam pernyataan.
12.  Jika mungkin, pernyataan sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat sederhana daripada dalam bentuk kalimat yang rumit.
13. Hindari penggunaan kata negatif lebih dari satu kali.
Berikut ini beberapa aspek sikap yang berhubungan dengan penelitian ini adalah mengenai Keyakinan Diri, Nilai, Kenikmatan, dan Motivasi.
1. Keyakinan; Kategori keyakinan dirancang untuk mengukur kepercayaan diri siswa dan konsep kinerja mereka dalam matematika.
Contohnya siswa yakin dapat mempelajari matematika dengan baik, tidak merasa gugup dan tertekan saat belajar matematika, dapat
memecahkan masalah matematika tanpa banyak kesulitan, dan percaya pada diri sendiri saat mengerjakan soal matematika.
2. Nilai; Nilai dari kategori matematika dirancang untuk mengukur keyakinan siswa pada relevansi, kegunaan dan nilai matematika dalam
kehidupan mereka sekarang dan di masa depan. Contohnya dengan memahami matematika ada keyakinan untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak, dan berusaha memperdalam pengetahuan tentang matematika misalnya mengikuti kursus matematika di luar sekolah.
3. Kenikmatan; Kenikmatan dari kategori matematika dirancang untuk mengukur sejauh mana siswa menikmati pelajaran matematika dan
kelas matematika. Contohnya senang mengikuti pelajaran mattematika dan mengerjakan latihan soal maupun tugas matematika tepat waktu.
4. Motivasi; Kategori motivasi ini dirancang untuk mengukur minat dalam matematika dan keinginan untuk melanjutkan studi dalam
matematika. Contohnya siswa merasa tertantang jika guru memberikan soal matematika yang sulit, dan merasa penting untuk mendapatkan
penilaian ataupun penghargaan atas latihan soal atau tugas matematika.
 
sumber referensi:
Azwar, Saifuddin. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty.
Calhoun, J.F dan Joan Ross Acocella. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang : IKIP Semarang.
Riyono. (2005). Hubungan Sikap Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bengkayang Dalam Pembelajaran Matematika. Skripsi.
Pontianak : FKIP UNTAN.
Siskandar. (2008). Sikap     dan     Motivasi     Siswa      dalam      kaitan    denga  Hasil Belajar Matematika di
SD.http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1407208438451.pdf (online). diakses tanggal 6 April 2011.

COPYAN KE-3

 
Apabila bobot penilaian antarpeserta didik adalah 1, sedangkanobservasi 2, maka perolehan skor
akhir adalah :
          (     )(   
 )             
 Karena skor akhir adalah 3,07 maka nilainya adalah Baik (B).
2)
 
Deskripsi Sikap:
Deskripsi sikap dirumuskan berdasarkan akumulasi capaian sikapselama pembelajaran sejumlah
kompetensi dasar (KD) pada semester  berjalan. Rumusan deskripsi sikap berdasarkan
kecenderungan perolehan capaian nilai. Contoh sebagai berikut :

 
Menunjukkan sikap jujur, iman dan taqwa, dan tanggung yangsangat baik ,
perlu ditingkatkan sikap disiplin.

 
Sikap sudah sangat baik, namun sikap disiplin masih perluditingkatkan.Contoh pengolahan
nilai :
SikapMata PelajaranRata-Rata Nilai Akhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10Jujur 3.2 2.4 3.7 3.5 3
2.78 2.5 2.33 3.4 3.1 2.9Baik Disiplin 3.4 3.2 3.1 3.5 3.4 3.4 3.0 3.5 2.9 3.0 3.24 Baik Kerjasama1.
7 2.9 2.3 2.4 3.5 1.4 3.5 1.5 3.6 2.1 2.5 Baik 
b.
 
Pengolahan Nilai Sikap Antarmata pelajaran
1)
 
Penilaian dilakukan oleh seluruh guru mata pelajaran dan dikoordinasioleh wali kelas.2)
 
Proses penilaian dilakukan melalaui analisis sikap setiap mata pelajaran dan disampaikan dalam
diskusi antar guru.3)
 
Diskusi bisa dilakukan secara periodik, berkesinambungan, melaluikonfrensi, maupun melalui
rapat penilaian untuk kenaikan kelas

 
 
4)
 
Deskripsi sikap antarmata pelajaran bersumber pada nilai kualitatif dandeskripsi setiap mata
pelajaran. Guru mata pelajaran menyerahkan skor akhir, nilai kualitatif, dan deskripsi sikap pada
wali kelas.5)
 
Contoh pengolahan nilai sikap antarmata pelajaran :Peserta didik memperoleh nilai sebagai
berikut :
    N   o    N  a   m   a   S    i   s   w  a
Mata Pelajaran Rata-rataSkor Antarmata pelajaran1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 ,,,,,,, 3.66 3.33 3
3.33 2.66 3.33 3 3.33 3 2.66 3.13
Deskripsi nilai sikap :Menunjukkan sikap yang baik dalam kejujuran, disiplin, tanggung jawab,
toleransi, gotong royong, santun, dan percaya diri
8.
 
Manajemen Hasil Penilaian Sikap
a.
 
Pelaporan penilaian sikap oleh guru dilakukan secara berkala kepada peserta didik, orang tua,
dan satuan pendidikan. b.
 
Pelaporan kepada peserta didik dilakukan selekas mungkin setelah
proses penilaian selesai. Seperti hasil observasi, penilaian diri, penilaianantarpeserta didik, dan
jurnal. Pelaporan kepada orang tua peserta didik dapat dilakukan melalui peserta didik, dan
orang tua menandatanganihasil penilaian tersebut.c.
 
Pelaporan kepada orang tua peserta didik dapat dilakukan secara berkalasetiap tengah semester
dan akhir semester. Bentuk laporan ini berupalaporan hasil penilaian tengah semester dan buku
rapor.d.
 
Sesuai prinsip akuntabilitas maka pendidik wajib melakukan
dokumentasi proses penilaian secara sistematis, teliti, dan rapi. Dokumentasi proses penilaian
dapat berupa :1)
 
Portofolio yang merupakan kumpulan hasil penilaian peserta didik 2)
 
Soft file
data penilaian memanfaatkan TIK.3)
 
Buku nilai secara terintegrasi antara kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan
 
 
e.
 
Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan
belajar, dikembalikan kepada pesertadidik disertai balikan (
  feedback 
) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak terkait
dan dimanfaatkanuntuk perbaikan pembelajaran.f.
 
Program remedial dan pengayaan dilaksanakan sebagai tindak lanjutanalisis hasil penilaian .
Namun bentuk dan layanan kedua program
ini berbeda dengan pencapaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan.Bentuk layanan
remedial dapat dilakukan melalui kegiatan bimbingankonseling, pembiasaan terprogram,
maupun cara yang lain. Kegiatanlayanan ini dapat melibatkan guru bimbingan konseling, wali
kelas, atauguru lain yang sesuai. Sedangkan program pengayaan dapat dilakukandengan bentuk
tuturial sebaya seperti keteladanan, kerja kelompok, dankelompok diskusi

COPYAN KE-4

INDIKATOR KETUNTASAN NILAI AFEKTIF Nilai : A 1. Kehadiran tatap muka dalam KBM setiap mata
pelajaran mencapai 86-100%. 2. Aktif, kreatif dan tekun dalam KBM. 3. Menunjukkan sikap hormat dan
santun terhadap guru baik dikelas, lingkungan sekolah dan luar sekolah. 4. Tepat waktu mengumpulkan
tugas-tugas sesuai KBM. 5. Mematuhi seluruh ketentuan yang terdapat dalam tata tertib sekolah. 6.
Memiliki interaksi yang harmonis terhadap sesama teman dikelas, lingkungan, sekolah dan luar sekolah.
7. Tidak melakukan tindakan curang ketika melaksanakan ulangan dan mengerjakan tugas-tugas. 8.
Datang ke sekolah untuk mengikuti KBM dan pulang tepat pada waktunya. Nilai : B 1. Kehadiran tatap
muka dalam KBM setiap mata pelajaran mencapai 76-85%. 2. Aktif, kreatif dan tekun dalam KBM. 3.
Menunjukkan sikap hormat dan santun terhadap guru dikelas, lingkungan sekolah dan luar sekolah. 4.
Tepat waktu mengumpulkan tugas-tugas sesuai KBM. 5. Mematuhi seluruh ketentuan yang terdapat
dalam tata tertib sekolah. 6. Memiliki interaksi yang harmonis terhadap sesama teman dikelas,
lingkungan, sekolah dan luar sekolah. 7. Tidak melakukan tindakan curang ketika melaksanakan ulangan
dan mengerjakan tugas-tugas. 8. Datang ke sekolah untuk mengikuti KBM dan pulang tepat pada
waktunya. Nilai : C 1. Kehadiran tatap muka dalam KBM setiap mata pelajaran mencapai 60-75%. 2.
Kurang aktif dan kreatif serta tidak tekun ketika mengikuti KBM. 3. Kurang menunjukkan sikap hormat
dan sopan santun terhadap guru. 4. Tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas-tugas. 5. Tidak
mematuhi peraturan tata tertib sekolah kategori ringan. 6. Kurang memiliki interaksi yang harmonis
terhadap sesama teman dikelas, lingkungan, sekolah dan luar sekolah. 7. Sering melakukan tindakan
curang ketika melaksanakan ulangan dan mengerjakan tugas-tugas. 8. Sering terlambat datang di
sekolah dan masuk kelas. Nilai : D 1. Kehadiran tatap muka dalam KBM setiap mata pelajaran kurang
dari 60 %. 2. Pasif dan malas dalam mengikuti KBM di kelas. 3. Tidak menunjukkan sikap hormat dan
sopan santun terhadap guru. 4. Tidak/jarang mengumpulkan tugas-tugas. 5. Tidak mematuhi peraturan
tata tertib sekolah kategori ringan. 6. Tidak memiliki interaksi yang harmonis terhadap sesama teman
dikelas, lingkungan, sekolah dan luar sekolah 7. Sering melakukan tindakan curang ketika melaksanakan
ulangan dan mengerjakan tugas-tugas 8. Sering terlambat datang di sekolah dan masuk kelas Bonang,
Juli 2010 Kepala SMP Negeri 3 Bonang Drs. Murman, M.Pd. NIP 19690125 199512 1 005

Anda mungkin juga menyukai