08RahmatRifaiLubis DinamikaPendidikankarakter
08RahmatRifaiLubis DinamikaPendidikankarakter
net/publication/338570297
CITATIONS READS
0 379
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Rahmat Rifai Lubis on 14 January 2020.
2025. Bahwa pendidikan karakter sejalan tampaknya menjadi landasan utama dari
dengan perioritas pendidikan nasional, pendidikan karakter selain landasan-
dapat dicermati dari standar Kompentesi landasan lainnya yang muncul belakangan.
Lulusan (SKL) pada setiap jenjang Pada pasal 31 ayat ke-3 disebutkan bahwa
pendidikan. sebgaimana diketahui untuk “Pemerintah mengusahakan dan
memantau pelaksanaan pendidikan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
mengukur ketercapaian kompetensi yang nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ingin diraih pada setiap jenjang pendidikan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka
telah diterbitkan Pernmendiknas Nomor 23 mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
Tahun 2006 tentang standar Kopetensi diatur dengan undang-undang”. Dari pasal
Lulusan (SKL). Jika dicermati secara ini kita dapat melihat bahwa pedidikan
mendalam, sesungguhnya hampir pada dalam skala nasional mengusahakan agar
setiao SKL/MI, SMP/MTs, SMA/MA, para anak didik bangsa selain memiliki
membuat substansi nilai/ karakter. pengetahuan, namun juga memiliki asek
Jadi dapat kita simpulkan bahwa spiritual dan afektual. Bahkan lebih
pendidikan karakter diIndonesia terjadi ditegaskan karena menggunakan istilah
sebelum pra kemerdekaan hal ini ditandai Akhlak mulia.
dengan tersebar luasnya ajaran agama
dalam berbagai ragam agama yang ada di b. UU RI Nomor 17 Tahun 2007
Indonesia,khususnya agama islam, tentang RJPN
sebagaimana yang sudah kita ketahui Dalam undang-undang RI nomor 17
agama islam adalah agama yang tahun 2007 tentang RJPN, dinyatakan
mengadopsi nilai-nilai karakter yang bahwa tujuan pembangunan jangka
baik,kemudian ditandai juga beraneka panjang tahun 2005-2025 adalah
ragam budaya dan lain sebagainya. Namun mewujudkan bangsa yang maju, mandiri,
setelah merdeka semakin jelas pendidikan dan adil sebgai landasan bagi tahap
karakter diIndonesia ditandai dengan pembangunan berikutnya menuju
terdapat lima asas Pancasila. Secara global masyarakat yang adil dan makmur dalam
5 asas Pancasila mewakili penerapan NKRI berdasarkan pancasila dan uud 1945.
pendidikan karakter di Indonesia. Namun Salah satu ukuran tercapainya Indonesia
seiring berkembangnya pemikiran, yang maju , mandiri dan adil, pembangunan
indonesia memasukkan penerapan nasional dalam 20 tahun mendatang adalah
pendidikan karakter didalam lembaga terwujudnya bangsa Indonesia yang
pendidikan yang dicanangkan dalam UUD berakhlak mulia, bermoral, bertetika,
tahun 2003 selanjutnya tahun 2010 dan berbudaya dan beradab, pencapaian
pengaplikasiannya di tahun 2013, sehingga tersebut ditandai oleh hal-hal berikut
lahirlah kurikulum berbasis karakter yang (Arifin, 2012: 44):
disebut dengan K-13. 1) Terwujudnya karakter bangsa yang
2. Landasan Hukum Pendidikan tangguh, kompetitif, berakhlak
karakter Di Indonesia mulia, dan bermoral berdasarkan
a. UUD 1945 falsafah Pancasila yang dicirikan
Pada saat Amandemen ke-4 dari dengan watak dan prilaku manusia
UUD 1945 di lakukan beberapa perubahan dan masyarakat Indonesia yang
tertuama pada pasal 31. Pada ayat ke-3 beragam, beriman dan bertakwa
dan tenaga kependidikan menghendaki dari budaya satuan pendidikan formal dan
agar peserta didik berperilaku dan bersikap nonformal.
sesuai dengan nilai-nilai karakter, maka Budaya satuan pendidikan formal
pendidik dan tenaga kependidikan yarng dan nonformal adalah suasana kehidupan
lain adalah orang yang pertama dan utama satuan pendidikan formal dan nonformal di
nemberikan contoh bagaimana berperilaku mana peserta didik berinteraksi dengan
dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai sesamanya, pendidik dengan pendidik,
pendidikan karakter. (Purwanto, 2014: pendidik/konselor dengan peserfa didik,
194) dan (Lubis, 2016). pendidik dengan tenaga kependi dikan,
b. Pembelajaran antara tenaga kependidikan dengan
Pembelajaran karakter dilakukan pendidik peserta didik, dan antaranggota
melalui berbagai kegiatan di kelas, di kelompok masyarakat dengan warga
satuan pendidikan formal dan nonformal, satuan pendidikan formal dan nonformal.
serta di luar satuan pendidikan. (Lubis & Interaksi sosial kultural internal kelompok
Nasution, t.t.). dan antar kelompok terikat oleh berbagai
Pembelajaran karakter aturan, norma, moral serta etika bersama
dilaksanakan melalui proses belajar setiap yang berlaku di suatu satuan pendidikan
materi pelajaran atau kegiatan yang formal dan nonformal. Jujur, bertanggung
dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar jawab, cerdas, kreatif, sehat dan bersth,
mengembangkan kemampuan dalam ranah peduli, dan gotong royong merupakan nilai-
kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor. nilai yang dikembangkan dalam budaya
Pengintegrasian pendidikan karakter ke satuan pendidikan formal dan nonformal.
dalam semua materi pembelajaran (Purwanto, 2014: 194).
dilakukan dalam rangka mengembangkan Pendidikan karakter juga terjadi
keempat ranah tersebut. Substansi nilai melalui kegiatan ekstrakurikuler dan
sesungguhnya secara eksplisit atau implisit kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh/
sudah ada dalam rumusan kompetensi sebagian peserta didik, dirancang satuan
(SKL, SK, dan KD) dalam Standar lsi pendidikan formal dan nonformal sejak
(Pendidikan Dasar dan Pendidikan awal tahun pelajaran atau program
Menengah), serta perangkat kompetensi pembelajaran, dan dimasukkan ke dalam
masing-masing program studi di kalender akademik. Kegiatan kokurikuler
pendidikan tinggi. Perlunya memastikan dan ekstrakurikuler akan semakin
bahwa pembelajaran materi pembelajaran bermakna jika diisi dengan berbagai
tersebut memiliki dampak instruksional kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan
dan/atau dampak pengiring pembentukan bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan
karakter. Dan Pembelajaran karakter yang akan dikembangkan dalam
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pembentukan karakter adalah kegiatan
satuan pendidikan formal dan nonformal yang terencana, terprogram, dan tersistem.
yang dikuti seluruh peserta didik, pendidik, c. Pemberdayaan dan
dan tenaga kependidikan. Perencanaan Pembudayaan
dilakukan sejak awal lahun pelajaran, Pada tahap implementasi
dimasukkan ke kalender akademık, dan pengembangan karakter dikernbangkan
dilaksanakan sehari hari sebagai bagian pengalaman belajar dan proses
pembelajaran yang bermuara pada
yang memuat nilai-nilai ideal yang bersifat kehidupan seharian. Ketiga, suasana yang
global dan kebenarannya bersifat mutlak. dapat mendukung bagi berlangsungnya
Pada sisi lain, nilai-nilai harus diskusi dengan baik. Proses diskusi dimulai
diterima dan dipercayai, oleh karena itu, dengan penyajian cerita yang mengandung
proses pendidikannnya harus bertitik tolak dilema. Dalam diskusi tersebut siswa
dari ajaran atau nilai-nilai tersebut. Seperti didorong dilakukan oleh orang yang
dipahami bahwa dalam banyak hal batas- terlibat dana pa alsannya. Siswa diminta
batas kebenaran dalam ajaran agama sudah mendiskusikan tentang alasan-alasan itu
jelas, pasti, dan harus diimani. Ajaran dengan teman-temannya.
agama tentang berbagai aspek kehidupan - Pendekatan Analisis Nilai
harus diajarkan, diterima, dan diyakini Pendekatan analisis nilai ini
kebenarannya oleh pemeluk-pemeluknya menekankan agar peserta didik dapat
keimanan merupakan dasar penting dalam menggunakan kemampuan berpikir logis
pendidikan agama. dan ilmiyah dalam menganalisis masalah
- Pendekatan Perkembangan sosial yang berhubungan dengan nilai
Kognitif. tertentu. Selain itu peserta didik dalam
Pendektan ini mendorong siswa menghubungkan dan merumuskan konsep
untuk berfikir aktif tentang masalah- tentang nilai mereka sendiri. Cara yang
maslaha moral dan dalam melakukan dapat digunakan dalam pendekatan ini,
keputusan-keputusan moral. Menurut antara lain diskusi terarah yang menuntut
pendekatan ini, perkembangan moral argumentasi, penegasan bukti , penegasan
dilihat sebagai perkembangan tingkat prinsip, analisi terhadap kasus, debat, dan
berfikir dalam membuat pertimbangan penelitian (Zuriah, 2007: 65). Jika
moral, dari suatu tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan pendekatan
menuju suatu tingkat yang lebih tinggi. perkembangan kognitif, pendekatan
Ada dua tujuan utama yang ingin analisis nilai lebih menekankan pada
dicapai oleh pendekatan ini. Pertama, pembahasan masalah-masalah yang
membantu siswa dalam membuat memuat nilai-nilai sosial.
pertimbangan moral yang lebih kompleks Ada dua tujuan utama pendidikan
berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. moral menurut pendekatan ini. Pertama,
Kedua, mendorong siswa untuk membantu siswa untuk menggunakan
mendiskusikan alasan-alsannnya ketika kemampuan berfikir logis dan penemuan
memilih nilai dan posisinya dalam suatu ilmiah dalam menganalisis maslah-masalah
maslaha moral. sosial, yang berhubungan dengan nilai
Menurut pendekatan ini, proses moral tertentu. Kedua, membantu siswa
pengajaran nilai didasarkan pada dilemma menggunakan proses berfikir nasional dan
moral, dengan menggunakan metode analitik dalam menghubung-hubungkan
diskusi kelompok. Diskusi itu dilaksanakan dan merumuskan konsep tentang niSlai-
dengan memberi perhatian pada tiga nilai mereka. Selanjutnya metode-metode
kondisi penting. Pertama, mendorong siswa pengajaran yang sering digunakan adalah
menuju tingkat pertimbangan moral yang pembelajaran secara individu atau
lebih tinggi, kedua, adanya dilemma kelompok tentang masalah-masalah sosial
hipotetikal maupun dilemma factual yang memuat nilai moral, penyelidikan
berhubungan dengan nilai dalam kepustakaan, penyelidikan lapangan dan
DAFTAR PUSTAKA
Barnawi dan M. Arifin. 2012. Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan karakter.
Jogyakarta : Ar-ruzz Media.
Fedyani Saifuddin & Mulyawan Karim. 2008. Refleks Karakter Bangsa,. Jakarta: CV
Pustaka,
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya, Pendidikan karakter, ( Medan : Cv. Manhaji Medan,
2016) H. 19
Jurnal : Nurdin, Pendidikan Karakter, jurnal, Dosen Jurusan Dakwah STAIN Sultan
Qaimuddin Kendari
Jurnal : Sultoni, Achmad. Juni 2016. “Pendidikan Karakter Dan Kemajuan Negara: Studi
Perbandingan Lintas Negara”. Joies Journal, Volume 1, Nomor 1.
Lubis, R. R. (2016). Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Persfektif Islam. Tazkiya, 5(2).
Lubis, R. R. (2017). Pemikiran Al-Syāfi ‘Ī Tentang Kurikulum Pendidikan. Hikmah, 12(1).
Lubis, R. R., & Nasution, M. H. (t.t.). Implementasi Pendidikan Karakter di Madrasah
Ibtidaiyah.
Manur Muslich.2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis multidimensional.
Jakarta : Bumi Aksara.
Mohammad Takdir.2014. Gagalnya Pendidikan Karakter, Analisis Dan Solusi Pengendalian
Karakter Emas Anak Didik. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Muchlas saman dan harianto. 2016. Konsep Dan Model Karakter. Bandung : Pt Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa dan Dewi Ispurwanti. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi
Aksara.
Nanang Purwanto. 2014. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta:Graha Ilmu
Nurul Zuriah, 2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan,
Menggagas Platfom Pendidikan Budi Pekerti secara Konstektual dan Futuristik, Jakarta : Bumi
Aksara.
Pupuh Fathurrohman, suryana dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan karakter. Bandung :
Pt Refika Aditama.
Said Hamid Hasan dkk. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa,
(Jakarta: BPP Puskur Kemdiknas.