Anda di halaman 1dari 7

International Journal of Offshore and Coastal Engineering

Vol.1 | No. 1 | pp. 1 – 8 | May 2017


e-ISSN: 2580-0914
© 2017 Department of Ocean Engineering – ITS

Submitted: December 12, 2016 | Revised: February 20, 2017 | Accepted: March 6, 2017) | DOI: xx.xxxxx/ijoce.x.xxxxx

Analisis Kelelahan Anchor Chain pada Single Point Mooring FSO Arco
Ardjuna
Hafidz Deryantonoa, Eko Budi Djatmikob and Mas Murtedjoc
a) Mahasiswa, Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
b)Professor, Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia
c) Dosen Luar Biasa, Departemen Teknik Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

e-mail: hafidzderyantono@gmail.com

ABSTRAK system dengan mempertimbangkan kondisi offloading yang


FSO (Floating Storage and Offloading), sebuah struktur bangunan dilakukan dengan shuttle tanker[11].
laut terapung sebagai media penerimaan, penyimpanan, maupun Sistem tambat berfungsi sebagai penambat struktur agar
penyaluran hirdokarbon yang memerlukan sistem tambat untuk struktur cenderung stabil dalam posisinya. Single Point
mengurangi perilaku dinamis akibat beban lingkungan. Dalam Mooring (SPM) adalah salah satu jenis dari sistem tambat
menjamin keselamatannya sistem tambat tersebut perlu dianalisa yang sering digunakan, dan salah satunya digunakan dalam
perilaku dinamis serta beban yang dialaminya, sampai
penambatan FSO Arco Ardjuna bertipe SPM CALM
menganalisa umur kelelahan dari sistem tambat tersebut. Pada
penelitian ini mooringline dari sistem tambat berjenis Single Point (Catenary Anchored Leg Mooring) Buoy.
Mooring atau SPM dengan tipe Catenary Anchored Leg Mooring Sistem tambat termasuk didalam sistemnya: tambat,
(CALM) Buoy akan dianalisa umur kelelahannya dengan metode jangkar, dynamic positioning (jika ada) system. Tujuan dari
Combined Spectrum Approach dengan pendekatan kurva T-N. posisi sistem tambat adalah untuk menjaga Bangunan
Diawali dengan pemodelan untuk memperoleh RAO motion dari Terapung tetap pada kedudukannya di daerah yang spesifik.
FSO dan SPM dalam kondisi free-floating, menganalisa hasil Umumnya, ada dua jenis dari sistem tambat: conventional
tension sistem tambat, sampai perhitungan cummulative damage spread mooring dan single point mooring (SPM) [2].
untuk memperoleh umur kelelahan. Hasil analisis menunjukkan Pada struktur bangunan laut, mayoritas kegagalan pada
bahwa mooringline anchor chain mengalami kondisi tension range
maksimum pada konfigurasi pembebanan Inline-Lightload dengan
struktur diakibatkan oleh kelelahan sehingga diperlukan
nilai standard deviasi 146,893 kN dan memiliki umur kelelahan adanya analisa kelelahan pada setiap rancangan struktur.
paling minimum pada Chain 1 selama 38 tahun dengan design life Khususnya pada SPM, bagian yang rentan mengalami
sampai tahun 2025 dan safety factor senilai 3. kelelahan adalah pada sambungan (chainstopper) dan tali
tambat, ditambah lagi bagian tali tambat yang juga rentan
Keywords: Anchor Chain, Single Point Mooring, CALM Buoy, mengalami korosi semakin menambah kepentingan untuk
Floating Storage and Offloading, Tension, Fatigue Life. melakukan analisa kelalahan pada struktur tersebut
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa umur kelelahan
pada rantai jangkar SPM bertipe CALM (Catenary
Anchored Leg Mooring) Buoy dengan memperhitungkan
1. PENDAHULUAN laju korosi sampai dengan tahun 2025 serta kondisi FSO
tertambat pada SPM yang beroperasi di Ardjuna Marine
Minyak bumi sebagai sumber daya alam tak terbarukan Terminal. Dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana
sampai saat ini memiliki peranan penting dalam respon gerakan FSO dan SPM dalam 6 degrees of freedom
perekonomian Indonesia karena porsinya yang sangat besar yang disebabkan oleh beban lingkungan hingga
sebagai salah satu penerimaan negara [10]. FSO (Floating menimbulkan tension pada anchor chain pada kurun waktu
Storage Offloading) merupakan bangunan apung berbadan 1-tahunan sehingga dapat diketahui usia struktur sampai
kapal yang mempunyai fasilitas penyimpanan dan mengalami kegagalan.
offloading atau penyaluran minyak dan gas bumi. Secara
sederhana FSO merupakan tanker yang ditambat pada
sistem tambat. Sistem tambat yang biasa digunakan yaitu
SPM (Single Point Mooring). Namun pada kondisi tertentu
sistem tambatnya dapat digantikan dengan spread mooring

Licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License (URL: http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/)

1
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-8 May 2017

2. METODOLOGY Pretension 262.17 kN


Pretension angle (w/horizontal) 45.26
2.1 Studi Literatur Number of Segment 1
Penelitian dimulai dengan melakukan studi awal Chain diameter 102 mm
berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya dan ditunjang Chain type R3
dengan literatur-literatur yang mendukung dalam penelitian.
Minimum breaking load 8315 kN
Dengan melakukan studi mengenai teori kelelahan struktur
dan mencari informasi mengenai anchor chain pada SPM Minimum breaking load after corrosion 7051 kN
dapat disusun suatu rancangan penelitian untuk mencapai Unit weight in Air 210.16 kg/m
tujuan yang diinginkan Unit weight in Water 182.72 kg/m
Stiffness EA 868 MN
2.2 Pemodelan Struktur Anchoring radius 337.5 m
Pemodelan struktur FSO dan SPM saat kondisi terapung
bebas, dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Maxsurf, MOSES, dan ORCAFLEX berdasarkan data
utama sebagai berikut:

Tabel 1. Principal Dimension of FSO Arco Ardjuna


Minimum Maximum
Designation Units Operating Operating
Draft Draft
Length, Loa m 142.6
Breadth, B m 48.2
Depth, D m 26.5
Displacement tonne 15529 153202
Draft to Baseline m 2.5 24
WSA m^2 6681 12813
Max. Cross Sect. Area m^2 114.34 1150.63
Waterplane area m^2 6239 6.239
Cp 0.91 0.91 Gambar 1. Loads Configuration
Cb 0.87 0.9
Cm 0.959 0.99 Hasil dari pemodelan Maxsurf dan Moses kemudian
Cwp 0.91 0.91
divalidasi nilai hidrostatis FSO dan displacement SPM
LCB from zero pt. m -2.69 -2.78
berdasarkan nilai yang disarankan dalam ABS MODU
LCF from zero pt. m -2.79 -2.79
2012.
KB m 1.26 12.02
KMt m 78 19.73
KMl m 590.8 71.3 2.3 Analisa Respon Gerak FSO dan SPM
Analisa respon gerak pada struktur FSO dan SPM bertujuan
Tabel 2. Dimension of SPM CALM Buoy untuk mengetahui karakteristik gerakan pada masing-
Designation Unit Data masing arah gelombang dalam kondisi terapung bebas.
Shell Outer Diameter m 12 Dalam penelitian ini respon gerak FSO dianalisa pada
kondisi muatan penuh dan ballast dengan asumsi kondisi ini
Centre Wall Diameter m 3.57
yang paling sering dialami oleh struktur.
Skirt Outer Diameter m 16.26
Buoy Body Height m 5.3 Pada RAO gerakan dibedakan dalam persamaannya menjadi
Skirt Thickness mm 12 2, yaitu gerakan translasional dan rotasional, berikut adalah
Skirt Heigh Baseline m 1 masing-masing persamaanya:
Buoy Installed Draft m 2.38
1. RAO Translasional
Centre of Gravity (KG) m 3.42
RAO gerakan translasional merupakan perbandingan
langsung antara amplitudo gerakan translasi struktur
Tabel 1. Characteristic of Anchor Chain dibanding dengan amplitudo gelombang insiden (keduanya
Number of Legs 6 dalam satuan elevasi panjang). Persamaan RAO untuk
Anchoring Pattern Even spacing (60) gerakan translasi sebagai berikut:
Paid out Length 350 m 𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
𝑅𝐴𝑂 (𝜔) = ( )
𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛

2
Hafidz, et al.: Fatigue Analysis …. SPM of an FSO Arco Ardjuna

𝜁𝑘𝑜
= ( ) (𝑚⁄𝑚) ........................(1) Tabel 2. Environmental Loads as Seastate.
𝜁0 Sea Individual Sign. Curren
2. RAO Rotasional Probability Peri Wind
stat Wave Wave t Speed
Occurence od Speed
RAO gerakan rotasional merupakan perbandingan antara e height height at SWL
amplitudo gerakan rotasi (dalam radian) dengan kemiringan Tp Vc Vw
i H (m) Hs (m) Pi
gelombang, yakni yang merupakan perkalian antara (s) (m/s) (m/s)
gelombang (Kw=ω2/g) dengan amplitudo gelombang 1 0.00 - 0.25 0.21 3590.4 2.5 0.72 12.3
insiden: 2 0.25 - 0.50 0.46 2922.6 3.7 0.72 12.3
𝜁 𝜁
𝑅𝐴𝑂 (𝜔) = 𝐾 𝑘𝑜𝜁 = 𝜔2 𝑘𝑜 (𝑟𝑎𝑑⁄𝑟𝑎𝑑 ) .....(2) 3 0.50 - 0.75 0.71 1300.3 4.6 0.72 12.3
𝑤 0 ( ⁄𝑔) 𝜁0 4 0.75 - 1.00 0.96 547.6 5.4 0.72 12.3
5 1.00 - 1.25 1.21 232.7 6.0 0.72 12.3
2.4 Analisa Tension Range 6 1.25 - 1.50 1.46 99.7 6.6 0.72 12.3
Pada tahap ini analisa Tension Range dilakukan dengan
7 1.50 - 1.75 1.71 43.1 7.2 0.72 12.3
bantuan software ORCAFLEX dengan masukan data berupa
model konstruksi lokal anchor chain dengan data utama 8 1.75 - 2.00 1.96 18.7 7.7 0.72 12.3
beserta data lingkungan yang berfungsi sebagai data 9 2.00 - 2.25 2.21 8.2 8.1 0.72 12.3
pembebanan. Analisa ini dilakukan untuk mengetahui 10 2.25 - 2.50 2.46 3.7 8.6 0.72 12.3
rentang tension maksimum yang digunakan untuk 11 2.50 - 2.75 2.71 1.7 9.0 0.72 12.3
menghitung jumlah kejadian (Ni) dari T-N Curves. 12 2.75 - 3.00 2.96 0.8 9.4 0.72 12.3
13 3.00 - 3.25 3.21 0.4 9.8 0.72 12.3
Sedangkan menurut Faltinsen, (1990), persamaan dalam 14 3.00 - 3.50 3.46 0.2 10.2 0.72 12.3
menyelesaikan tension dapat ditulis sebagai berikut:
15 3.50 - 3.75 3.71 0.1 10.5 0.72 12.3
𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝑇𝐻 + 𝑤ℎ ................................(3) Total Pi
8770.2
=
Dimana:
Tmax = Tension (ton) Cummulative Damage diperhitungkan dengan persamaan
TH = Horizontal Pre-tension (ton) berikut:
w = Berat chain di dalam air (ton/m)
h = kedalaman air (m)

Persamaan di atas digunakan dalam analisa tension anchor ........................(7)


chain dalam keadaan statis, sedangkan dalam keadaan Dengan:
dinamis, menurut (Faltinsen, 1990) persamaannya dapat Ni : Jumlah siklus rentang tension (Ti) akibat pembebanan
dituliskan sebagai berikut:
gelombang yang sebenarnya, diperoleh dengan
𝐹1𝑀 = ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝐻𝑖 cos 𝜃 𝑖 ..................(4) mengalikan zero up-crossing period dengan Time spent
𝐹2𝑀 = ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝐻𝑖 sin 𝜃 𝑖 ..................(5) in environmental state i per year (ni=vi.Ti)
𝐹6𝑀 = ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝐻𝑖 [𝑥𝑖 sin 𝜃 𝑖 − 𝑦𝑖 cos 𝜃𝑖 ....(6) Ti : Time spent in environmental per year
(Ti=Pi.3,15576x107)
Dengan ketentuan bahwa Gaya horizontal tersebut sama Pi : Peluang kejadian dari state i
dengan rata-rata gaya dari beban gelombang, beban angin, Ni : Jumlah siklus rentang tension (Ti) yang
dan beban arus pada saat struktur tertambat dalam keadaan mengakibatkan kegagalan pada sambungan, diambil
kesetimbangannya. dari T-N Curve.
Rσi : Standar deviasi dari kombinasi low and wave
2.5 Analisa Fatigue Life frequency tension range
Γ : Gamma Function
Perhitungan kelelahan menunjukkan proses dimana
kelelahan pada elemen struktur (misalnya: rincian
Analisa Umur Kelelahan dapat dilakukan dengan
sambungan) ditetapkan dan dibandingkan dengan prediksi
menggunakan hasil perhitungan Cumulative Damage (D),
fatugue strength dari elemen tersebut. Salah satu cara dalam
yang kemudian nilai yang didapat harus mendekati atau
melakukan perhitungan kelelahan adalah dengan direct
lebih besar dari design life yang ditentukan. Persamannya
calculation dari fatigue damage atau expected fatigue life. [3]
adalah sebagai berikut:
Menganalisa umur kelelahan dari Anchor Chain yang
mengikat FSO dan SPM menggunakan metode Combined 𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝐿𝑖𝑓𝑒
Spectrum Approach, dengan memperhitungkan faktor 𝐹𝑎𝑡𝑖𝑔𝑢𝑒 𝑙𝑖𝑓𝑒 = ........(8)
𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐷𝑎𝑚𝑎𝑔𝑒 (𝐷)
korosi hingga tahun 2025. Analisa fatigue life didapatkan
dengan mengaplikasikan beban persebaran gelombang
(wave scatter) yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

3
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-8 May 2017

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. FSO Hidrostatic Validation


Measurement LightLoad FullLoad Value (MaxSurf) Correction Status
Displacement 15529 153202 15291 152228 2% 1% Memenuhi Memenuhi
Draft Amidships 2.5 24 2.5 24 0% 0% Memenuhi Memenuhi
3.1 Pemodelan dan Validasi Wetted Area 6681 12813 6645.061 13045.27 1% 2% Memenuhi Memenuhi
Max sect. area 114.34 1150.63 115.194 1151.323 1% 0% Memenuhi Memenuhi
Pemodelan FSO AA dan SPM dilakukan menggunakan Waterpl. Area 6239 6239 6172.647 6214.777 1% 0% Memenuhi Memenuhi
Prismatic coeff. (Cp) 0.91 0.91 0.908 0.905 0% 1% Memenuhi Memenuhi
MOSES dan MaxSurf, berikut adalah hasil model dari FSO Block coeff. (Cb) 0.87 0.9 0.875 0.9 1% 0% Memenuhi Memenuhi
Max Sect. area coeff. (Cm) 0.959 0.99 0.963 0.995 0% 1% Memenuhi Memenuhi
dan SPM: Waterpl. area coeff. (Cwp) 0.91 0.91 0.905 0.904 1% 1% Memenuhi Memenuhi
LCB length 68.61 68.52 68.339 68.141 0% 1% Memenuhi Memenuhi
LCF length 68.51 68.51 68.155 68.118 1% 1% Memenuhi Memenuhi
KB 1.26 12.02 1.271 12.048 1% 0% Memenuhi Memenuhi
KMt 78 19.73 77 19.721 1% 0% Memenuhi Memenuhi
KML 590.8 71.3 585.809 71.091 1% 0% Memenuhi Memenuhi

Tabel 4. SPM Hidrostatic Validation


Measurement Data Value (Maxsurf) Precent States
1 Displacement 255 254.2 0% Memenuhi

3.2 Analisa Respon Gerak


Analisa respon gerak pada FSO dilakukan dalam 5 sudut
Gambar 2. FSO Arco Ardjuna Model arah datang gelombang dengan 2 kondisi muatan. Dalam
grafik berikut hanya ditampilkan hasil grafik RAO dalam
kondisi muatan ballast karena dalam hasil analisis
menunjukkan bahwa tension yang dihasilkan dalam kondisi
muatan ballast lebih besar dibandingkan kondisi muatan
penuh. Berikut adalah grafik RAO FSO muatan ballast:

Gambar 3. SPM CALM Buoy Model

Gambar 5. RAO Surge FSO AA

Gambar 4. Mooring System Model

Validasi berikut dilakukan berdasarkan dengan faktor error


kurang mengacu pada ABS Modu (2012). Nilai-nilai
hidrostatik dari FSO dan SPM didapatkan menggunakan
software MaxSurf Motion dengan data utama yang telah
dimodelkan, berikut adalah tabel dari validasi hidrostatik
FSO maupun SPM:

Gambar 6. RAO Sway FSO AA

4
Hafidz, et al.: Fatigue Analysis …. SPM of an FSO Arco Ardjuna

Gambar 7. RAO Heave FSO AA Gambar 10. RAO Yaw FSO AA

Perbandingan RAO FSO pada kondisi muatan penuh dan


ballast terbilang cukup rasional dengan nilai maksimum
pada gerakan surge masing-masing disebabkan oleh
gelombang dari arah 0o dan 180o yaitu 1.006 m/m (lightload)
dan 0.96 m/m (fullload). Untuk gerakan sway memiliki nilai
maksimum dari arah gelombang 90o masing-masing sebesar
0.959 m/m (lightload) dan 0.932 m/m (fullload). Untuk
gerakan heave memiliki nilai yang relativ sama pada semua
arah kecuali pada frekuensi resonan, nilai maksimum
didapatkan sebesar 1.836 m/m (fullload) dan 1.057 m/m
(lightload) pada arah 90o. Untuk roll didapatkan nilai
maksimum pada arah 90o yaitu 3.96 deg/m (lightload) dan
Gambar 8. RAO Roll FSO AA 3.344 deg/m (fullload). Untuk pitch memiliki nilai puncak
yang relativ sama, dengan nilai maksimum didapatkan
sebesar 3.257 deg/m (fullload) pada arah 180o dan 1.428
deg/m (lightload) pada arah 135o. Sedangkan pada yaw
masing-masing memiliki nilai yang kecil, dengan
maksimumnya sebesar 0.5 deg/m (lightload) dan 0.484
deg/m (fullload).

Sedangkan untuk RAO SPM, hasil analisis disajikan dalam


grafik berikut:

Gambar 9. RAO Pitch FSO AA

Gambar 11. RAO Surge SPM

5
International Journal of Offshore and Coastal Engineering Vol. 1 No. 1 pp. 1-8 May 2017

Gambar 12. RAO Sway SPM


Gambar 16. RAO Yaw SPM

Hasil dari RAO SPM menunjukkan bahwa pada gerakan


surge diperoleh nilai maksimum sebesar 2.051 m/m pada
arah 0o dan pada gerakan sway diperoleh nilai maksimum
sebesar 2.062 m/m pada arah 90o, pada gerakan roll
diperoleh nilai maksimum 1.074 deg/m pada arah 90o dan
pitch diperoleh nilai maksimum 1.057 deg/m pada arah 0o.
Sedangkan untuk nilai heave diperoleh nilai sama pada
semua arah yaitu 0.986 m/m, dan untuk yaw memiliki nilai
0.

3.3 Analisa Tension Range


Gambar 13. RAO Heave SPM Pemodelan sistem tambat menggunakan Orcaflex
selanjutnya mengaplikasikan kondisi pembebanan sebagai
berikut:
Tabel 5. Loads Configuration
Position Configuration FSO
FSO’s Load Loads
to Mooringline
Fullload
Inline
Lightload 15
Fullload Seastates
Betweenline
Lightload

Tabel 6. Tension Range Results


Gambar 14. RAO Roll SPM Maximum Standard Deviation Value (kN)

BL - FL 113.085261
BL - LL 119.2215262
IL - FL 136.6175463
IL - LL 146.8934442

Dari hasil analisis diperoleh simpangan baku maksimumnya


untuk mengetahui kondisi pembebanan paling ekstrim yaitu
IL – LL (Inline – Lightload). Berikut adalah grafik yang
menunjukkan hasil Tension Standard Deviation pada
konfigurasi IL – LL:

Gambar 15. RAO Pitch SPM

6
Hafidz, et al.: Fatigue Analysis …. SPM of an FSO Arco Ardjuna

160
3. Dari hasil perhitungan umur kelelahan struktur,
diperoleh hasil bahwa anchor chain masing-masing
140
Ch.1 memiliki harga D < 1 dari mooringline Chain 1 sampai
Standard Deviation (kN)

120
6 berturut-turut selama 38 tahun, 113 tahun, 304 tahun,
100 Ch.2
273 tahun, 303 tahun, dan 112 tahun. Nilai-nilai
80 Ch.3 tersebut sudah mengaplikasikan safety factor yang
60 Ch.4 disarankan API RP-2SK senilai 3, maka dengan design
40 life sampai tahun 2025 (14 tahun) dapat disimpulkan
Ch.5 bahwa struktur anchor chain seluruhnya, masih aman
20
Ch.6 untuk beroperasi.
0
0 1 2 3 4
Individual Waveheight (m)
Gambar 17. Tension Standard Deviation Inline - Lightload UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan memperhatikan besarnya kepada PT. Citra Mas khususnya Bpk. Ir.
kondisi pembebanan tersebut saja. Mas Murtedjo M.Eng, yang telah bersedia
memberikan data dan fasilitas yang dibutuhkan untuk
3.4 Fatigue Life pengerjaan jurnal ini.
Berikut adalah hasil-hasil dari perhitungan cummulative
damage yang selanjutnya digunakan untuk perhitungan DAFTAR PUSTAKA
fatigue life masing-masing mooringline:
1. American Petroleum Institute. (2005). Design and
Tabel 7. Fatigue Life Calculation Result Analysis of Stationkeeping for Floating Structures
Chain 1 Chain 2 Chain 3 Chain 4 Chain 5 Chain 6
Cummulative Damage 0.00872 0.00294 0.001098 0.00122 0.001099 0.002951 (2SK ed.). Washington: API Publishing Services.
IL - LL
Fatigue Life 114.6838 340.1677 911.1124 819.8972 909.5597 338.8588 2. Biro Klasifikasi Indonesia. (2013). Guidelines for
Remaining Life 38.22794 113.3892 303.7041 273.2991 303.1866 112.9529
Floating Production Installations (Vol. 3). Jakarta.
3. Biro Klasifikasi Indonesia. (2015). Guidance for
Remaining life didapatkan dengan menggunakan safety Fatigue The Assessment of Offshore Structures (Vol.
factor yang di anjurkan API RP-2SK yaitu bahwa umur B). Jakarta.
kelelahan struktur adalah setidaknya senilai 3x dari design 4. Chakrabarti, S. K. (2005). Handbook of Offshore
life nya, sehingga nilai fatigue life hanya perlu dibagi 3. Engineering (Vol. 1). Illinois, USA.
5. Det Norske Veritas. (2004). Design of Offshore Steel
Structures, General (LRFD Method) (C101 ed.).
4. KESIMPULAN 6. Det Norske Veritas. (2004). Position Mooring (E301
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan ed.).
kesimpulan sebagai berikut : 7. Djatmiko, E. B. (2012). Perilaku Dan Operabilitas
1. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan beberapa Bangunan Laut di Atas Gelombang Acak. Surabaya:
poin yang penting sebagai berikut: ITS Press.
a. Untuk FSO Arco Ardjuna dalam kondisi muatan 8. Faltinsen, O. M. (1990). Sea Loads On Ships and
penuh dan muatan ballast, masing-masing Offshore Structures. Cambridge: Cambridge University
memiliki amplitudo RAO terbesar pada gerakan Press.
roll, pitch, dan heave dengan nilai berturut-turut 9. Hasselman, K., Barnett, T., Bouws, E., Carlson, H.,
3.96 deg/m (lightload), 3.257 deg/m (fullload), Cartwright, D., Enke, K., . . . Walden, H. (1973).
1.836 m/m (fullload) sedangkan 3 gerakan lain Measurements of wind-wave growth and swell decay
berkisar disekitar 1 m/m atau deg/m. during the Joint North Sea Wave Project (JONSWAP).
b. Untuk SPM memiliki nilai amplitudo terbesar pada Deutches Hydrographishes Institut.
gerakan surge dan sway dengan nilai berturut-turut 10. Hidayat, E. R. (2017, May 29). Analisa Kualitas
2.051 dan 2.062 m/m sementara 4 gerakan lain Lingkungan pada Industri Migas dan Penegelolaannya.
hanya berkisar di sekitar 1m/m atau deg/m. 11. Paik, J. K., & Thayamballi, A. K. (2007). Ship-Shaped
2. Berdasarkan hasil dari simulasi struktur Anchor chain, Offshore Installations. Cambridge University Press.
nilai simpangan baku atau tension range dengan hasil 12. PT. Citra Mas. (2019). FSO Arco Ardjuna. Surabaya.
paling besar terjadi pada konfigurasi Inline – Lightload
mooringline Chain 1 sampai 6 berturut turut adalah
sebagai berikut: 38,23 kN; 113,39 kN; 303,70 kN;
273,3 kN; 303,1865707 kN; 112,95 kN.

Anda mungkin juga menyukai