sebagai salah satu penerimaan negara[10]. 2.2 Single Point Mooring (SPM)
Floating Storage and Offloading atau kemudian dapat Sistem tambat termasuk didalam sistemnya: tambat,
disingkat FSO merupakan struktur terapung yang berfungsi jangkar, dynamic positioning (jika ada) system. Tujuan dari
sebagai tempat penyimpanan maupun pengangkutan minyak dan posisi sistem tambat adalah untuk menjaga Bangunan
gas bumi di daerah lepas pantai. Pada operasionalnya FSO Terapung tetap pada kedudukannya di daerah yang spesifik.
sebagai struktur terapung tidak dapat melalaikan gerakan Umumnya, ada dua jenis dari sistem tambat: conventional
struktur yang di akibatkan oleh kondisi lingkungan, sedangkan spread mooring dan single point mooring (SPM) [2].
dalam proses penyaluran atau pemuatan tidak diinginkan FSO SPM adalah sistem tambat yang pada prinsipnya
bergerak terlalu besar, maka dari itu diperlukan sistem tambat struktur terapung diikat pada satu titik yang kemudian
pada struktur tersebut agar FSO tetap dalam keadaan stabil. ditambatkan kedasar laut oleh suatu mooringline. SPM
Sistem tambat berfungsi sebagai penambat struktur memiliki beberapa jenis tipe penambatan, salah-satunya adalah
agar struktur cenderung stabil dalam posisinya. Single Point jenis Catenary Anchored Leg Mooring (CALM) yang pada
Mooring (SPM) adalah salah satu jenis dari sistem tambat yang mooring systemnya memiliki satu buoy yang menjadi titik
sering digunakan, dan salah satunya digunakan dalam
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2019) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx) 2
tambatan dengan beberapa mooringline yang dalam kondisi yang merupakan fungsi waktu. Perubahan yang demikian akibat
regang. adanya transfer energi gelombang dengan frekuensi lebih tinggi
ke frekuensi yang lebih rendah sesuai dengan teori interaksi non-
2.2 RAO linear antar gelombang.
Response Amplitude Operator atau yang kemudian
disingkat menjadi RAO, merupakan alat untuk mentransfer
beban luar yang dalam hal ini adalah gelombang dalam rentang
frekuensi menjadi bentuk respon yang diterima pada suatu
struktur. Sehingga umumnya RAO juga dikenal sebagai transfer
function[4].
RAO yang dalam hal ini merupakan RAO gerakan,
digunakan untuk mengetahui perilaku gerakan bangunan apung
di atas gelombang, yang diistilahkan seakeeping. RAO
menyajikan data berupa respon yang terjadi akibat eksitasi
gelombang reguler dalam rentang frekuensi yang mengenai
struktur bangunan laut [7]. Gambar 2. Spktrum Gelombang
Bentuk umum grafik response gerakan bangunan apung Spektra JONSWAP dikemukakan (Hasselman (1973))
diberikan pada gambar dibawah ini: berdasarkan data yang diambil di perairan bagian barat Denmark
untuk membuat model spektrum gelombang, dimana model
tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
2
2 −5
𝜔 −4 𝑒𝑥𝑝[−(𝜔−𝜔𝑜)
2 2 ]
.....(6)
𝑆(𝜔) = 𝛼𝑔 𝜔 𝑒𝑥𝑝 [−125 ( ) ] 𝛾 2 𝑟 𝜔𝑜
𝜔𝑜
Dimana:
γ = peak edness parameter
τ` = shape parameter
τa = untuk ω ≤ ωo
τb = untuk ω ≥ ωo
Gambar 1 Grafik Response Gerakan Bangunan Apung Dengan mempertimbangkan angin dengan kecepatan
Uω dan jarak (fetch) = x, sehingga harga rata-rata adalah sebagai
Pada RAO gerakan dibedakan dalam persamaannya berikut:
menjadi 2, yaitu gerakan translasional dan rotasional, berikut γ = 3.30
adalah masing-masing persamaanya: τa = 0.07
1. RAO Translasional τb = 0.09
RAO gerakan translasional merupakan perbandingan α = 0.076 (xo)-0.22
langsung antara amplitudo gerakan translasi struktur dibanding α = 0.0081 (ketika x tidak diketahui)
dengan amplitudo gelombang insiden (keduanya dalam satuan ωo = 2π(g/Uω) (xo)-0.33
elevasi panjang). Persamaan RAO untuk gerakan translasi xo = gx/Uω
sebagai berikut:
𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑘𝑡𝑢𝑟
𝑅𝐴𝑂 (𝜔) = ( ) 2.3 Tension
𝐴𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑔𝑒𝑙𝑜𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒𝑛
𝜁𝑘𝑜 Anchor Chain yang menerima tension maksimum
= ( ) (𝑚⁄𝑚) ........................(1) memiliki safety factor minimal. Perlu diketahui bahwa semakin
𝜁0
2. RAO Rotasional besar milai tension yang terjadi anchor chain semakin rentan
RAO gerakan rotasional merupakan perbandingan antara untuk putus. Persamaan safety factor dalam hubungannya
amplitudo gerakan rotasi (dalam radian) dengan kemiringan dengan tension dapat dituliskan sebagai berikut:
gelombang, yakni yang merupakan perkalian antara gelombang
(Kw=ω2/g) dengan amplitudo gelombang insiden: 𝑆𝐹 =
𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑏𝑟𝑒𝑎𝑘𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑜𝑎𝑑
................(7)
𝜁 𝜁 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑡𝑒𝑛𝑠𝑖𝑜𝑛
𝑅𝐴𝑂 (𝜔) = 𝐾 𝑘𝑜𝜁 = 𝜔2 𝑘𝑜 (𝑟𝑎𝑑⁄𝑟𝑎𝑑 ) .....(2)
𝑤 0 ( ⁄𝑔) 𝜁0
Analisa dilakukan dengan pembebanan pada kondisi
Operasi. Sebagaimana kondisi Operasi adalah analisa yang
2.2 Spektrum Gelombang dilakukan dengan pembebanan masa operasi dari beban
Berdasarkan data gelombang yang diperoleh dari laut lingkungan 1tahunan yang mungkin terjadi berdasarkan data.
Atlantik Utara dengan asumsi bahwa apabila arah dan kecepatan Sedangkan menurut Faltinsen, (1990), persamaan
angin dapat bertiup secara konstan di lautan yang luas selama dalam menyelesaikan tension dapat ditulis sebagai berikut
berhari-hari, energi gelombang dapat berimbang dengan energi 𝑇𝑚𝑎𝑥 = 𝑇𝐻 + 𝑤ℎ ................................(8)
angin atau dapat dikatakan bahwa gelombang dapat tumbuh
maksimum. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan dalam Dimana:
Joint North Sea Wave Observation Project (JONSWAP) Tmax = Tension (ton)
dijelaskan bahwa spektrum gelombang tidak bisa tumbuh penuh TH = Horizontal Pre-tension (ton)
namun terus berubah terhadap fungsi waktu serta panjang w = Berat chain di dalam air (ton/m)
h = kedalaman air (m)
lintasan (fetch) yang dilalui.
Variasi spektrum gelombang sebagai fungsi fetch Persamaan di atas digunakan dalam analisa tension
dengan adanya perubahan bentuk puncak spektrum tumpul ke anchor chain dalam keadaan statis, sedangkan dalam keadaan
puncak spektrum yang lebih lancip sesuai dengan jarak fetch
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2019) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx) 3
dinamis, menurut (Faltinsen, 1990) persamaannya dapat Rσi : Standar deviasi dari kombinasi low and wave frequency
dituliskan sebagai berikut: tension range
Γ : Gamma Function
𝐹1𝑀 = ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝐻𝑖 cos 𝜃 𝑖 ..................(9)
𝐹2𝑀 = ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝐻𝑖 sin 𝜃 𝑖 ..................(10) Analisa Umur Kelelahan dapat dilakukan dengan
𝐹6𝑀 = ∑𝑛𝑖=1 𝑇𝐻𝑖 [𝑥𝑖 sin 𝜃 𝑖 − 𝑦𝑖 cos 𝜃𝑖 ....(11) menggunakan hasil perhitungan Cumulative Damage (D), yang
Dengan ketentuan bahwa Gaya horizontal tersebut kemudian nilai yang didapat harus mendekati atau lebih besar
sama dengan rata-rata gaya dari beban gelombang, beban angin, dari design life yang ditentukan. Persamannya adalah sebagai
dan beban arus pada saat struktur tertambat dalam keadaan berikut:
kesetimbangannya.
𝐷𝑒𝑠𝑖𝑔𝑛 𝐿𝑖𝑓𝑒
𝐹𝑎𝑡𝑖𝑔𝑢𝑒 𝑙𝑖𝑓𝑒 = ........(13)
2.4 Laju Korosi 𝐶𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝐷𝑎𝑚𝑎𝑔𝑒 (𝐷)
Gambar 12. Grafik Yaw RAO FSO AA Gambar 14. Grafik Sway RAO SPM
160
140
100 Ch.2
80 Ch.3
60 Ch.4
40
Ch.5
20
Ch.6
0
0 1 2 3 4
Individual Waveheight (m)
Gambar 19. Tension Standard Deviation Inline - Lightload
Gambar 18. Grafik Yaw RAO SPM
Perhitungan selanjutnya dilakukan dengan
Hasil dari RAO SPM menunjukkan bahwa pada memperhatikan kondisi pembebanan tersebut saja.
gerakan surge diperoleh nilai maksimum sebesar 2051 m/m pada
arah 0o dan pada gerakan sway diperoleh nilai maksimum 4.3 Fatigue Life
sebesar 2.062 m/m pada arah 90o, pada gerakan roll diperoleh Berikut adalah hasil-hasil dari perhitungan
nilai maksimum 1.074 deg/m pada arah 90o dan pitch diperoleh cummulative damage yang selanjutnya digunakan untuk
nilai maksimum 1.057 deg/m pada arah 0o. Sedangkan untuk perhitungan fatigue life masing-masing mooringline:
nilai heave diperoleh nilai sama pada semua arah yaitu 0.986
m/m, dan untuk yaw diperoleh nilai 0. Tabel 10. Hasil Perhitungan Fatigue Life
Chain 1 Chain 2 Chain 3 Chain 4 Chain 5 Chain 6
Cummulative Damage 0.00872 0.00294 0.001098 0.00122 0.001099 0.002951
4.3 Analisa Tension Range IL - LL
Fatigue Life 114.6838 340.1677 911.1124 819.8972 909.5597 338.8588
Pemodelan sistem tambat menggunakan Orcaflex Remaining Life 38.22794 113.3892 303.7041 273.2991 303.1866 112.9529
selanjutnya mengaplikasikan kondisi pembebanan sebagai
berikut: Remaining life didapatkan dengan menggunakan safety
Tabel 8. Konfigurasi Pembebanan factor yang di anjurkan API RP-2SK yaitu bahwa umur
Konfigurasi Posisi FSO terhadap Kondisi Beban kelelahan struktur adalah setidaknya senilai 3x dari design life
Mooringline Beban FSO Lingkungan nya, sehingga nilai fatigue life hanya perlu dibagi 3.
Fullload
Inline
Lightload V. KESIMPULAN dan SARAN
15 Seastates
Fullload
Betweenline 5.1 Kesimpulan
Lightload
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Tabel 9. Hasil Tension Range
1. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan beberapa poin
Nilai Maksimum Standard yang penting sebagai berikut:
Deviasi a. Untuk FSO Arco Ardjuna dalam kondisi muatan penuh
BL - FL 113.085261 dan muatan ballast, masing-masing memiliki
BL - LL 119.2215262 amplitudo RAO terbesar pada gerakan roll, pitch, dan
IL - FL 136.6175463 heave dengan nilai berturut-turut 3.96 deg/m
IL - LL 146.8934442 (lightload), 3.257 deg/m (fullload), 1.836 m/m
(fullload) sedangkan 3 gerakan lain berkisar disekitar 1
Dari hasil analisis diperoleh simpangan baku m/m atau deg/m.
maksimumnya untuk mengetahui kondisi pembebanan paling b. Untuk SPM memiliki nilai amplitudo terbesar pada
ekstrim yaitu IL – LL (Inline – Lightload). Berikut adalah grafik gerakan surge dan sway dengan nilai berturut-turut
yang menunjukkan hasil Tension Standard Deviation pada 2.051 dan 2.062 m/m sementara 4 gerakan lain hanya
konfigurasi IL – LL: berkisar di sekitar 1m/m atau deg/m.
2. Berdasarkan hasil dari simulasi struktur Anchor chain, nilai
simpangan baku atau tension range dengan hasil paling
besar terjadi pada konfigurasi Inline – Lightload
mooringline Chain 1 sampai 6 berturut turut adalah sebagai
berikut: 38,23 kN; 113,39 kN; 303,70 kN; 273,3 kN;
303,1865707 kN; 112,95 kN.
3. Dari hasil perhitungan umur kelelahan struktur, diperoleh
hasil bahwa anchor chain masing-masing memiliki harga D
< 1 dari mooringline Chain 1 sampai 6 berturut-turut selama
38 tahun, 113 tahun, 304 tahun, 273 tahun, 303 tahun, dan
112 tahun. Nilai-nilai tersebut sudah mengaplikasikan
safety factor yang disarankan API RP-2SK senilai 3, maka
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2019) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-xxxx) 8
dengan design life sampai tahun 2025 (14 tahun) dapat
disimpulkan bahwa struktur anchor chain seluruhnya, masih
aman untuk beroperasi.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian dan Analisis data yang telah
dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah :
1. Penelitian ini menggunakan data riser yang disediakan dalam
Orcaflex (bukan data lapangan), disarankan untuk perhitungan
lebih lanjut agar memakai data yang diaplikasikan di
lapangan.
2. Perhitungan laju korosi dalam penelitian ini dianggap merata
dalam seluruh bagian struktur sehingga memungkinkan
underestimated di daerah yang mengalami korosi yang lebih
terfokus pada suatu area. Untuk penelitian lebih lanjut
disarankan agar melakukan survey lapangan tentang keadaan
korosi yang benar-benar terjadi terhadap setiap segment
anchor chain.
3. Pada perhitungan nilai cummulative damage hanya memakai
pembebanan Inline-Lightload saja sedangkan pada kondisi riil
nya banyak terjadi variasi pembebanan yang terjadi,
disarankan untuk penelitian lebih lanjut agar memakai faktor
operasi dalam perhitungan sehingga memperhitungkan segala
kondisi pembebanan yang dapat memberikan hasil lebih
mendekati keadaan riil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] American Petroleum Institute. (2005). Design and Analysis of
Stationkeeping for Floating Structures (2SK ed.). Washington: API
Publishing Services.
[2] Biro Klasifikasi Indonesia. (2013). Guidelines for Floating Production
Installations (Vol. 3). Jakarta.
[3] Biro Klasifikasi Indonesia. (2015). Guidance for Fatigue The Assessment
of Offshore Structures (Vol. B). Jakarta.
[4] Chakrabarti, S. K. (2005). Handbook of Offshore Engineering (Vol. 1).
Illinois, USA.
[5] Det Norske Veritas. (2004). Design of Offshore Steel Structures, General
(LRFD Method) (C101 ed.).
[6] Det Norske Veritas. (2004). Position Mooring (E301 ed.).
[7] Djatmiko, E. B. (2012). Perilaku Dan Operabilitas Bangunan Laut di Atas
Gelombang Acak. Surabaya: ITS Press.
[8] Faltinsen, O. M. (1990). Sea Loads On Ships and Offshore Structures.
Cambridge: Cambridge University Press.
[9] Hasselman, K., Barnett, T., Bouws, E., Carlson, H., Cartwright, D., Enke,
K., . . . Walden, H. (1973). Measurements of wind-wave growth and swell
decay during the Joint North Sea Wave Project (JONSWAP). Deutches
Hydrographishes Institut.
[10] Hidayat, E. R. (2017, May 29). Analisa Kualitas Lingkungan pada Industri
Migas dan Penegelolaannya.
[11] Paik, J. K., & Thayamballi, A. K. (2007). Ship-Shaped Offshore
Installations. Cambridge University Press.
[12] PT. Citra Mas. (2019). FSO Arco Ardjuna. Surabaya.