Anda di halaman 1dari 9

Sistem Offloading antara FPSO dan Shuttle Tanker

(Moch. Ardiansyah/4312100026)
FPSO (Floating Production Storage Offloading) adalah salah satu bangunan lepas
pantai terapung yang kita kenal selama ini. Bangunan jenis ini mempunyai kemampuan khusus.
Jika dilihat dari namanya, FPSO mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
mendistribusikan minyak ke kapal pengangkut minyak (shuttle tanker) dan kemudian minyak
tersebut didistribusikan ke kilang-kilang minya yang ada. Selain itu, bangunan lepas pantai
jenis ini juga mempunyai kemampuan untuk memproduksi minyak. Arti dari memproduksi
minyak disini adalah, bangunan jenis ini bisa mengolah minyak mentah (crude oil) yang
berasal dari reservoir menjadi minyak yang sudah siap jual. Sehingga banguna jenis ini
memamng dikenal sebagai bangunan lepas pantai terapung yang serbaguna, karena bisa
melakukan 2 proses besar di satu tempat dan satu waktu. Ini adalah keuntungan tersendiri bagi
perusahaan-perusahaan minyak yang menggunakan FPSO

Gambar 1. The Kwame Nkrumah FPSO, offshore Ghana

Secara garis besar, FPSO ini melakukan dua proses, yakni production dan offloading.
Dalam proses produksi minyak, bangunan jenis ini mempuyai modul-modul peralatan produksi
yang akan digunakan untuk mengolah minyak mentah (crude oil) menjadi minyak yang siap
jual. Setelah minyak selesai melalui proses pengolahan, minyak mentah yang berasal dari
reservoir, siap dijual dan didistribusikan ke kapal yang mengangkut minyak. Selama ini kita
kenal kapal tanker (shuttle tanker).

Dalam proses penditribusian minyak dari FPSO ke Shuttle Tanker tidak terjadi secara
secara otomatis. Proses pendistribusian (offloading) ini juga tidak berlangsung dengan
sembarangan, karena yang didistribusikan adalah minyak yang sudah siap jual dan memiliki
nilai komersil yang tinggi. Sehingga dalam proses pendistribusian (offloading) dari FPSO ke
Shuttle Tanker harus hati-hati dan harus berjalan sesuai dengan prosedur yang ada.
Selama ini, ada dua sistem offloading yang dilakukan antara FPSO dengan Shuttle
Tanker. Yang pertama adalah sistem tandem, yang kedua adalah sistem side by side.
Operasi Tandem Offloading

Gambar 2. Operasi Tandem antara FPSO dengan Shuttle Tanker

Gambar 2. diatas menunjukkan gambaran langsung dari sistem operasi Tandem Offloading.
Operasi tandem offloading juga dikenal dengan operasi depan-belakang, karena pada saat
operasi ini berlangsung ,posisi FPSO ada di depan dan Shuttle Tanker ada di belakang sehingga
membentuk satu garis lurus. Kemudian dalam sistem operasi Tandem Offloading ini juga
menggunakan semacam tali atau penghubung yang menghubungkan 2 bangunan ini. Tali
pengikat yang digunakan dalam operasi Tandem Offloading ini bernama Hawser. Tujuan
penggunaan Hawser ini adalah menjaga posisi FPSO dan Shuttle Tanker agar tetap terhubung.
Karena dalam operasi ini, minyak yang ada di FPSO akan didistribusikan ke Shuttle Tanker.
Dalam mendistribusikan minyak dari FPSO menuju Shuttle Tanker digunakan pipa yang
bernama Hose. Pipa ini menjadi jembatan antara FPSO dengan Shuttle Tanker dalam hal
pendistribusian minyak. Dalam operasi ini, peran Hawser dan Hose sangat penting dan vital.
Karena jika ada salah satu yang terganggu, proses operasi Tandem Offloading akan terganggu.

Operasi Side by Side Offloading


Selain operasi Tandem Offloading kita juga mengenal operasi Side by Side Offloading.
Tujuan dari operasi ini sama, yakni mendistribusikan minyak yang sudah diolah oleh FPSO
menuju Shuttle Tanker.

Gambar 3. Operasi Side by Side offloading operation


Namun, yang membedakan antara operasi Tandem dan Side by Side ini adalah posisi kapal.
Operasi side by side disebut juga pemindahan antar sisi. Dalam operasi ini, 2 kapal ini akan
saling mendekat dan berdampingan. Lambung kapal yang satu dengan yang lain akan saling
mendekat. Yang harus diperhatikan dalam operasi ini adalah kesamaan frekuensi gerakan
antara kapal yang satu dengan yang lain atau yang lebih kita kenal sebagai damping ratio.
Kesamaan gerakan respon bangunan akibat beban lingkungan adalah hal yang sangat penting
untuk diperhatikan dalam operasi ini. Operasi side by side offloading ini, biasa dilakukan antara
FSRU (Floating Storage and Regasification Unit) dengan kapal Tanker LNG (Liquified
Natural Gas) untuk memindahkan gas yang diliquifaksi

Single Point Mooring (SPM)


Single Point Mooring adalah suatu struktur terapung yang berada di lepas pantai yang
secara garis besar memiliki 2 fungsi, yakni untuk penambatan dan untuk terminal interkoneksi
antara tanker dengan FSO/FPSO atau FSO/FPSO dengan sumur (reservoir). Salah satu
kelebihan SPM, mampu menangani kapal ukuran apapun, bahkan kapal pengangkut minyak
yang sangat besar sekalipun dimana tidak ada fasilitas alternatif yang tersedia

Gambar 4. Single Point Mooring

Jenis-jenis Single Point Mooring (SPM)

Fixed Tower

Gambar 5. FPSO yang tertambat pada Fixed Tower


Catenary anchor leg mooring (CALM) buoy
Terdiri atas sebuah buoy (objek terapung) dengan 4 atau lebih rantai pengikat
hingga ke dasar laut
Single-anchor leg mooring (SALM) buoy
Terdiri atas sebuah buoy dengan sebuah kaki jangkar yang terhubungkan
dengan riser dan rantai rantai swivel.
Articulated loading platform (ALP)

Single point and reservoir (SPAR)

Gambar 6. Vessel yang tertambat pada SPAR


Single-anchor loading (SAL)

Turret mooring

Gambar 7. FPSO yang tertambat pada Turret mooring external

Bagian-bagian Single Point Mooring :


Ada empat bagian dalam sistem Single Point Mooring tubuh pelampung, mooring
(tambat atau elemen penahan), sistem transfer dan komponen lainnya
Tubuh Pelampung
Tubuh pelampung biasanya didukung pada kaki statis melekat pada dasar laut,
dengan bagian yang berputar di atas permukaan air yang terhubung ke kapal
tanker loading. Dua bagian dihubungkan oleh bantalan rol, disebut sebagai
bantalan utama.Kapal tanker ditambatkan bebas di sekitar pelampung dan
mencari posisi yang stabil dengan pengaturan yang sudah ditentukan.
Mooring (Tambat)
Mooring berfungsi menahan pelampung di dasar laut. Desain pelampung harus
disesuaikan dengan kondisi atau perilaku angin, gelombang dan arus dan ukuran
kapal tanker. Hal ini menentukan susunan Mooring optimal dan ukuran
komponen kaki semua tambatan. Anchoring poin juga sangat tergantung pada
kondisi tanah setempat.
Komponen Mooring :
- Jangkar Untuk menghubungkan tambatan ke dasar laut.
- Rantai jangkar
- Chainstoppers Untuk menghubungkan rantai untuk pelampung.
Sistem Transfer
Fungsi masing-masing pelampung adalah sebagai sistem transfer. Dari lokasi
geostatic yang terletak di dasar laut lalu sistem ini mentransfer produk ke kapal
tanker yang berlabuh di sekitar pelampung. Komponen sistem transfer produk
dari dasar laut adalah: Flexible Subsea Hoses yang biasa disebut dengan
Risers, Floating Hose, Swivel, Valves(katup) and Piping(pipa).

Gambar 8. Bagian-bagian SPM

Riser
Riser adalah selang fleksibel yang menghubungkan pipa bawah laut ke
pelampung. Pengaturan riser ini dapat bervariasi tergantung pada kedalaman air
laut, gerakan pelampung, dll

Floating Hose
Floating Hose menghubungkan pelampung ke kapal tanker. Floating Hose
dilengkapi dengan lapisan yang banyak untuk mencegah pecahnya selang dan
menghindari tumpahan minyak.
Swivel
Swivel adalah hubungan antara geostatic atau dasar laut dengan bagian yang
berputar dari pelampung. Swivel mempuyai berbagai ukuran tergantung pada
ukuran pipa yang terpasang dan riser. Swivel adalah jalur independen khusus
untuk produk atau satu cairan yang akan di ambil dari dasar laut. Swivel
dilengkapi dengan pengaturan segel ganda untuk meminimalkan kemungkinan
kebocoran produk ke lingkungan.

Referensi
https://helmidadang.wordpress.com/2012/12/29/single-point-mooring/
http://rahmat88aceh.wordpress.com/2009/11/13/single-point-mooring-spm/
https://www.anadarko.com/Media/Pages/MediaLibraryOverview.aspx?filtertag=International&submode=media-images
http://www.marimatech.com/products/offshore
Tandem Mooring & Offloading Guidelines for Conventional Tankers at F(P)SO Facilities
(OCIMF)

Anda mungkin juga menyukai