Anda di halaman 1dari 12

 

TEMA              : PERSAHABATAN DAN MISTERI

JUDUL              :

PEMAIN           :

–          AINUN ISLAMIYAH (orang yang dicurigai ) HALIMAH

–          ANNA ISNAINI KHOIRUNNISA ( teman ) FARIS

–          IZDIHARTI HUSNIYAH ( teman ) MARDIDI

–          JAFIS MUHAMMAD MAHAYUSMAN ( detektif 2 ) BAYU

–          NAFISA NADJIB (Komting) RAVEN

–          NUR FATHI ZULFA BUTHSAINAH ( detektif 1 ) REGY

–          SUCI SAFIRA PUTRI () FIKA

–          YANIK INDRIANI ( teman ) BRIAN

SCENE 1

Jafis     : Selamat pagi. Kami adalah detektif yang ditugaskan pihak kampus untuk
menyelidiki kasus pembunuhan mahasiswa Y. Perkenalkan saya Jafis, dan ini rekan saya.

Fatin    : Saya Fatin.

Nafisa  : Saya X adalah komting di sini. Dan ini A, B, C, dan D teman sekelas dari Y.

Detektif: Baiklah!

(Ketika melewati meja kepala asrama, fatin melihat sesuatu di meja, tapi ia tidak jadi
mengambilnya karena takut)

Fatin : ( Saat komting dan jafis sudah sampai pintu ) Hah, sapu tangannya kotor banget.
( Mereka berkumpul bersama anak-anak)

Kemarin…. Mayat Suci telah dimakamkan disekitar asrama tersebut. Kejadian


mengenaskan itu masih dirahasiakan dan detektif pun didatangkan untuk menyelidiki hal
ini, entah apa maksudnya. Pihak luar belum ada yang mengetahui peristiwa sesungguhnya.
Mereka semua diminta untuk berkumpul. 2 orang detektif itu pun berdiri di hadapan anak-
anak bersama kepala asrama di TKP.

Nafisa  : temen-temen, mereka ini adalah detektif. Mereka diminta untuk menyelidiki sebab
kematian Suci yang begitu mengenaskan.

Jafis     : Jadi apa yang bisa kami bantu ?

Nafisa  : Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba ditemukan seorang siswi yang telah meninggal
dunia secara tidak wajar. Ditubuhnya ada bekas tusukan dan darah berceceran. Entah ia
bunuh diri ataupun dibunuh.

Yanik   : Ya, kamilah yang menemukannya dalam keadaan seperti itu.

Jafis     : Jadi, maksud ibu kita harus mencari tahu penyebab kematiannya yang
sesungguhnya?

(fatin berpikir)

Nafisa  : Ya! Kami mohon bantuannya!

Fatin    : Apa pada saat kejadian itu ada orang luar yang masuk ke dalam asrama?

Nafisa  : Kami melarang orang luar masuk sembarangan tanpa izin. Dan untuk kejadian
itu…….tidak ada…..aa….mungkin saja ada penyusup yang masuk tanpa kami ketahui.

Fatin    : Sekarang bolehkah kami memeriksa ruangan ini?

Nafisa  : Iya, silahkan!

(Mereka mengelilingi kamar itu)


Jafis     : Jadi kapan kejadian ini terjadi?

Nina     : Setelah maghrib kami menemukannya telah tergeletak di sini ( menunjukkan


tempatnya) dan tubuhnya telah tertusuk. Lihat bekas darah ini.

( Fatin memperhatikan bekas darahnya dan mengambil sebagai sampel )

Jafis     : Apa yang terjadi padanya sebelumnya?

Nisa     : Bahkan sebelum maghrib, dia masih seperti biasanya.

Fatin    : Tolong kalian beri tahu kami apa yang kalian lakukan dan di mana kalian saat
kejadian ini terjadi?

Nina     : Aku di UKS, aku melihat bayangan hitam saat itu, itulah yang membuatku
mengatakan ia dibunuh. Tapi oleh siapa?

Nisa     : Aku bersama Yanik dari Mushollah selesai sholat maghrib, sementara saat itu Suci
kembali ke kamarnya sendirian untuk mengambil mukenahnya yang tertinggal, jadi kami
tidak tahu apa yang terjadi padanya.

Miya    : Setelah selesai sholat, aku memang tidak berjalan bersama Nisa dan Yanik, aku ke
perpustakaan karena mau mengambil buku untuk tugas besok

Jafis     : Ok!ok! Anak-anak, menurut kalian Suci ini dibunuh atau ia bunuh diri?

Nina     : Sepertinya ia dibunuh. Suci adalah anak yang baik dan pintar. Jadi aku rasa ia
tidak mungkin bunuh diri

Nisa     : Aku sependapat dengannya. Kami belum menemukan bukti bahwa ia bunuh diri.
Tapi kami percaya kalau ia dibunuh oleh seseorang.

Miya    : Aku justru mencurigai dia sebagai pembunuhnya. Dari awal tingkahnya sudah
mencurigakan. ( melirik ke Nina )

Nisa     : Maksudmu Miya, jangan bilang bahwa kamu masih mencurigai temanmu sendiri?
Miya    : Buktinya, dia berpura-pura melihat hantu, itu pasti untuk menutupi apa yang ia
lakukan. Kemudian dia menfitnahku, itu karena kau tak ingin dicurigai kan?

Yanik   : Berhenti kalian semua! ( semuanya menoleh ke arah Yanik ) Sepertinya, Suci
tidak dibunuh oleh siapapun.

Nisa     : Lalu?

Yanik   : Dia memang bunuh diri

Semua : Apa?

Yanik   : Aku menemukan ini. ( Menunjukan ) Ini pisau!

Nisa     : Tidak mungkin.

Fatin    : Coba kulihat! ( lihat, kemudian memberikannya kepada Jafis )

Jafis     : Fatin, kalau begitu mari kita tes sidik jari dipisau ini untuk mengetahui pelaku
sesungguhnya!

Fatin    : Ya!

Jafis     : Ibu kepala asrama, kami akan membawa pisau ini untuk melakukan tes sidik jari.
Kemungkinan, besok hasil dari tes sidik jari ini akan diketahui besok!

Nafisa  : Baiklah, kami tunggu hasilnya!

Fatin    : Kalau begitu, kami pamit pulang dulu. Besok, kami akan datang lagi untuk
menindak lanjuti kejadian ini!

Nafisa  : Baiklah!

Detektif: Assalamua’laikum!

Semua : Waalaikumussalam!

Nafisa  : Anak-anak, silahkan kembali ke kamar masing-masing!


Semua : Baik, bu! (Kemudian, pergi)

Nafisa  : (Mengangguk, kemudian pergi)

SCENE 6

2 detektif tersebut memanglah detektif baru, mereka belum cukup profesional jika dilihat
dari usia mereka yang masih muda. Tapi mereka telah dituntut untuk memecahkan kasus
pembunuhan yang cukup mengandung misteri.

Fatin    : Apa menurutmu anak ini benar bunuh diri?

Jafis     : Entahlah, bisa jadi. mmm……. Aneh!

Fatin    : Apanya yang aneh?

Jafis     : Tidak seharusnya mereka memanggil detektif untuk menyelidiki kematian anak
itu, namun mereka telah menguburnya. Bukankah kita jadi tidak bisa mengotopsinya.

Fatin    : Mungkin, kita hanya diminta menyelidiki apa ia benar bunuh diri atau dibunuh.

Jafis     : Tidak, Ini berbeda, pada kenyataanya kita harus mengetahui motif, tujuan dan
penyebab semua ini. Bukan hanya mengetahui ia dibunuh atau bunuh diri.

Fatin    : Ya,itulah yang harus kita cari tahu! O iya, aku seperti mengetahui sesuatu.

Jafis     : Aku juga mencurigai salah satu dari anak-anak tersebut! Tapi, beberapa bukti
menjelaskan bahwa mereka bukanlah pelakunya.

Fatin    : Jadi…….

Jafis     : Bagaimana jika kita membuat rencana yang dapat menjebak pelakunya sehingga
mau mengaku.

Fatin    : Mmm…. Bisa juga!

Jafis     : Ok!
( Keduanya melakukan tos ala-ala detektif, lalu melanjutkan perjalanan )

SCENE 7

Sidik jari dari pisau tersebut telah diselidiki. Jika satu masalah bisa terselesaikan mungkin
semua misteri bisa terbongkar hari ini juga. Semua orang juga berharap seperti itu.

Nafisa  : Nah anak-anak, kalian dikumpulkan disini, karena kemungkinan kasus ini bisa
selesai hari ini juga, dan itupun bila tidak ada halangan.

Fatin    : Ya, kami telah menemukan sidik jari barang bukti. Dan kemungkinan analisis kami
bisa membantu.

Jafis     : Hasil dari tes sidik jari mengatakan bahwa di pisau tersebut terdapat sidik jari dari
korban dan sidik jari salah seorang siswi yang menemukan pisau tersebut! Jika saja Yanik,
siswi yang menemukan pisau ini posisinya tepat sebagai posisi tersangka, mungkin saja
dialah pelakunya. Tapi itu tentu saja tidak mungkin.

Fatin    : Jadi, bisa disimpulkan bahwa Suci memang bunuh diri.  Ini sesuai analisi kami!

Nafisa  : Baiklah, terima kasih atas bantuannya! Mungkin kita harus menerima semua
kenyataan ini dengan lapang dada! Kita harus mengikhlaskan kematian suci karena apabila
kita tidak mengikhlaskan kematian suci, maka dia tidak akan tenang diatas sana! Dan untuk
urusan bahwa dia bunuh diri, itu kita serahkan kepada yang maha kuasa!

Nisa     : Jadi, apakah kasus ini sudah selesai?

Nafisa  : Ya, kasus ini telah selesai!

Miya    : Tunggu, detektif! Aku masih ingin kalian tetap melanjutkan misteri ini!

Fatin    : (senyum-senyum)

Nafisa  : Ada apa lagi, Miya? Semuanya sudah jelas, Suci meninggal karena bunuh diri.
Kamu harus menerima keadaan ini!

Miya    : Aku merasa masih ada yang kurang!


Nafisa  : Apa?

Miya    : Aku memang tahu kalau saat itu ibu ada di ruangan, karena aku sendiri melihat ibu
ketika pulang dari mushollah langsung menuju ruangan. Tapi menurutku, sepulang dari
mushollah ibu tidak langsung ke ruangan, melainkan dari tempat lain.

Fatin    : Lalu apa maksudmu Miya?

Miya    : Iya, jika kita lihat waktunya memang ibu masuk ke ruangan tepat setelah sholat
berjamaah bubar. Tapi arah berjalan ibu berlawanan dari yang seharusnya. Selain itu aku
melihat ibu membawa semacam jubah dan sapu tangan di tangannya. Aku curiga……

Jafis     : Aku mengerti. Sapu tangan……(berpikir) Kaitannya…………………

Yanik   : ooh….ya, detektif! Arah dari mushollah ke ruangan kepala asrama yaitu kearah
selatan. Jadi maksudmu berlawanan arah artinya ia jalan menuju ruangannya kearah utara?

Miya    : Entahlah, maksudku seperti itu….

Fatin    : Kalau ke utara artinya tempat yang ada di selatan yaitu, kamar kalian kan!

Nina     : Ya, ya benar sekali. Bukankah gedung bagian selatan memang hanya untuk kamar.
Tidak ada lagi yang lain.

Nafisa  : Jangan bilang kalian mencurigaiku? Kalian harus punya bukti…..Miya, kamu
sudah lancang.

Jafis     : Sebelumnya kami mohon maaf bu. Sebenarnya dari awal kami sudah curiga
dengan ibu,.

Nafisa  : Ok,ok! Kalian bisa saja mencurigaiku, tapi apa buktinya….. Bukankah sudah jelas
kalau Suci itu bunuh diri.

Jafis     : Yang pertama, seharusnya guru seperti anda lebih memahami muridnya. Tapi
disaat anak-anak lain tidak percaya jika Suci bunuh diri, karena ia adalah anak yang baik
dan pintar, tapi anda selalu saja yakin bahwa ia bunuh diri. Itu justru sangat berbeda.
Nafisa  : Lalu apa masalahnya….

Fatin    : Yang kedua, seperti yang telah dikatakan sebelumnya oleh Miya. Kamu adalah
satu-satunya orang yang berjalan dari kamar anak-anak sebelum anak-anak lain datang.
Bukankah begitu Miya?

Miya    : Ya, tentu saja. Karena waktu itu aku pergi duluan dan tidak bersama yang lainnya,
jadi saat itu yang lain belum sampai di kamar.

Jafis     : Yang ketiga, dari apa yang Miya lihat bukannya sarung tangan itu? ( Fatin
Langsung mengambilnya di laci meja.)

Fatin    : Kamu tidak boleh menyimpan terus sapu tangan bekas pembunuhan ini.

Nafisa  : Apa??? Itu???

Fatin    : Sepertinya kesalahanmu ada disini. Lain kali ibu harus menyusun semua rencana
dengan baik, ya bu!

Nafisa  : ( Marah ) Tapi, dari barang bukti yang ada di TKP, tidak ada yang menjurus
padaku kan. Malah pada siswi.

Jafis     : Untuk detektif seperti kami, hal itu cukup simpel.

Nisa     : Bagaimana itu bisa terjadi? Aku belum mengerti.

Jafis     : Jadi mungkin saja kejadiannya seperti ini…………………….

SCENE 9

Flash back

Suci      : Eh sebentar ya, mukenah ku ada di kamar, kalian pergi saja duluan! Daah… ( Nisa
berjalan ke arah berlawanan dari teman-temannya)

Yanik   : Ya, daah…


Semua : (Pergi)

Suci      : (Masuk kedalam kamar) Hah? Siapa kamu? (Ketakutan)

Nafisa  : Aku? Aku adalah…

Suci      : Pergi dari sini! Untuk apa kamu disini?

Nafisa  : Hahaha… Aku disini untuk membunuhmu, nak!

Suci      : (Ketakutuan) Pergi… Pergi… Pergi…

Nafisa  : Tidak akan, aku akan pergi jika aku telah membunuhmu!

Nafisa  :(Menyekap Suci) Adakah kata terakhir, sebelum kamu meninggal? (Kemudian,
membunuh Suci)

( Nafisa dan Suci mempraktekan adegan pembunuhannya, sementara Fatin menjelaskan )

Fatin    : Kamu menggunakan sapu tangan ini agar tidak ada sidik jarimu yang tertinggal di
TKP. Kemudian kamu menyekapnya dari belakang dan membunuhnya. Agar kesannya
seperti bunuh diri, maka kamu menusuknya dari depan ke arah dadanya. Lalu kamu sengaja
meninggalkan pisau itu ditangannya, sehingga lebih menguatkan bahwa ia bunuh diri.

( kembali ke adegan )

Suci      : Kau….Kk…kau, manusia…jaa..hat ( menghembuskan nafas terakhir )

Nafisa  : Hahah…..

( kembali ke cerita )

Jafis     : Itu sebabnyaa kau tidak khawatir jika kau memanggil detektif seperti kami, karena
kau yakin semua rencanamu telah tersusun dengan baik dan agar kesannya kau juga ikut
berpartisipasi dalam pembongkaran kasus, sehingga kau tidak dicurigai. Tapi sebenarnya,
disitulah letak kesalahanmu.
(Kembali ke adegan sebenarnya)

Nafisa  : Hahah…… itu benar! Itu benar semuanya, kalian memang hebat! Hahah….

Fatin    : Huh! Dasar Psikopat!

Nisa     : Psikopat? Apa itu?

Nina     : Bukankah itu suatu penyakit kejiwaan.

Jafis     : Baiklah! Bisakah sekarang kami membawamu ke kantor polisi. Jika kamu
beralasan untuk menutupinya dari pihak luar karena takut merusak citra sekolah, maka
kamu memang benar-benar penjahat. ( menangkap nafisa)

Nafisa  : Heih….. kalian semua gila, haha… kalian bodoh. Ingat ya, aku ini kepala asrama
mana mungkin aku melakukannya.

Fatin    : Ayo, cepat! Sebelum ia melawan, aku sudah malas menangani kasus bodoh seperti
ini.

Anak-anak, terima kasih atas bantuan kalian!!! Kasus ini akan diselesaikan lebih lanjut oleh
kepolisian. Kalian harus berhati-hati ya!

Mereka pun membawa si pelaku sesungguhnya ke kantor polisi untuk ditangani lebih
lanjut. Kasus ini cukup mengandung misteri, terutama bagi anak-anak seperti anak-anak
itu. Sepertinya, pelajaran dari kepala asrama tersebut adalah ia tidak boleh meremehkan
oran g lain dan merasa jika ialah yang paling hebat.

Yanik   : Wah, Miya, kenapa dari awal kamu gak cerita sih

Nina     : Iya, jadinya aku jadi menuduh kamu kan…. Miya…pliss maafkan aku ya!

Miya    : Huh! Gak akan!

Nina     : Miya………….(mohon) Aku tahu aku salah, tapi maafin aku ya. Waktu itu aku
sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Jadi omonganku tak karuan
Miya    : Iya, iya! Tenang aja lagi. Kamu kan sahabat aku. Aku juga minta maaf karena
telah menuduhmu juga ya!

Nisa     : Iya, lain kali kita gak boleh asal menuduh! Nanti yang ada timbul fitnah. O iya ya,
waktu itu kenapa kamu gak cerita?

Miya    : Aku takut lah! Bukankah itu menjurus ke kepala asrama. Nanti malah tambah
memperkuat bukti kalau aku pelakunya lagi. Jadi aku memikirkannya sendiri saja. Makanya
aku tidak terlalu marah ketika Nina menuduhku, karena di otakku aku sering berpikir.

Nisa     : Oooh…. Jadi gitu ya! Aku benar-benar gak nyangka kalau bu kepala asrama lah
pelakunya. Ngomong-ngomong psikopat itu apa ya?

Nina     : Dia penyakit kejiwaan, tapi berbeda dengan gila, karena pelakunya sadar
sepenuhnya tas perbuatannya. Biasanya mereka sangat pintar, terlihat sangat baik dari
penampilan dan tutur kata, tapi ia selalu melakukan kebohongan, kecurangan, dan seperti
kasus bu kepala asrama ini.

Yanik   : Iya, mereka melakukan semua itu demi kepuasan pribadi, tak jelas maksudnya apa.
Dan ibu kepala asrama benar-benar telah menyusun rencana pembunuhannya dengan baik.

Nisa     : Aah…. Suci aku benar-benar merindukanmu. Semoga sekarang kamu tenang di
alam sana. Amin!!!

Miya    : O iya, nina, soal bayangan yang kamu lihat waktu itu bagaimana. Kamu kan
melihatnya sebelum sholat maghrib, dan kejadian itu sesudah sholat maghrib. Apa dia itu
kepala asrama?

Nisa     : Aah….nina….jangan-jangan itu hantu lagi. UKS kan tempatnya tidak di dekat-
dekat tempat kejadian.

Nina     : Aah…masa’ sih! Jangan nakutin deh!

Yanik   : Iya, Nin! Jangan-jangan itu yang ngincar kamu lagi, iih…. Takut

Miya    : Aduh na’udzubillah! Semoga kita selalu dilindungi, AMIN!!!


 

Anda mungkin juga menyukai