Anda di halaman 1dari 10

TEKS DRAMA BAHASA INDONESIA

Kelompok 1
Anggota:
Annisa Meyla Hermalia (05)
Arif Muhammad Ikhsan (06)
Chika Chairunnisa Fatayya (10)
Firizqi Aditya Mulya (14)
Hitana Imtinan Untaryono (16)
Irvan Yoga Maulana (17)
Levi Dian Prabowo (18)
M. Muftiabida Wimatama (19)
Muhammad Faidzul Azkaa (20)
Muhammad Rafli Gunawan (22)
Muhammad Ryuh Caesar Abimanyu (23)
Naila Al Husna (25)
Putri Nailah Azalia Priyambodo (28)
Rania Azillah Salma (30)
Renandika Yuri Widyanendra (31)
Sahza Paramesti Widyadana (33)
Sofia Karin (34)

a. Genre: Horror, misteri


b. Judul: Petak Umpet
c. Pembagian Tokoh:
 Putri sebagai tokoh yang kerasukan.
 Chika sebagai pembunuh dan pembully.
 Kelompok 0:
a.) Renan
b.) Naila
c.) Rania
 Kelompok 1:
a.) Ditya
b.) Wima
c.) Karin
d.) Sahza
 Kelompok 2:
a.) Yoga
b.) Azkaa
c.) Meyla
d.) Hitana
 Kelompok 3:
a.) Levi
b.) Ryuh
c.) Rafli
d.) Arif
d. Latar:
 Latar Tempat: Sekolah
 Latar Suasana: Tegang, takut
 Latar Waktu: Sore hari
e. Alur: Alur maju
f. Sudut Pandang: Sudut pandang orang ketiga
g. Amanat:
h. Cerita:
Selasa sore. Sepulang sekolah, berkumpul-lah 16 siswa kelas XI MIPA 3
untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia, yakni projek pembuatan film. Mereka
berencana membuat film dengan tema horror dengan seorang siswi bernama Putri
yang berperan sebagai hantunya. Akan tetapi, pada saat Putri ditanya apakah ia
bersedia atau tidak, ia hanya diam saja dan menatap dengan tatapan kosong. Teman-
temannya pun keheranan dan berkumpul mengelilinginya. Selang beberapa saat
kemudian, Putri memberikan respon yang menyeramkan, yaitu dengan tertawa
terbahak-bahak. Semua teman-temannya pun sontak terkejut dengan reaksi Putri,
mereka menduga Putri sedang mengalami kerasukan. Mereka pun bertanya kepada
sosok yang merasuki tubuh Putri bagaimana agar dirinya bersedia keluar dari tubuh
Putri. Sosok yang merasuki Putri tersebut pun menjawab bahwa jika mereka ingin
dirinya keluar dari tubuh Putri, mereka harus menemukan wujud asli dari sosoknya.
Sosok tersebut pun memberikan sebuah cara agar 16 siswa itu bisa
menemukan wujud aslinya, yaitu dengan memecahkan tiga teka-teki yang ia berikan.
Teka-teki itu berbunyi: 1.) kesukaanku, bumi bulan matahari, ke-dua, ke-tiga, ke-
empat; 2.) tidak punya kaki, tetapi bisa berlari. Itu selalu mengingatkanmu akan
sesuatu. Di X berkaki dua, ruangan ke-dua yang konon katanya berisi orang-orang
pintar; 3.) sama seperti kalian, yang membedakan hanya satu. Jika kecil tidak bisa
menjadi dewasa, jika dewasa tidak bisa menjadi tua, dan jika tua tidak bisa mati.
Beberapa orang takut denganku, dan terletak pada bagian paling penting.
16 siswa itu pun berpencar menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama terdiri
dari 3 orang yang bertugas menjaga Putri di kelas. Sedangkan, kelompok yang lain
terdiri dari 4 orang yang bertugas memecahkan masing-masing teka-teki yang ada.
Singkat cerita, setelah ketiganya berhasil memecahkan ke-tiga teka-teki
tersebut, mereka menuju ke tempat yang sama dan menemukan fakta yang sangat
mengejutkan.
i. Script
MAIN

1. KELAS - PULANG SEKOLAH

Para siswa kelas XI MIPA 3 mulai berkemas-kemas untuk pulang.

Ditya: “Eh besok ke sekolah ya, kita mulai shoot tugas bahasa Indoneisa.”
Karin: “Pake seragam apa?
Ditya: “OSIS aja, kan ceritanya tentang anak sekolah.”
Karini: “Oke.”

2. TOILET - PULANG SEKOLAH

Adu mulut antara Chika dan Putri, kamera menyorot sudut toilet yang berisi
tumpukan kardus dan botol kaca.
Chika: “Mentang-mentang paralel satu, lo kira lo bisa seenaknya ngaduin orang?!”
Putri: “T-tapi....”
Chika: “Gak ada tapi-tapian. Gara-gara lo urusan gue sama orang tua gue jadi ribet
tau gak sih?!”
Putri: “M-maaf....”
Chika: “Maaf lo tu ga guna sialan.”
Chika mengambil botol kaca di sudut toilet dan terdengar suara pecahan kaca.
Darah terciprat kemana-mana.

3. KELAS – JAM 2 HARI BERIKUTNYA (SABTU JAM 2 SIANG)

16 siswa yang akan melakukan kerja kelompok berdatangan ke kelas. Mereka


menggunakan seragam OSIS karena akan melakukan shooting film Bahasa Indonesia.
Lalu, mereka bersiap pada posisi masing-masing dan menyiapkan alat shooting.
Ditya: “Eh, buat peran hantu jadinya siapa sih?”
Karin: “Putri aja ga sih? Kayaknya dia cocok jadi hantu.”
Hitana: “Tinggal dia mau jadi hantunya apa gak.”
Karin: “Ya tinggal nanya aja.”
Ditya berjalan menghampiri Putri.
Ditya: “Eh put, kamu mau jadi hantunya gak?”
Putri tidak merespon dan pandangannya kosong. Ditya yang khawatir sontak
memanggil teman-temannya.
Ditya: “Heh, ini Putri kenapa kok diem aja.”
Teman-teman yang lain pun segera mendekat ke arah Ditya dan Putri. Karin
mencoba mengambil perhatiannya Putri namun respon yang diberikan hanyalah
sebuah tawa yang mengerikan.
Meyla: “Put, kamu kenapa? Ada masalah?”
Renan: “Apa mungkin Putri kesurupan?”
Putri tiba-tiba menyaut, namun dengan suara yang menyeramkan.
Naila: “Siapapun kamu tolong jangan sakiti Putri.”
Hitana: “Keluar dari tubuhnya!”
Putri yang tadi masih tertawa tiba-tiba terdiam.
Putri: “Jika kalian ingin aku keluar dari tubuh ini. Kalian harus menemukan wujud
asliku.”
Yoga: “Dimana kita bisa menemukan wujud aslimu?”
Putri: “Aku akan memberikan kalian tiga teka-teki untuk menemukan wujud asliku.
Jika kalian tidak bisa menemukan wujud asliku dalam 4 jam, aku akan berada
dalam tubuh ini selamanya.”
Sebuah kotak terjatuh dan spontan semua mengalihkan pandangannya pada
kotak tersebut. Di kotak tersbut terdapat 3 kertas lusuh berisi 3 teka-teki. Teka-teki itu
berbunyi: 1.) kesukaanku, bumi bulan matahari, ke-dua, ke-tiga, ke-empat; 2.) tidak
punya kaki, tetapi bisa berlari. Itu selalu mengingatkanmu akan sesuatu. Di X berkaki
dua, ruangan ke-dua yang konon katanya berisi orang-orang pintar; 3.) sama seperti
kalian, yang membedakan hanya satu. Jika kecil tidak bisa menjadi dewasa, jika
dewasa tidak bisa menjadi tua, dan jika tua tidak bisa mati. Beberapa orang takut
denganku, dan terletak pada bagian paling penting.
16 siswa tadi pun terlihat kebingngan dengan teka-teki yang sosok itu berikan.
Beberapa orang takut denganku, dan terletak pada bagian paling penting.
16 siswa itu pun berpencar menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama terdiri dari 3
orang yang bertugas menjaga Putri di kelas. Sedangkan, kelompok yang lain terdiri
dari 4 orang yang bertugas memecahkan masing-masing teka-teki yang ada.

Ditya: “Gimana kalo kita berpencar aja? Biar bisa cepet ketemu....”
Karin: “Boleh, dibagi jadi 4 kelompok aja gimana?”
Sahza: “Kok 4? Bukannya teka-tekinya cuma 3?”
Karin: “Nanti yang satu kelompok biar jagain si Putri”
Sahza: “Oh, okedeh. Per kelompok ada berapa orang?”
Ditya: “Kan kelompok kita ada 17 orang dikurangi Putri sama Chika jadi tinggal 15
orang. Gimana kalau yang jagain Putri 3 orang, kelompok sisanya yang
bertugas mecahin teka-teki 4 orang.”
Rania: “Oh iya, gitu aja.”
Ditya: “Renan, Naila, Rania kalian jaga si Putri ya. Terus teka-teki satu serahin ke
aku, Karin, Sahza, dan Wima. Terus teka-teki kedua aku serahin ke Yoga,
Azkaa, Meyla, dan Hitana. Teka-teki terakhir aku serahin ke Levi, Ryuh,
Rafli, dan Arif.”

4. LINGKUNGAN SEKOLAH – KELOMPOK 1


(Kesukaanku, bumi, bulan, matahari, ke-dua, ke-151, ke-2)

Mereka berusaha memecahkan teka-teki sambil berjalan.


Wima: “Maksud teka-tekinya gimana sih men?”
Sahza: “Kesukaanku, ku itu maksudnya si Putri kan? Kesukaannya si Putri apa ya?”
Karin: “Terus juga bumi bulan matahari itu maksudnya apa? Apa maksudnya
kesukaannya si Putri itu bentuknya bulat-bulat ya?”
Wima: “Cilok. Putri suka cilok gak sih?”
Ditya: “Oh iya juga ya, disini yang jual cilok dimana sih?”
Karin: “Di kantinnya Pak Topi.”
Ditya: “Yaudah yuk kita coba cek kesana.”

5. KANTIN – KELOMPOK 1

Sesampainya di kantin, mereka segera bertanya kepada penjaga kantin.


Karin: “Pak, akhir-akhir ini ada yang janggal gak sih pak? Atau ada yang
mencurigakan gitu?”
Pak Topi: “Gak ada ah, nduk.”
Sahza: “Berarti jawaban teka-tekinya bukan cilok.”
Wima: “Terus apa dong?”
Mereka melihat ada seorang perempuan yang sedang membaca novel.
Ditya: “Putri tu suka ngapain sih? Dia suka baca novel kan.”
Semua: “Oh iya ya dia suka baca novel.”
Ditya: “Oh iya, dan aku baru inget kalau bumi, bulan, matahari itu adalah judul novel
karya Tere Liye.”
Karin: “Kalau gitu kita harus ke perpustakaan.”
Di scene ini ada hantu putri yang muncul saat si perempuan yang membaca novel
bercermin.

6. PERPUSTAKAAN – KELOMPOK 1
(Improvisasi)
7. LAPANGAN BASKET – KELOMPOK 2 (Tidak punya kaki, tetapi bisa berlari. Itu
selalu mengingatkanmu akan sesuatu. Di X berkaki dua, ruangan ke-dua yang konon
katanya berisi orang-orang pintar)

Hitana: “Tidak punya kaki, tetapi bisa berlari. Itu selalu mengingatkanmu akan
sesuatu. Di X berkaki dua, ruangan ke-dua yang konon katanya berisi orang-
orang pintar.”

Yoga: “Tidak punya kaki, tapi bisa berlari, apakah itu angin?”
Azka: “Ya ngga mungkin lah, Yog. Masak angin bisa buat nyembunyiin teka-teki?”
Meyla: “Kalian jangan bercanda terus, kita udah kehabisan waktu, loh.”
Hitana: “Oh iya. Aku baru kepikiran, apa jawabannya waktu ya?”
Meyla: “Hah? Kok bisa waktu?”
Hitana: “Kan waktu tidak punya kaki, tapi dia bisa tetep berlari. Dan waktu selalu
ngingetin kita akan sesuatu.
Azka: “Seumpama itu waktu, terus apa hubungannya dengan X berkaki dua, ruangan
kedua, yang konon berisi orang-orang pintar?”
Yoga: “Berkaki dua itu Kevin ngga sih?”
Hitana: “Oh iya iya, ayo kita ke kandangnya Kevin!”

Mereka berempat segera menghampiri kandang Kevin, akan tetapi, setelah beberapa
waktu mereka mmencari dari sudu ke sudut kandangnya, mereka tidak menemukan
apapun.

Azka : “Eeee... kita ngapain ya disini.”


Hitana: “Ngga ada apa-apa, berarti bukan kandang Kevin jawabannya.”
Meyla: “Bentar, satu-satunya benda yang bisa menunjukkan waktu kan jam ya, apa
jawabannya ada di jam?”
Hitana: “Tapi jam ada banyak banget di sekolah ini...”
Azka: “Berarti X berkaki dua itu menunjukkan ruangan, yang berisi jam itu tadi.”
Meyla: “X berkaki dua? Kelas 12? Angka romawi 12 itu X sama I dua kali kan?”
Hitana: “Oh iya, bener. Kalo gitu konon katanya berisi orang-orang pintar itu...”
Yoga: “Kelas IPA!”
Azka: “Emang kamu pinter Yog?”
Yoga: “Kan konon brati bisa bener bisa enggak.”
Hitana: “Kalo bener itu kelas MIPA 12 brati ruangan ke 2 itu nunjukkin kelasnya
coba kita cek ke 12 MIPA 2.”
Meyla: “Ya kita cek dulu aja, semoga ada beneran”

8. XII MIPA 2 – KELOMPOK 2


Disinilah mereka sekarang, berdiri tepat di depan pintu kelas XII MIPA 2.
Namun, merasa ragu untuk masuk karena lampu di dalam berkedip-kedip.

Meyla: “Duh, aku kok takut ya, kira-kira nanti apa yang nanti kita temuin.”
Yoga: “Ngga apa-apa, kita masuk aja dulu.”
Meyla: “Eh, ketuk pintu dulu.”
Yoga: “Ngapain?”
Meyla: “Buat permisi.”

Mereka masuk dengan hati-hati. Kemudian mereka segera memeriksa jam


yang ada di kelas tersebut.

Hitana: “Ada yang aneh ngga sama jam nya?”


Azka : “Ngga ada i, kayak jam pada umumnya.”
Meyla: “Coba cek belakangnya.”
Dan mereka pun menemukan sebuah kunci misterius.

9. TOILET – KELOMPOK 3 (Sama seperti kalian, yang membedakan hanya satu. Jika
kecil tidak bisa menjadi dewasa, jika dewasa tidak bisa menjadi tua, dan jika tua tidak
bisa mati. Beberapa orang takut denganku, dan terletak pada bagian paling penting)

Ryuh, Arif, dan Rafli sedang mendiskusikan jawaban teka-teki sambil


menunggu Levi buang air.

(Ryuh bersandar di dinding luar toilet)


Ryuh: “Sama seperti kalian, kita kan manusia. Apa mungkin jawabannya salah satu
manusia yang ada di sekolah ini?”
Rafli: “Manusia kan kalau kecil bisa jadi dewasa, di sini katanya kalo kecil ngga bisa
jadi dewasa.
Arif: “Apa mungkin orang yang udah mati? Mereka kan ngga bisa tumbuh lagi.”
Ryuh: “Tempatnya orang yang udah mati di mana?”
Arif & Ryuh: “KUBURAN!”
Ryuh: “Masak kita harus ke kuburan sih?”
Rafli: “Ya gimana lagi, cuma kuburan yang paling mungkin.”
Ryuh: “Levvvv, cepetan, Lev! Ayo ke kuburan!”
Levi: “Bentar woiiiii dikit lagi!”

10. DI DEPAN GERBANG – KELOMPOK 3

Levi: “Kita yakin ni mau ke kuburan sekarang?”


Arif: “Kalo takut ngomong, Lev.”
Levi : “Lhoooooooooooooo.”
Gerbang terkunci sendiri.
Levi: “Eh jangan panik jangan panik. KABOOOOOORRRR.”

Mereka berlari sampai kelelahan, dan akhirnya berhenti.


Ryuh: “Udah kita nyari Pak Satpam dulu aja....”

Saat yang lain mencari Rafli hanya duduk diam saja.


Levi: “Fli kamu bantuin dong ga diem aja kayak patung.”
Arif: “ Eh iya patung kan sama kayak kita tapi ga punya nyawa kayak mayat”
Ryuh: “ Apa jangan jangan jawabannya patung kalo patung juga lebih cocok si ke
teka teki yang menyebutkan kalo dia kalo udah tua gabisa mati”
Levi: “Yaudah, cek dulu aja. Siapa tau emang bener, kalau teka-tekinya itu patung.”

Di scene ini hantu Putri muncul mengatakan “anak pintar”, lalu Levi terkejut, akan
tetapi yang lain hanya menganggap Levi bohong.

Ryuh: “Di sekolah ini yang ada patung ruangan mana sih?”
Rafli: “Aku kayaknya lihat patung manusia pas praktek Biologi kemarin deh.”
Arif: “Yaudah yuk cek dulu aja.”

11. LAB BIOLOGI – KELOMPOK 3

Mereka telah memasuki Lab Biologi, dan sekarang sedang berdiri di hadapan
patung.

Rafli: “Patungnya ngeri”


Levi: “Jadi, kita nyari teka-tekinya disini?” (bergidik ngeri)
Arif: “Iyalah, mau dimana lagi emangnya?”
Ryuh: “Beberapa orang takut denganku, dan terletak pada bagian paling penting, apa
ya?”
Arif: “Bagiku semuanya menakutkan dan organ tubuh pastinya penting”
Levi: “Berarti yang paling menakutkan dan paling penting”
Ryuh: “Jantung? tanpa adanya jantung organ tubuh lainnya tidak bisa bergerak”
Rafli: “Terus gimana?”
Arif: “Dibongkar aja jantungnya”
Levi: “Kamu ajalah, takut”
Arif: “Uhm, kamu aja fli”
Rafli: “Lhoh, kok aku, uhm...Ryuh aja”
Ryuh: “Eh, jangan aku Levi aja-“
Levi: “Oke sudah diputuskan, Ryuh yang akan membongkarnya”
Ryuh pun pasrah, dengan mencoba menghilangkan rasa takutnya, ia
membongkar isi jantung. Dan ditemukanlah sebuah kunci.

12. KELAS XI MIPA 3 – SEMUA KELOMPOK

Setelah menemukan kuncinya masing-masing, mereka berkumpul di kelas.

Ryuh: “Eh ini kita nemu kunci, tapi ngga tau kunci buat apa.”
Hitana: “Kita juga nemu kunci.”
Ditya: “Oke berarti semua jawabannya kunci ya, dan kita juga dapet petunjuk tentang
komputer. Apa mungkin tiga kunci ini untuk ruang komputer?”
Semua: “Ya udah yuk coa cek kesana.”
Meyla: “Duh, tapi aku capek, izin istirahat ya....”
Rafli: “Eh aku juga mau istirahat.”

Akhirnya, hanya 6 orang yang pergi ke lab komputer, yakni Ditya, Yoga,
Karin, Ryuh, Hitana, dan Levi.

13. RUANG KOMPUTER – 6 ORANG

Adegan masuk ke ruang komputer di Improvisasi>

Di dalam laci salah satu meja di ruang komputer, mereka menemukan sebuah
kertas bertuliskan “Keramat”.

Ditya: “Satu-satunya hal yang keramat di sekolah ini adalah....”


Hitana: “TOILET PEREMPUAN DI LANTAI TIGA!”

Mereka segera ke toilet yang dimaksud,akan tetapi saat sampai di sana mereka
menemukan bercak darah dan satu pintu yang tertutup. Mereka membukanya
perlahan, dan mendapati putri terkapar dengan kepala berdarah.

Lalu sisa orang yang menjaga di kelas berlari ke arah mereka, dan mengatakan
bahwa putri telah menghilang.

Yang kelompok 0 nanti setiap pergantian scene setelah teka-teki terpecahkan


akan disorot:
1. Scene 1 menceritakan tentang kelompok 6 yang bertanya kepada sosok yang
merasuki Putri, mengapa dia harus memberikan teka-teki. Dijawab sebagian.
2. Scene 2 sosoknya melanjutkan cerita.
3. Scene 3 kelompok 0 keluar dari kelas.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai