Anda di halaman 1dari 6

Dasar Bioproses 

Pengertian Bioproses
Bioproses atau bioteknologi sebagai ilmu antar disiplin merupakan penerapan
teknologi organisme hayati dan penyusun subselularnya untuk industri pengolahan dan jasa
serta pengelolaan lingkungan. Dari hasil penelitian di laboratorium ke penerapan dalam skala
industri diperlukan pemahaman prinsip-prinsip kinetika proses. Pemahaman ini sangat
diperlukan untuk menentukan dan mengevaluasi pertumbuhan, laju reaksi enzim, penggunaan
substrat , peolehan produk, produktivitas enzim atau sel yang semuanya digunakan untuk
menentukan kinerja bioproses.
Bioproses memerlukan kuantifikasi proses pertumbuhan sel (mikroba,
tanaman , hewan) atau aktifitas enzim yang mengonsumsi substrat serta membentuk produk.
Dua hal pokok yang selalu dijadikan tolok ukur bagi pengembangan lebih lanjut adalah
sebagai berikut:
a. Pada tingkat nisbah (rasio) bahan atau energy berapakah energy atau bahan lain harus
dipasok atau dikeluarkan untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu.
b. Pada tingkat laju (rate) pertumbuhan sel, konsumsi substrat dan produksi bahan serta
pada volume berapakah dibutuhkan peralatan (bioreactor) untuk proses pada tingkatan
tertentu.
Perihal (a) dipecahkan dengan pendekatan stoikiometri yang terjadi pada bioproses.
Sedangkan pokok permasalahan butir (b) dapat didekati berdasarkan kaidah-kaidah kinetika
reaksi bioproses. Oleh karena itu, merupakan syarat mutlak bagi seorang bioengineer
mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip rekayasa biokimia (biochemicah engineering) dan
rekayasa proses (process engineering).
Proses pengubahan biokonversi atau fermentasi microbial terjadi dan berlangsung di
dalam wahana yang disebut permentor atau bioreactor. Oleh karena itu, pokok bahasan
bioreactor mendapat porsi besar dalam studi-studi atau kajian mengenai teknologi bioproses.

1.2. Kinerja bioproses
Kinerja (persformance) bioproses sangat ditentukan oleh daya guna (efesinsi) dan
tingkat keterulangannya (reproduksibilitas). Dalam pengembangan proses bioindustri,
prinsip-prinsip kerekayasaan amat bermanfaat dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Identifikasi produk, substrat, dan produk-produk antara
Secara umum substrat yang digunakan dalam bioproses adalah substrat karbon
terasimilasi yang dapat berupa sumber karbon asal pertanian (sakarosa, tetes, pati,
glukosa, laktoserum atau whey, selulosa, dan limbah nabati), sumber karbon anorganik
(CO2/karbonat). Rendemen dapat ditentukan berdasarkan nisbah metabolit atau biomassa
yang diperoleh terhadap substrat yang digunakan. Memaksimumkan rendemen ini adalah
tujuan utama bioprosesn. Pemilihan substrat dan komposisi media di satu pihak
tergantung pada kendala teknik (konsentrasi dan rendemen maksimum,
purifikasi). Dipihak lain tergantung pada kendala ekonomik(harga keamanan).

b. Stoikiometri proses
Dalam suatu bioproses, neraca bahan yang pasti tidak selalu bersedia.Meskipun
demikian, informasi dapat diambil secara rinci berdasarkan nisbah (rasio) berbagai
produk dan substrat (sebagi contoh sumber karbon, sumbar nitrogen, permasokan
oksigen) dan zat antara (intermediate) dan keragaman nisbah tersebut menanggap
perubahan lingkungan. Dalam berapa proses fermentasai, misalnya produksi protein sel
tungga (PST) dan hidrokarbon dan neraca energy juga mempunyai peran yang penting.

c. Kinetika laju bioproses


Acap kali masalah pada butir (a) dan (b) di atas tidak dapat diselesaikan tanpa
memperhatikan skala waktu. Pada proses curah (batch) perubahan produk, zat antara dan
substrat merupakan hal yang penting karena melibatkan waktu proses. Oleh karena itu.
Laju dan kinetika proses merupakan informasi yang diperlukan. Sebaliknya dalam
biproses sinambung, rancangbangun dan analisis bioraktor pada umumnya didasarkan
atas laju prubahan tersebust dan laju dilusi. Pemahaman kinetika bioproses diperlukan
untuk menentukan teknologi yang tepat dan strategi kondisi operasi dengan tujuan akhir
untuk memaksimalkan produksi dan konsentrasi produk. Masalah purifikasi dan
pemisahan metabolit yang dihasilkan juga membawa akibat yang berarti pada optimasi
proses. Berdasarkan hal-hal tersebut instrumentasi dan pengendalian proses juga
merupakan hal yang sangat penting dalam bioproses.
d. Rancangbangun reaktor
Informasi (a), (b), dan (c) diperlukan sekali untuk tujuan akhir dari kajian
rekayasa bioproses, yakni rancangan dan analisis bioraktor. Meskipun fermentor dengan
penampakan lain, seperti fermentor menara yang banyak digunakan. Perancangan
umumnya melalui tiga tahapan skala yakni (a) skala laboratorium yang merupakan
tahapan seleksi mikroba, (b) skala pilot-plant untuk menerapkan kondisi optimal, dan (c)
skala industri yang diterapkan dengan mempertimbangkan ekonomi dan finansial
bioproses tersebut.
Dalam bahasan selanjutnya lingkup teknologi bioproses akan disajikan secara,
berurutan meliputi kinetika microbial, kinetika reaksi enzimatik, perancangan bioreactor,
evaluasi dan perhitungan bioproses, pemodelan bioproses, pengendalioan, serta teknologi
proses hilir. Bahasan akan ditutup dengan mempertelakan penerapan bioproses dalam
industri.

e. Perkembangan Bioproses/Bioteknologi
Futuris Amerika, Alvin Toffer (1980) membuat prognosa dalam bukuGelombang
Ketiga (The Third Wave) yang sangat terkenal. Prognosa itu berisi tentang empat
teknologi yang akan sangat berperan dalam kebudayaan manusia abad 20-21. Keempat
teknologi tersebut adalah mikroelektronika, teknologi energy alternative, aeronautika, dan
bioteknologi.

Revolusi biologi yang diawali dengan penemuan struktur sulur ganda (heliks) molekul
DNA (asam deoksiribo nukleat) oleh Watson dan Crick (1953) melejit pesat dipertengahan
tahun 1970-an dengan perkembangannya rekayasa genetika. Perkembangan ini menjadikan
bioteknologi sebagai bidang antar disiplin yang memberi harapan untuk memecahkan
problem yang dihadapi manusia. Padahal penerapan proses-proses bioteknologis sebenarnya
telah berabad-abad lamanya dikenal dan dibudidayakan oleh umat manusia.
Di penghujung abad ke 20 bioteknologi telah menjadi salah satu penopang kegiatan
industry terutama di Negara-negara maju. Sebaliknya upaya pengembangan dan
penerapannya di Negara-negara berkembang masih banyak menghadapi masalah dan
dilemma. Hal ini karena bioteknologi memerlukan padat modal untuk penelitian dan
penerapannya. Selain itu, juga memerlukan dukungan sumber daya manusia berupa pakar dan
insinyur yang berkelayakan tinggi.
Pengetahuan manusia tentang bioteknologi berawal dari pembuatan makanan dan
minuman secara fermentasi. Seni pembuatan pangan terfermentasi tersebut telah dikenal oleh
masyarakat Babilonia sejak 6.000 tahun sebelum masehi (SM), jauh sebelum Louis Pasteur
mencetuskan temuannya tentang peran mikroba atau jasad renik dalam fermentasi.
Minuman khas Jepang (sake), bir, anggur, keju, yoghurt, dan pangan tradisional
Indonesia (tempe, oncom, acar, dan peda) merupakan contoh hasil proses bioteknologis
tradisional. Tahapan ini disebut bioteknologi generasi pertama atau era pra-pasteur. Tahap ini
dicirikan oleh pemanfaatan atau pendayagunaan mikroba (bakteri, kapang, khamir) untuk
pengawetan dan atau pembuatan makanan/minuman. Sampai tahun 1940-an penggunaan
mikroba juga dikembangkan untuk produksi bahan kimia (aseton-, butanol, asam sitrat) dan
biomassa. Bioteknologi generasi kedua dimulai ketika ditemukan penisilin oleh Fleming
(1928/1929) dan permulaan pengusahaannya dalam bentuk industry pada tahun 1944. Pada
era ini (dan sampai sekarang) kegiatan bioteknologis dwarnai oleh proses produksi industri
antibiotika, vitamin, dan asam-asam organic dengan fermentasi. Masa tersebut dikenal pula
sebagai era antiobiotika.
Bioteknologi generasi ketiga melejit secara pesat pada paruh tahun 1970-an, dengan
diterapkannya rekayasa genetika untuk memanipulasi dan memperbaiki sifat organisme
sebagai agen yang berperan penting dalam bioproses. Berbagai produk farmasi dan
kedokteran yang benilai tinggi seperti interferon, hormone, dan vaksin diproduksi berkat
rekayasa genetic ini. Teknologi hibridoma yang ditemukan oleh Kohler dan Milstein (1985)
membuka era ini untuk produksi antibody monokronal (Mangunwidjaja, D, dan Ani Suryani,
1994). Kekhasan ini menyebabkan tahapaperkembangan ini dinamai bioteknologi baru.
Perkembangan bioproses/bioteknologis tidak lepas dari peran enzim, suatu
biokatalis. Pengkajian sifat dan kinetika reaksi enzimatik dan perkembangan peralatan
analisis, seperti kristalografi sinar X dan spektrofotometer massa yang ditopang oleh rekayasa
genetic tersebut telah memungkinkan para pakar biokimia merekayasa struktur enzim sesuai
dengan sifat yang diinginkan. Perekayasaan struktur (tiga dimensi) enzim ini dikaji dalam
bidang protein engineering yang saat ini memberi corak perkembangan bioteknologi generasi
keempat.
Perkembangan penting secara kronologis bioteknologi baru disajiakan pada table 1.1.
Tabel 1.1. Perkembangan penting bioteknologi baru

Tahun Penemuannya
1869  Penemuan molekul DNA (Miescher)
1944 Korelasi DNA dan bahan genetic (Avery)
1953 Struktur sulur (heliks) ganda dan prinsip replikasi DNA (Walson dan
Crick) 1062/66 Mekanisme perpindahan informasi genetik Sandi genetic,
r-RNA, t-RNA
1972 Pengurutan endonuclease restriksi
1972/73  Rekombinasi in-vitro fragmen DNA dan penemuan
Plasmid sebagai vector (Cohen dan Boyer)
1975  Antibodi monoklonal (Kohler dan Milstein)
1976  Analisis urutan DNA (Sanger, Gilbert)
1977  Sintesis hormon Sanger dalam E. Coli
1978  Sintesis kimiawi gen
1982  Pemasaran insulin yang diproduksi oleh bakteri rekombinan (imuntri:Elie,
Lily)

1987  Produksi secara indusri TPA ( tissue plasminogen activator)


(Kidder,Peabody & Co.)
Sumber: Mangunwidjaja, D, Ani Suryani, 1994

Ruang Lingkup dan Ranah Bioteknologi


Banyak batasan dikemukan oleh berbagai lembaga atau perguruan tinggi untuk
menjelaskan bioteknologi. Beberapa di antaranya diberikan oleh OECD (Organization for
economic Coorperation and Development), OTA-US Congress (Office of Technology
Assessment of US Congress), dan EFB (European Federation of Biotechnology) seperti
disebutkan berikut ini:
 Bioteknologi merupakan penerapan prinsip prinsip ilmu pengetahuan dan
kerekayasaan untuk penanganan dan pengolahan bahan dengan bantuan agen biologis
untuk menghasilkan bahan dan jasa (OECD,1982).
 Bioteknologi adalah teknik pendayagunaan organisme hidup atau bagian organisme
untuk membuat atau memodifikasi suatu produk dan meningkatkan/memperbaiki sifat
tanaman atau hewan atau mengembangkan mikroorganisme untuk penggunaan khusus
(OTA-US,1982).
 Suatu batasan lain menyatakan bahwa bioteknologi merupakan penggunaan terpadu
biokimia, mikrobiologi, dan ilmu-ilmu keteknikan dengan bantuan mikroba bagian-
bagian mikroba atau sel dan jaringan organisme yang lebih tinggi dalam
penerapannya secara teknologis dan industri (EFB, 1983).
 Dalam kaitan dengan kegiatan ini, maka bioindustri dapat diartikan sebagai penerapan
bioteknologi pada kegiatan industri atau industri yang menerapkan prinsip-prinsip
bioproses. Fermentasi merupakan proses produksi suatu bahan dengan bantuan
mikroba (dengan cara transformasi atau koversi).
 Teknologi enzim mencakup teknik memproduksi suatu produk dengan bantuan enzim,
isolasi, dan pemurnian enzim. Penerapan secara industrirekayasa enzim telah
berkembang dan membuka era baru dengan teknik imobilisasi yang merupakan teknik
pengekangan atau pengikatan enzim dalam suatu carrier padatan. Dengan teknik ini
enzim dapat digunakan lagi secara terus menerus.
 Rekayasa genetika mencakup teknik-teknik yang memungkinkan materi genetic suatu
organisme hidup dimodifikasi. Dengan teknik tersebut sifat-sifat baru dapat dibentuk
ke dalam organisme. Tiga teknik mutakhir yang melejitkan bioteknologi adalah
teknilogi rekombinasi DNA, fusi sel (teknologi hibridoma, fusi protoplasma), dan
amplifikasi gen.

Berdasarkan pengertian bioteknologi di atas maka kegiatan atau sektor industri/jasa


yang dapat dimasuki oleh bioteknologi sangat banyak jenis dan ragamnya. Seperti
kedokteran, farmasi, pertanian, agroindustri, kimia, energi, dan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai