Anda di halaman 1dari 30

Repopulasi Mahasiswa Jatinangor

I. Pendahuluan

Virus SARS-CoV-2 yang menimbulkan penyakit Covid-19 telah diberikan status pandemi oleh
World Health Organization pada 12 Maret 2020 dikarenakan penyebarannya yang terlampau
cepat hingga ke wilayah yang sangat jauh dari pusat wabah pertama kali. 1 Hingga 21 Juni 2020,
kasus terkonfirmasi Covid-19 telah mencapai angka 8.820.667 orang dengan angka kematian
464.973 orang dan angka kesembuhan 4.385.705 orang.

Virus ini telah mencapai Indonesia, dengan pengumuman resmi dari Pemerintah bahwa orang
yang pertama kali terkonfirmasi virus ini berada di tanggal 2 Maret 2020. Pemerintah kala itu
langsung sigap membentuk gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 melalui Keputusan
Presiden Nomor 9 Tahun 2020 yang terdiri dari berbagai macam stakeholder, mulai dari
pejabat pemerintah, akademisi, hingga tenaga kesehatan. Selain itu, pemerintah melalui kanal-
kanal media mulai mensosialisasikan Covid-19 pada masyarakat, menghimbau pelaksanaan
physical distancing, hingga menginstruksikan penghentian aktivitas masyarakat dan
mengalihkannya lewat kerja dari rumah.

Situasi pasien positif yang terus meningkat membuat Presiden Jokowi mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) sebagai pengejawantahan dari wewenang
penetapan status darurat dalam UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.
Selain itu, pemerintah juga memilih mengimplementasikan kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) dibandingkan karantina wilayah dengan berbagai macam
pertimbangan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020.

Pada akhirnya, diskursus mengenai penanganan Covid-19 nampak selalu menimbulkan


pandangan pro dan kontra. Hal yang disayangkan hingga saat ini adalah penanganan Covid-19
belum menunjukan hasil yang menggembirakan dikarenakan masih terus bertambahnya jumlah
kasus positif di Indonesia. Hingga 26 Juni 2020, kasus terkonfirmasi positif di Indonesia

1City News Toronto. 2020. Coronavirus can be characterized as a Pandemic says WHO. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=ZCVR3CM3yfM pada 25 Juni 2020
mencapai angka 51.427 orang, angka kematian 2.683 orang, dan angka kesembuhan 21.333
orang.

Kini, diskursus Covid-19 telah menemui babak baru. Dimana pemerintah pada akhirnya gencar
untuk mendorong kembali masyarakat agar tetap produktif dalam situasi normal baru melalui
pengimplementasian berbagai protokol kesehatan dalam aktivitas masyarakat sebagai titik
tengah agar masyarakat tetap produktif dan beban terhadap sektor kesehatan tidak
memberatkan sistem kesehatan nasional.

BEM Kema Unpad menyadari bahwa Indonesia yang sedang memasuki era new normal yang
juga masih dihantui oleh bahaya Covid-19. Penerapan new normal pun telah sampai ke
Kecamatan Jatinangor yang merupakan daerah yang diisi oleh beberapa kampus, contohnya
Unpad, ITB, Ikopin, dan IPDN. New normal yang mulai membuka jalur mobilitas tentu
menimbulkan kekhawatiran akan gelombang mobilitas mahasiswa yang membawa bahaya
Covid-19 dari wilayah di luar Jatinangor ke dalam Jatinangor. Oleh karenanya, dibutuhkan
kesiapan baik dari pihak kampus maupun pemerintah daerah setempat dalam menghadapi hal
tersebut.

BEM Kema Unpad melalui kajian yang memiliki data primer berupa hasil survei dan data
sekunder yang berupa bahan-bahan kepustakaan kemudian menganjurkan beberapa kebijakan
yang dirasa tepat untuk menghadapi hal-hal yang tidak inginkan dari pemaparan yang telah
disebutkan sebelumnya.

I. Apa Kabar Jawa Barat?

Hingga 26 Juni 2020, Jawa Barat memiliki kasus terkonfirmasi 2977 kasus dengan angka
kesembuhan 1388 orang dan angka kematian 173 orang. Bilamana mengingat kasus positif
pertama di Indonesia pada 2 Maret 2020, kasus tersebut berada di Kota Depok, Jawa Barat.
Sejak itu Pemerintah Daerah Jawa Barat langsung sigap membentuk Pusat Informasi dan
Koordinasi Covid-19 Jawa Barat yang mana memiliki tugas melaksanakan pelayanan satu
pintu untuk penanganan Covid-19 di Jawa Barat.

Dengan melonjaknya kasus, Pemda Jabar kemudian menetapkan status keadaan tertentu
darurat bencana wabah penyakit pada 19 Maret 2020. Secara berturut-turut langsung
membentuk Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 di Jawa Barat pada 27 Maret
2020 lalu menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Non-alam pandemic Covid-19 di Jawa
Barat pada 1 April 2020.

Setidaknya, setelah rangkaian kejadian tersebut, Pemda Jabar kemudian menetapkan 3 macam
kebijakan untuk memutus penyebaran Covid-19 di Jawa Barat.

1. Pengelompokan Zona

Pengelompokan zona merupakan suatu upaya untuk mengidentifikasikan derajat keparahan di


suatu wilayah tertentu dalam masa pandemi Covid-19. Perbedaan zona menentukan perbedaan
perlakuan dan tindakan yang didasarkan pada warna. Wilayah Jawa Barat sendiri menjadi lima
zona warna yaitu zona hitam, zona merah, zona kuning, zona biru dan zona hijau.

Penentuan zona memperhatikan delapan aspek dengan mengikutsertakan perhitungan ke


daerah terkecil sampai tingkat kelurahan atau desa. Tiap tiap kabupaten dan kota diberi
kewenangan untuk mengatur PSBB nya masing masing berdasarkan data tersebut. Delapan
aspek yang dihitung antara lain meliputi laju pertambahan pasien dalam pengawasan (PDP),
laju pertambahan orang dalam pemantauan (ODP), laju kesembuhan, laju reproduksi Covid-
19, laju kematian, laju transmisi atau kontak indeks, laju pergerakan kemacetan dan lalu lintas
dan risiko geografis. Delapan aspek ini kemudian akan dihitung dan dikategorikan dalam lima
level kewaspadaan atau yang disebut dengan zona.
Sumber Gambar: official account Ridwan Kamil

Adapun yang masuk kedalam kategori kritis atau level lima jika wilayah tersebut mendapat
skor 8-11 poin, kemudian zona merah atau waspada jika skor wilayah tersebut 12-14 poin.
Kemudian zona warna kuning untuk cukup berat dengan skor 15-17 lalu warna biru atau level
dua apabila skornya mencapai 18-20 dan warna hijau jika skor wilayah tersebut 21-24.

Zona hitam sendiri merupakan zona terdampak paling parah terkena paparan Covid-19.
Wilayah yang berada dalam zona ini wajib untuk melakukan lockdown. Sedangkan zona merah
merupakan zona dimana masih ditemukan kasus Covid-19 pada satu atau lebih klaster dan
terjadi peningkatan kasus yang signifikan. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
pemerintah jika wilayahnya terdapat zona merah diantaranya menghentikan kegiatan sekolah,
perkantoran dan tempat ibadah, membatasi transportasi, melakukan PSBB secara penuh,
melakukan karantina pada semua kontak kasus. Pemerintah juga diharuskan untuk melakukan
peningkataan pengadaan sumberdaya medis maupun logistik bagi wilayah yang dikarantina,
pemisahan fasilitas kesehatan bagi kasus yang terinfeksi serta menggolongkan tingkat
keparahannya.

Zona kuning sendiri berarti penemuan kasus Covid-19 hanya pada klaster tunggal. Beberapa
perlakuan yang harus dilakukan jika suatu wilayah berada pada zona kuning diantaranya
melakukan penelusuran terhadap semua orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien
Covid-19 serta monitor dan isolasi mandiri bagi mereka, mengaplikasikan serta
mempromosikan physical distancing, mencuci tangan serta etiquette batuk dan bersin yang
baik, pemantauan kondisi kesehatan secara rutin terhadap orang yang berisiko tinggi tertular,
mengimbau masyarakat untuk menghindari pertemuan yang tidak penting, dan dilakukan
proteksi maksimum terhadap tenaga kesehatan.

Zona biru artinya terdapat kasus Covid-19 sporadis baik kasus impor ataupun penularan lokal,
pada zona ini boleh dibebaskan dari PSBB namun wilayah tersebut tetap wajib melakukan
physical distancing dan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Terakhir, zona hijau berarti sudah tidak ada penularan virus sehingga bisa dilakukan aktivitas
secara normal. Namun zona hijau sendiri belum bisa diterapkan pada wilayah manapun karena
tidak adanya vaksin yang tersedia hingga saat ini. Meskipun demikian wilayah dengan zona
hijau masih harus tetpa menerapkan protokol kesehatan seperti physical distancing, cuci
tangan, memakai masker serta melakukan tes di wilayah wilayah perbatasan.

2. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)

Setelah berbagai intrik mengenai tarik ulur penanganan Covid-19 antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, pemerintah pusat menegaskan mengambil kebijakan Pembatasan Sosial
Berskala Besar (PSBB) melalui PP Nomor 21 Tahun 2020 sebagai tindak lanjut dari UU
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. PSBB merupakan pembatasan
kegiatan tertentu di suatu wilayah yang terindikasi memiliki jumlah infeksi dan persebaran
virus corona yang cukup tinggi dengan kriteria a) jumlah kasus dan angka kematian meningkat
dan menyebar secara signifikan, dan b) terdapat kaitan epidemiologis kejadian serupa di
wilayah ataupun negara lain.

Pemberian izin pelaksanaan PSBB ditetapkan oleh Menteri Kesehatan berdasarkan


permohonan dari gubernur/bupati/walikota dan ketua pelaksana gugus tugas Covid-19 yang
disertai data-data seperti berikut ; a) Peningkatan kasus menurut waktu (disertai kurva
epidemiologi), b) penyebaran kasus menurut waktu (disertai peta penyebaran menurut waktu),
c) kejadian transmisi lokal (disertai hasil lidik terjadinya penularan generasi ke-2 dan ke-3), d)
data kesiapan daerah tentang aspek ketersediaan kebutuhan hidup dasar rakyat, sarana dan
prasarana kesehatan, anggaran dan operasionalisasi jaring pengaman sosial, dan aspek
keamanan.

Pemda Jabar kemudian mengajukan PSBB untuk wilayah Bogor, Depok, dan Banten sebagai
daerah penyangga DKI Jakarta pada 12 April 2020 yang disusul oleh wilayah Bandung Raya
pada 18 April 2020. Untuk menekan jumlah kasus, Pemda Jabar kemudian mengajukan PSBB
Provinsi yang diberlakukan mulai 4 Mei 2020.

Pelaksanaan PSBB meliputi; a) peliburan sekolah dengan proses kegiatan belajar dari rumah
denga media yang dianggap efektif, seperti media daring. Hal ini dikecualikan pada lembaga-
lembaga pedidikan serta pelatihan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan; b) peliburan
tempat kerja dan menggantinya dengan konsep Work From Home (WFH) terkecuali TNI Polri
dan kebutuhan pokok masyarakat seperti pangan, BBM, dan pelayanan kesehatan; c)
pembatasan kegiatan keagamaan; d) pembatasan kegiatan di tempat umum; e) pembatasan
kegiatan sosial dan budaya; f) pembatasan moda transportasi denga pemberlakuan pembatasan
jumlah dan jarak antarpenumpang, transportasi untuk barang serta layanan kesehatan, hukum,
ketertiban dan darutat, serta sarana transportasi umum seperti bandara, stasiun, dan pelabuhan
masih tetap berjalan; serta f) pembatasan kegiatan aspek pertahanan keamanan dilakuka dengan
pembatasan kerumunan orang, terkecuali kegiatan operasi militer/kepolisian dalam rangka
operasi terpusat dan kewilayahan, kegiatan mendukung gugus tugas covid-19, dan kegiatan
rutin kepolisian.

3. Peningkatan Kapasitas Test

Hingga Senin, 15 Juni 2020, Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) telah memeriksa
kurang lebih 65.302 tes swab. Labkesda Jabar dapat memproses 3000 sampel per hari, namun
angka tersebut masih perlu ditingkatkan mengingat kapasitas test yang tinggi akan
mempermudah pelacakan dan pemetaan penyebaran virus. Jawa Barat memiliki 20
laboratorium yang memproses sampel uji swab, yaitu laboratorium real time polymerase chain
reaction (RTPCR). Angka tersebut meningkat dari 2000 sampel per hari di awal Mei 2020.
Selain ODP dan PDP, telah dilakukan tes swab masal untuk tenaga kesehatan, pendatang, dan
orang-orang yang berada dalam zona berisiko seperti pasar.2 Menurut Pusat Informasi dan
Koodinasi Covid-19 (Pikobar), pemeriksaan tes PCR di Jawa barat memiliki tingkat positif
6,71%.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengupayakan tes massal kepada sejumlah target prioritas
meliputi orang bergejala, potensi tempat-tempat keramaian seperti tes massal yang dilakukan
di puncak tempo hari, tes massal yang dilakukan di sejumlah pasar, serta profesi yang berisiko
tinggi untuk terjangkit covid-19.Tes tersebut tidak ditujukan untuk ke seluruh masyarakat jawa
barat karena hakikatnya tujuan dari tes massif tersebut ialah memetakan persebaran covid-19
serta indikasi klaster baru yang timbul di sejumlah wilayah. Selain itu setelah terdapat
masyarakat yang positif, maka akan ditelisik Riwayat perjalanannya serta orang yang
berkorespondensi dengan objek dengan tujuan penanganan dini sebelum odp tersebut
melakukan kontak langsung dengan yang lainnya. Dengan begitu potensi persebaran dapat
terakomodir dan dilakukan penanganan yang sigap dan tanggap untuk melandaikan kurva.

Lembaga-lembaga riset telah menyatakan apabila ingin melakukan pelonggaran physical


distancing, diperlukan akses luas dan mudah terhadap tes diagnostic (dalam hal ini adalah tes
PCR) yang dapat memberikan hasil di hari yang sama dan dapat dilakukan di luar laboratorium.

2Muhammad Rangga Pandika. 2020 “ Ridwan Kamil jelaskan tujuan tes massif virus corona” dapat diakes
dari https://depok.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-09355444/ridwan-kamil-jelaskan-tujuan-tes-
masif-virus-corona?page=2 pada 25 Juni 2020
Persebaran virus juga tercerminkan pada tingkat positif tes PCR, yaitu perbandingan antara
hasil tes positif dan total tes yang sudah dilakukan. Korea Selatan, negara dengan salah satu
tingkat tes tertinggi, memiliki tingkat positif sebesat 1,1%. Dalam laporan media harian oleh
Gugus Tugas Covid-19, ditemukan 1.051 kasus positif baru diantara 8.564 pasien,
menunjukkan 12% tingkat positif. Bila terdapat hasil positif yang tinggi, maka kemungkinan
banyak kasus-kasus yang tidak terdeteksi. Semakin tinggi kapasitas tes yang dimiliki oleh suatu
komunitas, semakin rendah tingkat positifnya dan semakin terdeteksi persebaran virus dalam
sebuah epidemi.

II. Memasuki Era New Normal

Anjuran pemerintah pusat yang memulai diskursus new normal di Indonesia menimbulkan
diskursus panas di tengah masyarakat. Hal ini didasari untuk mendorong kembali masyarakat
menjadi produktif dan mendorong kembali roda perekonomian dinilai bertentangan dengan
semangat percepatan penanggulangan Covid-19 itu sendiri.

Walaupun demikian, pada akhirnya kebijakan new normal tetap dianjurkan pemerintah sebagai
jalan tengah untuk memulihkan kegiatan masyarakat dengan membentuk kebiasaan baru
masyarakat yang peka terhadap penyebaran Covid-19. Presiden Jokowi menyebutkan bahwa
pelaksanaan new normal sebagai bentuk hidup berdampingan dengan Covid-19 sampai
ditemukannya vaksin yang efektif. Salah satu syarat untuk memulai pelaksanaan new normal
adalah dengan merelaksasi atau melonggarkan PSBB.

Namun, perlu diingat bahwa World Health Organization sendiri menetapkan enam prasyarat
yang harus dipenuhi oleh sebuah negara ketika hendak melonggarkan pembatasan sosial3

1. Penyebaran virus SARS-CoV-2 harus sudah dapat dikendalikan dan fasilitas kesehatan
dapat menangani jumlah kasus positif
2. Sistem kesehatan negara tersebut mampu melakukan deteksi, tes, isolasi, merawat
setiap kasus, dan pelacakan setiap kontak pasien positif

3Tirto. 2020. “Relaksasi PSBB yang Sepelekan Pandemi demi Ekonomi”. Diakses dari
https://tirto.id/relaksasi-psbb-yang-menyepelekan-pandemi-demi-ekonomi-fBHQ pada 25 Juni 2020
3. Risiko penularan kasus di tempat rentan dapat diminimalisasi
4. Sekolah, perkantoran sudah menerapkan upaya pencegahan penyebaran Covid-19
5. Risiko klaster baru dari kasus-kasus impor sudah dapat diprediksi dan terjamin dapat
dikelola sehingga tidak menimbulkan lonjakan kasus baru di kemudian hari
6. Masyarakat sudah teredukasi dan terinformasi dengan baik akan bahaya pandemi
Covid-19 dan sepenuhnya terjamin oleh jaring pengaman sosial untuk beradaptasi
dengan pola hidup new normal

Di Jawa Barat sendiri, Ridwan Kamil menegaskan bahwa pemberlakuan new normal atau
dikenal di Jawa Barat dengan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) telah siap dilaksanakan bagi
daerah-daerah yang menunjukan tren positif dalam penanganan Covid-19. AKB sendiri
merupakan panduan 30 bidang kegiatan yang diperbolehkan pada masa pandemi sebagai upaya
penerapan kebijakan new normal di Jawa Barat meliputi kegiatan mobilitas, karantina, rumah
sakit, fasilitas kesehatan, perkantoran, hotel, lokasi wisata, perbankan, industri, restoran, mall,
supermarket, minimarket, pasar tradisional, sekolah, pesantren, panti, lembaga
pemasyarakatan, taman, perpustakaan, terminal/stasiun/bandara, tempat ibadah,
penyelenggaraan acara, sawah, kolam/danau/sungai/laut, kandang, kebun, hutan, transportasi
publik, dan pembangunan fasilitas umum.

Ridwan Kamil sendiri menegaskan bahwa penerapan AKB didasari dengan melihat status dari
daerah yang bersangkutan terkualifikasi sebagai zona apa dan hasil evaluasi dari PSBB
sebelumnya. Bila, PSBB dalam suatu wilayah menimbulkan hasil yang positif, maka AKB
sendiri dapat mulai diberlakukan pada 1 Juni 2020, sementara untuk daerah yang belum
menunjukan tren positif maka diarahkan untuk melanjutkan PSBB secara parsial. 4

IV. Gelombang Mobilitas Mahasiswa ke Jatinangor

Kecamatan Jatinangor merupakan bagian dari Kabupaten Sumedang. Gubernur Jawa Barat
Ridwan Kamil menyatakan pada 1 Juni 2020 Bahwa Kabupaten Sumedang sudah terkualifikasi

4 Detik. 2020. “Ridwan Kamil: 15 Daerah New Normal, 12 Lanjutkan PSBB”. Diakses dari
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5033776/ridwan-kamil-15-daerah-new-normal-12-
lanjutkan-psbb pada 25 Juni 2020
sebagai zona biru,5 yang kemudian didorong untuk menerapkan AKB 30 oleh Pemda Jawa
Barat. Zona biru menjadi zona teraman nomor dua yang ditetapkan oleh pemerintah Jawa
Barat. Dengan penetapan zona biru, masyarakat asal Kabupaten Sumedang sudah bebas
bermobilisasi dalam provinsi. CSIS menyoroti bahwa Kabupaten Sumedang menjadi salah satu
daerah yang mengalami lonjakan mobilitas dalam daerah selama penerapan PSBB 6.

Menurut jurnal yang diterbitkan oleh medRxiv yag berjudul “Correlations of Mobility and
Covid-19 Transmission in Global Data” menjelaskan beberapa kesimpulan mengenai
pengaruh mobilitas terhadap penyebaran Covid-19, yaitu; 1) Kasus di Australia, penurunan
mobilitas berbanding lurus dengan penurunan transmisi Covid-19, dan proses transmisi pun
turut meningkat ketika mobilitas mulai naik; 2) Kasus di Jerman, penurunan mobilitas juga
memperkecil angka transmisi Covid-19, namun transmisi terus menurun hingga mobilitas
mulai naik; dan 3) Kasus di Korea Selatan, meski penurunan mobilitas juga menurunkan
7
jumlah transmisi, namun kedua hal tersebut tidak menunjukkan korelasi yang signifikan.
Dapat disimpulkan bahwa tingkat mobilitas dan perilaku manusia memiliki pengaruh terhadap
transmisi Covid-19.

Penetapan Kabupaten Sumedang sebagai zona biru dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah
mobilitas baik di dalam maupun antar provinsi, terutama bagi mahasiswa yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia yang memiliki kepentingan di Jatinangor. Departemen Advokasi
Masyarakat BEM Kema Unpad 2020 menerbitkan survei ‘Kondisi Mahasiswa yang akan
Kembali ke Jatinangor’ pada 22 Juni 2020 menggunakan teknik Purposive Sampling. Survei
tersebut direspon oleh total 1100 mahasisya, yang terdiri dari 864 mahasiswa Unpad, 146
mahasiswa ITB, dan 91 mahasiswa IKOPIN (Tabel 1.1). Hasil survei menunjukkan tren
sebesar 90,2% mahasiswa berencana untuk kembali ke Jatinangor (Tabel 1.2).

5 Putri, Inkana “Masuk ke Zona Biru, Kabupaten Sumedang Siap Hadapi New Normal”, diakses dari
https://news.detik.com/berita/d-5036462/masuk-ke-zona-biru-kabupaten-sumedang-siap-hadapi-new-
normal pada 24 Juni 2020
6 Suryahudaya, Edbert Gani. 2020. “Gambaran Mobilitas Penduduk Se-Indonesia : Analisis Data Facebook

Disease Prevention Map.” Diakses dari https://www.csis.or.id/publications/gambaran-mobilitas-


penduduk-se-indonesia-analisis-data-facebook-disease-prevention-map., hlm. 1–7.
7 Bergman, Nittai K, and Ram Fishman. 2020. “Correlations of Mobility and Covid-19 Transmission in

Global Data.” medRxiv: 2020.05.06.20093039. diakses dari


http://medrxiv.org/content/early/2020/06/02/2020.05.06.20093039.abstract.
Asal Universitas
IKOPIN
8%
ITB
13%

UNPAD
79%

Tabel 1.1 asal universitas

Apakah kamu berencana untuk kembali ke Jatinangor?


Tidak
10%

Ya
90%

Tabel 1.2 Presentase Mahasiswa yang akan Kembali ke Jatiangor

Sebanyak 64,4% responden berasal dari Jawa Barat, disusul dengan DKI Jakarata sebanyak
13,2% responden, 12,9% responden lainnya berasal dari Jawa Tengah, Maluku, NTT, dan
daerah lainnya (Tabel 1.3). Responden survei tersebar dari berbagai macam kota, Kota
Bandung sebanyak 9,6%, Kota Bekasi sebanyak 8,8%, Jakarta Timur sebanyak 5,5%, dan
kota-kota lainnya (Tabel 1.4). Sebanyak 31,3% responden berasal dari daerah zona hijau,
25,1% dari daerah zona kuning, 16,6% dari daerah zona merah, 4,3% dari daerah zona oranye,
dan 22,7% belum mengetahui kondisi di daerahnya (Tabel 1.5). Meski mayoritas berasal dari
daerah zona hijau, 95,5% responden belum pernah melakukan test Covid-19 (Tabel 1.6). Ini
meningkatkan risiko terjadinya penularan Covid-19 tanpa gejala.
Asal Provinsi
64,4

13,2
6,2 2,5 2,5 1,9 6,6
1,4 1,2

Tabel 1.3 asal provinsi mahasiswa

Asal Kabupaten/Kota
53,3

9,6 8,8 5,5 5,0 3,5 3,5 3,4 2,6 2,5 2,2

Tabel 1.4 asal kabupaten/kota mahasiswa

Bagaimana kondisi wilayah kamu saat ini?

31,3
25,1
22,7
16,6

4,3

Zona Hijau Zona Kuning Tidak Tahu Zona Merah Zona Oranye

Tabel 1.5 kondisi daerah asal mahasiswa


Tabel 1.6 presentase mahasiswa yang pernah melakukan tes Covid-19

Dari hasil survei juga dapat dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan akan kembali
ke Jatinangor pada rentang 22 - 28 Juni sebanyak 20,5%. Kemudian, disusul oleh rentang 29
Juni - 5 Juli sebanyak 17,4%, lalu pada rentang 6 - 12 Juli sebanyak 13,2% (Tabel 1.7).
Mayoritas responden berencana untuk menetap di Jatinangor >7 hari yakni srbanyak 36,6%,
diikuti hanya 1 hari sebanyak 28,6%, disusul oleh 24% responden berencana untuk menetap
selama lalu 2 - 3 hari, dan 10,9% responden berencana untuk menetap selama 4 - 7hari (Tabel
1.8). Tujuan mahasiswa kembali ke Jatinangor adalah 51,77% untuk mengurus kos atau
kontrakan, 10,54% untuk melakukan penelitian di kampus, 8,5% untuk bertemu teman, 7,9%
untuk keperluan organisasi, 6,5% untuk mengurus asrama, 3% untuk mengurus KKN, 0,6%
untuk keperluan kuliah, 0,3% untuk mengurus skripsi, dan 11,16% untuk keperluan lain-lain
(Tabel 1.9).

Kapan kamu akan kembali ke Jatinangor?


19,0
10 - 16 Agustus 2,8
3,0
17 - 23 Agustus 3,5
6,2
20 - 26 Juli 6,7
7,0
6 - 12 Juli 13,2
17,4
22 - 28 Juni 20,9

Tabel 1.7 rentang waktu mahasiswa pergi ke Jatinangor


Tabel 1.8 durasi mahasiswa menetap di Jatinangor

Tabel 1.9 tujuan mahasiswa datang ke Jatinangor

Dapat disimpulkan pula bahwa sesuai dengan urutan rentang waktunya yang berkisar sampai
bulan Agustus, semakin sedikit pula mahasiswa yang kembali ke Jatinangor dengan mayoritas
berencana menetap di Jatinangor selama >7 hari. Ini menandakan bahwa berkisar bulan Juni
sampai Juli, diprediksikan akan ada lonjakkan mobilitas mahasiswa dari berbagai penjuru di
Indonesia menuju ke Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Apabila terjadi transmisi
lokal di Jatinangor, maka diperlukan kesiapan lebih pada fasilitas kesehatan.

V. Jatinangor Siap?
Sebagaimana anjuran WHO, bahwasannya jika daerah hendak merelaksasi pembatasan sosial,
maka salah satu prasyaratnya adalah masyarakat sudah teredukasi dan terinformasi dengan baik
akan bahaya pandemi Covid-19 dan sepenuhnya terjamin oleh jaring pengaman sosial untuk
beradaptasi dengan pola hidup new normal. Hal ini diimplementasikan dengan adanya protokol
kesehatan yang harus dilakukan pada saat pandemi, seperti mencuci tangan, memakai masker,
dan menerapkan social distancing yang harus dilakukan oleh masyarakat dan juga harus ada
fasilitas yang disediakan untuk mensukseskan pelaksanaan protokol kesehatan tersebut, seperti
sarana mencuci tangan, pengawasan, dan pelaksanaan aturan-aturan terkait new normal.

Departemen Advokasi Masyarakat mengeluarkan survei “Gambaran Penerapan Protokol


Kesehatan dan Pelaksanaan New Normal di Jatinangor” yang diisi oleh 30 orang masyarakat
umum dengan metode Convenience Sampling. Dari situ, mayoritas responden mengaku sudah
memahami protokol kesehatan dasar seperti cuci tangan, menjaga jarak, penggunaan masker,
dan etika bersin

Apakah Anda memahami 6 langkah cara mencuci


tangan sesuai protokol kesehatan?

3%

Tidak Ya

97%
Apakah Anda menjaga jarak dengan orang lain di
kerumunan?
3%

Tidak
Ya

97%

Apakah Anda menggunakan masker jika keluar dari


rumah?l

Ya
100%

Apakah Anda mengetahui etika batuk dan bersin


sesuai protokol kesehatan?

Ya
100%

Walaupun demikian, 40% dari responden mengaku bahwa protokol kesehatan dipandang
cukup rumit dan rumit
Bagaimana pandangan Anda
terhadap protokol kesehatan?

30%
Cukup rumit
Rumit
60% Tidak rumit
10%

Berkaitan dengan hal tersebut, mayoritas responden mengatakan telah melihat fasilitas untuk
mendukung protokol kesehatan di Jatinangor

Apakah tempat umum disekitar Anda


menyediakan fasilitas pendukung protokol
kesehatan seperti tempat cuci tangan, pengecekan
suhu, dan sejenisnya?

13%

Tidak

87% Ya

Selain itu, mayoritas responden juga mengaku paham dengan pedoman AKB 30 dari Pemda
Jabar. Walaupun demikian, masih ada responden yang mengaku tidak paham dengan pedoman
tersebut
Bagaimana pemahaman Anda terhadap
kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)?
Cukup paham Paham Sangat paham Tidak paham

27% 33%

3% 37%

Dari situ, mayoritas responden mengaku menginginkan mahasiswa untuk berada di Jatinangor
dan siap apabila kedatangan gelombang mahasiswa dari luar Jatinangor

Apakah keberadaan mahasiswa


diinginkan di Jatinangor?

20%
50% Cukup diinginkan

30% Diinginkan
Sangat diinginkan

Apakah Anda siap jika Jatinangor


kedatangan pendatang (khususnya
mahasiswa)?
17%

Tidak siap
83% Ya, siap
Berangkat dari situ, BEM Kema Unpad menyadari bahwa banyak mahasiswa yang ingin
kembali ke Jatinangor dan masyarakat Jatinangor sangat membutuhkan mahasiswa di
Jatinangor. Dari situ, munculah anjuran-anjuran kebijakan yang diharapkan menjadi titik
tengah antara kebutuhan kembali ke Jatinangor dan penanganan Covid-19 di Jatinangor sendiri.
Sehingga diharapkan dari anjuran ini menciptakan mahasiswa yang sadar akan bahaya Covid-
19 yang masih menghantui dan menjaga agar status Jatinangor sebagai zona biru

VI. Anjuran Kebijakan

1. Penjagaan di tempat-tempat yang berpotensi menjadi episentrum

Klaster-klaster perebakan kasus baru Covid-19 memiliki kesamaan dalam satu hal:
perkumpulan massa. Penelitian menunjukkan bahwa persebaran lebih tinggi di dalam ruangan
dibandingkan di luar ruangan dan persebaran di ruangan terbuka yang padat juga dapat terjadi, 8
sehingga perlu ada penjagaan untuk memastikan area-area yang berpotensi menjadi klaster
persebaran Covid-19 tidak menjadi klaster baru. Area yang berpotensi menjadi klaster adalah
area yang padat, memiliki mobilitas tinggi, dan/atau terdapat sirkulasi udara yang stagnan
seperti pasar tradisional, pesta pernikahan, tempat ibadah, transportasi umum, restoran dengan
ventilasi buruk, bahkan kantor dengan jam kerja panjang. 9

Mengingat persebaran Covid-19 terjadi secara kontak dan droplet, perlu diperhatikan aktivitas
yang memungkinkan kontak antarmanusia seperti restoran dengan metode prasmanan dan
penggunaan barang yang sama oleh banyak orang. Permukaan yang terjangkau bagi banyak
orang, berada di dalam ruangan, dan berada di area publik sebaiknya dilakukan disinfeksi
secara berkala namun tetap memperhatikan keamanan bagi yang membersihkan dengan
menggunakan cairan disinfektan sesuai anjuran BPOM. 10

8 European Centre for Disease Prevention and Control. 2020. Transmission Of COVID-19. [online] Available
at: <https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/latest-evidence/transmission> [Accessed 25 June 2020].
9 Science News. 2020. COVID-19 Case Clusters Offer Lessons And Warnings For Reopening. [online]

Available at: <https://www.sciencenews.org/article/coronavirus-covid-19-case-clusters-lessons-


warnings-reopening> [Accessed 25 June 2020].
10 Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Communities, Schools, Workplaces, & Events.

[online] Available at: <https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/community/reopen-


guidance.html> [Accessed 25 June 2020].
2. Sosialisasi Covid dalam menekan pandemi di new normal

Jawa Barat sendiri telah mengalami penurunan konstanta reproduksi efektif dibawah 1 yaitu
0,67. Angka itu merepresentasikan distribusi covid di jawa barat cukup terakomodir dalam
upaya penekanan lajunya kasus covid baru. Kebijakan yang serupa dengan new normal
diterapkan di Jawa barat yaitu Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Reproduksi efektif di jawa
barat mengalami penurunan hingga 0,97 ketika melakukan persiapan menuju AKB atau yang
biasa disebut masa transisi. Kemudian kembali turun ke angka 0,67 saat pemberlakuan AKB
yang menunjukan realisasi kebijakan tersebut cenderung efektif. Namun timbulnya tantangan
bagi Jawa Barat dalam menjaga konstanta reproduksi efektif tersebut dikarenakan saat ini new
normal tidak hanya diberlakukan oleh jawa barat. Sejumlah kota besar pun mencanangkan
kebijakan tersebut dan mulai melakukan relaksasi dari masa PSBB yang akan memicu
kembalinya melonjak intensitas mobilitas sosial. Selama masa PSBB diberlakukan
aksesibilitas antar wilayah pun mengalami penurunan yang didukung oleh ragamnya birokrasi
yang perlu diurus sebelum melakukan mobilisasi. 11 Ketika kebijakan AKB digencarkan, maka
bukan suatu hal yang mustahil tingkat mobilitas sosial kembali melonjak ke sejumlah kota di
jawa barat. Terlebih indikasi Jawa Barat dijadikan destinasi utama pasca berakhirnya masa
PSBB bagi sejumlah kota yang akan menimbulkan laju arus masuk meningkat. Hal lain pun
dikuatkan dengan indikasi mahasiswa yang akan Kembali ke lingkungan kampusnya untuk
beberapa keperluan urgensi yang akan menimbulkan repopulasi di sejumlah daerah Jawa Barat.
Hal ini yang perlu di cermati oleh pemerintah setempat untuk menghindari timbulnya klaster-
klaster baru yang dapat ditimbulkan oleh mobilitas sosial yang tidak terakomodir.

Maka poin utama dalam menghindari lonjakan tersebut adalah tingkah laku dari masyarakat.
Pemerintah sepatutnya untuk menggalakan protokol Kesehatan serta melakukan sosialisasi
kepada masyarakat itu sendiri. Khalayaknya, edukasi mengenai covid-19 serta upaya preventif
yang dapat masyarakat lakukan sebaiknya diakomodir oleh pemerintah setempat guna
menanamkan awareness pada benak masyarakat. Hal tersebut pun rupanya telah dituturkan
oleh juru bicara pemerintah penanganan covid Achmad Yurianto mengenai sosialisasi dan
edukasi kepada masyarakat dan melakukan simulasi yang matang sebelum benar-benar

11 Edbert Gani., loc.cit


menerapkan new normal. Sehingga, protokol Kesehatan serta edukasi mengenai covid
dikolaborasikan dengan diterapkan oleh berbagai elemen masyarakat meliputi kegiatan
transaksi pasar, kegiatan akademik, serta kegiatan lainnya yang berpotensi menimbulkan
kerumunan.12 Dengan begitu, masyarakat akan kerap terbiasa dan mawas diri untuk melakukan
kegiatan sesuai protokol Kesehatan dan mengetahui hal yang berpotensi menimbulkan
penularan. Hal yang serupa apabila diproyeksikan bagaimana Jepang melakukan kegiatan
sehari-hari berdampingan dengan covid dengan edukasi menghindari 3C yaitu, Closed spaces
(ruangan sirkulasi udara tertutup), crowded places (tempat kerumunan), close contact (segala
kegiatan yang dilakukan dalam jarak dekat antar individu). Kampanye singkat tersebut rupanya
menjadi gagasan utama keberhasilan negara matahari terbit tersebut mengoptimalkan kegiatan
normal yang beriringan dengan covid. Hal tersebut tidak luput dari sinergitas yang terbangun
dari disiplin masyarakat itu sendiri dan edukasi ciamik dari pemerintah.

3. Pelibatan RT dan RW serta karantina mandiri Mahasiswa Pendatang

Gejala yang muncul pada orang usia muda cenderung lebih ringan dan bahkan dapat menyebar
tanpa adanya gejala,1314 sehingga mengingat bahwa yang akan kembali tinggal di Jatinangor
adalah mahasiswa dengan rentang umur 17-24 tahun, perlu ada pelibatan aktif dari mahasiswa
yang baru memasuki Jatinangor dan dari masyarakat lokal yang diakomodir oleh infrastruktur
dan prosedur yang dibangun Pemerintah Kabupaten Sumedang,

Sebuah pangkalan data yang mengumpulkan informasi mengenai klaster penyebaran Covid-19
menunjukkan bahwa klaster paling sering muncul pada perumahan(sebanyak 15%),15 sehingga
disarankan untuk adanya perlibatan RT dan RW dalam pendataan mahasiswa pendatang serta

12 Fitria Chusna. 2020. “sebelum terapkan new normal, suatu daerah wajib melakukan sosialisasi hingga
simulasi” dapat diakses pada https://nasional.kompas.com/read/2020/05/31/17415181/sebelum-
terapkan-new-normal-suatu-daerah-wajib-lakukan-sosialisasi-hingga pada 25 Juni 2020
13 Huang, L., Zhang, X., Zhang, X., Wei, Z., Zhang, L., Xu, J., Liang, P., Xu, Y., Zhang, C. and Xu, A., 2020. Rapid

asymptomatic transmission of COVID-19 during the incubation period demonstrating strong infectivity in
a cluster of youngsters aged 16-23 years outside Wuhan and characteristics of young patients with
COVID-19: a prospective contact-tracing study. Journal of Infection.
14 Nishiura, H., Kobayashi, T., Miyama, T., Suzuki, A., Jung, S.M., Hayashi, K., Kinoshita, R., Yang, Y., Yuan, B.,

Akhmetzhanov, A.R. and Linton, N.M., 2020. Estimation of the asymptomatic ratio of novel coronavirus
infections (COVID-19). International journal of infectious diseases, 94, p.154.
15 Leclerc, Q.J., Fuller, N.M., Knight, L.E., Funk, S., Knight, G.M. and CMMID COVID-19 Working Group, 2020.

What settings have been linked to SARS-CoV-2 transmission clusters?. Wellcome Open Research, 5(83),
p.83.
mewajibkan mahasiswa pendatang untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari.
Karantina mandiri juga dapat mengurangi risiko penularan tanpa gejala.

4. Mewajibkan Penggunaan Aplikasi Tracing bagi Mahasiswa Pendatang

Pada hakikatnya new normal merupakan suatu kondisi upaya penekanan laju kasus covid-19
disertai memastikan efektifitas roda ekonomi. Menurut pakar epidemiolog Dicky Budiman
menuturkan pemaknaan new normal diiringi tiga kebijakan penting yaitu 3T meliputi Testing,
Trace, dan treat. Tracing melibatkan kontribusi masyarakat yang sejatinya menjadi garda
terdepan dalam melandaikan kurva covid-19.16

Korea Selatan dan Singapura—dua negara yang berhasil menekan transmisi Covid-19—
membuktikan bahwa contact-tracing berhasil. 17 Terdapat dua aplikasi yang dapat digunakan di
Indonesia, yaitu Peduli Lindungi oleh Telkom bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi
dan Informatika, dan Sekitarkita.id yang merupakan Gerakan pro bono dari berbagai startup di
Indonesia. Pelacakan dapat dipermudah apabila penggunaan salah satu aplikasi ini diwajibkan
bagi mahasiswa pendatang maupun mahasiswa yang menetap. Apabila pengguna positif
Covid-19, maka orang-orang yang memiliki kontak dengan pengguna tersebut akan diberikan
notifikasi. Pengguna juga mendapatkan notifikasi apabila kontak dengan ODP, PDP, dan
positif Covid-19.

Pengembangan dan pemberdayaan aplikasi buatan kampus seperti Aplikasi Mawas Diri
(AMARI) Covid-19 milik Unpad juga dapat dilakukan dengan menambahkan fitur contact-
tracing dengan Bluetooth dan mengintegrasikan dengan sistem Portal Mahasiswa Universitas
Padjadjaran. Hal ini pula yang harus diikuti oleh kampus-kampus lain yang berada di
lingkungan Jatinangor.

5. Pusat Karantina di Luar Fasilitas Kesehatan

16 Mikhail Gorbachev. 2020. “Gaya hidup menyongsong new normal di masa covid-19 dan pengalaman
negara lain”. Diakses dari https://csis.or.id/publications/gaya-hidup-baru-menyongsong-new-normal-di-
masa-covid-19-dan-pengalaman-negara-lain pada 12 juni 2020
17 Ferretti, L., Wymant, C., Kendall, M., Zhao, L., Nurtay, A., Abeler-Dörner, L., Parker, M., Bonsall, D. and

Fraser, C., 2020. Quantifying SARS-CoV-2 transmission suggests epidemic control with digital contact
tracing. Science, 368(6491).
Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan: menyediakan tempat karantina untuk
mahasiswa pendatang selama 14 hari dan tes cepat pada akhir masa karantina untuk
meminimalisasi persebaran tanpa gejala, atau menyediakan tempat karantina yang akan diisi
kasus positif yang ringan atau tanpa gejala untuk berjaga-jaga adanya ledakan kasus dan tidak
cukupnya tempat tidur di fasilitas kesehatan Jatinangor maupun Sumedang.

Fasilitas karantina dapat diisi oleh kasus terduga dan kasus positif ringan untuk mengurangi
transmisi di kost, asrama, maupun perumahan. Fasilitas ini sebaiknya bersifat sukarela dan
tidak bersifat wajib ataupun terdapat unsur pemaksaan.

KawalCovid19 telah merilis prosedur mendirikan pusat karantina di luar fasilitas kesehatan
yang meliputi syarat koordinasi, standar fasilitas, sumber daya manusia, penerimaan dan
pengelolaan penderita, standar keamanan diri dari infeksi nosokomial, pembersihan, dan
perawatan penderita.18

6. Tes Acak Berkala Upaya Membuahkan Database UpToDate Akurat

Perlu diketahui bahwa hingga 24 Juni 2020, jumlah tes pendeteksi Covid-19 di Kabupaten
Sumedang baru dilakukan sebanyak 5,737 kali, yang meliputi; 1) 3 PCR SWAB, dan 2) 5,734
Rapid Test.19 Hal ini menunjukkan pelaksanaan tes yang belum menyeluruh, mengingat jumlah
penduduk Kabupaten Sumedang yang mencapai 1,142,097 jiwa, dengan penduduk yang
tinggal di Kecamatan Jatinangor sendiri sudah mencapai 113,234 jiwa.20 Ini menandakan
bahwa hanya 0,5% warga Kabupaten Sumedang yang sudah melaksanakan tes COVID-19

Kendati kondisi Jatinangor berada pada zona biru, upaya preventif seperti deteksi Covid-19
pada warga setempat perlu dilakukan. Menurut data Puskesmas Jatinangor per 18 Juni 2020,
baru ada 7 orang yang melakukan tes cepat dan 5 orang yang melakukan tes PCR. Tes hanya
dilakukan kepada orang yang masuk kriteria dalam pengawasan. Tanpa data, tidak ada

18 Kawalcovid19.id. 2020. Prosedur Mendirikan Pusat Karantina Di Luar Fasilitas Kesehatan. Diakses dari
https://kawalcovid19.id/content/960/prosedur-mendirikan-pusat-karantina-di-luar-fasilitas-kesehatan
pada 25 June 2020
19 Pusat Informasi Covid-19 Kabupaten Sumedang, diakses dari http://covid19.sumedangkab.go.id/ pada

24 Juni 2020
20 Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang, diakses dari

https://sumedangkab.bps.go.id/statictable/2017/07/05/11/jumlah-penduduk-menurut-kecamatan-di-
kabupaten-sumedang-tahun-2016.html pada 24 Juni 2020
gambaran bagaimana pandemi ini berkembang secara lokal. 21 Tanpa data, Jatinangor tidak
akan dapat menanggapi ancaman dengan tepat; baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat. Jatinangor juga tidak bisa belajar di mana penanggulangan terhadap pandemi
bekerja. Jatinangor berada pada zona biru terdapat dua indikasi, yaitu keberhasilan edukasi
yang dibumikan membuahkan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan
ketika menjalani aktivitas, atau kemungkinan database persebaran covid belum akurat atau
selaras dengan situasi riil.

Perbedaan imunitas memiliki pengaruh terhadap gejala yang dialami. Jika imunitas seseorang
baik dan mampu menangkal virus tersebut, maka seseorang tidak mengalami gejala-gejala
berat dan bahkan tidak menyadari bahwa dirinya terjangkit dan berpotensi menjadi carrier bagi
wilayah yang ia kunjungi. Terlebih lagi maraknya hasil positif pada sebagian orang yang
dikenal dengan istilah orang tanpa gejala (OTG) karena mereka tampak seperti orang sehat
biasanya namun terjangkit Covid dan dapat menularkan kepada orang lain. Hal ini tentunya
perlu dicermati karena kekhawatiran lebih banyak warga yang terjangkit namun belum
terdeteksi karena belum menjalani tes lantaran pola penyebaran virus, pola mobilisasi serta
penambahan kasus yang bergerak eksponensial. Sinergisasi antara tiap elemen sangat
dibutuhkan untuk mendukung efisiensi kebijakan yang dikerahkan.

Dari seluruh populasi, dapat diambil sampel acak dari populasi. Setiap orang dalam sampel
akan diuji untuk swab dan mungkin juga kerabatnya. Tes diagnostik dibarengi dengan
kuesioner tentang kondisi kesehatan pribadi, koneksi sosial, perjalanan dan kebiasaan sosial
dalam beberapa minggu terakhir. Tes yang dilakukan secara acak ini dapat diulang secara
berkala sampai situasi stabil diperoleh atau dicapai.22

7. Meningkatkan Kapasitas Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Peningkatan kapasitas yang perlu diperhatikan adalah Alat Pelindung Diri (APD) tenaga
kesehatan, alat tes cepat, dan fasilitas mobilisasi seperti ambulans. Menurut Kepala Puskesmas
Rawat Inap Jatinangor, tes cepat tidak siap tersedia dan hanya dilakukan kepada orang yang

21 Mueller, M., Derlet, P.M., Mudry, C. and Aeppli, G., 2020. Using random testing to manage a safe exit from
the COVID-19 lockdown. arXiv preprint arXiv:2004.04614.
22 Cleevely, M., Susskind, D., Vines, D., Vines, L. and Wills, S., 2020. A workable strategy for Covid-19

testing: Stratified periodic testing rather than universal random testing1. Covid Economics, p.44.
masuk kriteria pengawasan serta tes PCR tidak ada di Jatinangor. Untuk melaksanakan deteksi
secara maksimal, Puskesmas Jatinangor perlu memiliki stok alat tes cepat yang siap
digunakan dan menyediakan fasilitas tes usap.

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu diperkuat untuk mendeteksi,
mengendalikan, dan mengatasi apabila terjadi lonjakan kasus. Puskesmas merupakan layanan
primer yang paling dekat dan terjangkau oleh masyarakat. Dalam menjalankan screening,
pastikan tenaga kesehatan terlindung dengan adanya APD yang memadai. Puskesmas
menjalankan dua upaya kesehatan, yaitu Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM). Puskesmas dapat menjalankan promosi kesehatan dan cara
pencegahan penyakit dengan berbasis ilmu tanpa menimbulkan kepanikan berlebih.

VII. Konklusi

Saat ini mungkin belum banyak kasus positif yang dilaporkan di Jatinangor, namun bukan
berarti tidak ada kasus positif yang belum terdeteksi. Dan merupakan sebuah kesalahan jika
perangkat daerah baru membuat kebijakan saat kasus positif yang terlaporkan sudah banyak.

Sudah sepatutnya perangkat daerah melakukan tindakan pencegahan yang komprehensif.


Dimulai dari pencegahan primer untuk mengurangi risiko dengan melakukan pencerdasan dan
penyuluhan yang masif serta menggalakkan physical distancing. Dilanjutkan dengan
pencegahan sekunder berupa pendeteksian sedini mungkin menggunakan tes cepat (rapid test),
pelacakan kontak, dan penanganan sedini mungkin.

Testing, Tracing, dan Treatment (3T) adalah tiga intervensi utama kesehatan masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian COVID-19. Testing dapat dilakukan dengan alat tes cepat yang
diikuti RT-PCR jika ditemukan hasil reaktif. Tracing dilakukan sebagai respon terhadap kasus
konfirmasi positif COVID-19 untuk mencegah penyebaran lebih luas. Treatment dimulai dari
kesiapan Puskesmas Jatinangor untuk menangani dan merujuk kasus sesuai kebutuhan.

Perlu dipahami bahwa hanya dengan usaha-usaha tersebut Kecamatan Jatinangor dapat
menjaga kesehatan penduduknya. Keterlambatan dalam tindakan pencegahan dan
pengendalian tersebut dapat menjadi bentuk pembiaran perangkat daerah dalam menjaga
kesehatan warga.
Kontributor:
Hario Danang Pambudhi FH 2017
Hasmaindah Pertiwi R. FK 2017
Almira Tatyana D. FK 2017
Muhammad Irsyad FIB 2019
Nirvana Latifah FISIP 2019
Daftar Pustaka
Bergman, Nittai K, and Ram Fishman. 2020. “Correlations of Mobility and Covid-19
Transmission in Global Data.” medRxiv: 2020.05.06.20093039. diakses dari
http://medrxiv.org/content/early/2020/06/02/2020.05.06.20093039.abstract.

Centers for Disease Control and Prevention. 2020. Communities, Schools, Workplaces, &
Events. [online] Available at: <https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/community/reopen-guidance.html> [Accessed 25 June 2020].

City News Toronto. 2020. Coronavirus can be characterized as a Pandemic says WHO.
Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=ZCVR3CM3yfM pada 25 Juni 2020

Cleevely, M., Susskind, D., Vines, D., Vines, L. and Wills, S., 2020. A workable strategy for
Covid-19 testing: Stratified periodic testing rather than universal random testing1. Covid
Economics

Detik. 2020. “Ridwan Kamil: 15 Daerah New Normal, 12 Lanjutkan PSBB”. Diakses dari
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5033776/ridwan-kamil-15-daerah-new-normal-12-
lanjutkan-psbb pada 25 Juni 2020

European Centre for Disease Prevention and Control. 2020. Transmission Of COVID-19.
[online] Available at: <https://www.ecdc.europa.eu/en/covid-19/latest-
evidence/transmission> [Accessed 25 June 2020].

Fitria Chusna. 2020. “sebelum terapkan new normal, suatu daerah wajib melakukan
sosialisasi hingga simulasi” dapat diakses pada
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/31/17415181/sebelum-terapkan-new-normal-
suatu-daerah-wajib-lakukan-sosialisasi-hingga pada 25 Juni 2020

Ferretti, L., Wymant, C., Kendall, M., Zhao, L., Nurtay, A., Abeler-Dörner, L., Parker, M.,
Bonsall, D. and Fraser, C., 2020. Quantifying SARS-CoV-2 transmission suggests epidemic
control with digital contact tracing. Science, 368(6491).

Huang, L., Zhang, X., Zhang, X., Wei, Z., Zhang, L., Xu, J., Liang, P., Xu, Y., Zhang, C. and
Xu, A., 2020. Rapid asymptomatic transmission of COVID-19 during the incubation period
demonstrating strong infectivity in a cluster of youngsters aged 16-23 years outside Wuhan
and characteristics of young patients with COVID-19: a prospective contact-tracing study.
Journal of Infection.

Kawalcovid19.id. 2020. Prosedur Mendirikan Pusat Karantina Di Luar Fasilitas Kesehatan.


Diakses dari https://kawalcovid19.id/content/960/prosedur-mendirikan-pusat-karantina-di-
luar-fasilitas-kesehatan pada 25 June 2020

Leclerc, Q.J., Fuller, N.M., Knight, L.E., Funk, S., Knight, G.M. and CMMID COVID-19
Working Group, 2020. What settings have been linked to SARS-CoV-2 transmission
clusters?. Wellcome Open Research, 5(83)

Mikhail Gorbachev. 2020. “Gaya hidup menyongsong new normal di masa covid-19 dan
pengalaman negara lain”. Diakses dari https://csis.or.id/publications/gaya-hidup-baru-
menyongsong-new-normal-di-masa-covid-19-dan-pengalaman-negara-lain pada 12 juni 2020

Mueller, M., Derlet, P.M., Mudry, C. and Aeppli, G., 2020. Using random testing to manage
a safe exit from the COVID-19 lockdown. arXiv preprint arXiv:2004.04614.

Muhammad Rangga Pandika. 2020 “ Ridwan Kamil jelaskan tujuan tes massif virus corona”
dapat diakes dari https://depok.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-09355444/ridwan-kamil-
jelaskan-tujuan-tes-masif-virus-corona?page=2 pada 25 Juni 2020

Nishiura, H., Kobayashi, T., Miyama, T., Suzuki, A., Jung, S.M., Hayashi, K., Kinoshita, R.,
Yang, Y., Yuan, B., Akhmetzhanov, A.R. and Linton, N.M., 2020. Estimation of the
asymptomatic ratio of novel coronavirus infections (COVID-19). International journal of
infectious diseases, 94,

Putri, Inkana “Masuk ke Zona Biru, Kabupaten Sumedang Siap Hadapi New Normal”,
diakses dari https://news.detik.com/berita/d-5036462/masuk-ke-zona-biru-kabupaten-
sumedang-siap-hadapi-new-normal pada 24 Juni 2020

Science News. 2020. COVID-19 Case Clusters Offer Lessons And Warnings For Reopening.
[online] Available at: <https://www.sciencenews.org/article/coronavirus-covid-19-case-
clusters-lessons-warnings-reopening> [Accessed 25 June 2020].

Suryahudaya, Edbert Gani. 2020. “Gambaran Mobilitas Penduduk Se-Indonesia : Analisis


Data Facebook Disease Prevention Map.” Diakses dari
https://www.csis.or.id/publications/gambaran-mobilitas-penduduk-se-indonesia-analisis-data-
facebook-disease-prevention-map

Tirto. 2020. “Relaksasi PSBB yang Sepelekan Pandemi demi Ekonomi”. Diakses dari
https://tirto.id/relaksasi-psbb-yang-menyepelekan-pandemi-demi-ekonomi-fBHQ pada 25
Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai