Anda di halaman 1dari 13

Nama : Nurma’iya

Nim : 201801078
Kelas : III B Keperawatan
Tugas : Merangkum pertemuan pertama dan kedua
Mk : Keperawatan komunitas 1

Pert : Pertama (satu)

RINGKASAN
KONSEP DASAR GAWAT DARURATAN DI KOMUNITASI

A. Pengertian Komunitas
Pengertian komunitas yaitu sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk
menunjang kehidupan sehari-hari.
1. keperawatan komunitas adalah bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan
ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan bantuan sosial,
sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna
meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi sosial,perbaikan perbaikan
lingkungan lingkungan fisik, fisik, rehabilitasi,rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai
masalahlebih besar, ditujukan kepada individu, keluarga, yang mempunyai masalah
dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
2. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok resiko tinggi,
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan.
3. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai dari
tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap unit dalam
sistem hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem
tubuh.

B. Tahap pencegahan
Tahap pencegahan terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Tujuan umum yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat
secara menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus yaitu :
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah
keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat.
d. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut dan
asuhan keperawatan di rumah.
e. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
Puskesmas.
f. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk menuju
keadaan sehat optimal
3. Tujuan dari keperawatan komunitas adalah untuk upaya pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya sebagai berikut:
a. Pelayanan keperawatan langsung ( Direct care ) terhadap individu,
keluarga,kelompok dalam konteks komunitas.
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan bagaimana masalah atau issue kesehatan masyarakat
mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

C. Strategi pelayanan kesehatan


Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu digunakan
strategi sebagai berikut :
1. Locality development, yang menekankan pada peran serta masyarakat dan masyarakat
terlibat langsung dalam proses pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Social planning, dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan menggunakan
birokrasi.
3. Social action, adanya proses perubahan yang berfokus pada masyarakat atau program
yang dibuat oeh pemerintah untuk perubahan yang mendasar.

D. Konsep dasar kegawat daruratan di komunitas


Yaitu rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawat daruratan yang diberikan oleh
perawat yang kompeten memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat.
Gawat darurat menurut UU RI NO 44 tentang RS gawat darurat adalah keadaan
khusus pasien yang memerlukan tindakan medis segera guna penyelamatan dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut.
1. Tujuan
Pertologan yang cepat dan tepat untuk mencegah kematian maupun kecacatan.
2. Prinsip
a. Penanganan cepat dan tepat
b. Pertologan cepat dan tepat dibrikan oleh siapa saja (awam, perawat, dokter )
3. Tindakan yang diberikan
a. Non- medis :cara meminta pertolongan ,transportasi dan menyediakan alat alat
b. Medis : kemampuan medis berupa pengetahuanmaupun keterampilan
:BLS,ALS

E. RUANG LINGKUP GADAR


1. Dapat melakukan primary survey dan secondery survey
2. Dapat menggunakan tahapan ABCDE (dalam Primery Survey
3. Resusitasi pada kasus kegawat daruratan
4. Pengertian IGD
Yaitu suatu tempat /unit dirumah sakit yang memiliki tim kerja dengan
kemampuan dan peralatan khusus yang memberikan pelayanan gawat darurat yang
merupakan penanggulangan gawat darurat yang terorganisir.
a. Pasien gawat darurat adalah Pasien yang beresiko terancam jiwanya dan
menjadi cacat secara tiba – tiba.
b. Sifat gawat darurat adalah:
1) Perlu pertolongan segera cepat, tepat dan aman (scta)
2) Punya masalah patologis, psikologis, lingkungan dan keluarga
3) Tidak sabar menunggu informasi

F. Perawat gawat darurat


1. Orang yang terdekat dengan pasien
2. Paling mengetahui perlengkapan pasien saat dirawat
3. Mampu mengenal gejala dan pertolongan sebelum dokter datang
4. Bertanggung jawabatas perkembangan dan tindakan yang dilakukan
5. Mampu melakukan pencacatan
6. Berfikir dan berinisiatif
 Karakteristik perawat gawat darurat
1. Melakukan asuhan keperawatan dalam situassi urgent dan non urgent
2. Triase dan prioritas
3. Disaster dan preparednes
 Peran dan fungsi perawat gadar
1. Memberi pelayanan
2. Manajemen administrasi
3. Pendidikan
4. Konsultasi
5. Advokasi
6. Penelitian
Pert : kedua

RINGKASAN

A. MENJELASKAN PENGUKURAN EPIDEMIOLOGI


Proporsi:
Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut
Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel dalam populasi
Rumus :
Proporsi : x / (x+y) x k
Contoh:
Proporsi Mhs wanita =
Jumlah Mahasiswa wanita------------------------------------------ k Jumlah Mahasiswa
wanita + pria
Proporsi Mahasiswa berprestasi
Ratio:
Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling tergantung
Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian
Rumus:
Ratio: (x/y) k
Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan
Ratio x : y = 1 : 2
Contoh:
Sex ratio = jumlah pria ---------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y

Rate
Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang mempunyai
risiko kejadian tersebut
Rate digunakan untuk menyatakan dinamika dan kecepatan kejadian tertent dalam
masyarakat
Rumus:
Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh:
Campak → berisiko pada balita
Diare → berisiko pada semua penduduk
Ca servik → berisiko pada wanita
Contoh Soal:
Jumlah pasien di RS A = 150, dengan rincian pria = 90 dan wanita = 60
Berapa proporsi pasien wanita?
Berapa sex ratio pasien di RS A?

1. PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu
PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point
Prevalence Rate
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2019 s/d 31 Desember
2019) disebut Periode Prevalence Rate

Prevalence Rate (PR):


Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

2. PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS


a. Idence Rate
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat
di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR):


Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

b. Attack Rate
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu
tertentu
Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

(dalam waktu wabah berlangsung)

Contoh Soal:
Data desa Jombang pada tahun 2007 adalah sbb:
Jumlah penduduk = 2.000.000
Ratio pria : wanita = 2 : 3
Ratio balita : bukan balita = 2 : 8
Kasus lama/baru campak: Feb=2/10, Mar=5/20, Jun=4/15
Kasus lama/baru diare: Ags= 2/15, Sep=3/25, Okt=5/10
Kasus lama/baru ca servik: Apr=3/5, Jul=8/5

3. PENGUKURAN MORTALITY RATE


a. Crude Death Rate
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu
tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus:
CDR (Crude Death Rate):
Jumlah semua kematian
--------------------------------- k
Jumlah semua penduduk

b. Cafe Fatalty Rate


CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut

CFR (Case Fatality Rate):

Jumlah kematian penyakit x


------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x

B. SURVEILNS EPIDEMOLOGI
Surveilans menurut WHO adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan.
1. Maternal Mortality Rate
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ib oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup

MMR (Maternal Mortality Rate):


Jumlah kematian Ibu
------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup

2. Infant Mortality Rate


IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun)
per 1000 kelahiran hidup

IMR (Infant Mortality Rate):


Juml kematian bayi
----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup

3. Neonatal Mortality Rate


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai
umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup

NMR (Neonatal Mortality Rate):


Jumlah kematian neonatus
------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup

4. Perinatal Mortality Rate


PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup

PMR (Perinatal Mortality Rate):


Jumlah kematian perinatal
---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup

Contoh Soal:
Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1990 = 178.440.000 orang dengan
jumlah kematian selama tahun 1990 = 17.308.680 orang. Berapa CDR tahun
1990?
Bila jumlah kematian karena tetanus pada tahun 1990 = 180.000 orang. Berapa
SDR tetanus per 1000 penduduk?
Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Singapura hanya 1 orang pada tahun
1990, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 49.864 orang. Berapa
MMR pada tahun 1990?
Hasil sensus penduduk Jepang tahu 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi <1
tahun sebanyak 5.616 orang, jumlah kematian bayi umur 4 minggu sebanyak
3.179 orang, jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari post partum
sebanyak 7.001 orang.

5. Surveilans Epidemiologi
Epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-
masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan
(Masrochah, 2006)
6. Manfaat dan tujuan surveilans epidemiologi
a. Manfaat surveilans epidemiologi
1) Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2) Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3) Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya
4) Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
5) Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
6) Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
7) Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan
kesehatan dimasa datang
8) Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan.

b. Tujuan
Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan
peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan
tepat secara menyeluruh (Buton, 2008).
c. Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan
1) Surveilans epidemiologi penyakit menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit
menular dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular

2) Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan
penyakit tidak menular.
3) Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan
faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

4) Surveilans epidemiologi masalah kesehatan


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan factor resiko untuk mendukung program-program kesehatan
tertentu.

5) Surveilans epidemiologi kesehatan matra


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah
kesehatan dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan
matra (Depkes RI, 2003).

7. Penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan


Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai
berikut :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
c. Analisis dan intreprestasi data
d. Studi epidemiologi
e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
g. Umpan balik.

Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut:


a. Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan
1) Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor
resiko kesehatan.
2) Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau
situasi khusus kesehatan
3) Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi
padapopulasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya
masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
periode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih
mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau factor
resiko kesehatan.
b. Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data
1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi dimana
unit surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

2)  Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana


unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut
dari unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.

c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan


1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau
bencana.
2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan
atau bencana,

d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan


1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak
menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan
surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium
atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

e. Komponen sistem
1) Tujuan yang jelas dan dapat diukur
2) Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans
epidemiologi dengan dukungan tenaga profesional.
3) Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan
cara-cara memperoleh data, cara mengolah data, cara-cara melakukan
analisis, sarana penyebaran atau pemanfaatan data dan informasi
epidemiologi serta mekanisme kerja surveilans epidemiologi.
4) Dukungan advokasi peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.
5) Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi
6) Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dan
pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan
kemampuan surveilans epidemiologi.
7) Indikator kinerja : Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dilakukan
melalui jejaring surveilans epidemiologi antara unit-unit surveilans dengan
sumber data, antara unit-unit surveilans dengan pusat-pusat penelitian dan
kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unit surveilans lainnya.
f. Langkah-langkah kegiatan surveilans
1) Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk
memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi
epidemiologis yang dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan
dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang
bersumber dari rumah sakit, puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang
diperoleh dari kegiatan survey. Untuk mengumpulkan data diperlukan
sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.

2) Pengolahan dan penyajian data


Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map
area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam
pengolahan data diantaranya dengan menggunakan program (software)
seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain (Budioro, 2007).

3) Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena
akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta
tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini
menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan
lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit (Noor,
2000).
g. Penyebar luasan informasi
a) Penyebar luasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke
bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain
yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk
diperlukan informasi yang informatif agar mudah dipahami terutama
bagi instansi diluar bidang kesehatan (Budioro, 2007).
b) Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans
epidemiologi penyakit campak disampaikan kepada pihak-pihak yang
dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya
peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat
kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar
diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan kasus penyakit (Arias,
2010).

h. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat
menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada
unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim
laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi
dan memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan
umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara
pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat
pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).

i. Investigasi Penyakit Berpotensi KLB


Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih
dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit campak.
Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah
kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan bahan untuk
pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi
penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang
perlu mengambil tindakan atau sebaliknya (Arias, 2010).

j. Tindakan Penanggulangan
Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera
dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu:
1) Pengobatan segera pada penderita yang sakit,
2) Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat,
3) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari
penyakit tersebut,
4) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai
penularan (Arias, 2010).

k. Evaluasi
Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk
mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara memuaskan
memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan berikut :
Apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang
mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus penyakit, apakah program
surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian penyakit di wilayah tersebut,
apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di
wilayah tersebut, apakah program surveilans  dapat mengidentifikasi faktor-
faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit dan apakah program
surveilans tersebut dapat menilai efek tindakan pengendalian (Arias, 2010).

C. SKRINING PENYAKIT MENULAR


Penyaringan atau  screening adalah upaya mendeteksi/mencari  penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan
gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan
yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan  penyakit atau


kelainan yang belum diketahui dengan menggunakan tes,  pemeriksaan atau prosedur
lain yang dapat secara cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat
dengan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.

D. Macam-macam skrining meliputi


a. Mass Screening adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan
populasi secara keseluruhan)
b. Selectiv Screening adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
c. Singgle Disease Screening adalah screening yang dilakukan pada satu jenis
penyakit saja
Contoh : Skrining HIV
d. Multiphasic Screeninga adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode tertentu.
e. Chase Finding Screning adalah screening yang dilakukan karena  penemuan kasus
baru.

Anda mungkin juga menyukai