Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nurma'iya

Nim : 201801078
Kelas : IIIB Keperawatan
Tugas: Meringkan Pertemuan 2 dan 3

Pertemuan II
1. Surveilance
Surveilans menurut WHO adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi
kepada unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan.
a. Marternal Mortality Rate
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000
kelahiran hidup.
MMR (Maternal Mortality Rate):

Jumlah kematian Ibu


------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup

b. Ifant Morality Rate IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian
bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran hidup
IMR (Infant Mortality Rate):

Juml kematian bayi


----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup
c. Neonatal Morality Rate
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai
umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
NMR (Neonatal Mortality Rate):

Jumlah kematian neonatus


------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup

d. Perinatal Mortality Rate


PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
PMR (Perinatal Mortality Rate):
Jumlah kematian perinatal
---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup

1) Penduduk Indonesia pada pertengahan tahun 1990 = 178.440.000 orang


dengan jumlah kematian selama tahun 1990 = 17.308.680 orang. Berapa
CDR tahun 1990?
Jawab:
a) CDR = M/P x 1000
M = Jumlah kematian
P = Jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan tahun
b) CDR = M/P x 1000 = 178.440.000/17.308.680 x 1000 = 10
Fertilitas 10, artinya setiap 1000 orang dalam
Penduduk 1 tahun jumlah penduduk yang mati ada 10 orang

2) Bila jumlah kematian karena tetanus pada tahun 1990 = 180.000 orang.
Berapa SDR tetanus per 1000 penduduk?
Jawab :
a) SDR = P/M x 100
P = Jumlah penduduk
M = Jumlah kematian karena tetanus pada setahun
b) SDR = M/P x 100 = 180.000/1000 x 100= 18
Fertilitas 18, artinya setiap 100 orang dalam penduduk 1 tahun jumlah
penduduk yang mati 18 orang

3) Jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan di Singapura orang pada tahun
1990, dengan jumlah seluruh kelahiran hidup sebanyak 49 orang. Berapa
MMR pada tahun 1990?
a) MMR = Mr/P x 1000
P = Jumlah kelahiran hidup
Mr = jumlah kematian ibu sebabkan kehamilan di singapura
b) MMR = Mr/P x 1000 = 1/49 x 1000 = 20
Fertilitas 20, artinya setiap 1000 orang dalam 1 tahun jumlah kelahiran
hidup dan yang mati 20 orang

4) Hasil sensus penduduk Jepang tahu 1990, dilaporkan jumlah kematian bayi
<1 tahun sebanyak 5.616 orang, jumlah kematian bayi umur 4 minggu
sebanyak 3.179 orang, jumlah kematian janin umur 28 minggu s/d 7 hari
post partum sebanyak 7.001 orang.

2. Surveilans Epidemiologi
Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi
terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan
tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi
kepada penyelenggara program kesehatan (Masrochah, 2006)

a. Manfaat dan tujuan surveilans epidemiologi


Manfaat surveilans epidemiologi
1) Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
2) Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
3) Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
4) Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya
5) Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
6) Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
7) Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
8) Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan
kesehatan dimasa datang
9) Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran
program pada tahap perencanaan.

b. Tujuan
Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan
peningkatan kewaspadaan serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat
secara menyeluruh (Buton, 2008).

c. Ruang lingkup penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan


1) Surveilans epidemiologi penyakit menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular
dan faktor resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular.
2) Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak
menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit
tidak menular.

3) Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku


Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan
faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.
4) Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan
dan factor resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
5) Surveilans epidemiologi kesehatan matra
Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan
dan faktor risiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra (Depkes
RI, 2003).

d. Penyelenggaraan sistem surveilans epidemiologi kesehatan


Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme
sebagai berikut :
1) Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
2) Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
3) Analisis dan intreprestasi data
4) Studi epidemiologi
5) Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
6) Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
7) Umpan balik.

Jenis penyelenggaraan surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut:


Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan
1) Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor
resiko kesehatan.
2) Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelenggaraan surveilans
epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau
situasi khusus kesehatan
3) Surveilans sentinel, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah
kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.
4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi pada
periode tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih
mendalam gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau factor
resiko kesehatan.

e. Penyelenggaraan berdasarkan aktifitas pengumpulan data


1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
2) Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana
unit surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari
unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya
f. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan
1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada
ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau
bencana,

g. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan


1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis atau tidak
menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.
2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan surveilans
dimana data diperoleh berdasarkan pemerksaan laboratorium atau peralatan
pendukung pemeriksaan lainnya.

h. Komponen sistem
Tujuan yang jelas dan dapat diukur
1) Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans
epidemiologi dengan dukungan tenaga profesional.
2) Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan
cara-cara memperoleh data, cara mengolah data, cara-cara melakukan
analisis, sarana penyebaran atau pemanfaatan data dan informasi
epidemiologi serta mekanisme kerja surveilans epidemiologi.
3) Dukungan advokasi peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.
4) Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi
5) Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dan
pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan
kemampuan surveilans epidemiologi.
6) Indikator kinerja : Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dilakukan
melalui jejaring surveilans epidemiologi antara unit-unit surveilans dengan
sumber data, antara unit-unit surveilans dengan pusat-pusat penelitian dan
kajian, program intervensi kesehatan dan unit-unit surveilans lainnya.

i. Langkah-langkah kegiatan surveilans


1) Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk
memproses data selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi
epidemiologis yang dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan
dikumpulkan tepat waktu. Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang
bersumber dari rumah sakit, puskesmas dan lain-lain, maupun aktif yang
diperoleh dari kegiatan survey. Untuk mengumpulkan data diperlukan sistem
pencatatan dan pelaporan yang baik.

2) Pengolahan dan penyajian data


Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel, grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar
chart, peta/map area). Penggunaan komputer sangat diperlukan untuk
mempermudah dalam pengolahan data diantaranya dengan menggunakan
program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan lain-lain
(Budioro, 2007).

3) Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena
akan dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta
tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini
menghasilkan ukuran-ukuran epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan
lain-lain untuk mengetahui situasi, estimasi dan prediksi penyakit (Noor,
2000).

4) Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat
menerima laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik
kepada unit kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang
mengirim laporan mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus
mengoreksi dan memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian
mengadakan umpan balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar
pengisiannya. Cara pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik,
penjelasan pada saat pertemuan serta pada saat melakukan
pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).

5) Penyebar luasan informasi


a) Penyebarluasan informasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke
bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sektoral instansi-instansi lain
yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini. Untuk
diperlukan informasi yang informatif agar mudah dipahami terutama bagi
instansi diluar bidang kesehatan (Budioro, 2007).
b) Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans
epidemiologi penyakit campak disampaikan kepada pihak-pihak yang
dapat melakukan tindakan penanggulangan penyakit atau upaya
peningkatan program kesehatan, pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat
kajian serta pertukaran data dalam jejaring surveilans epidemiologi agar
diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan kasus penyakit (Arias,
2010).

6) Investigasi Penyakit Berpotensi KLB


Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih
dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit campak.
Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah
kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan bahan untuk
pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi
penyelidikan kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB
yang perlu mengambil tindakan atau sebaliknya (Arias, 2010).

7) Tidakan Penanggulangan
Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka
segera dilakukan tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu:
a) Pengobatan segera pada penderita yang sakit,
b) Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat,
c) Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari
penyakit tersebut,
d) Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai
penularan (Arias, 2010).

8) Evaluasi
Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk
mengevaluasi manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara memuaskan
memenuhi paling tidak salah satu dari pernyataan berikut : apakah kegiatan
surveilans dapat mendeteksi kecenderungan yang mengidentifikasi
perubahan dalam kejadian kasus penyakit, apakah program surveilans dapat
mendeteksi epidemik kejadian penyakit di wilayah tersebut, apakah kegiatan
surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah tersebut,
apakah program surveilans  dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian penyakit dan apakah program surveilans
tersebut dapat menilai efek tindakan pengendalian (Arias, 2010).

3. Skrining Penyakit Menular


a. Penyaringan atau  screening adalah upaya mendeteksi/mencari  penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan
gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan
yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
 
Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan  penyakit atau
kelainan yang belum diketahui dengan menggunakan tes,  pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat secara cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-
benar sehat dengan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita
kelainan.

b. Macam-macam skrining meliputi


1) Mass Screening
Mass screening adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan
populasi secara keseluruhan)
4. Selectiv Screening
Selectiv screening adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu.

3. Singgle Disease Screening


Single disease screening adalah screening yang dilakukan pada satu jenis penyakit
saja.
Contoh : Skrining HIV

4. Multiphasic Screeninga
Multiphasic screening adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode tertentu.

5. Chase Finding Screning


Chase finding screening adalah screening yang dilakukan karena  penemuan kasus
baru.
Pertemuan III

1. Konsep Dasar Demografi


a. Demografi adalah gambaran secara  statistik dari penduduk tentang tingkah laku
keseluruhan dan bukan perseorangan (Barclay).
Demografi adalah ilmu yg mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-
perubahan penduduk/segala hal yg berhubungan dgn komponen perubahan seperti
(kelahiran, kematian, migrasi) shg menghasilkan suatu keadaan dan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu.

b. Lingkup Demografi
Dalam arti sempit demografi formal :
“Adalah berhubungan dengan besar, distribusi penduduk atau komposisi
perubahan dan pertumbuhan penduduk “
1) besar artinya banyaknya penduduk
2) distribusi artinya penyebaran penduduk (usia dan kelamin)
3) perubahan populasi dari waktu ke waktu
4) pertumbuhan penduduk
5) komponen perubahan : kelahiran, kematian, migrasi

Dalam arti luas :


“Demografi dengan beberapa hal yaitu sifat-sifat dari kelompok etnik
kelompok sosial sifat-sifat ekonomi penduduk/kelompok masyarakat”
1) sifat etnik : ras, nasionalitas, logat bicara
2) sifat sosial : cara perkawinan, status kekerabatan, kelahiran, pendidikan,
dan lain-lain.
3) sifat ekonomi : aktifitas ekonomi status pekerjaan, lapangan usaha,
penghasilan, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai