Anda di halaman 1dari 27

Bab

VII Sistem Ekskresi

Pernahkah Anda melihat busa di air seni alias urine? Apabila itu terjadi dalam beberapa hari, sebaiknya Anda segera
berkonsultasi ke dokter. Sebab kondisi itu bisa saja menjadi pertanda masalah serius pada ginjal.
Kondisi urine kerap menjadi indikasi awal suatu penyakit. Satu di antaranya, busa pada urine. Menurut urolog Erik
P. Castle, urine bisa saja berbusa. Namun, apabila busa hilang dalam beberapa hari, kondisi itu normal. Mungkin,
busa muncul akibat pelepasan buang air kecilnya terlalu cepat.
Yang harus diwaspadai apabila busa tak kunjung hilang saat air seni keluar. Itu bisa saja menandakan protein
berlebih pada urine atau proteinuria. Jika itu terjadi, Castle menyarankan Anda mendatangi dokter. Sebab jumlah
protein pada urine menandakan masalah ginjal serius.
Isi Materi

A. Sistem Ekskresi pada


Manusia
B. Sistem Ekskresi pada
Serangga
C. Kelainan dan Penyakit pada
Sistem
Ekskresi
A. Sistem Ekskresi pada
Manusia
1. Zat-Zat yang Harus Diekskresi
❑ Melalui proses respirasi, karbohidrat, lemak, serta sebagian
protein dibongkar atau dipecah guna menghasilkan energi
yang digunakan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas
kehidupan.

❑ Pembongkaran atau pemecahan senyawa-senyawa besar


tersebut, selain menghasilkan senyawa-senyawa sederhana
yang berguna, juga menghasilkan senyawa-senyawa sisa yang
tidak berguna.

❑ Selain tidak berguna, zat-zat sisa juga dapat meracuni tubuh.

❑ Berbagai sisa metabolisme yang harus diekskresi atau


dikeluarkan dari dalam tubuh, di antaranya, adalah karbon
dioksida, amonia, air, zat warna empedu, dan asam urat.
2. Alat-Alat Ekskresi
Alat-alat atau organ-organ ekskresi yang terdapat pada manusia
serta hewan Vertebrata umumnya meliputi ginjal (ren), paru-paru
(pulmo), kulit (dermis), dan hati (hepar)
Ginjal (Ren)
❑ Manusia dan hewan Vertebrata lainnya memiliki sepasang ginjal
yang terletak di bagian belakang rongga perut sekitar daerah
pinggang, menempel pada dinding dorsal kiri dan kanan tulang
belakang.
❑ Ginjal memiliki beberapa fungsi, antara lain
✔ mengekskresi sisa-sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen, misalnya amonia, urea, dan asam urat dari dalam
darah
✔ mengekskresi kelebihan air, garam, hormon, obat-obatan, dan
vitamin
✔ memelihara tekanan osmosis dan pH cairan tubuh

❑ Hasil ekskresi ginjal adalah larutan yang dinamakan urine

❑ Setiap ginjal terdiri atas 1–4 juta tubulus mikroskopis bernama nefron
yang kaya pembuluh darah.
❑ Nefron merupakan unit atau satuan struktural dan fungsional terkecil
ginjal.
❑ Setiap nefron tersusun atas satu glomerulus (jamak: glomeruli),
kapsul Bowman (kapsula glomerulus), tubulus konvolusi proksimal,
lengkung Henle, dan tubulus konvolusi distal (yang bersambungan
dengan saluran pengumpul)
Pembentukan Urine

✔ Pembentukan urine terjadi di nefron yang meliputi tahap-tahap


filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi.
Filtrasi

⚫ Proses penyaringan darah yang kurang selektif.


⚫ Air, ion dan zat makanan serta zat terlarut di keluarkan
dari darah ke tubulus proksimal.
⚫ Sel darah dan beberapa protein tetap berada di dalam
darah.
⚫ Terbentuk filtrat primer di tubulus proksimal.
Reabsorpsi

⚫ Urin primer yang terbentuk di tubulus proksimal terdiri


dari :
⚫ Sebagian besar air
⚫ Glukosa dan Asam Amino
⚫ Ion
⚫ Kemudian zat tersebut kemudian diserap oleh kapiler
peritubuler secara aktif dan pasif.
⚫ Penyerapan terjadi di sepanjang Tubulus proksimal,
Lengkung Henle, dan tubulus distal.
Lanjutan...
∙ Sedangkan zat lainnya, yaitu sampah nitrogen berupa :
⚫ Urea
⚫ Asam Uric
⚫ Kreatinin
⚫ Beberapa Air
⚫ Akhirnya terbentuklah urin sekunder.
Sekresi – Augmentasi

⚫ Terjadi di Tubulus Distal


⚫ Beberapa zat keluar dari kapiler peritubuler ke tubulus
ginjal.
⚫ H+, Ka+ dan ion potassium
⚫ Creatinin
⚫ Racun dan obat-obatan
⚫ Akhirnya urin sekunder dan senyawa diatas bergabung
membentuk urin lalu bergerak menuju tubulus
pengumpul untuk dikeluarkan.
DIALISIS BUATAN DAN
PENCANGKOKAN GINJAL
Bila darah tidak dapat disaring maupun direabsorpsi dengan baik
oleh ginjal, akan terjadi :
⚫ Darah yang beredar dalam tubuh akan dikotori oleh sampah
metabolisme berbentuk urea dan lain-lain hingga tubuh dapat
teracuni dalam jangka waktu tertentu.
⚫ Kadar gula dan garam dalam darah menjadi sangat tinggi
sehingga dapat menimbulkan penyakit diabetes dan darah
tinggi.
⚫ Kerja hati menjadi lebih berat karena darah yang masuk ke
dalamnya makin lama makin kotor dan berat untuk
didetoksifikasi
Dua teknologi yang telah dikembangkan
untuk menanggulangi kasus ginjal lemah
fungsi atau tidak berungsi sama sekali, :
1. dialisis buatan
2. pencangkokan ginjal.
⚫ Dialisis ginjal buatan atau hemodialisis sering
dikatakan sebagai proses cuci darah dalam istilah
awam
Tujuan Hemodialisis
a. Membuang produk metabolisme protein seperti urea,
kreatinin dan asam urat
b. Membuang kelebihan air.
c. Mempertahankan atau mengembalikan sistem
penyangga asam basa tubuh.
d. Mempertahankan atau mengembalikan kadar
elektrolit tubuh.
e. Memperbaiki status kesehatan penderita
Proses Hemodialisis
1. Proses Difusi yaitu berpindahnya bahan terlarut
karena perbedaan kadar di dalam darah dan di
dalam dialisat. Semakian tinggi perbedaan kadar
dalam darah maka semakin banyak bahan yang
dipindahkan ke dalam dialisat.
2. Proses Ultrafiltrasi yaitu proses berpindahnya air
dan bahan terlarut karena perbedaan tekanan
hidrostatis dalam darah dan dialisat.
3. Proses Osmosis yaitu proses berpindahnya air
karena tenaga kimia, yaitu perbedaan osmolaritas
darah dan dialisat.
Pencangkokan ginjal
Paru-Paru (Pulmo)
❑ Selama proses pernapasan, di samping mengambil oksigen, paru-
paru juga membuang atau mengekskresi sisa-sisa proses
pembakaran zat-zat makanan yang berupa karbon dioksida dan air
(dalam bentuk uap air).

❑ Sebagian besar (75%) karbon dioksida yang diangkut oleh darah


berbentuk senyawa asam karbonat (H2CO3), sedangkan sisanya
(25%) diikat oleh hemoglobin membentuk senyawa
karboksihemoglobin (HbCO2).

❑ Karbon dioksida dan air dari seluruh jaringan akan diangkut oleh
darah melalui vena menuju serambi kanan dan bilik kanan jantung.
Selanjutnya, dari bilik kanan jantung, darah yang mengandung karbon
dioksida itu dipompa ke paru-paru.

❑ Di dalam paru-paru, tepatnya di bagian alveolus, karbon dioksida dan


uap air tersebut akan berdifusi ke dalam alveolus untuk dikeluarkan ke
udara luar.
Hati (Hepar)

❑ Cairan empedu (bilus) yang dihasilkan oleh hati merupakan produk


ekskresi yang dibentuk dari perombakan atau pemecahan
hemoglobin sel-sel darah merah yang telah usang.
❑ Di dalam hati, asam amino
yang tidak diperlukan
dalam pembentukan protein
diubah menjadi glikogen.
Selama proses tersebut,
bagian asam amino yang
mengandung nitrogen, yaitu
bagian amino (NH2),
dikeluarkan dan diubah
menjadi urea, kemudian
diekskresi oleh ginjal.
Kulit
❑ Sebagai alat ekskresi, kulit berfungsi mengeluarkan keringat yang
dihasilkan oleh kelenjar keringat.
❑ Keringat merupakan hasil ekskresi yang terdiri atas air, garam (NaCl),
dan sedikit urea.
❑ Bahan-bahan tersebut terdapat di dalam kapiler darah di kulit yang
kemudian akan diserap oleh kelenjar keringat dan dikeluarkan ke
permukaan kulit sebagai keringat
❑ Banyak sedikitnya keringat
yang dikeluarkan oleh tubuh
dipengaruhi oleh aktivitas
tubuh, suhu lingkungan,
kelembapan udara,
kelancaran penyerapan air
pada ginjal, dan gangguan
kejiwaan.
Mekanisme Pengeluaran Keringat
pada Manusia
⚫ sistem saraf simpatis telah mengendalikan pelebaran
pembuluh-pembuluh darah kapiler kulit hingga
dinding pembuluhnya menipis dan lebih bersifat
semipermeabel
⚫ kelenjar keringat akan menyerap air dan garam-garam
dari darah dalam pembuluh-pembuluh kapiler
⚫ air garam dari dalam kelenjar keringat keluar tubuh
melalui saluran yang berujung ke pori-pori kulit
sebagai cairan keringat.
B. Sistem Ekskresi pada Hewan
1. Sistem Ekskresi pada Serangga
❑ Sistem ekskresi pada
serangga, contohnya
belalang, pada umumnya
tersusun atas alat ekskresi
yang disebut pembuluh
Malpighi.
❑ Pembuluh Malpighi
merupakan kumpulan
pembuluh halus yang
pangkalnya melekat pada
dinding usus, tepatnya di
antara usus tengah dan usus
belakang.
❑ Fungsi pembuluh Malpighi
mirip dengan fungsi ginjal,
yaitu menyaring darah.
2. Sistem Ekskresi pada Ikan
❑ Alat ekskresi utama pada ikan adalah ginjal.
❑ Selain sebagai alat ekskresi, ginjal juga berfungsi sebagai
osmoregulator, yaitu organ untuk memelihara keseimbangan garam
cairan tubuh suatu organisme (osmoregulasi).
❑ Alat ekskresi lainnya adalah insang, kulit, dan anus.
❑ Berdasarkan tempat hidupnya, ikan dibedakan menjadi ikan air
tawar dan ikan air laut. Karena tempat hidupnya berbeda, keduanya
memiliki sistem ekskresi dan osmoregulasi yang berbeda pula.
Ikan Air Laut

Tubuh ikan air laut atau ikan laut bersifat hipotonis terhadap lingkungan
sekitarnya. Hal itu berarti darah mereka memiliki konsentrasi air yang
lebih tinggi dibandingkan air laut di sekelilingnya. Akibatnya, tubuh ikan
laut cenderung kehilangan air secara osmosis melalui seluruh
permukaan tubuhnya. Untuk menggantikan air yang keluar secara
terus-menerus dari tubuhnya, ikan laut minum air laut dalam jumlah
banyak.

Ikan Air
Tawar
Cairan tubuh (darah) ikan air tawar memiliki konsentrasi air yang lebih
rendah dibandingkan lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, darah
ikan air tawar bersifat hipertonis terhadap medium tempat hidupnya.
Akibatnya, air secara terus-menerus masuk ke dalam tubuh ikan
melalui kulit dan (sebagian besar) melalui membran insang dengan
cara difusi. Agar konsentrasi cairan tubuhnya tetap terjaga, ikan air
tawar juga harus secara terus-menerus mengekskresikan kelebihan air
yang mereka serap dengan cara menghasilkan urine yang banyak dan
encer
C. Kelainan dan Penyakit pada Sistem
Ekskresi
1. Albuminuria
Pada penyakit albuminuria, terjadi kegagalan proses filtrasi
(penyaringan) oleh ginjal, terutama filtrasi protein (albumin).
Akibatnya, albumin lolos dalam proses filtrasi dan ditemukan
dalam urine.
2. Anuria
Anuria merupakan kelainan yang ditandai dengan tidak
terbentuknya urine. Kelainan tersebut disebabkan oleh adanya
kerusakan pada glomerulus sehingga ginjal tidak mampu
memfiltrasi darah.
3. Batu Ginjal
Batu ginjal terbentuk dari
pengendapan garam-garam mineral,
misalnya kalsium fosfat, di dalam ginjal
atau di saluran urine (ureter dan
uretra).
4. Diabetes Insipidus
Seseorang yang menderita diabetes insipidus menghasilkan urine
yang sangat banyak dan encer (hipotonis).

5. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan gangguan yang ditandai urine
penderita mengandung glukosa sebab kekurangan hormon insulin.

6. Nefritis (Radang Ginjal)

Nefritis adalah suatu radang pada glomeruli yang disebabkan


oleh infeksi bakteri.
7. Sistitis dan Uretritis
Sistitis merupakan radang atau infeksi pada kantong kemih,
sedangkan uretritis merupakan radang atau infeksi pada uretra.

Anda mungkin juga menyukai