1. Visi-Misi & Guiding Principles dari Chevron Indonesia
Melihat dari The Chevron Way – diketahui bahwa visi Chevron adalah: “menjadi perusahaan energi dunia yang paling dikagumi karena karyawan, kemitraan dan kinerjanya.” Untuk mencapai visi-nya tersebut, Chevron memiliki misi, yaitu: “kepercayaan kepada kekuatan kecerdasan manusia untuk membawa kita ke masa depan yang lebih cerah.” Terdapat beberapa guiding principles yang dianut oleh Chevron dalam pengelolaan bisnisnya, yaitu: 1. Komitmen Chevron kepada diversitas, dimana Chevron berupaya menghormati dan belajar dari tempat mereka beroperasi; 2. Komitmen chevron kepada performa, Chevron berupaya untuk deliver result yang optimal, dan berupaya untuk melakukan perbaikan performa secara berkesinambungan; 3. Komitmen Chevron kepada integritas dan kepercayaan, dimana Chevron berupaya untuk memenuhi dan menjaga standar etika yang tinggi; 4. Komitmen Chevron kepada kemitraan, dimana Chevron berupaya untuk menciptakan kemitraan-kemitraan yang saling menguntungkan antar sesama, baik ke pemerintah, perusahaan lain, maupun komunitas dan NGO. 5. Komitmen Chevron kepada perlindungan manusia dan lingkungan, Chevron percaya bahwa karyawan merupakan asset yang harus dilindungi, Chevron berupaya memberikan hasil yang optimal tanpa menimbulkan kecelakaan lingkungan yang besar.
2. Case: The Product is Inferior, but the Profits Are Good
Sebagai seorang dengan tingkat eksekutif di AFI, saya memiliki kepercayaan
bahwa mempermainkan kualitas sepatu yang dijual perusahaan merupakan sesuatu hal yang buruk. Sama halnya dengan bagaimana perusahaan-perusahaan sepatu terkemuka, saya tidak akan menjual batch sepatu dengan kualitas rendah tersebut dengan harga normal, bahkan sepatu tersebut sebaiknya dirusak agar tidak mempengaruhi brand yang saya pegang. Penjualan sepatu yang memiliki kualitas dibawah rata-rata kualitas akan menimbulkan kemungkinan terjadinya perusahaan kehilangan pembeli-pembeli loyal yang utamanya mementingkan kualitas dibandingkan, misal harganya yang terjangkau. Dengan tidak menjual barang defective, perusahaan akan mampu menjaga loyalitas para konsumen, dan dengan AFI tidak menjual barang defective, maka konsumen akan menjadi semakin loyal terhadap brand-brand sepatu ciptaan AFI. Dengan loyalitas yang semakin tinggi, AFI akan mendapatkan penjualan yang lebih tinggi. Hal ini juga menjadi pembelajaran bahwa perusahaan sebaiknya menyediakan anggaran untuk melebihkan jumlah sepatu yang diproduksi, fungsinya adalah untuk memastikan bahwa meskipun ada sepatu yang defective, namun hal tersebut tidak mempengaruhi penjualan.