Anda di halaman 1dari 2

Muhammad Rayhan Akbar

1706057644
Tugas Manajemen Kualitas

1. Visi-Misi & Guiding Principles dari Chevron Indonesia


Melihat dari The Chevron Way – diketahui bahwa visi Chevron adalah:
“menjadi perusahaan energi dunia yang paling dikagumi karena karyawan, kemitraan dan
kinerjanya.”
Untuk mencapai visi-nya tersebut, Chevron memiliki misi, yaitu:
“kepercayaan kepada kekuatan kecerdasan manusia untuk membawa kita ke masa depan yang
lebih cerah.”
Terdapat beberapa guiding principles yang dianut oleh Chevron dalam pengelolaan bisnisnya,
yaitu:
1. Komitmen Chevron kepada diversitas, dimana Chevron berupaya menghormati dan belajar
dari tempat mereka beroperasi;
2. Komitmen chevron kepada performa, Chevron berupaya untuk deliver result yang optimal,
dan berupaya untuk melakukan perbaikan performa secara berkesinambungan;
3. Komitmen Chevron kepada integritas dan kepercayaan, dimana Chevron berupaya untuk
memenuhi dan menjaga standar etika yang tinggi;
4. Komitmen Chevron kepada kemitraan, dimana Chevron berupaya untuk menciptakan
kemitraan-kemitraan yang saling menguntungkan antar sesama, baik ke pemerintah,
perusahaan lain, maupun komunitas dan NGO.
5. Komitmen Chevron kepada perlindungan manusia dan lingkungan, Chevron percaya
bahwa karyawan merupakan asset yang harus dilindungi, Chevron berupaya memberikan
hasil yang optimal tanpa menimbulkan kecelakaan lingkungan yang besar.

2. Case: The Product is Inferior, but the Profits Are Good

Sebagai seorang dengan tingkat eksekutif di AFI, saya memiliki kepercayaan


bahwa mempermainkan kualitas sepatu yang dijual perusahaan merupakan sesuatu hal
yang buruk. Sama halnya dengan bagaimana perusahaan-perusahaan sepatu terkemuka,
saya tidak akan menjual batch sepatu dengan kualitas rendah tersebut dengan harga normal,
bahkan sepatu tersebut sebaiknya dirusak agar tidak mempengaruhi brand yang saya
pegang. Penjualan sepatu yang memiliki kualitas dibawah rata-rata kualitas akan
menimbulkan kemungkinan terjadinya perusahaan kehilangan pembeli-pembeli loyal yang
utamanya mementingkan kualitas dibandingkan, misal harganya yang terjangkau.
Dengan tidak menjual barang defective, perusahaan akan mampu menjaga loyalitas
para konsumen, dan dengan AFI tidak menjual barang defective, maka konsumen akan
menjadi semakin loyal terhadap brand-brand sepatu ciptaan AFI. Dengan loyalitas yang
semakin tinggi, AFI akan mendapatkan penjualan yang lebih tinggi. Hal ini juga menjadi
pembelajaran bahwa perusahaan sebaiknya menyediakan anggaran untuk melebihkan
jumlah sepatu yang diproduksi, fungsinya adalah untuk memastikan bahwa meskipun ada
sepatu yang defective, namun hal tersebut tidak mempengaruhi penjualan.

Anda mungkin juga menyukai