Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Farmasi 12(1) Januari-Juli 2016, Hal.

25-33
ISSN: 1693-8666
available at http://journal.uii.ac.id/index.php/JIF

KAJIAN POTENSI INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GAGAL JANTUNG


DENGAN GANGGUAN FUNGSI GINJAL
DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE 2009-2013

Endang Sulistiyowatiningsih*, Sebtia Nurul Hidayati, Yosi Febrianti

Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia


Corresponding author. Email : endang.pharmacy.uii@gmail.com

Abstract Heart disease is one of the leading cause of death in the world that can induce renal
impairment. Aim of this study was to describe potential of drug interaction in treatment of heart
failure with impaired renal function. Research conducted in Dr. Sardjito Hospital in Yogyakarta
for hospitalized patient. This is a descriptive study with retrospective crosssectional research
design from 2009-2013. The result showed 70 patients were eligible from total 119 patients. The
most potential of drug interaction were furosemide and ACE inhibitor occured amongst 35
patients with level significance 3. Meanwhile, furosemide and aspirin were potentially happened
in35 patients with level significance 5, furosemid and digoxin in 27 patients with level
significance 1, aspirin and captopril in 25 patients with level significance 4.

Keywords : heart failure, kidney failure, drug interactions

Intisari Gagal jantung adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia yang dapat
meningkat dengan adanya gangguan pada ginjal. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan
interaksi terapi potensialpada pasien gagal jantung dengan gangguan fungsi ginjal. Penelitian ini
dilakukan pada pasien yang menjalani rawat inap di RS Dr.Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan rancangan studi potong lintang dan pengambilan data
dilakukan secara restrospektif tahun 2009 – 2013. Hasil penelitian menunjukkan 70 pasien
memenuhi kriteria inklusi dari total subyek 119 pasien. Interaksi obat yang paling potensial
terjadi adalah furosemid dan ACEI sebanyak 35 pasien dengan level signifikansi 3, furosemid dan
aspirin pada 35 pasien dengan level signifikansi 5, furosemid dan digoksin dengan level
signifikansi 1 serta aspirin dan kaptopril dengan level signifikansi 4.

Kata kunci : gagal jantung, gagal ginjal, interaksi obat

1. PENDAHULUAN itu diperkirakan berjumlah 17,3 juta


orang. Salah satu jenis penyakit jantung
Penyakit jantung masih menjadi yang merupakan penyebab kematian
penyebab kematian terbesar di dunia, utama di dunia adalah gagal jantung
termasuk di Indonesia. World Health (Heart Failure) (Go, dkk., 2013). Angka
Organization (WHO) memperkirakan 23,6 kejadian gagal jantung di Indonesia belum
juta orang akan meninggal pada tahun 2030. diketahui tetapi diperkirakan terus
Jumlah tersebut hampir dua kali lipat meningkat seiring dengan perubahan
jumlah orang yang meninggal karena pola hidup dan peningkatan
penyakit jantung pada tahun 2008 yang saat kesejahteraan. Hal ini akan berdampak

25
26 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

terhadap munculnya penyakit pada organ pada bulan April – Mei 2014. Populasi
lain yaitu ginjal. Hal tersebut diakibatkan target dalam penelitian ini adalah adalah
oleh penurunan kemampuan jantung dalam semua pasien dewasa yang didiagnosa
memompa darah ke seluruh tubuh. Sekitar gagal jantung dengan gangguan fungsi
70% penyebab kematian penderita gagal ginjal yang menjalani rawat inap di RSUP
ginjal yakni akibat penyakit jantung. Insiden Dr. Sardjito Yogyakarta, periode 2009-
dan prevalensi dari penyakit ginjal kronik 2013 yang memenuhi kriteria inklusi
semakin meningkat dan diperkirakan yaitu : pasien dewasa berusia ≥ 18 tahun
mencapai 26 juta di Amerika Serikat. dan pasien yang mendapatkan terapi ≥ 2
Prevalensi gagal jantung meningkat seiring macam obat pada hari yang bersamaan.
dengan parahnya kerusakan ginjal (Mosterd Adapun kriteria eksklusi penelitian ini
dan Hoes, 2007). Kasus gagal jantung pada meliputi : pasien yang meninggal selama
tahun 2005 menduduki peringkat keenam menjalani rawat inap, pasien dengan
pada daftar sepuluh besar penyakit di RSUP perawatan < 3 hari masa perawatan dan
Dr. Sardjito Yogyakarta. Kejadian gagal pasien dengan rekam medik yang tidak
jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta lengkap yaitu data pemeriksaan
pada tahun 2013 tercatat sebanyak 738 laboratorium, komplikasi, keterangan
kasus, sedangkat gagal jantung yang disertai mengenai data pasien (usia, jenis kelamin,
dengan gangguan fungsi ginjal sebanyak 48 lama rawat inap), serta catatan
kasus. pemberian obat (dosis, rute pemberian,
Pasien gagal jantung pada umumnya jenis dan waktu pemberian obat) tidak
sudah mengalami penurunan fungsi organ diketahui.
dan sudah mengalami komplikasi sehingga Data yang telah diperoleh akan
membutuhkan beberapa obat yang dipakai diolah secara deskriptif mencakup
secara bersamaan. Hal tersebut dapat demografi pasien, kajian penyakit
memacu kemungkinan terjadinya interaksi penyerta, pola penggunaan obat dan
obat (Gray, et al., 2002). Sebanyak 52 % potensi interaksi obat, serta penilaian
kategori obat yang terlibat dalam interaksi kesesuaian antara kajian teoritis dengan
obat adalah obat-obat kardiovaskular potensi kejadian klinis yang dilakukan
(Rama, et al., 2012). Penelitian mengenai dengan pengkajian secara teoritis
gagal jantung yang disertai gangguan fungsi menggunakan literatur Drug Interaction
ginjal belum banyak dilakukan sehingga Fact dan Stockley’s Drug Interactions
informasi mengenai hal tersebut masih serta parameter hasil pemeriksaan
terbatas. Tingginya angka kejadian interaksi laboratorium.
obat pada pasien gagal jantung merupakan
suatu masalah yang mendorong adanya 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
suatu pemecahan bersama, guna
mengurangi terjadinya DRPs (Drug Related Hasil penelusuran rekam medis
Problems). dalam periode penelitian diperoleh
sebanyak 119 pasien dengan diagnosa
2. METODOLOGI PENELITIAN gagal jantung yang disertai gangguan
fungsi ginjal. Pasien yang memenuhi
Penelitian ini adalah penelitian keriteria inklusi sebanyak 70 pasien,
deskriptif dengan rancangan potong lintang sedangkan 49 pasien tereksklusi
dan pengambilan data secara retrospektif dikarenakan data rekam medis yang tidak
dari rekam medis pasien gagal jantung yang lengkap, pasien dengan rawat inap
disertai gangguan fungsi ginjal di Instalasi kurang dari 3 hari, dan pasien meninggal
Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama menjalani rawat inap.
periode 2009-2013. Penelitian dilakukan
27 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

3.1. Karakteristik pasien (Anonim,2014). Hormon estrogen


3.1.1. Demografi Pasien Berdasarkan Usia endogen yang diproduksi dalam tubuh
dan Jenis Kelamin wanita memiliki sifat protektif sehingga
Persentase pasien gagal jantung memiliki resiko lebih rendah terkena
dengan gangguan fungsi ginjal berdasarkan penyakit jantung dibandingkan dengan
jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 1. pria. Perbedaan ini akan hilang saat
Gambar 1. menunjukkan bahwa jumlah wanita mengalami menopause sehingga
kasus gagal jantung dengan gangguan fungsi wanita akan memiliki resiko yang sama
ginjal selama tahun 2009-2013 di instalasi dengan pria terkena penyakit jantung.
rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Seiring pertambahan usia, pembuluh
lebih banyak diderita oleh pasien berjenis darah menjadi kurang fleksibel, sehingga
kelamin pria berusia 30-64 tahun. Menurut mempersulit darah bersirkulasi.
American Heart Association (AHA) laki-laki Penimbunan lemak menjadi plak yang
memiliki resiko lebih besar untuk terkena terakumulasi di sepanjang dinding arteri
serangan jantung dan kejadiannya lebih akan memperlambat aliran darah dari
awal dibandingkan wanita. Morbiditas jantung ke seluruh tubuh. Faktor resiko
penyakit penyakit jantung pada laki-laki dua lain seperti tekanan darah tinggi,
kali lebih besar dibandingkan dengan merokok, dan diabetes juga dapat
wanita (Dewi, 2007). Keadaan ini terjadi meningkatkan kemungkinan terjadinya
pada laki-laki dalam kurun waktu hampir serangan jantung (Prasetya, et al., 2008).
10 tahun lebih awal daripada perempuan

Gambar 1. Hasil pengelompokan pasien gagal jantung dengan gangguan fungsi ginjal
berdasarkan usia dan jenis kelamin di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta periode 2009-2013

3.1.2. Jenis Penyakit Penyerta terjadi. Berdasarkan hasil penelusuran


Gagal jantung seringkali disertai data pasien gagal jantung dengan
dengan kondisi patologi lain yang prosesnya gangguan fungsi ginjal periode 2009-
terjadi bersamaan (komorbid/penyakit 2013 di RSUP Dr. Sardjito ditemukan
penyerta). Komorbid ini diartikan sebagai pasien gagal jantung dengan gangguan
keadaan diluar diagnosa utama yang fungsi ginjal dengan penyakit penyerta
mencakup faktor pencetus, faktor pemberat lain dimana terdapat satu pasien yang
dan komplikasi. Ketiga hal tersebut harus mengalami lebih dari satu penyakit
dikelola dengan baik agar tidak penyerta. Berbagai penyakit penyerta
memperburuk kondisi gagal jantung yang pada pasien gagal jantung dengan
28 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

gangguan fungsi ginjal dapat dilihat pada mitral (1 pasien), aortic (1 pasien), dan
Tabel 1. valve disorder (1 pasien).
Hasil penelusuran data ini Pada penelitian ini hipertensi
menegaskan beberapa faktor resiko yang menjadi komorbid yang paling sering
selama ini sudah diketahui mempunyai terjadi untuk golongan penyakit sistem
hubungan dengan penyakit jantung. kardiovaskuler. Penelitian observasi di
Penyakit hipertensi, diabetes mellitus, dan New Heaven tahun 2003 menunjukkan
obesitas cenderung meningkatkan resiko hasil bahwa hipertensi diketahui sebagai
penyakit jantung (Prasetya, dkk., 2008). komorbid dari 60% penderita gagal
Jumlah penyakit penyerta pada Tabel 1. jantung. Hipertensi dapat menjadi resiko
ditentukan berdasarkan diagnosa lain selain terjadinya gagal jantung, di sisi lain
gagal jantung dan gangguan fungsi ginjal hipertensi yang tidak terkontrol juga
yang tercantum pada rekam medis pasien. bertindak sebagai penyakit penyerta pada
Setiap pasien dapat memiliki lebih dari satu gagal jantung dengan etiologi lain (Dewi,
jenis penyakit penyerta. Penyakit penyerta 2007). Peningkatan tekanan darah
terbanyak dalam kasus ini adalah penyakit sistemik meningkatkan resistensi
sistem kardiovaskuler, yaitu sebanyak 54 terhadap pemompaan darah dari
pasien. Gangguan sistem kardiovaskuler ini ventrikel kiri, sehingga terjadi hipertropi
terdiri dari atrial fibrilasi (17 pasien), infark ventrikel untuk meningkatkan kekuatan
miokardium (3 pasien), hipertensi (19 kontraksi yang menyebabkan kebutuhan
pasien), deep vein thrombosis (1 pasien), oksigen di miokardium akan meningkat.
ischaemic herat disease (3 pasien), Hal ini berhubungan dengan peningkatan
atheroschlerotic heart disease (1 pasien), beban kerja jantung yang pada akhirnya
hipertensi pulmonary (2 pasien), unstable menyebabkan angina dan infark
angina pectoris (2 pasien), tricuspid miokardium.
regurgitasi (2 pasien), serta non rheumatic

Tabel 1. Jenis penyakit penyerta pada pasien gagal jantung dengan gangguan fungsi
ginjal di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2013

No. Jenis penyakit penyerta Jumlah


1. Gangguan sistem kardiovaskuler 54
2. Diabetes melitus 27
3. Gangguan liver 12
4. Gangguan metabolik 7
5. Gangguan saluran kemih 6
6. Gangguan saluran pencernaan 5
7. Anemia 5
8. Infeksi 4
9. Gout 3
10. Gangguan ansietas 1
11. Suspected neoplasma 1
12. Gangguan kelenjar tiroid 1

3.2. Profil Penggunaan Obat ginjal di instalasi rawat inap RSUP Dr.
Identifikasi penggunaan obat Sardjito Yogyakarta periode 2009-2013
kardiovaskuler berdasarkan hasil diperoleh ada 10 golongan obat
penelusuran data rekam medik pasien kardiovaskuler yang digunakan. Beberapa
gagal jantung dengan gangguan fungsi obat yang diresepkan antara lain golongan
29 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

inotropik positif (digoksin), Angiotensin secara farmakodinamik. Penentuan pola


Converting Enzyme Inhibito/ACEI interaksi berupa farmakokinetik atau
(captopril, lisinopril, ramipril), diuretik farmakodinamik ditetapkan berdasarkan
(spironolakton, furosemid), betabloker mekanisme dan efek dari obat tersebut.
(bisoprolol, metoprolol, carvedilol), Interaksi farmakokinetik terjadi ketika
Calcium Channel Bloker/CCB (amlodipin, suatu obat mempengaruhi kecepatan
diltiazem), Nitrat (ISDN, nitrogliserin), absorpsi, distribusi, metabolisme atau
antikoagulan (heparin,warfarin, ekskresi dari obat lain, sedangkan interaksi
enoksaparin), antiplatelet (aspirin, farmakodinamik terjadi dengan cara
clopidogrel), penghambat faktor Xa mengubah efek suatu obat yang
(fondaparinux), antiaritmia (amiodaron), dikarenakan keberadaan obat lain yang
dan HMG-CoA reductase inhibitor terjadi di tempat aksi. Gambaran efek
(simvastatin, pravastatin, atorvastatin). potensi interaksi obat yang dapat terjadi
Obat diuretik golongan loop dapat dilihat pada Tabel 2.
diuretik yaitu furosemid merupakan obat Penelusuran yang dilakukan dari
yang paling banyak digunakan data rekam medik diketahui bahwa potensi
berdasarkan hasil penelusuran data yang interaksi dengan level signifikansi 1 terjadi
telah dilakukan. Diuretik ini memiliki pada sembilan kombinasi penggunaan obat
mekanisme aksi kerja dengan (furosemid dan digoksin, aspirin dan
menginduksi peningkatan aliran darah warfarin, captopril dan spironolakton,
yang dimediasi oleh prostaglandin yang digoksin dan diazepam atau amiodaron,
menghasilkan efek natriuretik. Kerja warfarin dan amiodaron atau ranitidin,
diuretik ini tetap baik meskipun dalam spironolakton dan KCl atau lisinopril).
keadaan ginjal yang lemah/tidak normal. Sebanyak 325 kasus penggunaan kombinasi
Jenis diuretik lain yang banyak digunakan obat, berpotensi terhadap terjadinya
adalah spironolakton yang merupakan interaksi farmakokinetik pada 21
golongan diuretik hemat kalium. kombinasi obat dan interaksi
farmakodinamik pada 12 kombinasi obat.
3.3. Kajian interaksi obat Sebanyak 6 kombinasi obat berpotensi
Berdasarkan data yang telah mengalami interaksi obat akan tetapi tidak
dikumpulkan diketahui bahwa jumlah diketahui mekanisme aksi interaksi yang
kejadian interaksi obat adalah sebanyak terjadi (Stockley,2008; Tatro,2001).
325 kejadian. Kejadian interaksi obat yang Hasil penelitian ini memberikan
potensial tersebut ditemukan dari total 70 informasi bahwa sebagian besar obat yang
pasien yang mengalami interaksi obat. Hal diberikan mengalami interaksi dengan level
ini dapat menjelaskan bahwa setiap pasien yang variatif. Data tersebut dapat
dapat mengalami lebih dari satu interaksi dimanfaatkan oleh apoteker sebagai
karena perbedaan jenis dan jumlah terapi informasi dalam melaksanakan peran dan
obat yang diperoleh. Penentuan tanggung jawabnya terutama saat
mekanisme obat berdasarkan atas obat melakukan monitoring penggunaan obat.
yang diberikan pada hari yang sama Keterbatasan penelitian ini adalah tidak
didasarkan pada kajian literatur (Stockley, mencermati secara detail waktu pemberian
2008; Tatro, 2001). obat sehingga penentuan interaksi obat
Mekanisme interaksi obat hanya berdasarkan atas pemberian obat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu interaksi pada hari yang sama.
secara farmakokinetik dan interaksi
30 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

Tabel 2. Pola interaksi obat yang potensial terjadi pada pasien gagal jantung dengan gangguan
fungsi ginjal di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2013

Pola
Level Jumlah
No. Obat 1 Obat 2 Interaksi Efek
Signifikansi Kasus
FK FD TD
1. Furosemid Aspirin √ 5 35 Penurunan efek furosemid
Hipotensi pada
Captopril √ 3 35
penggunaan awal
Digoksin √ 1 27 Gangguan elektrolit
Hipotensi pada
Lisinopril √ 3 4
penggunaan awal
Hipotensi pada
Ramipril √ 3 3
penggunaan awal
Peningkatan efek
Warfarin √ 4 17
antikoagulan warfarin
2. Aspirin Penurunan efek hipotensi
Bisoprolol √ 4 9
beta bloker
Penurunan efek hipotensi
Captopril √ 4 25
dan vasodilator ACEI
Peningkatan efek
Glimepirid √ 2 1
hipoglikemik
Peningkatan efek
Heparin √ 2 4 antikoagulan heparin
Insulin √ 2 6 Peningkatan efek insulin
Penurunan efek hipotensi
Lisinopril √ 4 4
dan vasodilator ACEI
Penurunan efek hipotensi
Metoprolol √ 4 2
beta bloker
Penurunan efek hipotensi
Ramipril √ 4 2
dan vasodilator ACEI
Penurunan ekskresi
Spironolakton √ 3 17
natrium
Peningkatan efek
Warfarin √ 1 6
antikoagulan warfarin
3. Captopril Peningkatan efek
Allopurinol √ 4 13
hipersensitivitas
Peningkatan serum
Digoksin √ 4 18
digoksin
Peningkatan kadar serum
Kalium klorida √ 4 6
kalium
Peningkatan kadar serum
Spironolakton √ 1 19
kalium
4. Digoksin Peningkatan serum
Alprazolam √ 4 5
digoksin
Peningkatan serum
Amiodaron √ 1 4
digoksin
Peningkatan serum
Carvedilol √ 4 3
digoksin
Peningkatan serum
Diazepam √ 4 1
digoksin
Peningkatan serum
Lisinopril √ 4 2
digoksin
31 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

Pola
Level Jumlah
No. Obat 1 Obat 2 Interaksi Efek
Signifikansi Kasus
FK FD TD
Spironolakton √ 2 14 Peningkatan digoksin
5. Warfarin Peningkatan efek
Allopurinol √ 4 6
antikoagulasi warfarin
Penurunan efek
Amiodaron √ 1 2 hipoprotrimbinemik
warfarin
Peningkatan efek
Ceftriaxon √ 2 3
antikoagulan warfarin
Peningkatan efek
Paracetamol √ 2 2
antitrombotik warfarin
Peningkatan efek
Ranitidin √ 1 4
pendarahan
Peningkatan efek
Simvastatin √ 2 7
pendarahan
Penurunan efek
Spironolakton √ 5 5 hipoprotrimbinemik
warfarin
6. Spironolakton Peningkatan kadar serum
Kalium klorida √ 1 1
kalium
Peningkatan kadar serum
Lisinopril √ 1 2
kalium
Peningkatan kadar serum
Ramipril √ 1 1
kalium
Amiodaron Peningkatan efek
7. Metoprolol √ 3 1
farmakologi metoprolol
Lisinopril Peningkatan kadar serum
8. Kalium klorida √ 4 1
kalium
9. Simvastatin Myopathy dan
Azitromisin √ 4 1
rabdomiolisis

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Sebanyak 70 pasien pasien gagal
jantung dengan gangguan fungsi ginjal Anonim, (2014) How Age and Gender Affect
menggunakan 325 kombinasi penggunaan Your Heart, available at
obat yang berpotensi terhadap terjadinya http://www.ghc.org./healthAndWellne
interaksi obat. Potensi interaksi obat yang ss/index.jhtml?item=/common/healthA
banyak terjadi adalah furosemid dengan ACE ndWellness/conditions/heartDisease/a
inhibitor yang terjadi pada 35 pasien (50%) geAndGender.html (diakses 15 Juni
dengan level signifikansi 3, furosemid 2014)
dengan aspirin pada 35 pasien (50%) Gray, H., Dawkins, K., Morgan, J., dan Simpson,
dengan level signifikansi 5, furosemid I., A. (2002). Lecture Notes Cardiology.
dengan digoxin pada 27 pasien (38,57%) Ed. IV. Jakarta: Erlangga Medical Series.
dengan level signifikansi 1, dan aspirin hal. 107
dengan captopril terjadi pada 25 pasien Dewi, P. K. (2007). Perbedaan komorbid gagal
(35,71%) dengan level signifikansi 4. jantung kongestif pada usia lanjut
dengan usia dewasa di RS. Dr. Kariadi
Periode Januari-Desember 2006. Skripsi.
Semarang: Jurusan Pendidikan Dokter
32 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

Fakultas Kedokteran Universitas Tahun 2007. Laporan Penelitian.


Diponegoro. Denpasar: Jurusan Farmasi Fakultas
Go, A. S., Mozaffarian, D., Roger, V. Matematika dan Ilmu Pengetahuan
L., Benjamin, E. J., Berry, J. D., Borden, Alam Universitas Udayana.
W. B., et al. (2013). Heart disease and Rama, M., Viswanathan, G., Acharya, L. D.,
stroke statistics 2013 update : a Attur, R. P., Reddy, P. N., dan Raghavan,
report from the American Heart S. V. (2012) Assessment od Drug-Drug
Association. Circulation. 127(1). 11-20. Interactions among Renal Failure
Mosterd A., dan Hoes A. W. (2007). Clinical Patients of Nephrology Ward in a South
epidemiologi of heart failure. Heart. Indian Tertiary Care Hospital. Indian J
93(9). 1137–1146. Pharm Sci. 74(1). 63–68.
Prasetya N. P. R., Karsana, R., dan Swastini, D. Stockley, H. I. (2008). Drug Interaction.
A. (2008). Kajian interaksi obat pada London: Blackwell Science Ltd.
pengobatan pasien gagal ginjal kronis Tatro, D. S. (2001). Drug Interaction Fact. USA:
hipertensi di RSUP Sanglah Denpasar A Walter Kluwer Health. USA.
33 | Endang S. /Jurnal Ilmiah Farmasi 12(2) Januari-Juli 2016, 25-33

Anda mungkin juga menyukai