Anda di halaman 1dari 7

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Mosaic Citra

Proses mosaic citra dilakukan untuk menggabungkan dua atau lebih citra yang
tumpang tindih sehingga menghasilkan citra yang kontinu. Mosaic udara adalah hasil
perakitan dari dua atau lebih foto yang saling overlap untuk membentuk suatu
gambaran tunggal yang bersinambung dari suatu daerah. Perakitan dilakukan dengan
memotong dan menyambungkan bagian-bagian foto yang overlap, secara hati-hati
agar citra yang sama berimpit sedekat mungkin pada batas sambungan. Mosaic udara
umumnya dirakit dari foto udara vertikal, namun kadang-kadang juga dirakit dari foto
miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan baik, akan memperlihatkan penampilan
seperti suatu foto tunggal yang sangat besar. Overlap merupakan besar nilai
pertampalanan antara foto/ citra yang satu dengan yang lain. Besar nilai overlap dapat
diketahui dengan membagi daerah pertampalan dengan panjang keseluruhan foto/
citra dikali 100%. Sidelap merupakan besar nilai pertampalan pada dua atau lebih
foto/ citra yang berbeda jalur tebangnya. Besar nilai sidelap dapat diketahui dengan
membagi daerah sampingan pertampalan dengan panjang sampingan foto/ citra dikali
100%.

Kelebihan mosaic dibanding peta garis :

1. Memperhatikan letak planimetrik relatif dari objek-objek yang tak terhingga


banyaknya
2. Objek-objek mudah dikenali dari citra fotografiknya
3. Dapat dibuat dengan cepat dan mudah
4. Mudah dimengerti dan ditafsirkan oleh orang tanpa latar belakang
fotogrametri atau kerekayasaan.

Kelemahan mosaic dibanding peta garis :

1. Tidak menyajikan posisi planimetrik secara benar


2. Terdapat pergeseran sitra dan variasi skala
3. Penyusutan dan pengembangan film, dan distorsi lensa kamera kecil
Mosaic dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Mosaic tak terkontrol, disusun dari foto yang tidak direktifikasi dan tidak
digunakan titik kontrol
2. Mosaic terkontrol, jenis mosaic yang paling teliti oleh karena disusun dari
foto-foto yang direktifikasi atau ortofoto
3. Mosaic semi terkontrol, adalah antara kedua jenis diatas, dapat disusun dari
foto yang sudah direktifikasi namun tanpa kontrol atau sebaliknya

Gambar 1. Citra Asli (a, b, c) dan Hasil Pembentukan Citra Mosaic Panoramik (d)

Dalam proses membentuk citra mosaic panoramik dibutuhkan beberapa tahap sebagai
berikut :
1. Registrasi Citra Registrasi citra merupakan proses awal dalam Citra mosaic
dimana pada tahap ini dilakukan inisialisasi titik-titik yang berhubungan
(correspondece) antara gambar yang satu dengan gambar yang lainnya. Inisialisasi
titik-titik tersebut berguna untuk tahap selanjutnya, yaitu tahap Image Warping.
Inisialisasi titik-titik tersebut dapat dilakukan secara manual maupun secara
otomatis.
2. Pelipatan Citra Pelipatan Citra adalah proses menata ulang setiap piksel pada
suatu gambar, yang disebut juga dengan transformasi geometri. Ada beberapa
metode transformasi geometri, antara lain translasi, perubahan skala, rotasi,
penggeseran citra, dan persfektif Citra. Perbedaan antara masing-masing metode
transformasi geometri dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 2. Tahap Pembentukan Mosaic Panaromik

3. Transformasi Persfektif Transformasi Persfektif ini digunakan untuk


mendapatkan parameter yang digunakan pada Image Warping guna melakukan
transformasi. Parameter yang akan didapat berupa matriks M yang nantinya
digunakan untuk untuk melakukan transformasi gambar kedua ke gambar
pertama
4. Komposisi Citra Komposisi Citra adalah proses penggabungan dua gambar,
sehingga menghasilkan gambar hasil pembentukan citra mosaic.
2.2 Pixel Based Mosaicking
Mosaicking adalah seni menggabungkan banyak gambar menjadi satu gambar
komposit. Ini dapat digunakan untuk menggabungkan gambar berbasis pixel, untuk
meletakkan gambar untuk publikasi atau komposisi peta, atau sebagai sarana untuk
menggabungkan gambar yang direferensi geografis ke dalam gambar yang mencakup
area geografis yang lebih besar. ENVI menyediakan kemampuan interaktif untuk
menempatkan gambar berbasis piksel di dalam mosaic, dan penempatan otomatis dari
gambar yang di-georeferensi dalam mosaic keluaran yang bergeoreferensi. Perangkat
lunak ini menyediakan alat untuk persyaratan mosaic umum seperti blending edge
(feathering), transparansi batas gambar, dan pencocokan histogram. Kemampuan
Virtual Mosaic ENVI memungkinkan pengguna untuk secara opsional membuat dan
menampilkan mosaic tanpa membuat file keluaran besar.
2.3 Seamless Mosaicking
Seamless Mosaicking adalah kombinasi atau penggabungan dua atau lebih gambar yaitu
data raster tunggal dari beberapa raster dataset dengan memadukannya bersama. Sehingga
dapat membuat kumpulan data mosaic dan membuat mosaic virtual dari kumpulan
kumpulan data raster. Salah satu keunggulan teknologi penginderaan jauh (PJ) adalah
kemampuannya untuk menunjukkan areal yang sangat luas dan sering kali dengan
aksesibilitas sangat rendah. Untuk dapat mengoptimalkan kemampuan ini, kita perlu
menyatukan (mosaic) beberapa scene data citra, baik dari satelit yang sama maupun
dari satelit yang berbeda (dengan resolusi spasial yang berbeda). Pada dasarnya untuk
melakukan mosaicing citra ini, kita perlu menyamakan proyeksi dan resolusi kedua
citra yang akan kita mosaic-kan. Semua software pengolah data PJ dapat digunakan
untuk mem-mosaic-kan beberapa citra.

2.1 Koreksi Geometrik


Koreksi geometrik merupakan proses memposisikan citra sehingga cocok dengan koordinat
peta dunia yang sesungguhnya. Posisi geografis citra pada saat pengambilan data dapat
menimbulkan distorsi karena perubahan posisi dan juga ketinggian sensor. Dalam akuisisi
citra satelit, distorsi ini akan bertambah seiring dengan perbedaan waktu pembuatan peta dan
akuisisi citra serta kualitas dari peta dasar yang kurang baik. Akibat dari kesalahan geometrik
ini, maka posisi piksel dari citra satelit tersebut tidak sesuai dengan posisi yang sebenarnya.
Untuk memperbaiki kesalahan geometrik yang terjadi, Mather (2004). Koreksi geometrik
pada citra digital harus dilakukan karena kemungkinan satelit melakukan kesalahan
perekaman cukup tinggi (distorsi geometrik). Untuk mengurangi distorsi geometrik ini maka
diperlukan adanya pemosisian ulang sesuai dengan sistem koordinat yang ada, kegiatan ini
biasa disebut ortorektifikasi. Ortorektifikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Salah satu metode ortorektifikasi adalah Rational Functions (RF). Pada metode RF ini
ortorektifikasi menggunakan data Ground Control Point (GCP) dan Digital Elevation Model
(DEM). Ketelitian hasil koreksi ini ditentukan oleh banyaknya GCP yang dilibatkan dan
ketersebaran GCP yang merata ketika proses koreksi geometrik (Rudianto 2011). Geometrik
citra penginderaan jauh mengalami pergeseran, karena orbit satelit sangat tinggi dan medan
pandangnya kecil, maka terjadi distorsi geometrik. Kesalahan geometrik citra dapat tejadi
karena posisi dan orbit maupun sikap sensor pada saat satelit mengindera bumi,
kelengkungan dan putaran bumi yang diindera. Akibat dari kesalahan geometrik ini maka
posisi pixel dari data inderaja satelit tersebut tidak sesuai dengan posisi (lintang dan bujur)
yang sebenarnya. Berdasarkan sumbernya kesalahan geometrik pada citra penginderaan jauh
dapat dikelompokkan menjadi dua tipe kesalahan, yaitu kesalahan internal (internal
distorsion), dan kesalahan eksternal (external distorsion). Kesalahan geometrik menurut
sifatnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan
random. Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang dapat diperkirakan sebelumnya,
dan besar kesalahannya pada umumnya konstan, oleh karena itu dapat dibuat perangkat
lunak koreksi geometrik secara sitematik.Kesalahan geometri yang bersifat random (acak)
tidak dapat diperkirakan terjadinya, maka koreksinya harus ada data referensi tambahan
yang diketahui. Koreksi geometrik yang biasa dilakukan adalah koreksi geometrik
sistemik dan koreksi geometrik presisi. Kesalahan geometrik internal disebabkan oleh
konfigurasi sensornya, akibat pembelokan arah penyinaran menyebabkan distorsi
panoramik (look angle), yang terjadi saat cermin scan melakukan penyiaman (scanning).
Besarnya sudut pengamatan (field of view) satelit pada proses penyiaman akan
mengakibatkan perubahan luas cakupan objek. Distorsi panoramik sangat besar
pengaruhnya pada sensor satelit resolusi rendah seperti NOAA-AVHRR dan MODIS,
namun citra resolusi tinggi seperti Landsat, SPOT, IKONOS, Quickbird, dan ALOS
bebas dari distorsi panoramik, karena orbitnya yang tinggi dengan medan pandang kecil
hampir tidak terjadi pergeseran letak oleh relief pada data satelit tersebut. Distorsi yang
disebabkan perubahan atau pembelokan arah penyiaman bersifat sistematik, dapat
dikoreksi secara sistematik.

Kesalahan geometrik menyebabkan perubahan bentuk citra. Koreksi geometrik


dilakukan sesuai dengan jenis atau penyebab kesalahannya, yaitu kesalahan sistematik
dan kesalahan random, dengan sifat distorsi geometrik pada citra. Koreksi geometrik
mempunyai tiga tujuan, yaitu :
1. Melakukan rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar
koordinat citra sesuai dengan koordinat geografis.
2. Meregistrasi (mencocokan) posisi citra dengan citra lain yang sudah
terkoreksi (image to image rectification) atau mentransformasikan sistem
koordinat citra multispektral dan multitemporal.
3. Meregistrasi citra ke peta atau transformasi sistem koordinat citra ke
koordinat peta (image to map rectification), sehingga menghasilkan citra
dengan sistem proyeksi tertentu.
Koreksi geometrik yang biasa dilakukan adalah koreksi geometric sistematik dan
koreksi geometrik presisi. Masing-masing sebagai berikut
a) Koreksi Geometrik Sistematik
Melakukan koreksi geomertri dengan menggunakan informasi
karakteristik sensor yaitu orientasi internal (internal orientation) berisi
informasi panjang fokus sistem optiknya dan koordinat titik utama (primary
point) dalam bidang citra (image space) sedangkan distorsi lensa dan
difraksi atmosfer dianggap kecil pada sensor inderaja satelit, serta orientasi
eksternal (external orientation) berisi koordinat titik utama pada bidang
bumi (ground space) serta tiga sudut relatif antara bidang citra dan bidang
bumi.
b) Koreksi Geometrik Presisi

Pada dasarnya adalah meningkatkan ketelitian geometrik dengan


menggunakan titik kendali / kontrol tanah (Ground Kontrol Point biasa
disingkat GCP). GCP dimaksud adalah titik yang diketahui koordinatnya
secara tepat dan dapat terlihat pada citra inderaja satelit seperti perempatan
jalan dan lain-lain.
2.1.1 Image To Image
Menggunakan polynomial (titik kontrol) atau geocoding linier untuk merektifikasi
satu citra ke citra yang lainnya menggunakan GCP.
2.1.2 Image To Map
Menggunakan polynomial (titik kontrol) atau geocoding linier untuk merektifikasi
sebuah citra ke dalam sebuah datum dan proyeksi peta menggunakan GCP (titik
kontrol) dari peta RBI atau titik kontrol geodesi nasional.
2.2 Root Mean Square (RMS)
Root Mean Square (RMS) Error adalah perbedaan antara hasil koordinat Ground
Control Point (GCP) yang diinginkan dan hasil koordinat sebenarnya (koordinat tanah),
dititik yang sama. Keakuratan proses akurasi dievaluasi dengan menghitung Root Mean
Square (RMS) Error disetiap titik. Nilai RMS error tidak boleh lebih dari setengah
resolusi spasial citra yang digunakan. Misalnya, citra yang digunakan adalah Citra Spot 7
beresolusi 1.5 m, maka nilai RMS error-nya tidak boleh lebih dari 0.75.
2.3 GCP dan ICP
Ground Control Point (GCP) atau titik kontrol adalah titik lokasi yang diketahui atau
diidentifikasi dalam ruang nyata (di tanah), GCP digunakan untuk verifikasi posisi fitur
peta. GCP berfungsi sebagai titik sekutu antara sistem koordinat peta dan sistem koordinat
citra. Proses koreksi citra membutuhkan GCP sehingga perlu dilakukan pengukuran titik
tersebut di lapangan. Pengukuran GCP dilakukan menggunakan teknologi GPS metode
RTK-NTRIP dan statik sesuai dengan kondisi aktual di lapangan. Kedua metode
pengukuran GPS tersebut akan menghasilkan ketelitian yang berbeda.
Independent Check Point (ICP) atau titik cek adalah sebagai kontrol kualitas dari obyek
dengan cara membandingkan koordinat model dengan koordinat sebenarnya.

2.4 Koreksi Radiometrik

Koreksi radiometrik adalah koreksi yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas visual
citra dan memperbaiki nilai – nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan spectral
obyek yang sebenarnya. Perbaikan kualitas visual citra berupa pengisian kembali garis
yang kosong karena drop out baris maupun masalah kesalahan awal pemindaian
(scanning start).

Anda mungkin juga menyukai