Anda di halaman 1dari 12

Mozaik foto udara merupakan gabungan

dari dua atau lebih foto udara yang saling


bertampalan sehingga terbentuk paduan
gambar yang berkesinambungan dan
menampilkan daerah yang lebih luas (Wolf,
1983).Penggabungan dilakukan dengan
memotong dan menyambungkan bagian-
bagian foto yang overlap atau sidelap. Mozaik
udara umumnya dirakit dari foto udara vertical,
namun kadang-kadang juga dirakit dari foto
miring atau foto terestris. Jika dibuat dengan
baik, akan memperlihatkan penampilan
seperti suatu foto tunggal yang sangat besar.

Overlap merupakan besar nilai


pertampalanan antara foto/ citra yang satu dengan
yang lain. Besar nilai overlap dapat diketahui
dengan membagi daerah pertampalan dengan
panjang keseluruhan foto/ citra dikali 100%.
Sidelap merupakan besar nilai pertampalan
pada dua atau lebih foto/ citra yang berbeda
jalur tebangnya. Besar nilai sidelap dapat
diketahui dengan membagi daerah
sampingan pertampalan dengan panjang
sampingan foto/ citra dikali 100%.

Ditinjau dari teknik pembuatannya, Wolf


(1983) menyebutkan ada tiga jenis mosaik,
yaitu mosaik terkontrol, tidak terkontrol, dan
semi terkontrol. Mosaik terkontrol adalah
mosaik yang dibuat dari foto yang telah
direktifikasi sehingga semua foto telah
mempunyai skala yang sama. Mosaik tidak
terkontrol adalah mosaik yang dibuat dari foto
tegak yang belum direktifikasi serta belum
diseragamkan skalanya. Mosaik semi
terkontrol adalah mosaik yang disusun dengan
menggunakan foto udara yang mempunyai
beberapa titik kontrol, tetapi foto tersebut tidak
terektifikasi dan mempunyai skala yang tidak
seragam.

Dari 3 jenis mosaik tersebut, mosaik


terkontrol dan semi terkontrol memiliki
kesamaan, yaitu memerlukan ketersediaan titik
kontrol. Keharusan untuk tersedianya titik
kontrol tersebut mempunyai konsekuensi
waktu pemrosesan yang lama, yaitu saat
identifikasi titik kontrol pada setiap foto,
dan biaya yang relatif mahal untuk
penyediaan/pengadaan titik kontrol setiap
foto. Pembuatan mosaik tidak terkontrol secara
konvensional, meskipun tidak memerlukan
titik kontrol, tetap membutuhkan operator
untuk mengidentifikasi titik/obyek yang sama
antar foto (tie points, TP) yang saling
bertampalan. Cara ini sangat tergantung
kecermatan operator dan membutuhkan waktu
yang lama untuk TP, lebih-lebih jika terdiri
dari ratusan foto.
Tampalan Ke Depan

Tapalan ke depan (overlap) ialah tampalan


anatara foto yang berurutan sepanjang jalur
terbang.

Tampalan Ke Samping

Tampalan ke samping (sidelap) ialah


anatara jalur terbang yang berhempitan secara
beurutan.
Cara Kerja

1. Menggabungkan dan menyusun


beberapa Foto Udara menjadi satu mozaik
2. Menghitung daerah Overlap dan
Sidelap yang terdapat pada Foto Udara
yang sudah disusun menjadi satu mozaik
3. Menggabungkan dan menyusun
beberapa Citra Foto Digital dengan
menggunakan Software Adobe
Photoshop/ Panorama
4. Mengkaji masalah yang muncul pada
proses mozaik secara Digital
5. Mengidentifikasi dan memahami
prinsip Foto Udara secara 3D dengan
menggunakan Stereoskop

Penggabungan
penggabungan 5 citra foto udara berwarna
yang disusun sesuai dengan nomer foto yaitu
224, 225, 226, 227 dan 228, sehingga didapat
hasil daerah pertampalannya overlap mozaik
foto udara tersebut yaitu sebagai berikut :

Mozaik secara manual pada foto udara


berwarna nomer 224, 225, 226, 227 dan
228 ditemukan satu pertampalan overlap
mozaik foto udara dengan selisih lebar
pertampalan yang relatif sama, tetapi terjadi
kesalahan paralaks atau ketidak lurusan
susunan mozaik foto udara tersebut, sehingga
menghasilkan susunan foto antara satu dengan
yang lainnya terdapat selisih 0,5 – 0,8 cm,
walaupun susunan foto berdasarkan nomor
jalur penerbangan yang berurutan yaitu jalur
224, 225, 226, 227 dan 228. Kesalahan paralaks
pada foto udara biasanya disebabkan oleh
angin yang menabrak pesawat, sehingga
pesawat menjadi oleng tidak stabil dan berubah
posisi, atau bisa juga karena adanya getaran pada
pesawat, sehingga adanya perbedaan dan
pergeseran fokus foto, walaupun hanya sedikit,
dan mengakibatkan tidak lurusnya foto udara
tersebut ketika disusun pertampalan mozaik.

Nilai overlap pada foto udara 228-227


adalah 73,91%, foto udara 227-226 adalah
73,04%, foto udara 226-225 adalah 70,86% dan
yang terakhir foto udara 225-224 adalah 69,56
%. Pada foto udara tersebut tidak ditemukannya
pertampalan sidelap. Mozaik secara digital
merupakan proses penggabungan dua foto
atau lebih yang mempunyai pertampalan
sehingga terbentuk paduan gambar atau
foto yang berkesinambungan dan
menampilkan daerah yang luas dengan
menggunakan software
seperti Adobe Photoshop maupun Panorama.
Akan tetapi dari proses mozaik secara digital
ditemukan masalah-masalah seperti tidak
menyatunya pixel dan perbedaan objek yang
tidak tepat dan tentunya berpengaruh terhadap
posisi mozaik dan proses penggabungannya.
Seperti yang terjadi pada hasil mozaik 4
foto diatas, dapat ditemukan bahwa pada foto
tersebut terdapat objek berupa awan, tetapi
kemudian pada foto berikutnya awan tersebut
berubah atau berpindah karena kemungkian
tertiup oleh angin, sehingga dalam proses
penggabungannya sedikit tidak sesuai dan
tidak tepat. Kemudian terdapat satu foto yang
tidak cocok untuk digabungkan dengan foto
yang lainnya.

Pandangan tiga dimensi dari hasil


pengamatan kedua mata dengan menggunakan
alat stereoskop. Walaupun dalam pengamatan
foto udara tersebut mengalami kesulitan untuk
mendapatkan efek tiga dimensi yang terdapat
pada pertampalan foto udara tersebut. Hal
tersebut tentunya dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor yang utama adalah fokusnya
pandangan kita pada foto tersebut yang akan
diidentifikasi daerah pertampalannya dan
menampilkan bentuk tiga dimensi.

Dari penggabungan dapat disimpulkan


bahwa mozaik foto udara merupakan
gabungan dari dua atau lebih foto udara yang
saling bertampalan sehingga terbentuk paduan
gambar yang berkesinambungan dan
menampilkan daerah yang lebih luas. Foto
yang bertampalan tersebut bisa saja overlap
ataupun sidelap. Mozaik secara digital
merupakan proses penggabungan dua foto
atau lebih yang mempunyai pertampalan
sehingga terbentuk paduan gambar atau
foto yang berkesinambungan dan
menampilkan daerah yang luas dengan
menggunakan software seperti Adobe
Photoshop maupun Panorama.

Pada penggabungan 5 citra foto udara


berwarna yang disusun sesuai dengan nomer
foto yaitu 224, 225, 226, 227 dan 228, hanya
didapat pertampalan overlap mozaik foto
udara saja. Pada penggabungan foto udara
tersebut tidak ditemukannya pertampalan
sidelap.

Dalam penggabungan 5 foto udara tersebut


daerah pertampalan overlap mozaik citra foto
udara tersebut tidak lurus antara satu dengan
yang lainnya atau disebut dengan paralaks,
sehingga menghasilkan susunan foto antara
satu dengan yang lainnya terdapat selisih 0,5 –
0,8 cm. Namun ditemukan selisih overlap
pada mozaik foto udara tersebut dengan lebar
pertampalan yang relatif sama, selisihnya tidak
jauh berbeda. Nilai overlap pada foto udara
228-227 adalah 73,91%, foto udara 227-226
adalah
73,04%, foto udara 226-225 adalah 70,86% dan
yang terakhir foto udara 225-224 adalah 69,56
%.
Uncontrolled Mozaic (Mozaik Tanpa
Kontrol)

Mozaik-mozaik yang tidak terkontrol


dibuat dari kombinasi foto uadara tanpa
perubahan skala dan hanya memakai gambar
dari fotografi untuk penyesuaian. Pergeseran
relief akan menimbulkan perubahan bentuk
deformasi pada mosaik dan bahkan
menimbulkan ketidaksinambungan pada
beberapa tempat. Walaupun pergeseran relief
dapat dikurangi dengan memakai kamera-
kamera yang berjarak fokus panjang, kita
ketahui bahwa hampir untuk semua survei
sumber-sumber alam, kamera-kamera dengan
sudut-sudut besar mempunyai keuntungan-
keuntungan. Tinggi terbang yang yang lebih
rendah dan rasio tinggi basis yang lebih
baik, yang memungkinkan pembedaan yang
lebih tepat dari perbedaan-perbedaan
ketinggian, semuanya merupakan keuntungan-
keuntungan yang mengimbangi kesulitan-
kesulitan yang diakibatkan oleh ketidak
serasian mozaik-mozaik.

Semiconrolled Mosaic (Mozaik Dengan


Sebagian Kontrol)
Mozaik semi kontrol dilakukan
rektifikasi foto yang digabungkan tanpa titik
control dimana titik kontrol digunakan untuk
membatasi foto yang direktifikasi. Ini berarti
bahwa dalam satu dan hal lain posisi relatif
dari titk utama dari tiap-tiap foto udara terhadap
foto-foto di sisinya harus diketahui. dengan
memakai posisi-posisi ini perpindahan relief
akan menghasilkanketidak cocokan akan
tetapi hal ini lebih baik daripada memakai
kecocokansebagai petunjuk untuk
merangkaikan mosaik tersebut.

Controlled Mosaic (Mozaik Dengan


Kontrol)
Mozaik-mozaik yang terkontrol
sepenuhnya. diperoleh jika mendapat
kemungkinan untuk membuat bagan slotted
templet normal dengan foto- foto udara dari
permukaan yang datar bagan mana
disesuaikan antara titik-titik dan kontrol
permukaan. 0engan menggantikan lembaran
tersebut dengan emulsifoto pada bahan yang
tidak menyusut! akan diperoleh sebuah gambar
positif yang merupakan proyeksi vertikal yang
murni dari permukaan dengan skala mozaik.
Dengan cara ini pengaruh perbedaan skala
antara gambar-gambar negatif dan pengaruh
ujung (tip) dan kemirinagan dari sumbu optik
dari kamera fotografik dapat dihilangkan
dnagn positif-positif yang diluruskan
initerbentuklah mosaik tadi. pada lembaran
dasar koordinat-koordinat yang sama dipetakan
yang mana digunkan untuk prosedur
pelurusan.
Hasilnya ialah bahwa masing-masing foto
udara terbentuk tepat dalam posisinya. pada
foto mozaik yang demikian suatu sistem
koordinat grid benar- benar memenuhi syarat.
Dalam hal ini kita memperoleh peta foto
(photo map). Grid pada peta foto ini dengan
sendirinya merupakan grid yang sama
digunakanuntuk memetakan titik-titik kontrol.
dengan sistem yang demikian sekalipun tidak
ada mozaik terkontrol yang baik dengan
keserasian yang baik pula antara gambar-
gambarnya yang dapat dibuat dari foto-foto
udara dari permukaan yang bergunung-gunung
atau berbukit-bukit.
DAFTAR PUSTAKA

Gularso, H. 2013. Tinjauan Pemotretan


Udara Format Kecil Menggunakan Pesawat
Model Skywalker 1680. Jurnal Geodesi
Undip, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013,
(ISSN : 2337-845X)
Harintaka., Kurniawan, K., & Subaryono.
2008. Evaluasi Pembuatan Mozaik Foto
Udara Format Kecil Tidak Terkontrol
Menggunakan Prangkat Lunak Desain
Grafis Komersial. Jurnal Media Teknik,
Volume, Nomor 3, Tahun XXX agustus
2008, (ISSN 0216-3012)

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh,Jilid I.


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Wolf, P., R. 1993, Elemen Fotogrametri


dengan Interpretasi Foto Udara dan
Penginderaan Jauh, Penerjemah: Gunadi,
Gunawan, T., Zuharnen, Edisi kedua, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai