Anda di halaman 1dari 7

Teori Dislokasi Elastik Pada Bidang Gempa.

Diajukan guna untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah


Pengetahuan Kebencanaan

Disusun Oleh:

SHOFYAN WIJAYA
4122.3.16.13.0016

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2019
Pemahaman Umum

Gempabumi adalah getaran yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu


aktifitas kerak bumi, aktivitas gunungapi, runtuhan batuan dan beberapa
penyebab lain. Dari beberapa penyebab gempabumi, aktifitas kerak bumi yang
bisa berupa tumbukan antar lempeng bumi atau aktivitas sesar, memberikan
dampak guncangan yang relatif lebih besar dibandingkan penyebab yang lain.
Gempabumi dapat menyebabkan kerusakan bangunan, infrastruktur yang dapat
mengakibatkan kerusakan harta benda bahkan dapat menimbulan korban jiwa.
Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu
lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia
bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau
Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara
ke perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi
tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng
itu terjadi di sekitar Sulawesi. Hal tersebut menyebabkan Indonesia termasuk
daerah yang rawan terjadi gempabumi terutama di daerah dekat pertemuan
lempeng-lempeng tersebut.
Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, terletak
pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi terjadi
akibat dari adanya proses pergeseran secara tiba-tiba pada kerak bumi.
Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya sebagai
penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia. Selain
disebabkan oleh pergeseran tiba-tiba, getaran pada bumi juga bisa disebabkan
oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil yang sulit
dirasakan manusia. Getaran tersebut dapat disebabkan oleh lalu-lintas, mobil,
kereta api, tiupan angin pada pohon atau bangunan tinggi. Getaran seperti ini
dikelompokkan sebagai mikroseismisitas.
Gempa bumi biasanya akan menyebabkan kerak bumi di sekitarnya
terdeformasi, baik dalam arah horizontal maupun vertikal. Dalam suatu siklus
terjadinya gempa bumi, proses deformasi dapat dibagi kedalam beberapa
tahapan, yaitu: interseismik, praseismik, koseismik, dan pascaseismik (Mori,
2004; Natawidjaja dkk, 2004). Tahapan interseismik merupakan tahapan awal
suatu siklus gempa bumi. Pada tahapan ini energi dari dalam bumi
menggerakkan lempeng, dan energi mulai terakumulasi di bagian-bagian
lempeng tempat biasanya terjadinya gempa bumi (batas antarlempeng dan
sesar). Sesaat sebelum terjadinya gempa bumi dinamakan tahapan praseismik,
dan ketika terjadinya gempa utama dinamakan tahapan koseismik. Deformasi
koseismik adalah deformasi kerak bumi yang diakibatkan oleh gempa utama dan
gempa-gempa susulannya yang besar. Deformasi ini umumnya berupa deformasi
horizontal maupun deformasi vertikal dan cakupan spasialnya proporsional
dengan magnitudo gempanya. Tahapan pascaseismik didefinisikan sebagai
tahapan ketika sisa-sisa energi gempa terlepaskan secara perlahan dan dalam
kurun waktu yang lama sampai kondisi kembali ke tahap kesetimbangan yang
baru.
Deformasi yang cepat hasil sebuah gempa dari sebuah bidang deformasi
yang kompleks yang meluas sampai ke daerah yang luas dan waktu yang lama.
Oleh karena itu, informasi tambahan tentang gempa bumi dan proses yang
menyebabkan mereka dapat diperoleh dengan mengukur deformasi tanah yang
lambat, menggunakan teknik dari geodesi. Kebanyakan mengandalkan tehnik
seperti mendeteksi gerakan monumen geodetik. Data koordinat monumen
sebelum dan sesudah gempabumi memberikan pergerakan koseismik monumen
geodetik.
Teknologi geodesi yang pertama kali digunakan untuk pengukuran
koordinat monumen geodetik adalah dengan triangulasi dan trilaterasi untuk
pengukuran komponen horizontal serta dengan pengukuran sipat datar teliti
untuk komponen vertikal. Saat ini, teknologi Global Positioning System
merupakan teknologi yang banyak digunakan untuk pemantauan deformasi
akibat aktivitas tektonik dengan ketelitian hingga sub-centimeter. Teknologi lain
yang sering digunakan adalah dengan InSAR (Stein & Wyssesion, 2003)
Teori elastisitas atau sering disebut sebagai teori kekenyalan elastis
adalah teori yang menjelaskan tentang proses energi yang menyebar pada saat
terjadinya gempa bumi. Harry Fielding Reid seorang ahli geofisika asal Amerika
telah melakukan observasi tentang peristiwa gempa yang terjadi di beberapa
tempat. Ia menyatakan bahwa terjadinya guncangan gempa diakibatkan karena
kekenyalan elastis dari energi yang sebelumnya terkumpul dari batuan sehingga
akan terdeformasi secara elastis. Adapun akumulasi tegangan yang terjadi akan
mengakibatkan terjadinya pelepasan energi dari bebatuan.
Teknik Pemantauan Land Subsidence

Pada prinsipnya, penurunan tanah dari suatu wilayah dapat dipantau


dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis
(e.g. pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer
dan piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan
metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar
(leveling), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan
InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).

Teknik Pemantauan Land Subsidence Dengan Gps

GPS memberikan nilai vektor pergerakan tanah dalam tiga dimensi (dua
komponen horisontal dan satu komponen vertikal). Jadi disamping memberikan
informasi tentang besarnya penurunan muka tanah, GPS juga sekaligus
memberikan informasi tentang pergerakan tanah dalam arah horisontal.

GPS memberikan nilai vektor pergerakan dan penurunan tanah dalam


suatu sistem koordinat referensi yang tunggal. Dengan itu maka GPS dapat
digunakan untuk memantau pergerakan suatu wilayah secara regional secara
efektif dan efisien.

GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi


sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial maupun
temporal. Dengan tingkat presisi yang tinggi dan konsisten ini maka diharapkan
besarnya pergerakan dan penurunan tanah yang kecil sekalipun akan dapat
terdeteksi dengan baik.

GPS dapat dimanfaatkan secara kontinyu tanpa tergantung waktu (siang


maupun malam), dalam segala kondisi cuaca. Dengan karakteristik semacam ini
maka pelaksanaan survei GPS untuk pemantauan pergerakan dan penurunan
muka tanah dapat dilaksanakan secara efektif dan fleksibel.

Gambar 1. Prinsip pegamatan penurunan muka tanah metode survei GNSS


(Abidin, 2007)
PENUTUP

Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan


bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng
bumi).Macam-macam gempa bumi berdasarkan proses terjadinya dapat dibagi
meliputi gempa bumi vulkanik,gempa bumi tektonik,gempa bumi
tumbukan,gempa bumi runtuhan,dan gempa bumi buatan.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang
dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin
lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana
tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat
itu lah gempa bumi akan terjadi.Akan tetapi,sebagian juga disebabkan oleh
aktivitas magma pada gunung.
Gelombang gempa merupakan gangguan elastis (elastic disturbances),
dan ketika batas elastisitas dilampaui batuan yang dilaluinya akan kembali
kebentuk asal setelah gelombang lewat. Oleh karena itu gelombang gempa
diukur dan direkam, harus pada saat batuan bergetar. Sebab itu seismograf di
stasiun gempa seluruh dunia berfungsi terus menerus setiap waktu (kontinu).
Ada beberapa jenis gelombang gempa yang dikelompokkan menjadi dua,
yakni gelombang badan dan gelombang permukaan.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang disebut skala
Richter.Selain itu,gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran
skala Mercalli.
Teori tektonik lempeng terbagi 3 yaitu pusat pemekaran, sesar transform
dan konvergen. Setiap batas lempeng dicirikan oleh gempa bumi yang jelas
sebagai gerak sesar dan kedalaman foci.

Anda mungkin juga menyukai