Anda di halaman 1dari 3

ACARA VII

I. JUDUL : Photo Stitching (SIFT dan RANSAC) hingga Blending

II. TUJUAN
1. Mengenal proses photo stitching (mosaik foto manual dan digital)
2. Memahami bagaimana membuat mosaik

III. ALAT DAN BAHAN


1. Video pemotretan udara
2. Software Autopano
3. Software virtualdub

IV. DASAR TEORI

Scale-Incvariant Feature Transform (SIFT) adalah sebuah algoritma komputer


vision yang digunakan untuk mendeteksi dan mendeskripsikan titik-titik fitur
lokal pada citra. Algoritma ini dikembangkan oleh David Lowe pada tahun 1999.
Secara garis besar, algoritma ini menyediakan sebuah metode untuk
mendeeteksi titik-titik fitur pada sebuah citra 2-D yang dianggap memiliki
karakter invariant (kuat dan tdak terpengaruh) terhadap transformasi geometris,
noise dan perubahan kadar pencahayaan. Titik-titik ini yang memiliki karakter
khusus ini sangat bermanfaat untu mendeteksi sebuah objek yang terekam
dalam berbagai posisi. SIFT mampu mendeteksi titik-titik fitur pada sebuah objek,
kemudian menyimpan data fitur tersebut dan menggunakannya untuk
mendeteksi objek yang sama dengan posisi pengambilan gambar yang berbeda.

Algoritma RANSAC (Random Sample and Consensus) pertama kali


diperkenalkan oleh Fischler dan Bolles sebagai metode untuk estimasi parameter
tertentu yang terkontaminasi oleh outlier (titik deviasi rata-rata) dalam jumlah
besar.

Proses penggabungan gambar dapat dibagi menjadi tig komponen utama,


yaitu registrasi citra, kalibrasi dan blending.

1. Registrasi
Registrasi citra melibatkan fitur pencocokan dalam satu set gambar atau
menggunakan metode alignment langsung untuk mencari keberpihakan
gambar yang meminimalkan jumlah perbedaan absolut antara tumpang
tindih piksel.

2. Kalibrasi
Kalibrasi citra bertujuan untuk meminimalkan perbedaan antara model
lensa ideal dan kombinasi kamera-lensa yang digunakan, cacat optik
seperti distorsi, perbedaan eksposur antara gambar, vigneting, respon
kamera dan penyimpangan berwarna
3. Blending
Pencampuran/penggabungan/blending melibatkan pelaksanaan
penyesuaian dalam tahan kalibrasi, dikombinasikan dengan pemetaan
dambar untuk proyeksi output.

V. DIAGRAM ALIR

VI. HASIL PRAKTIKUM

1. Hasil mosaik foto udara (terlampir)


2. Peta hasil mosailk foto udara (terlampir)

VII. PEMBAHASAN

Hasil praktikum acara ini adalah hasil dari mosaik foto udara. Kegiatan
praktikum ini merupakan langkah dalam mengolah video pemotretan udara yang
dilakukan. Foto udara ini nantinya akan berfungsi dalam interpretasi dan
fotogrametri. Mosaik foto merupakan hasil dari foto-foto udara yang
bertampalan ketika dipotret melalui udara. Terdapat salah satu langkah yang
dilakukan yaitu pemilihan foto udara yang tegak. Hal ini dilakukan agar dapat
dihasilkan foto udara yang berproyeksi orthogonal. Pada saat pemotretan udara
kerap kali wahana yang digunakan terombang-ambing di udara akibat adnya
angin. Kejadian tersebut dapat merusak foto yang dihasilkan. Oleh karena itu
pemilihan foto udara yang akan dimosaik sangat berguna pada proses ini. Agar
menghasilkan mosaik foto udara yang orthogonal, maka foto udara yang dipilih
juga harus yang tegak lurus.

Hasil akhir mosaik foto pada hasil praktikum ini nyatanya tidak 100% tegak
(orthogonal) terdapat pinggir-pinggir mosaik foto udara yang sedikit miring. Hal
ini disebabkan oleh pada pemilihan foto udara yang akan dimosaik. Terdapat
beberapa foto udara yang pinggirnya agak miring. Penghidaran terhadap
pemilihan foto udara tersebut tidak dapat dilakukan lagi karena tidak terdapat
foto udara yang memungkinkan untuk digunakan.

VIII. KESIMPULAN
1. Pemilihan foto udara yang akan dimosaik harus memperhatikan kejernihan
foto udara dan harus tegak lurus

IX. DAFTAR PUSTAKA


Widartono, Barandi Sapta. 2013. Petunjuk Praktikum Penginderaan Jauh Sistem
Fotografi. UGM: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai