PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fotogrametri digital adalah suatu seni, ilmu, dan teknik untuk memperoleh data data
tentang objek fisik dan keadaan di permukaan bumi melalui proses perekaman, pengukuran,
dan penafsiran citra fotografik dengan menggunakan alat digitasi/digital.
Dalam bidang fotogrametri, lensa merupakan alat vital dari kamera yang berfungsi
memfokuskan cahaya. Definisi secara umum dari lensa itu ialah alat untuk melengkapi untuk
mengambil sebuah gambar dan alat paling vital pada kamera. Tanpa lensa kamera tidak akan
menangkap dan merekam gambar. Dalam fotogrametri, lensa berfungsi untuk memfokuskan
cahaya dan mengantarkannya ke dalam badan kamera. Di bagian luar lensa biasanya terdapat
tiga cincin panjang focus (untuk lensa jenis variabel), cincin diafragma, dan cincin focus.
Dalam fotogrametri, kamera merupakan salah satu alat yang paling penting digunakan
untuk pengambilan foto. Kamera fotogrametri tidak mempunyai lensa yang sempurna,
sehingga proses perekaman yang dilakukan akan memiliki kesalahan. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengkalibrasian kamera untuk dapat menentukan besarnya penyimpanganpenyimpangan (distorsi) yang terjadi.
Dalam perkembangan teknologi, telah banyak software yang dapat digunakan untuk
mempermudah dalam pengolahan foto. Oleh karena itu, pada praktikum fotogrametri digital
ini mahasiswa Teknik Geomatika ITS diharapkan mampu untuk mengaplikasikan
PhotoModeler Scanner V6.2.2.596 agar dapat lebih mudah dalam mengkalibrasi hasil foto
tanpa harus menggunakan cara manual fotogrametri.
1.2.
1.3.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
Untuk menentukan EFL (Equivalent Focal Length) dan CFL (Calibrated Focal Length)
pada kamera Casio Exilim EX-ZS5.
Untuk menghitung distorsi radial pada foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim
EX-ZS5.
Untuk mengetahui error vector Radial dari foto hasil pemotretan dengan kamera Casio
Exilim EX-ZS5.
Manfaat
1
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kamera
Dalam fotogrametri kamera merupaka salah satu instrument paling penting karena kamera
digunakan untuk membuat foto yang merupakan alat utama dalam fotogrametri. Oleh karena
itu dapat dikatakan bahwa foto yang akurat (mempunyai kualitas geometri tinggi ) diperoleh
dari kamera yang teliti. Baik untuk keperluan foto udara maupun foto terrestrial, kamera
diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu :
a. Kamera metrik
Kamera metric merupakan kamera yang dirancang khusus untuk keperluan
fotogramtri. Kamera metric yang sering digunakan mempunyai ukuran format 23 x 23
cm, kamera metric dibuat stabil dan dikalibrasi secara menyeluruh sebelum digunakan.
Nilai-nilai kalibrasi dari kamera metric seperti panjang focus, distorsi radial lensa,
koordinat titik utama foto diketahui dan dapat digunakan untuk periode yang lama.
b. Kamera non metric
Kamera non metric dirancang untuk foto professional maupun pemula. Dimana
kualitas visual lebih diutamakan daripada kualitas geometrinya. Kamera non metric
memiliki keterbatasan yaitu ketidakstabilan geometric dan terbatasnya ukuran film.
Penggunaan foto udara metric format besar 23x23 cm akan mampu memberikan
ketelitian yang baik, akan tetapi untuk area pemetaan yang lebih kecil dipandang tidak
ekonomis. Pertimbangan penggunaan kamera non metric untuk keperluan pemetaan
adalah efisien biaya pemetaan untuk area yang relative kecil. Selain itu dengan semakin
berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekonlogi, keterbatasan penggunaan kamera
format kecil dapat diatasi, sehingga kamera non mterik menjadi instrument yang layak
digunakan untuk foto udara.
2.2 Distorsi Lensa
Ketidaksempurnaan desain dan susunan lensa pada kamera non metric selain
menyebabkan terjadinya aberasi juga menyebabkan terjadinya distorsi lensa. Distorsi lensa
tidak mengurangi kualitas ketajaman foto tetapi mengurangi kualitas geometric dari foto
yang dihasilkan. Berkurangnya kualitas geometric foto mengakibatkan posisi titik-titik yang
3
ada pada foto udara mengalami perubahan dari posisi yang seharusnya, sehingga penentuan
posisi pada foto tersebut menjadi tidak akurat atau mengalami kesalahan. Besarnya distorsi
lensa dapat direduksi dengan malakukan kalibrasi kamera yang digunakan untuk
pengambilan data. Distorsi lensa ada dua jenis, yaitu :
a. Distorsi radial
Distorsi radial merupakan salah satu komponen yang paling dominan
mempengaruhi kualitas geometri foto. Distorsi radial adalah pergeseran linier titik pada
foto dalam arah radial terhadap titik utama dari posisi idealnya.distorsi radial ke arah
luar dianggap positif dan ke arah dalam dianggap negative. Distorsi positif sering
disebut juga sebagai pincushion distortion, pada distorsi ini gambar yang semula
berbentuk persegi setelah mengalami distorsi sisi-sisinya aan melengkung kearah pusat
foto. Sedangkan distorsi radial negative disebut barrel distortion, pada distorsi ini
gambar berbentuk persegi, sisi-sisinya akan melengkung kea rah luar menjauhi pusat
foto (Gambar 2-1).
Dimana r adalah besarnya distorsi radial lensa; k1,k2,k3 adalah parameter distorsi
radial; r adalah jarak radial. Karakteristik distorsi radial lensa kamera dapat diketahui
melalui kalibrasi kamera, jika karakteristik distorsi diketahui maka posisi objek pada
foto dapat dikoreksi.
b. Distorsi tangensial
4
Lensa kamera non metric merupakan gabungan dari beberapa lensa yang memiliki
titik pusat yang berbeda. Terjadinya kesalahan dalam mengatur titik pusat lensa pada
gabungan lensa (sentering) menyebabkan terjadinya distorsi tangensial yang disebut juga
decenteric distortion. Kesalahan sentering lensa dari gabungan lensa pada kamera non
metric diilustrasikan pada Gambar 2-2.
calibration dan self-calibration (Atkinson, 1987). Metode lain yang dapat digunakan antara
lain analytical plumb-line calibration dan stellar calibration (Fryer, 1989). Laboratory
calibration dilakukan di laboratorium, terpisah dengan proses pemotretan objek. Metode
yang termasuk di dalamnya antara lain optical laboratory dan test range calibration. Secara
umum metode ini sesuai untuk kamera jenis metrik.On-the-job calibration merupakan teknik
penentuan parameter kalibrasi lensa dan kamera dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pemotretan objek. Pada self-calibration pengukuran titik-titik target pada objek pengamatan
digunakan sebagai data untuk penentuan titik objek sekaligus untuk menentukan parameter
kalibrasi kamera.
2.3.1 Laboratory Calibration
Laboratory calibration dilakukan di laboratorium, terpisah dengan proses pemotretan
objek. Metode yang termasuk di dalamnya antara lain optical laboratory dan test range
calibration. Secara umum metode ini sesuai untuk kamera jenis metrik.
Laboratory calibration ini menggunakan sebuah kertas berukuran A2 (minimal) yang
nantinya digunakan sebagai papan kolimotor. Untuk menentukan titik tengah dari papan
kolimator tersebut, diperoleh dari perpotongan 2 diagonal. Obyek tersebut diletakkan di
sebuah bidang datar kemudian diukur jarak antara obyek dengan kamera sehingga seluruh
obyek tercover di layar kamera. Kemudian ditentukan jarak radial dan sudut ke bidang fokus
kamera. Hasil dari Laboratory Calibration adalah distorsi radial lensa. Sebelum mencari
distorsi radial (CFL) maka hitung dulu Equivalent Focal Length (EFL).
i
g
f
m
e
o
c
Gambar 2.3. Papan Kolimator
p distorsi radial secara manual:
b
Berikut tahap-tahap perhitungan
q
a
a. Tentukan nilai EFL
r
EFL =
ef +em+ed +eo
4 tan
b. Kemudian tentukan distorsi radial sementara untuk menentukan nilai maximum dan
nilai minimum dari distorsi radial sementara tersebut. Dimana distorsi radial
diperoleh dari rumus berikut.
()EFL = r (EFL
c. Kemudian tentukan nilai CFL. Berikut rumus yang digunakan untuk memperoleh
nilai CFL.
CFL
|Max | = |Min |
Mas Positif + Max Negatif = 0
(rMaxPositif() CFL.tanMaxPositif()) + (rMaxNegative()
CFL.tanMaxNegative()) = 0
d. Kemudian diperoleh nilai distorsi radial sebenarnya.
()CFL= r (CFL tan
Keterangan :
EFL
()EFL
: distorsi radial dari perhitungan menggunakan EFL
()CFL
: distorsi radial dari perhitungan menggunakan CFL
r
: jarak rata-rata
rMaxPositif() : jarak rata-rata pada distorsi radial maksimal
rMaxNegative()
: jarak rata-rata pada distorsi radial minimal
: sudut
2.3.2 On the job calibration
On the job calibration merupakan teknik penentuan parameter kalibrasi lensa
dan kamera dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pemotretan objek.
2.3.3 Self calibration
Pada self calibration pengukuran titik-titik target pada objek pengamatan
digunakan sebagai data untuk penentuan titik objek sekaligus untuk menentukan
parameter kalibrasi kamera.
BAB III
METODOLOGI
3.1.
Waktu
Lokasi
3.2.
Hari, Tanggal
a. Kamera
Memposisikan kamera sehingga memiliki jarak yang tetap terhadap kolimator selama
pengambilan gambar.
c. Kertas A2
Kertas A2 digunakan sebagai papan kolimator. Kertas A2 memiliki ukuran 420mm
x 594mm.
d. Bolpoint
Bolpoint digunakan untuk menandai titik-titik pada kertas A2. Titik tersebut
merupakan jarak sebesar kelipatan 7.5 derajat dari titik kamera berdiri yang diukur dari
pusat kertas.
e. Penggaris dan busur
Dalam praktikum kali ini penggaris digunakan.
untuk menggaris silang pada kertas A2 yang selanjutnya titik pertemuan antar dua
antar titik.
persiapan
Tahap
Persiapan
Selotip digunakan untuk menempelkan kertas A2 yang
dijadikan
papan kolimator
Metodologi
3.3.1 Diagram Alir Praktikum
Pengolahan data
Tahapan yang akan dilaksanakan dalam praktikum ini adalah seperti pada diagram alir
Tahap pelaksanaan
berikut.
Analisa
Penyusunan laporan
Tahap pelaporan
Penyetakan laporan
10
2. Pemasangan kamera
Mendirikan tripod lalu memasang kamera diatas tripod. Selanjutnya tripod digeser
kedepan atau kebelakang sesuai jarak yang sudah ditentukan sehinggaseluruh bagian
kertas yang telah ditempel terlihat secara menyeluruh. Kemudian mengatur sumbu lensa
kamera agar segaris titik pusat kolimator.
3. Pembuatan papan kolimator
Mengukur sudut menggunakan busur dengan titik kamera sebagai titik sudut dan
sumbu kamera sebagai salah satu kaki sudut. Kemudian menarik sudut sebesar 7,5 0,
150, 22,50, 300 dan 37,50 dari sumbu kamera
12
Pengolahan data meliputi penentuan EFL (Equivalent Focal Length) dan CFL
(Calibrated Focal Length)
6. Analisa
13
Penjelasan:
1. Foto kolimator hasil pemotretan dilakukan pengolahan untuk menentukan EFL (Equivalent
Focal Length) dan CFL (Calibrated Focal Length) sehingga dapat diketahui besarnya
distorsi radialnya.
2. Pengukuran jarak dengan AutoCAD
Setelah dapat foto dari papan kolimator yang selanjutnya akan dilakukan
pengukuran jarak dengan menggunakan software AutoCAD. Jarak yang diukur merupakan
jarak antara pusat kertas ketiap-tiap titik sudut yang telah ditandai.
3. Menghitung EFL (Equivalent Focal Length)
14
15
D
A
BAB IV
HASIL DAN ANALISA
4.1.
Hasil Praktikum
Pengambilan foto ke-1
7.5o
62.4
60.3
62.3
60.3
61.325
15 o
126.5
123
126.7
123.8
125.000
22.5 o
192
188.6
195.8
188.8
191.300
30 o
265.6
262.3
273.2
261.3
265.600
37.5 o
344
348.9
342.7
343.5
344.775
16
D
A
7.5o
62.3
60.2
62.3
60.3
15 o
Rata-rata
61.2750 125.0500
126.6
123.1
126.7
123.8
22.5 o
192.2
188.5
196
188.8
191.375
30 o
265.5
262.4
273.1
261.3
37.5 o
344
348.9
342.8
343.5
0 265.5750 344.8000
17
D
A
7.5o
62.4
60.2
62.3
60.1
15 o
126.8
123.3
126.7
123.8
61.2500 125.1500
22.5 o
192.1
188.6
195.9
188.9
191.375
30 o
265.5
262
273.3
261.3
37.5 o
344
348.8
342.8
343.4
0 265.5250 344.7500
4.2.
Analisa
4.2.1 Analisa EFL dan CFL
Tabel 4.4 Sudut dan Rata-rata Jarak pada pemotretan 1
Sudut
Rata-rata
7.5o
61.3250
15 o
22.5 o
30 o
125.0000 191.3000 265.6000
37.5 o
344.7750
18
EFL =
61.3250
EFL= tan 7.5
EFL1=465.809621 mm
Nilai distorsi maksimal = 0.1867 mm
Nilai distorsi minimal = -12.6533 mm
Sehingga,
Rata-rata(15o)- CFL tan (15o)+ Rata-rata(37.5o)- CFL tan (37.5o)=0
125.0000-CFL tan (15o)+ 344.7750- CFL tan (37.5o)=0
CFL1 = 453.767805 mm
Tabel 4.5 Sudut dan Rata-rata Jarak pada pemotretan 2
Sudut
7.5o
61.275
15 o
Rata-rata
EFL tan sudut
berdasar EFL
0
61.275
0.0000
125.0500
124.7115
0.3385
EFL =
EFL=
22.5 o
30 o
191.3750 265.5750
192.7873 268.716
-1.4123
-3.1410
37.5 o
344.8000
357.1369
-12.3369
EFL2=465.4298333 mm
Nilai distorsi maksimal = 0.3385 mm
Nilai distorsi minimal = -12.3369 mm
Sehingga,
Rata-rata(15o)- CFL tan (15o)+ Rata-rata(37.5o)- CFL tan (37.5o)=0
19
7.5o
61.250
Rata-rata
EFL tan sudut
berdasar EFL
0
61.25
0.0000
EFL =
15 o
22.5 o
30 o
37.5 o
344.7500
356.9912
-12.2412
61.250
EFL= tan 7.5
EFL3= 465.2399394 mm
Nilai distorsi maksimal = 0.4893 mm
Nilai distorsi minimal = -12.2412mm
Sehingga,
Rata-rata(15o)- CFL tan (15o)+ Rata-rata(37.5o)- CFL tan (37.5o)=0
125.1500 -CFL tan (15o)+ 344.7500- CFL tan (37.5o)=0
CFL3 = 453.8885458 mm
Berdasarkan 3 foto hasil pemotretan dihasilkan 3 nilai EFL dan CFL yang
berbeda. Yaitu :
Tabel 4.7 Nilai EFL Dan CFL Pada Tiap-Tiap Foto
Foto Ke1
2
3
Rata-
EFL
465.809621 mm
465.4298333 mm
465.2399394 mm
465.493131 mm
CFL
453.7678 mm
453.8402 mm
453.8885 mm
453.8322 mm
rata
20
Perbedaan pada nilai EFL tidak terlalu signifikan yaitu 0.19 mm hingga 0.57 mm
sedangkan untuk CFL antara pemotretan 1 hingga pemotretan 3 memiliki perbedaan
yang juga tidak terlalu signifikan yaitu perbedaan terkecil 0.0483 mm dan terbesar
0.1207 mm. Karena pada saat pengambilan tiap foto asumsi bahwa pada saat
pemotretan berada dalam kondisi tegak lurus, sumbu-sumbu optik kamera tidak miring,
jarak kamera dan kolimator yang sama, maka perbedaan pada nilai EFL dan CFL ini
disebabkan oleh proses adersheet dan pengukuran jarak pada software AutoCAD.
CFL (Calibrated Focal Length) yang dihasilkan dari setiap perhitungan pada
masing-masing foto perlu diuji secara statistik agar CFL (Calibrated Focal Length)
tersebut teruji keabsahannya. Pengujian yang dilakukan terhadap CFL (Calibrated
Focal Length) yang diperoleh dari hasil hitungan, bertujuan untuk mengetahui CFL
(Calibrated Focal Length) pada foto mana saja yang memberikan hasil terbaik dari
setiap pemotretan yang berbeda. Uji Statistika dilakukan dengan nilai interval
kepercayaan 90% dan 95%.
Tabel 4.8 Perhitungan Standar Deviasi
CFL (CFL-RATA)2
453.7678 mm
0.0041
453.8402 mm
0.0001
453.8885 mm
0.0032
0.0074
1361.4966
No.
1
2
3
Jumlah
Rata-rata
Standart Deviasi
453.8322
0.0608
n )
CFL
453.6813
453.7678
453.6813
453.8402
453.6813
453.8885
CFLrata+(t.s)/
n )
keterangan
453.9831 diterima
453.9831 diterima
453.9831 diterima
n )
CFLrata+(t*s)/
CFL
453.7297
453.7678
453.7297
453.8402
453.7297
453.8885
n )
keterangan
453.9347 diterima
453.9347 diterima
453.9347 diterima
Pada uji statistic 90% dan 95% diatas didapat semua CFL hasil pemotretan 1,2,3
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada proses pemotretan kondisi kamera terhadap
papan kolimator adalah sama. Pada saat pemotretan 1,2,3 kamera berada dalam kondisi
sama segaris dan sumbu-sumbu optic kamera tidak miring terhadap titik utama
kolimator. Sedangkan untuk jarak antara kolimator terhadap kamera juga sama yaitu 47
cm. karena kondisi tersebut CFL yang didapat memiliki perbedaan yang kecil dan
diterima keabsahannya melalui uji statistic.
4.2.2 Analisa Distorsi Radial
Pemotretan ke-1
Tabel 4.11 Distorsi Radial Pada Hasil pemotretan ke-1
CFL=453.767805 mm
Sudut
CFL tan sudut
berdasar
CFL
7.5o
15 o
121.586716
22.5 o
187.956
30 o
261.983
37.5 o
59.7396
348.1882
1.5353
3.4133
3.3432
3.6170
-3.4133
Pemotretan ke-2
Tabel 4.12 Distorsi Radial Pada Hasil pemotretan ke-2
CFL=453.8402495 mm
Sudut
CFL tan sudut
berdasar CFL
7.5o
59.7492
1.5258
15 o
22.5 o
30 o
262.024
37.5 o
121.6061 187.9868
3.4439
3.3882
8
3.5502
348.2439
-3.4439
Pemotretan ke-3
Tabel 4.13 Distorsi Radial Pada Hasil pemotretan ke-3
CFL=453.8885458 mm
Sudut
7.5o
15 o
22.5 o
30 o
37.5 o
22
262.052
CFL tan sudut
berdasar CFL
`
59.75556
1.4944
121.6191 188.0068
3.5309
3.3682
7
3.4723
348.2809
-3.5309
Berdasar hasil perhitungan dan didapa CFL (Calibrated Focal Length) didapat
foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5 mengalami Distorsi Radial
yang besarnya hampir sama antara pemotretan 1,2 dan 3. Arah dan besarnya distorsi
radial berbeda-beda tiap sudut. Dari titik pusat kearah sudut 7.5o , 15 o kemudian sudut
22.5 o nilai distorsi radial semakin besar yang berarah keluar menjauhi titik pusat. Pada
sudut 30o nilai distorsi radial mengalami penurunan dengan arah yang sama. Pada
sudut 37.5o nilai distorsi radial mengalami kenaikkan namun memiliki arah yang
berlawanan yaitu menuju titik pusat.
4.2.3 Error Vektor Radial
Tabel 4.13 Distorsi Radial rata-rata
Sudut
rata-rata
berdasar CFL
7.5o
1.5350 mm
15 o
3.4627
mm
22.5 o
3.3665
mm
30 o
3.5465
mm
37.5 o
-3.4627
mm
CFL,
dimana jika nilai positif maka arah dari vector menjauhi titik pusat foto dan begitu
pula sebaliknya. Jika nilai negative maka arah error vector menuju pusat kolimator.
Nilai dari menunjukkan besarnya distorsi yang terjadi dimana distorsi terbesar
terjadi pada ujung-ujung foto. Dan distorsi terkecil berada pada daerah terdekat dengan
titik pusat kolimtor.
23
24
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasrakan hasil dan analisa maka dapat disimpulkan:
1. Berdasarkan 3 foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5 dihasilkan 3
nilai EFL dan CFL sebagai berikut.
Foto Ke1
2
3
Rata-
EFL
465.809621 mm
465.4298333 mm
465.2399394 mm
465.493131 mm
CFL
453.7678 mm
453.8402 mm
453.8885 mm
453.8322 mm
rata
2. Foto hasil pemotretan dengan kamera Casio Exilim EX-ZS5 mengalami Distorsi
Radial. Dari titik pusat kearah sudut 7.5o , 15 o kemudian ke sudut 22.5 o nilai distorsi
radial semakin besar yang berarah keluar menjauhi titik pusat. Pada sudut 30
nilai
distorsi radial mengalami penurunan dengan arah yang sama. Pada sudut 37.5 o nilai
distorsi radial mengalami kenaikkan namun memiliki arah yang berlawanan yaitu
menuju titik pusat. Besar distorsi radial pada Foto hasil pemotretan dengan kamera
Casio Exilim EX-ZS5 sebagai berikut.
Sudut
rata-rata
berdasar CFL
7.5o
1.5350 mm
15 o
3.4627
mm
22.5 o
3.3665
mm
30 o
3.5465
mm
37.5 o
-3.4627
mm
5.2 Saran
Saran yang diberikan penulis kepada pembaca antara lain:
1. Sebaiknya dinding tempat menempel papan kolimator harus benar-benar datar sehingga
didapat hasil perhitungan yang teliti.
2. Agar sumbu kamera segaris dengan titik pusat kolimator sebaiknya dilakukan pengukuran
dari dasar/lantai ke kamera dan ke pusat kolimator.
3. Dalam pengambilan foto sebaiknya menggunakan timer sehingga guncangan kamera
karena pemotret menekan tombol shutter dapat diminimalisir.
25
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia.
Nn. http://dharmasamaja.blogspot.com/2010/03/kalibrasi-kamera.html
diakses tanggal
26