LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kontrak No : KU.08.08/PP/BWS-MU/01/I/2017.
Tanggal 10 Januari 2017
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
KATA PENGANTAR
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir ini merupakan salah satu produk pekerjaan Penyusunan Peta
Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000 dimana substansi laporan
menggambarkan tentang hasil pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Besar harapan kami dapat memperoleh masukan dan arahan dari semua pihak
untuk kesempurnaan laporan ini agar memenuhi sasaran yang diharapkan.
Atas arahan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih kepada Direksi
Pekerjaan, Pengawas Pekerjaan dan Nara Sumber yang terlibat dalam kegiatan
ini.
Direktur
i
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB 1. PENDAHULUAN 1-1
BAB 2. METODOLOGI PELAKSANAAN 2-1
2.1 Pendekatan 2-1
2.1.1 Ketersediaan Air 2-1
2.1.2 Data yang digunakan 2-1
2.2 Metode Pelaksanaan2-2
2.2.1 Analisa GIS untuk pembuatan batas DAS 2-2
2.2.2 Ketersediaan Air 2-5
2.3 Kebutuhan Air 2-23
2.3.1 Kebutuhan Air Domestik, Perkotaan, dan Industri 2-23
2.3.2 Kebutuhan Air Irigasi 2-28
2.3.3 Kebutuhan Air Perikanan 2-32
2.3.4 Kebutuhan Air Peternakan 2-33
2.3.5 Kebutuhan Air Aliran Pemeliharaan Sungai 2-35
2.4 Neraca Air 2-36
2.4.1 Indeks Pemakaian Air 2-36
2.4.2 Indeks Ketersediaan Air 2-37
2.5 Bagan Alir Pelaksanaan Kegiatan 2-38
BAB 3. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3-40
BAB 4. PENGUMPULAN/INVENTARISASI DATA 4-47
4.1 Dasar Hukum 4-47
4.2 Studi Terdahulu 4-50
4.2.1 Studi FIDEP (1993) 4-50
4.2.2 Studi Ditjen Sumber Daya Air (2003) 4-51
ii
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
iii
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Menurut
Kategori Kota........................................................................................................2-24
iv
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.5 Prinsip Rerata Timbang dalam Menghitung Kebutuhan Air Rumah
Tangga........................................................................................................2-25
Gambar 4.2 Peta Sebaran Pos Duga Air dan Bendung di WS Halmahera Utara. 4-56
v
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.1 Peta perubahan Luas Das Setelah Pembaruan batas DAS WS
Halmahera Utara..........................................................................................5-68
Gambar 5.2 Peta Persentase perubahan Luas Das Setelah Pembaruan batas DAS
WS Halmahera Utara....................................................................................5-69
Gambar 5.3 Peta Perubahan Bentuk Das Togowa Setelah Pembaruan batas DAS
WS Halmahera Utara....................................................................................5-70
Gambar 5.10 Peta Neraca Air Surplus Defisit DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara
...................................................................................................................5-87
Gambar 5.11 Peta Indeks Pemakaian Air DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara. .5-
88
Gambar 5.13 Peta Neraca Air Aktual Surplus Defisit Tanpa Aliran Pemeliharaan
DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara...........................................................5-92
Gambar 5.15 Peta Indeks Pemakaian Air dari Ketersediaan Air Aktual Tanpa Aliran
Pemeliharaan DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara......................................5-94
Gambar 5.16 Peta Indeks Pemakaian Air dari Ketersediaan Air Aktual DAS/Sub-
DAS di WS Halmahera Utara.........................................................................5-95
vi
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.17 Peta Indeks Ketersediaan Air Perkapita dari Ketersediaan Air Aktual
DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara...........................................................5-96
vii
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
BAB 1. PENDAHULUAN
Pandangan tentang wilayah pengelolaan sumber daya air berdasarkan satu DAS
ternyata tidak bisa begitu saja diterima oleh lingkungan social, karena otensi
sumber daya air dalam sebuah DAS belum tentu bisa mencukupi kebutuhan
masyarakat yang tinggal di dalam DAS yang bersangkutan. Keterbatasan sumber
daya air yang terdapat pada DAS yang kering perlu dipasok dari DAS tetangganya
yang lebih basah agar setiap orang yang hidup di wilayah itu memiliki kesempatan
1
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Maksud dari pekerjaan Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1 :
50.000 dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Melakukan tinjauan terhadap batas-batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
dalam WS Halmahera Utara pada peraturan/standar yang telah ditetapkan.
2. Mampu melakukan identifikasi alokasi ketersediaan air actual pada WS
Halmahera Utara.
2
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Lingkup kegiatan yang harus dilakukan oleh Konsultan Perencana adalah sebagai
berikut :
1. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan pengumpulan data sekunder meliputi :
a. Peta informasi dasar dan batas administrasi berupa Peta Rupabumi
Indonesia (RBI) tahun 2016 dengan sumber BIG skala 1 : 25.000 (Jawa,
Bali dan Nusa Tenggara) dan 1 : 50.000 (Sumatera, Kalimantan, Maluku
dan Papua),
b. Peta Digital Elevation Model (DEM) SRTM atau ASTER dengan resolusi
spasial 90 m, kecuali untuk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara resolusi
spasial 30 m.
c. Citra Satelit (Citra SPOT atau Landsat TM),
d. Peta wilayah sungai dengan sumber Permen PUPR No.4 Tahun 2015
Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai sebagai acuan awal,
e. Data dan Peta infrastruktur sumber daya air dengan sumber dari
Balai/Balai Besar Wilayah Sungai dan Dinas PU terkait,
3
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
f. Data ketersediaan air berupa data hujan (dari pengukuran atau data
satelit), data debit (debit aktual infrastruktur sumber daya air), data
luas dan volume danau/waduk,
g. Data Dalam Angka Tahun 2016 dengan sumber Badan Pusat Statistik
(BPS).
2. Pengumpulan Data Primer meliputi :
a. Survey lapangan (secara sampling) terhadap infrastruktur sumber daya
air, persiapan peta, dokumentasi, gps.
b. Cek dan koreksi (secara sampling) batas-batas DAS di lapangan
menggunakan GPS.
c. Catatan : Lokasi survey lapangan secara sampling, diusulkan kepada
Direksi Pekerjaan untuk disetujui.
3. Melakukan tinjauan terhadap batas Daerah Aliran Sungai (DAS)
a. Meninjau peraturan dan pedoman terkait penentuan batas DAS :
1) Peraturan Menteri Kehutanan tentang batas DAS
2) SNI terkait prosedur penentuan batas DAS
b. Merangkum hasil diskusi
c. Meninjau batas-batas DAS terkait toponimi DAS, pola aliran dan nama
sungai yang digunakan saat ini
4. Melakukan tinjauan terhadap infrastruktur sumber daya air
Adanya sarana prasarana (infrastuktur) sumber daya air yang melintas DAS
dalam wilayah sungai Halmahera Utara akan mempengaruhi ketersediaan
air actual. Tinjauan dilakukan dengan memperhatikan data atau masukan
dari :
a. Studi literature dokumen Pola/Rencana PSDA wilayah sungai Halmahera
Utara,
b. Dinas yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air (Bappeda,
Dinas PU dan BPDAS)
5. Kegiatan Survey
Kegiatan survey yang diperlukan untuk keperluan Penyusunan Peta Neraca
Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000 adalah sebagai berikut :
4
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
5
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Waktu Pelaksanaan pekerjaan adalah 180 (Seratus delapan puluh) hari kalender
(6 bulan).
6
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
7
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
2.1 Pendekatan
2.1.1 Ketersediaan Air
Ketersediaan air permukaan di wilayah sungai ini dihitung dengan model WFLOW
yang dikalibrasi dengan data debit aliran sungai pada pos duga air yang terukur di
lapangan. Data debit aliran sungai ini telah dipublikasikan dalam Buku Publikasi
Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Setiap wilayah
sungai di Indonesia dihitung nilai ketersediaan air permukaan, yang dinyatakan
sebagai tinggi aliran bulanan rata-rata, andalan Q80%, dan andalan Q90%,
sehingga dengan mengalikan tinggi aliran dengan luas daerah tangkapan airnya,
pada titik lokasi manapun juga di Indonesia, dapat diperkirakan jumlah
ketersediaan airnya.
Data yang digunakan untuk perhitungan ketersediaan air permukaan pada wilayah
sungai di Indonesia ini adalah:
1
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Metode pembuatan batas DAS ini melalui tigatahapan utama, yaitu Pengumpulan
Data, Pengolahan Data, dan Survei Lapangan.
a. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam pembuatan DAS Wilayah Sungai Halmahera
Utara adalah:
1. Data peta RBI digital skala 1:50.000 yang diperoleh dari situs
http://tanahair.indonesia.go.id (dalam hal ini yang tersedia adalah layer
batas pantai dan layer sungai dalam format vektor shapefile)
2. Data Digital Elevation Model (DEM) berdasarkan citra Shuttle Radar
Topography Mission (SRTM) resolusi spasial 30 m yang diperoleh dari situs
https://lpdaac.usgs.gov/data_access/data_pool
3. Citra Optis Resolusi tinggi yang tersedia pada layanan Google Earth
2
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
4. Data Vektor Shapefile (.SHP) batas DAS keluaran Kementrian PUPR tahun
2012
5. Data Vektor Shapefile (.SHP) batas DAS keluaran Kementrian Kehutanan
dan Lingkungan Hidup tahun 2011
b. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah sebagai berikut:
Melakukan koreksi geometri serta penyeragaman proyeksi untuk keseluruhan
data spasial, yakni pada proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) pada
zona 52 North.
Melakukan analisis Batas DAS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Melakukan mozaik data citra DEM SRTM yang terpisah sesuai liputan
daerah kajian agar cakupan citra SRTM untuk wilayah kajian dapat
menjadi satu kesatuan.
2. Melakukan pemotongan data citra DEM SRTM sesuai daerah kajian
berdasarkan batas pantai RBI. Dengan demikian, informasi laut pada citra
dapat diabaikan dalam analisis.
3. Melakukan analisis DEM Reconditioning dengan input utama data citra DEM
SRTM dan sungai RBI. Analisis ini berfungsi memperjelas lembah-lembah
sungai yang terliput pada citra DEM SRTM.
4. Melakukan analisis Fill Sink dengan input data DEM hasil DEM
Reconditioning. Analisis ini berfungsi untuk menciptakan data DEM tanpa
data outlier (pencilan).
5. Melakukan analisis Flow Direction dengan input data hasil analisis Fill Sink.
Analisis ini berfungsi untuk menghasilkan data informasi arah aliran.
6. Melakukan analisis Flow Accumulation dengan input data hasil analisis
Flow Direction. Analisis ini berfungsi untuk memberikan informasi
akumulasi dari aliran yang ada pada daerah kajian.
7. Melakukan analisis Drainage Network Exraction. Analisis ini berfungsi untuk
mendefinisikan aliran sungai berdasarkan model.
3
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Melakukan pengecekan Sungai dan Batas DAS hasil model dengan sungai RBI
dan Kenampakan sungai pada Citra Optis dalam layanan Google earth. Apabila
belum sesuai, maka dilakukan editing topology pada sungai RBI Input,
terutama pada aliran sungai yang kerapatannya lebih besar dari resolusi
spasial data DEM.
c. Survei Lapangan
Apabila telah menghasilkan sungai dan batas DAS hasil model yang sesuai
dengan layer sungai RBI dan kenampakan sungai pada citra Optis resolusi
tinggi dalam layanan google earth, maka diperoleh batas DAS indikatif. Batas
DAS Indikatif perlu dilakukan validasi agar dapat menjadibatas DAS Definitif.
Untuk itu, survey lapangan dilakukan untuk validasi model. Kegiatan ini
berupa pengamatan langsung di lapangan sesuai dengan titik sampel yang
telah disusun sebelumnya. Kegiatan ini fokus pada pembuktian bahwa garis
batas das model sudah berada digir bukit, dan memastikan sungai hasil model
sudah sesuai dengan lokasi sungai di lapangan. Jika kedua hal tersebut belum
sesuai, maka dilakukan editing topology kembali pada sungai dan batas DAS
hasil model. Apabila telah sesuai, maka diperoleh hasi berupa batas DAS
definitif.
Batas DAS definitif yang telah diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan Batas
DAS keluaran PUPR untuk melihat perubahan bentuk dan luas untuk DAS yang
sama
4
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Ketersediaan Air Potensial, adalah jumlah air yang tersedia pada suatu wilayah
sungai, daerah aliran sungai (DAS), water district. Satuannya dapat berupa m 3/s,
juta m3/tahun, atau mm/hari. Bentuknya dapat berupa 1 angka ketersediaan air
rata-rata atau debit andalan; atau musiman 12, 24 atau 36 angka yang
menyatakan rata-rata atau debit andalan bulanan, tengah-bulanan atau 10-harian.
Ketersediaan air potensial ini jumlahnya relatif tetap. Perubahan ketersediaan air
potensial dapat disebabkan oleh perubahan iklim global, atau perubahan
karakteristik DAS yang pada umumnya karena perubahan tata guna lahan.
Ketersediaan Air Aktual, adalah air yang tersedia dan sudah siap digunakan untuk
penyediaan air, dalam memenuhi kebutuhan air. Ketersediaan air aktual ini
terdapat di sumber air, yaitu pada infrastruktur sumber daya air, misalnya
bendung dan intake. Satuannya adalah m 3/s atau liter/s, dan besarnya maksimal
sama dengan kapasitas terpasang (installed capacity) atau kapasitas disain
(designed capacity) dari infrastruktur SDA tersebut.
Ketersediaan air aktual nilainya nol untuk wilayah yang belum ada infrastruktur
sumber daya airnya, dan nilainya bertambah seiring dengan pembangunan
infrastruktur sumber daya air. Bendung dan intake dapat berkurang kapasitasnya
karena sedimentasi dan penurunan fungsi lainnya, yang dapat ditingkatkan
kembali dengan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
5
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Adanya infrastruktur sumber daya air membuat air yang semula tersedia secara
potensial di sungai, menjadi dapat dimanfaatkan dengan kapasitas yang sesuai
dengan kapasitas pada infrastruktur. Semakin besar dimensi infrastruktur yang
dibangun, maka semakin besar pula kapasitasnya, dan berakibat pada semakin
besar juga ketersediaan air aktual, sampai dengan ketersediaan air aktual
mendekati ketersediaan air potensial. Dengan demikian ketersediaan air potensial
merupakan batas atas ketersediaan air aktual.
6
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Ketersediaan Data
Dengan terbatasnya data hujan dan debit aliran sungai, maka akhir-akhir ini telah
dikembangkan data hujan dari satelit, antara lain dari TRMM, yang selanjutnya
diproses menjadi debit aliran sungai dengan menggunakan model hujan-aliran
terdistribusi WFlow.
Model Wflow yaitu terdiri dari data statik dan data dinamis. Data statis yaitu terdiri
dari topografi, penggunaan lahan dan tutupan lahan, dan peta tanah. Sedangkan
data dinamis yaitu terdiri dari curah hujan dan penguapan.
1. Topografi
Topografi dan morfologi dalam model digunakan untuk mengidentifikasi
arah aliran dan akumulasi aliran berdasarkan kemiringan dan ketinggian.
Hal ini diwakili oleh peta Digital Elevation Map (DEM) dari NASA Shuttle
Radar Topografi Mission (SRTM) dengan resolusi spasial horizontal 90 m
dan resolusi vertikal 1 m.
2. Penggunaan Lahan dan Tutupan Lahan
Penggunaan lahan mempengaruhi besaran kebutuhan air vegetatif dan
tutupan vegetasi mempengaruhi kecepatan proses transformasi hujan –
limpasan. Data tutupan lahan yang digunakan diambil dari data BIG tahun
2007.
3. Jenis Tanah
Jenis tanah menentukan berbagai proses tanah seperti infiltrasi, perkolasi,
aliran permukaan yang menunjukan jumlah air yang berubah menjadi run-
off dan akumulasi aliran. Data jenis tanah yang digunakan diperoleh dari
FAO Digital Soil Map ofthe World (DSMW) yang tersedia dalam bentuk
vektor dan diubah ke dalam filePCRaster dengan ukuran grid resolusi 90m.
4. Curah Hujan
Curah hujan merupakan parameter utama untuk menentukan jumlah air
yang diterima dari atmosfer. Data curah hujan yang digunakan yaitu data
satelit dari NASA Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM) yang
7
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Pemodelan WFLOW
Wflow telah digunakan pada DAS Citarum untuk pilot project model kekeringan,
dan pada tahun 2011 untuk penelitian risiko banjir yang dilakukan oleh Deltares.
Terdapat 2 versi dari model Wflow yaitu yang berdasarkan model HBV, dan
berdasarkan model Topog SBM (Australia). Versi yang digunakan untuk penelitian
ini yaitu berdasarkan model Topog SBM, hal ini dikarenakan pada versi ini
memperhitungkan aliran lateral bawah permukaan (Deltares, 2015).
Model Wflow dikembangkan oleh Jaap Schellekens dari Deltares. Model tersebut
berasal dari model CQFlow (Kohletetal., 2006) yang telah digunakan pada
berbagai negara terutama Amerika Tengah.
Model Wflow memproses siklus hidrologi. Siklus hidrologi yang dimodelkan adalah
dengan mengkombinasikan beberapa sub model. Sub model tersebut antara lain:
8
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Curah Hujan
Evapotransprasi potensial
Faktor kebutuhan air tanaman
Topografi
Jenis tanah
Tata guna lahan dan jenis tutupan lahan
Curah hujan adalah input utama untuk menentukan jumlah total air yang diterima
dari atmosfer. Evapotransprasi menentukan jumlah air yang akan kembali ke
atmosfer, yang akan berbeda di tiap lokasi karena faktor kecepatan angin, radiasi
matahari, dan suhu udara. Faktor kebutuhan air tanaman menentukan jumlah air
yang digunakan oleh tanaman dalam pertumbuhannya. Morfologi daerah
tangkapan air menentukan arah dan kecepatan dari aliran berdasarkan pola
kemiringan. Jenis tanah menentukan infiltrasi dan derajat kejenuhan tanah,
sehingga secara langsung menentukan pembentukan (formasi) dan akumulasi
aliran permukaan. Tata guna lahan dan tutupan lahan menentukan kebutuhan air
tanaman dan juga kecepatan proses transformasi hujan menjadi aliran
permukaan.
9
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Data yang diperlukan untuk pemodelan dengan wflow terdiri atas data statis yang
relatif tetap, dan data dinamis yang selalu berubah.
Data Dinamis
1) Hujan bulanan TRMM yang sudah dikoreksi, dengan grid berukuran 0,25
derajat (Vernimmenetal., 2012).
2) Data evapotranspirasi potensial (TrabuccoandZomer, 2009)
10
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Data Statis
1) Peta Topografi, Digital Elevation Model (DEM) SRTM ukuran 90x90 meter
(Reuteretal., 2007)
2) Peta Jenis Tanah, Soilshapefileof Indonesia (FAO, 2007)
3) Peta Tata Guna Lahan, Jawa 1:25.000, Indonesia 1:50.000 (BIG, 2007)
TRMM
11
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
TRMM bertujuan mengukur hujan di kawasan tropis melalui sensor pada orbit
satelit. Satelit TRMM diluncurkan tahun 1997, dan setelah melalui berbagai
kalibrasi dan penyempurnaan sistem, mulai mengirim data bulan Agustus 2001
sampai sekarang.
Terdapat berbagai produk TRMM, yang kerap digunakan adalah TRMMB42T, yang
memberikan informasi hujan 3 jam, harian dan bulanan. Koreksi data satelit TRMM
agar sesuai dengan data ground-station di Indonesia telah dibahas oleh
Vernimmen dkk (2012). Validasi data TRMM terhadap data curah hujan di DAS
Citarum, DAS Brantas, dan DAS Larona telah dibahas oleh Syaifullah (2014)
dengan hasil bahwa data bulanan berkorelasi erat dan memiliki pola yang sama
dengan data pengamatan konvensional.
Penggunaan TRMM untuk analisis kekeringan telah dikaji oleh Hatmoko dkk
(2015), serta Levina dkk (2016) menunjukkan kesimpulan bahwa data hujan
satelit TRMM dan WFlow memberikan hasil indikator kekeringan yang konsisten di
Wilayah Sungai Pemali-Comal.
Data yang disaring merupakan data debit harian pos duga air yang akan
digunakan untuk kalibrasi hasil model. Apabila data tersebut memiliki kualitas
yang tidak baik atau mencurigakan, maka hasil Analisis menjadi tidak valid. Oleh
karena itu, tahap awal yang dilakukan sebelum data digunakan adalah perlu
dilakukan suatu pemeriksaan melalui uji statistik maupun secara grafis.
Metode statistik yang digunakan dalam pengujian ini adalah uji outlier, uji trend,
uji keragaman, uji rataan, dan uji independen. Berikut penjelasan untuk masing-
masing uji yang akan dilakukan:
12
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
a) Uji outlier
Outlier adalah data dengan nilai jauh berada diantara data yang lain.
Keberadaan outlier biasanya mengganggu pemilihan jenis distribusi untuk
suatu sampel data.
Uji Grubbsand Beck menetapkan dua batas ambang bawah (X L) dan atas (XH):
X H exp x K N S
X L exp x K N S
Keterangan :
b) Uji trend
Metoda statistik ini untuk menguji dan memastikan tidak ada hubungan antara
waktu pengumpulan data dengan besaran data yang semakin naik atau turun
atau tidak ada trend. Koefisien Spearmanrank-Correllation didefinisikan:
n
6 D
Di
i
Rsp 1 i 1
n n n 1
Di Kxi Kyi
13
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
0,5
n2
tt Rsp
1 Rsp * Rsp
Keterangan :
Rsp : koefisien Spearman
tt :t hitung
N : jumlah sampel data.
c) Uji keragaman
Metoda statistik ini untuk menguji dan memastikan bahwa data seri memiliki
keragaman data yang sama terhadap 2 kelompok data dalam populasi yang
sama.
12 s12
Ft 2 2
2 s1
Keterangan :
Ft : nilai uji keragaman
12 :varians kelompok data 1
d) Uji rataan
Metoda statistik ini untuk menguji dan memastikan bahwa data seri memiliki
rataan data yang sama terhadap 2 kelompok data dalam populasi yang sama.
x1 x 2
tt
n1 1s12 n2 1s 22
0 .5
1 1
*
n1 n2 2 n1 n2
Keterangan :
14
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
tt : t hitung
x1 , x2 :rataan kelompok data 1 dan 2
S1 dan S2 : standar deviasi kelompok data 1 dan 2
n1 dan n2 : jumlah data kelompok 1 dan 2
e) Uji independen
Metoda statistik ini untuk menguji dan memastikan bahwa data seri tidak
saling ketergantungan satu sama lain.
r1
(X i X av ) i ( X i X av ) i 1
(X i X av ) 2
Keterangan :
Diagram alir pengerjaan pengujian data debit dapat dilihat pada Gambar 2 .4.
15
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
16
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Sesuai dengan metodologi maka tahap yang dilakukan yaitu menyiapkan data
yang akan diuji. Pos duga air yang dipilih adalah pos duga air yang memiliki data
≥ 10 tahun. Data yang diuji adalah data debit minimum tahunan, Q 80%, dan Q
90%. Data tersebut pada nantinya akan digunakan untuk Analisis ketersediaan air.
Kalibrasi Model
Korelasi
Pengertian Analisi korelasi dan Koefisien Korelasi menurut M. Iqbal Hasan (1999),
Korelasi biasanya digunakan untuk menyatakan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikatnya, sebagai contoh yaitu bila X menyatakan besarnya biaya iklan
dan Y besarnya penjualan tahunan total, maka mungkin akan timbul pernyataan
dalam diri kita apakah penurunan biaya iklan juga kemungkinan besar diikuti
dengan penurunan nilai penjualan tahunan.
17
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
d. Jika KK bernilai +1 atau -1, maka variabel menunjukan korelasi positif atau
negatif yang sempurna.
Prediksi adalah hasil taksiran kita akan suatu nilai di masa yang akan datang.
Karena masih berupa taksiran, maka besar kemungkinan terjadinya kesalahan
pada prediksi tersebut. Besarnya kesalahan pada waktu ke-i (ei) dinyatakan
sebagai selisih antara data aktual pada waktu ke-i dengan hasil ramalannya pada
waktu ke-i, yang secara matematis dapat ditulis;
ei = Xi – Fi
dimana :
18
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Dalam statistik, Mean Squared Error (MSE) sebuah estimator adalah nilai
yang diharapkan dari kuadrat error. Error yang ada menunjukkan seberapa besar
perbedaan hasil estimasi dengan nilai yang akan diestimasi. Perbedaan itu terjadi
karena adanya keacakan pada data atau karena estimator tidak mengandung
informasi yang dapat menghasilkan estimasi yang lebih akurat
N
1
MSE
N
(y
t h
t yˆ t ) 2
19
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Dimana :
N = Jumlah Sampel
Verifikasi Model
i. Menganalisis runoff
ii. verifikasi internal dengan rumus Rob
20
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Analisis Runoff
Verifikasi Internal
Verifikasi internal dilakukan untuk melihat kewajaran hasil runoff terhadap data
hujan TRMM, berdasarkan rumus umum dari Rob van der Weert dalam bukunya
Hydrological Condition in Indonesia, yaitu
Ketersediaan Air Permukaan di DAS dan SubDAS ini dihitung dengan model
WFLOW yang dikalibrasi dengan data debit aliran sungai pada pos duga air yang
terukur di lapangan. Data debit aliran sungai ini telah dipublikasikan dalam Buku
Publikasi Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Pekerjaan Umum,
Kementerian Pekerjaan Umum. Setiap wilayah sungai di Indonesia dihitung nilai
ketersediaan air permukaan, yang dinyatakan sebagai tinggi aliran bulanan rata-
rata, andalan Q80%, dan andalan Q90%, sehingga dengan mengalikan tinggi
aliran dengan luas daerah tangkapan airnya, pada titik lokasi manapun juga di
Indonesia, dapat diperkirakan jumlah ketersediaan airnya. Data yang digunakan
untuk perhitungan ketersediaan air permukaan pada wilayah sungai di Indonesia
ini adalah:
d. Lokasi pos duga air, berdasarkan sumber data dari Pusat Penelitian
dan Pengembangan Sumber Daya Air;
e. Batas wilayah sungai, berdasarkan Permen PUPR No. 4 tahun 2015
tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai; dan
f. Batas administrasi provinsi dan kabupaten.
2) Data runtut-waktu (time-series), berupa debit aliran sungai rata-rata
harian pada pos duga air.
3) Curah Hujan satelit (TRMM)
4) Evapotranspirasi potensial (CGIAR)
5) Topografi
6) Jenis tanah
7) Tata guna lahan dan jenis tutupan lahan
22
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Verifikasi internal dalam studi ini dilakukan untuk melihat kewajaran hasil debit
runoff terhadap data hujan BMKG. Verifikasi dilakukan berdasarkan rumus umum
dari Rob van der Weert dalam bukunya Hydrological Condition in Indonesia
(1994), yaitu:
Dimana :
Q = Debit tahunan
23
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Besarnya nilai kebutuhan air bersih rumah tangga tergantung dari kategori kota
berdasarkan jumlah penduduk yang dinyatakan dalam satuan Liter/Orang/Hari
(L/O/H), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Kebutuhan air bersih rumah
tangga diperhitungkan pula untuk kehilangan air yang terdiri dari :
Tabel 2.1 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga per Orang Per Hari Menurut Kategori Kota
Data BPS yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air rumah tangga
diperoleh dari data Kabupaten dalam Angka Tahun 2015 yang meliputi data
jumlah penduduk tingkat administrasi kabupaten/kota.
Hasil perhitungan yang diperoleh merupakan hasil kebutuhan air dalam lingkup
kabupaten/kota. Pemetaan kebutuhan rumah tangga disajikan berdasarkan
batasan Water District (WD), untuk itu diperlukan perhitungan pembobotan untuk
memperoleh hasil kebutuhan air rumah tangga per water district. Perolehan
perhitungan kebutuhan air per water district berdasarkan hasil perhitungan rerata
timbang dengan rumus sebagai berikut :
24
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
+…+
Keterangan :
Kebutuhan Air per WDx = Kebutuhan air per WDx (m3/s)
Luas A1, A2,…An = Luas area hasil tumpang susunantara luas WD dan
luas administrasi kab/kota (km2)
Luas B = Luas kab/kota yang mencakup WDx(km2)
Secara spasial prinsip rerata timbang diilustrasikan pada Gambar 2 .5 dibawah ini.
Gambar 2.5 Prinsip Rerata Timbang dalam Menghitung Kebutuhan Air Rumah
Tangga
25
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kebutuhan air perkotaan mencangkup aspek komersial dan sosial seperti: toko,
gudang, bengkel, sekolah, rumah sakit, hotel dan sebagainya yang diasumsikan
antara 15% sampai dengan 30% dari total air pemakaian air bersih rumah tangga
(Anonimous, 2006). Perencanaan studi kebutuhan air Indonesia untuk perkotaan
diasumsi sebesar 30 % dari kebutuhan air bersih rumah tangga, dengan nilai
konstan dari masing-masing tahapan perencanaan, sehingga sampai proyeksi
kebutuhan air untuk tahun 2029 nilainya sama sebesar 30%.
+… +
Keterangan :
26
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kebutuhan air industry pada studi ini diperoleh berdasarkan pendekatan rencana
tata ruang wilayah nasional, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan data
jenis dan jumlah industri yang diperoleh pada setiap Kabupaten dan Kota di
Indonesia. Kebutuhan air industri diasumsikan sebesar 30% - 70% dari total
kebutuhan rumah tangga dan perkotaan (RK). Penentuan nilai tersebut didasarkan
pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 tersebut wilayah provinsi hingga tingkat
desa dibagi kedalam beberapa kawasan, yaitu wilayah sebagai Pusat Kegiatan
Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). PKN merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional,
danprovinsi. PKW merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
27
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
sebesar 50% dari total kebutuhan air RK, sedangkan wilayah yang masuk dalam
kategori PKW diasumsikan memiliki nilai kebutuhan air industry sebesar 40% dari
total kebutuhan air RK. Apabila suatu wilayah tidak masuk dalam kategori PKN
maupun PKW, maka wilayah tersebut diasumsikan memiliki nilai kebutuhan air
industri sebesar 30% dari total kebutuhan RK.
+…+
Keterangan :
28
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kebutuhan air irigasi ini meliputi pemenuhan kebutuhan air untuk keperluan
pertanian secara umum. Selain untuk memenuhi kebutuhan air di areal
persawahan juga untuk memenuhi kebutuhan air untuk keperluan peternakan dan
perikanan. Kebutuhan air untuk irigasi diperkirakan dari perkalian antara luas
lahan yang diairi dengan kebutuhannya persatuan luas. Kebutuhan air irigasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebutuhan untuk penyiapan lahan (IR),
kebutuhan air konsumtif untuk tanaman (Etc), perkolasi (P), kebutuhan air untuk
penggantian lapisan air (RW), curah hujan efektif (ER), efisiensi air irigasi (IE),
dan luas lahan irigasi (A). Besarnya kebutuhan air irigasi di hitung berdasarkan
persamaan sebagai berikut:
IG
Etc IR RW P ER A
IE
Keterangan :
IG = Kebutuhan air irigasi, (m3).
Etc = Kebutuhan air konsumtif, (mm/hari).
IR = Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, (mm/hari).
RW = Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air, (mm/hari).
P = Perkolasi, (mm/hari).
ER = Hujan efektif, (mm/hari).
IE = Efisiensi irigasi
A = Luas areal irigasi, (m2).
29
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Etc Eto Kc
Keterangan :
Etc = Kebutuhan air konsumtif, (mm/hari).
Eto = Evapotranspirasi, (mm/hari).
Kc = Koefisien tanaman, (-).
ek
IR M k
e 1
Keterangan :
IR = Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, (mm/hari).
30
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
k = M x (T/S)
Keterangan :
IC 0,5 e 0, 48 hujant
0 ,84
0,93242
31
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
IC 0,25 e 0, 48 hujan t
0 ,84
0,93242
Hujan efektif dasar adalah curah hujan netto yang jatuh di petak sawah
setelah mengalami intersepsi dan penguapan sebelum mencapai permukaan
lahan. Rumusan untuk besaran ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
ER(t) = Hujan efektif dasar tiap satuan waktu, (mm).
Hujan(t) = Tebal hujan, (mm).
IC(t) = Kapasitas intersepsi tiap satuan waktu, (mm).
q ( fp )
Qfp A( fp ) 10000
1000
32
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Keterangan :
Qfp = Kebutuhan air untuk perikanan, (m3/hari),
q(fp) = Kebutuhan air untuk pembilasan, (lt/hari/ha),
A(fp) = Luas kolam ikan, (ha).
Data BPS yang digunakan untuk menghitung kebutuhan air untuk perikanan
berupa data Kabupaten dalam Angka Tahun 2015 meliputi data luas usaha
budidaya perikanan air tawar tingkat administrasi kabupaten/kota.
+ … +
Keterangan :
Kebutuhan Air per WDx = Kebutuhan air per WDx (m3/s)
Luas A1, A2,…An = Luas area hasil tumpang susunantara luas WD
dan luas administrasi kab/kota (km2)
Luas B = Luas kab/kota yang mencakup WDx(km2)
33
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kebutuhan air rata-rata untuk ternak ditentukan dengan mengacu pada hasil
penelitian dari FIDP yang dimuat dalam Technical Report National Water
Resources Policy tahun 1992 (dalam SNI, 2002). Secara umum kebutuhan air
untuk ternak dapat diestimasikan dengan cara mengalikan jumlah ternak dengan
tingkat kebutuhan air berdasarkan persamaan berikut ini:
Q E q(1) P(1) q( 2 ) P( 2 ) q ( 3) P( 3)
Keterangan :
QE = kebutuhan air untuk ternak, (lt/hari).
q(1) = kebutuhan air untuk sapi, kerbau, dan kuda, (lt/ekor/hari).
q(2) = kebutuhan air untuk kambing, dan domba, (lt/ekor/hari).
q(3) = kebutuhan air untuk unggas, (lt/ekor/hari).
P(1) = jumlah sapi, kerbau, dan kuda, (ekor).
P(2) = jumlah kambing, dan domba, (ekor).
P(3) = jumlah unggas, (ekor).
Kebutuhan Air
Jenis Ternak
(L/ekor/hari)
Sapi/kerbau/kuda 40
Kambing/domba 5
Babi 6
Unggas 0,6
Sumber : Technical Report National Water Resources Policy, (dalam SNI
2002).
34
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
+… +
Keterangan :
Luas A1, A2,…An = Luas area hasil tumpang susun antara luas
WD dan luas administrasi kab/kota (km2)
Distribusi ternak baik sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, dan unggas
dianggap tersebar secara merata di seluruh wilayah kabupaten/kota. Asumsi
tersebut dibangun karena antara batas administrasi dan batas waterdistrict
berbeda, serta tidak diketahui secara pasti posisi koordinat dari pusat-pusat
peternakan di kabupaten/kota tersebut. Pemerataan distribusi ternak dilakukan
untuk memudahkan proses pemetaan serta analisis kebutuhan air untuk
peternakan per water district.
35
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Studi ini menggunakan besaran debit aliran pemeliharaan yang bervariasi setiap
bulannya, yaitu sebesar 10% dari debit rata-rata bulanan. Jika angka debit aliran
pemeliharaan sungai ternyata lebih besar dari debit andalan Q95%, maka
digunakan yang lebih kecil. Hal ini untuk mengakomodasi sungai-sungai yang
debitnya sangat kecil atau mendekati nol pada bulan tertentu, dengan pendekatan
ini, maka besarnya aliran pemeliharaan sungai pada musim kemarau tersebut juga
akan sama dengan atau mendekati nol.
Neraca air menggambarkan selisih antara ketersediaan air dengan kebutuhan air.
Nilai ketersediaan air diperoleh dari perhitungan debit andalan 80%, sedangkan
nilai kebutuhan air diperoleh dari total berbagai pemanfaatan air meliputi rumah
tangga, perkotaan dan industri (RKI), irigasi, peternakan, perikanan dan aliran
pemeliharaan. Selisih antara ketersediaan dan kebutuhan dapat digolongkan
dalam dalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama, apabila nilai ketersediaan lebih
kecil dari kebutuhan sehingga bernilai negatif maka dikatakan defisit. Klasifikasi
kedua, apabila nilai ketersediaan lebih besar dari nilai kebutuhan sehingga bernilai
positif maka dikatakan surplus.
Indeks Pemakaian Air (IPA) adalah suatu indeks yang menggambarkan pemakaian
air. Pemakaian air dihitung berdasarkan perbandingan antara kebutuhan dibagi
dengan ketersediaan. Nilai perhitungan yang diperoleh kemudian akan
diklasifikasikan berdasarkan Tabel Indeks Pemakaian Air dibawah ini.
36
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kriteria lain dari Alcamo (2000) yang menggunakan ketersediaan air debit rata-
rata, telah digunakan untuk membandingkan neraca ketersediaan dan kebutuhan
air di dunia sampai dengan tahun 2025. Indikator yang digunakan dinamakan
Critically Ratio (CR), yang merupakan perbandingan antara jumlah kebutuhan air
terhadap ketersediaan air rata-rata tahunan. Nilai CR diatas 40% dinamakan
tekanan berat (high water stress), dan CR diatas 80% sebagai tekanan sangat
berat (very high water stress). Penetapan klasifikasi indikator ini didasarkan atas
asumsi bahwa debit andalan Q90% berada antara 30% sampai dengan 70% dari
besarnya debit rata-rata tahunan, sehingga jika CR berada diatas 40% maka
dinamakan telah tertekan berat.
Oleh karena studi ini juga menghitung debit andalan Q80% disamping debit rata-
rata, maka dengan menggunakan indikator yang langsung menggunakan debit
andalan Q80%, yaitu SNI 6728.1:2015 akan memberikan hasil yang lebih tajam
37
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Indeks Ketersediaan Air per Kapita menggambarkan besaran air yang dapat
dimanfaatkan setiap orang dalam satu tahun. Indeks ketersediaan air per Kapita
dapat diperoleh dari perbandingan antara jumlah penduduk dengan ketersediaan
air. Nilai ketersediaan air yang diperoleh dapat digolongkan dalam empat kondisi
berdasarkan tabel dibawah ini.
Berdasarkan Tabel 2.5 nilai ketersediaan air dapat digolongkan dalam empat
kondisi yaitu tanpa tekanan, ada tekanan, ada kelangkaan dan kelangkaan mutlak.
Ketersediaan air dikatakan tanpa tekanan apabila mempunyai nilai lebih besar dari
1700 m3/tahun/kapita, sedangkan kondisi ada tekanan jika nilai indeks
ketersediaan berada pada 1000-1700 m3/tahun/kapita. Kondisi ketersediaan air
mulai ada kelangkaan jika berada pada nilai 500-1000 m3/tahun/kapita. Kondisi
paling parah dengan adanya kelangkaan mutlak jika setiap orang hanya
memperoleh nilai lebih kecil dari 500 m3/tahun/kapita. Kriteria dibuat berdasarkan
benchmark data statistik berbagai negara, mencakup ketahanan pangan, rumah-
38
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
tangga dan industri. Kriteria tentang adanya kelangkaan jika ketersediaan air
berada di bawah 1.000 m3/tahun/kapita ini telah digunakan oleh Bank Dunia.
Bagan alir berupa urutan kegiatan yang harus dilaksanakan. Prosedur pelaksanaan
dapat dimonitor baik kualitas maupun waktu berdasarkan “Bagan Alir Pelaksanaan
Kegiatan” yang dibuat oleh konsultan. Untuk itu, konsultan telah menyusun bagan
alir kegiatan pelaksanaan pekerjaan seperti yang diuraikan pada gambar di bawah
ini :
39
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
40
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
1. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah
permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air
hujan, dan air laut yang berada di darat.
2. Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang
terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah.
3. Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air
yang dapat memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan
penghidupan manusia serta lingkungannya.
4. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
5. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
6. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
41
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan.
7. Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk
melaksanakan pengelolaan sumber daya air.
Secara geografis WS. Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat : 126° 6’ 52”
BT- 128° 41' 39" BT dan 0° 37’ 18” LU - 2° 38’ 43” LU serta berada di gugusan
kepulauan Maluku bagian Utara . Daerah terluasnya adalah yang berada di sebagian
Pulau Halmahera yaitu seluas 4952 Km2 (27 % dari luas keseluruhan Pulau
Halmahera yaitu 18000 Km2). Secara administratif WS. Halmahera Utara berada di
Provinsi Maluku Utara dan berada dalam 5 (lima) Kabupaten / kota yaitu
Kab.Halmahera Barat, Kab.Halmahera Utara, Kab. Pulau Morotai, Kota Ternate, dan
Kota Tidore Kepulauan. Wilayah Sungai Halmahera Utara merupakan salah satu WS
di Kep. Maluku dengan luas sebesar 8.206 km2.
42
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
43
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
45
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
46
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
47
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
BAB 4. PENGUMPULAN/INVENTARISASI
DATA
Penerbit/
Judul
No Pembuat/Penyus Tahun Isi Dokumen
dokumen
un
1. UU No. 11 Republik Indonesia 1974 Pengairan
2. UU No. 5 Republik Indonesia 1990 Konservasi SDA Hayati dan
Ekosistem
3. UU No. 32 Republik Indonesia 2009 Lingkungan Hidup
4. UU No. 19 Republik Indonesia 2004 Kehutanan
5. UU No. 26 Republik Indonesia 2007 Penataan Ruang
6. UU No. 24 Republik Indonesia 2007 Penanggulangan Bencana
7. UU No. 18 Republik Indonesia 2008 Pengelolaan Sampah
8. UU No. 23 Republik Indonesia 2014 Pemerintah Daerah
9. UU No. 37 Republik Indonesia 2014 Konservasi Tanah dan Air
48
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Judul Penerbit/
Tahu
No dokume Pembuat/Penyus Isi Dokumen
n
n un
1. PP No. 82 Republik Indonesia 2001 Kualitas Air
2. PP No. 44 Republik Indonesia 2004 Perencanaan Hutan
3. PP No. 43 Republik Indonesia 2008 Airtanah
4. PP No. 26 Republik Indonesia 2008 Penataan Ruang
Ketelitian Peta Rencana Tata
5. PP No. 8 Republik Indonesia 2013
Ruang
Penerbit/
Judul Tahu
No Pembuat/Penyus Isi Dokumen
dokumen n
un
Percepatan pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta Pada
1. Perpres No. 9 Presiden RI 2016
Tingkat Ketelitian Peta
Skala 1:50.000
Penerbit/
Tahu
No Judul dokumen Pembuat/Penyus Isi Dokumen
n
un
1. Permen PUPR No. Menteri PUPR 1993 Garis Sempadan dan
63 Sungai, Daerah Manfaat
Sungai, DPS dan Bekas
Sungai.
2. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2009 Rencana Mutu Kontrak
04
3. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Kriteria dan Penetapan
04 Wilayah Sungai
4. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Eksploitasi dan
06 Pemeliharaan Sumber
49
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Penerbit/
Tahu
No Judul dokumen Pembuat/Penyus Isi Dokumen
n
un
Air dan Bangunan
Pengairan
5. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Penggunaan Sumber
09 Daya Air
6. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Rencana dan Rencana
10 Teknis Tata Pengaturan
Air dan Tata Pengairan
7. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Penanggulangan
13 Darurat Bencana Akibat
Daya Rusak Air
8. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Izin Penggunaan Air
37 dan/atau Sumber Air
9. Permen PUPR No. Menteri PUPR 2015 Izin Penggunaan
50 Sumber Daya Air
50
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Studi FIDEP ini merumuskan program nasional pengembangan irigasi, yang juga
memuat beberapa hal mengenai ketersediaan air, kebutuhan air, dan neraca air
secara nasional dalam pembagian 90 Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan 27
Provinsi. Pendekatan yang digunakan untuk memperkirakan potensi air permukaan
adalah dengan berdasarkan curah hujan rata-rata bulanan dalam setahun. Debit
aliran sungai diperoleh berdasarkan rumus regresi terhadap hujan. Demikian pula
potensi debit andalan menggunakan rumus empiris sebagai fungsi dari debit rata-
rata bulanan. Tidak terdapat pengkajian mengenai air tanah pada studi FIDEP ini.
Studi neraca air nasional ini juga berdasarkan pada 90 Satuan Wilayah Sungai
(SWS), dan hanya memberikan nilai ketersediaan air rata-rata, serta kebutuhan
air, dan neraca airnya.
Pola WS Halmahera Utara yang ditetapkan tahun 2012 disusun dengan maksud
untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan SDA di WS Halmahera Utara,
51
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Berdasarkan hasil studi tersebut terdapat potensi air sebesar 125 m3/s, sedangkan
debit yang dimanfaatkan baru sekitar 6 m3/s. oleh karena itu, terdapat potensi
sumber daya air yang dapat dikembangkan seperti pembangunan embung di
sungai Jailolo, sungai Kao dan Tobelo, sungai Sambiki dan wewengo sebagai salah
satu upaya dalam pemenuhan kebutuhan air di WS Halmahera Utara. Sedangkan
untuk upaya penyediaan air di pulau – pulau kecil seperti di Kabupaten Morotai,
Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Barat dan Kota Tidore
Kepulauan terdapat potensi pembangunan instalasi air baku dengan desalinasi air
laut menggunakan tenaga surya.
Alokasi air adalah penjatahan air permukaan untuk berbagai keperluan pada suatu
wilayah sungai dalam memenuhi kebutuhan air bagi para pengguna air dari waktu
ke waktu dengan memperhatikan kuantitas dan kualitas air, berdasarkan asas
pemanfaatan umum, keseimbangan dan pelestarian sumber air. Permasalahan
alokasi air mencakup:
52
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Alokasi air untuk pengusahaan sumber daya air harus didasarkan pada
rencana alokasi air yang ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumber
daya air wilayah sungai bersangkutan.
Alokasi air untuk pengusahaan ditetapkan dalam izin pengusahaan sumber
daya air dari Pemerintah atau pemerintah daerah.
Dalam hal rencana pengelolaan sumber daya air belum ditetapkan, izin
pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai ditetapkan berdasarkan
alokasi air sementara.
Yang dimaksud dengan alokasi air sementara, adalah alokasi yang dihitung
berdasarkan perkiraan ketersediaan air yang dapat diandalkan (debit andalan)
dengan memperhitungkan kebutuhan pengguna air yang sudah ada.
Beberapa textbook pengelolaan sumber daya air seperti Goodman et al (2004) dan
Grigg (2005), juga makalah-makalah dari Roestam Syarief et al, (1998), Hatmoko
et al (2005) serta Gany et al (2006), menekankan pentingnya suatu sistem
informasi sumber daya air dan sistem pengambilan keputusan dalam pengelolaan
sumber daya air. Produk akhir dari penelitian Fakta pendayagunaan sumber daya
air di Indonesia ini diharapkan akan dapat membantu para pengambil keputusan
dan para pemilik kepentingan dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya air,
khususnya pendayagunaan sumber daya air di Indonesia.
4.2.6 WFLOW
53
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Curah Hujan
Evapotransprasi potensial
Faktor kebutuhan air tanaman
Topografi
Jenis tanah
Tata guna lahan dan jenis tutupan lahan
Curah hujan adalah input utama untuk menentukan jumlah total air yang diterima
dari atmosfer. Evapotransprasi menentukan jumlah air yang akan kembali ke
atmosfer, yang akan berbeda di tiap lokasi karena factor kecepatan angin, radiasi
matahari, dan suhu udara. Faktor kebutuhan air tanaman menentukan jumlah air
yang digunakan oleh tanaman dalam pertumbuhannya. Morfologi daerah
tangkapan air menentukan arah dan kecepatan dari aliran berdasarkan pola
kemiringan. Jenis tanah menentukan infiltrasi dan derajat kejenuhan tanah,
sehingga secara langsung menentukan pembentukan (formasi) dan akumulasi
aliran permukaan. Tata guna lahan dan tutupan lahan menentukan kebutuhan air
tanaman dan juga kecepatan proses transformasi hujan menjadi aliran
permukaan.
54
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Data yang dikumpulkan dalam pembuatan DAS Wilayah Sungai Halmahera Utara
adalah:
1. Data peta RBI digital skala 1:50.000 yang diperoleh dari situs
http://tanahair.indonesia.go.id(dalam hal ini yang tersedia adalah layer batas
pantai dan layer sungai dalam format vektor shapefile)
2. Data Digital Elevation Model (DEM) berdasarkan citra Shuttle Radar Topography
Mission (SRTM) resolusi spasial 30 m yang diperoleh dari situs
https://lpdaac.usgs.gov/data_access/data_pool
3. Citra Optis Resolusi tinggi yang tersedia pada layanan Google Earth
4. Data Vektor Shapefile (.SHP) batas DAS keluaran Kementrian PUPR tahun 2012
5. Data Vektor Shapefile (.SHP) batas DAS keluaran Kementrian Kehutanan dan
Lingkungan Hidup tahun 2011
Pada WS Halmahera Utara terdapat 4 PDA dan ssss bendung didalamnya, yaitu :
No Nama PDA
55
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
TUTULING
1 JAYA
2 AKELAMO
3 AHA
4 KAO BARAT
No Name
1 Bendung Tiley
2 Bendung Aha
3 Bendung Daeo
4 Bendung Tolabit
Bendung
5 Toliwang
56
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 4.14 Peta Sebaran Pos Duga Air dan Bendung di WS Halmahera Utara
57
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Dari 4 PDA dan 5 bendung, tidak didapat data debit dengan kualitas bagus yang
bisa digunakan untuk kalibrasi.
No Nama Pos
1 Rakediri
2 Galela
3 Goal
4 Malifut
5 Tobelo
Gambar 4.1. Hujan Bulanan beberapa Pos Hujan Halmahera Utara (sumber: Studi
2017)
Hujan rata-rata tahunan dari 50 pos hujan tersebut yang paling tinggi yaitu di Pos
Hujan Rakediri sebesar 2428 mm dan yang paling kecil di Pos Hujan Tobelo
sebesar 523 mm. Grafik hujan rata-rata tahunan dari 5 pos hujan tersebut
disajikan pada grafik berikut ini.
58
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Data Hujan
Dalam pemodelan WFLOW menggunakan data hujan satelit TRMM yang tersedia
mulai dari februari 2002 yang mencakup seluruh wilayah di Indonesia yang telah
dikoreksi (Vernimmenetal. 2012). Pemodelan menggunakan data hujan harian
yang diambil mulai dari 1 jan 2003 sampai dengan 31 desember 2015.
59
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Data Evapotranspirasi
60
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Data statis yang digunakan dalam model ini berupa peta yaitu peta DEM, peta
penggunaan lahan, dan peta jenis tanah.
61
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Peta DEM
Peta yang digunakan yaitu berdasarkan data SRTM NASA dengan resolusi 90m
seperti yang ditampilkan pada Gambar 4 .17.
Pada Gambar 4 .17 tersebut diperlihatkan bahwa semakin gelap warnanya maka
mempunyai kemiringan yang relatif landai dan elevasi yang rendah. Dari data DEM
ini dengan bantuan software pemetaan seperti QGIS akan menghasilkan peta
aliran sungai, DAS/Sub DAS, dan titik outlet.
62
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
63
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Peta penggunaan lahan seperti yang ditampilkan pada gambar diatas tersebut
kemudian diklasifikasikan kembali menjadi 6 kelas umum dalam penggunaan lahan
yaitu hutan, pertanian irigasi, pertanian tadah hujan, padang rumput/semak,
daerah beraspal/area terbangun, dan perairan terbuka.
Peta jenis tanah yang dipergunakan yaitu berdasarkan data dari FAO resolusi
1:5.000.000 seperti yang ditampilkan pada . Peta jenis tanah yang ditampilkan
tersebut diklasifikasikan menjadi tanah liat, lempung, lempung berliat, liat
berpasir, pasir berlempung, dan lempung liat berpasir.
64
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Dari data BPS digunakan data statistik penduduk, jumlah ternak, dan luas kolam
ikan yang akan digunakan untuk perhitungan kebutuhan air
Data luas irigasi didapatkan dari Kepmen PU dan BWS Maluku yang merupakan
luas irigasi fungsional.
65
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
DAS didefinisikan menjadi tiga pengertian yaitu sebagai bentang lahan dengan
suatu batas topografi, sebagai suatu wilayah kesatuan hidrologi, dan sebagai
wilayah kesatuan ekosistem (BSN, 2015). DAS merupakan satuan wilayah terbaik
dalam melakukan analisis terkait dengan isu-isu hidrologi. Agar suatu analisis
hidrologi memperoleh hasil yang baik, maka batas DAS kajian harus benar.Dua
indikator utama baik/tidaknya suatu batas DAS adalah keberadaan garis batas
DAS yang tepat di igir bukit/pegunungan, sertakeberadaan garis batas DAS yang
tidak memotong sungai.
Terdapat dua instansi yang telah mengeluarkan produk berupa batas DAS, yaitu
Kementrian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan Kementerian
Kehutanan. Dasar hukum pembuatan batas DAS dari kementrian PUPR adalah
Permen PUPR No. 4 tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai,
sedangkan dasar hukum pembuatan batas DAS dari Kementrian Kehutanan
Lingkungan Hidup adalah Kepmenhut RI No. 511/Menhut-V/2011 tentang
Penetapan Batas DAS. Wilayah sungai Halmahera Utara, sebagai objek kajian
hidrologi, telah memiliki batas – batas DAS tertentu yang dikeluarkan oleh dua
instansi tersebut. Walau begitu, apabila memperhatikan indikator batas DAS –
yang seharusnya berada di igir dan tidak memotong sungai –, batas DAS wilayah
sungai Halmahera Utara keluaran kedua instansi tersebut masih ditemukan
ketidaksesuaian. Ketidaksesuaian tersebut terlihat dari cukup banyaknya DAS yang
memotong garis sungai. Hal ini menunjukkan bahwa perlu diselenggarakannya
pembaruan batas DAS baru yang lebih sesuai dengan batasDAS di lapangan.
Perbedaan hasil luasan serta bentuk DAS akan berpengaruh pada hasil dari
analisis-analisis hidrologi yang dilakukan sehingga dapat mengakibatkan
perbedaan pula kebijakan publik yang diambil. Oleh karena itu DAS sebagai
66
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
satuan analisis wilayah hidrologi harus memiliki bentuk dan luasan yang tepat.
Pembagian DAS di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa instansi pemerintah.
Pada tahun 2012 PUPR telah membuat batas-batas DAS Indonesia, sedangkan
Kementrian Kehutanan melakukannya pada tahun 2011. Walau begitu,
berdasarkan perbandingan hasil batas DAS dari kedua instansi tersebut,
perbedaan bentuk serta luasan masih ditemukan. Lebih lanjut, hasil delineasi
batas DAS dari kedua instansi tersebut masih tampak ketidaksesuaian, seperti
batas DAS yang memotong sungai besar maupun batas DAS yang tidak berada
pada igir. Berdasarkan kejadian tersebut, melalui ini dibuatlah pembaruan batas
DAS yang sesuai dengan ketentuan batas DAS secara geografis. Namun baik
jumlah, nama DAS, serta batas garis pantai mengambil DAS keluaran PUPR
sebagai dasar.
Hasil deliniasi batas DAS menunjukkan bahwa Halmahera Utara memiliki 130 DAS.
DAS yang terbesar dan terkecil masih ditempati oleh DAS-DAS yang sama baik
sebelum maupun sesudah pembaruan. DAS dengan luas terbesar adalah DAS
Kao, dengan nilai luasan DAS berdasarkan PUPR sebesar 1087.19 km 2 dan nilai
luasan DAS berdasarkan DAS pembaruan adalah sebesar 1097.32 km 2. Sementara
itu, DAS terkecil adalah DAS Magalinu dengan nilai luasan DAS berdasarkan PUPR
dan pembaruan adalah sama yakni sebesar 0.353 km 2.
67
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Persentase perubahan DAS secara keseluruhan dapat diamati pada Gambar 5.2.
Pada gambar tersebut, agihan spasial perubahan luas DAS tersebar secara acak
tanpa adanya pola spasial tertentu. Secara umum, untuk keseluruhan DAS di
wilayah sungai Halmahera Utara, perubahan luas yang terjadi kurang dari 10 %
luas das sebelumnya. Secara kuantitatif, dari 130 DAS di WS Halmahera utara,
terdapat 100 DAS yang perubahan luasnya kurang dari 10%. Sementara itu, ada
19 DAS yang perubahan luasnya berkisar antara 10-25%, 8 DAS yang
perubahannya mencapai 50 %, 1 DAS yang perubahannya mencapai 100 %, dan
terdapat 2 DAS yang perubahannya mencapai lebih dari 100%. Dua das terakhir
ini adalah DAS Togowa dan Jati. Peta Batas DAS disajikan pada Gambar 5.4.
68
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.20 Peta perubahan Luas Das Setelah Pembaruan batas DAS WS
Halmahera Utara
69
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.21 Peta Persentase perubahan Luas Das Setelah Pembaruan batas DAS
WS Halmahera Utara
70
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.22 Peta Perubahan Bentuk Das Togowa Setelah Pembaruan batas DAS
WS Halmahera Utara
71
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Jika diamati, dari 130 DAS yang terdata, hanya ada 4 DAS dengan dengan ukuran
dan bentuk yang sama. perbedaan siginifikan ini banyak dipengaruhi oleh sumber
data yang digunakan. Terutama pada perbedaan data sungai dan DEM yang
dipakai. Selain itu, sistem referensi yang digunakan juga berbeda. Hal ini dapat
terdeteksi saat mengoverlaykan data RBI dengan data hasil keluaran PUPR.
72
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
73
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Ketersediaan air yang dihitung adalah ketersediaan air potensial dan ketersediaan
air aktual. Ketersediaan air potensial dihitung menggunakan model WFLOW yang
harus dikalibrasi dan verifikasi. Tidak tersediaanya data debit dengan kualitas yang
bagus diwilayah WS Halmahera Utara mengakibatkan model tidak bisa dikalibrasi,
oleh karena itu yang dilakukan adalah melihat perbandingan hujan pos dengan
hujan TRMM serta verifikasi hasil kewajaran dari besaran runoff dengan
menggunakan rumus rob. Ketersediaan air aktual dihitung dengan
mempertimbangkan ketersediaan air pada kapasitas terpasang.
Data hujan yang dikumpulkan yaitu 5 pos hujan dengan panjang data bervariasi
mulai tahun 2010 sampai 2016. Sebaran lokasi pos hujan dan grafik perbandingan
hujan bulanan dapat dilihat pada peta dan grafik dibawah ini.
74
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Grafik hujan pos dan hujan TRMM menunjukkan bahwa umumnya hujan TRMM
cukup bagus dan mewakili hujan pos terutama di musim kemarau, akan tetapi
kurang bagus untuk musim hujan sehingga bisa disimpulkan bahwa model
WFLOW menggunakan data hujan TRMM bisa diterima. Dari kelima pos hujan,
satu pos hujan memberikan perbandingan kurang bagus dimana hujan TRMM
75
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
konsisten jauh lebih besar dari hujan pos yaitu di Pos Hujan Tobelo, dimana
dibandingkan 4 pos hujan lainnya pos Tobelo memang memiliki hujan rata-rata
tahunan yang jauh dibawah yaitu sebesar 523 mm sehingga perlu dipelajari lagi
kualitas data pos hujan ini.
76
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Verifikasi Model
Analisis Runoff
77
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa rasio antara hujan tahunan dengan tinggi
aliran rata-rata tahunan masih dalam batas kewajaran dikarenakan nilainya
menunjukan kurang dari 1.
Verifikasi Internal
Verifikasi internal dilakukan untuk melihat kewajaran hasil runoff terhadap data
hujan TRMM, berdasarkan rumus umum dari Rob van der Weert dalam bukunya
Hydrological Condition in Indonesia, yaitu:
Keterangan :
Q = Debit
P = Hujan
Hasil dari Verifikasi Internal pada WS Halmahera Utara ditampilkan pada tabel
berikut.
78
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
WS WS Halmahera Utara
Luas (km2) 8173,97
m3/s 236,99
Ketersediaan juta m3/tahun 7473,76
Air Rata-rata mm/hari 2,51
mm/tahun 914,34
Hujan BMKG mm/tahun 2250,00
Q dari Hujan mm/tahun 1035,00
deviasi 12%
79
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Grafik diatas menunjukkan bahwa ketersediaan air aktual terbesar berada di DAS
Kao dengan ketersediaan air sebesar 2,58 m3/s atau setara dengan 13% dari
potensi ketersediaan air andalan 80%-nya. Prosentase terbesar yaitu di DAS
Sabala dimana besar ketersediaan air aktualnya yaitu 0,49 m 3/s atau setara
dengan 61% dari potensi ketersediaan air andalan 80%-nya. Wilayah sungai
Halmahera Utara secara keseluruhan memiliki 5,54 m 3/s ketersediaan air aktual
atau baru sebesar 4% dari potensi ketersediaan air andalan 80%-nya.
80
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
81
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
82
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
dikarenakan adanya keterbatasan data jenis dan jumlah industri yang diperoleh
pada setiap Kabupaten dan Kota di Indonesia. Kebutuhan air industri diasumsikan
sebesar 30% - 70% dari total kebutuhan rumah tangga dan perkotaan (RK).
Penentuan nilai tersebut didasarkan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008
tersebut wilayah provinsi hingga tingkat desa dibagi kedalam beberapa kawasan,
yaitu wilayah sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW). PKN merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala internasional, nasional, dan provinsi. PKW merupakan kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa
kabupaten/kota. Hasil dari perhitungan kebutuhan air RKI pada setiap DAS di WS
Halmahera Utara dapat dilihat pada Lampiran 7.
Berdasarkan hasil perhitungan DAS dengan kebutuhan air RKI terbesar yaitu
terdapat pada DAS Togurara dengan kebutuhan air RKI sebesar 0.12 m3/s yang
mencangkup kebutuhan air rumah tangga sebesar 0.082 m 3/s, kebutuhan air
perkotaan sebesar 0.012 m3/s, dan kebutuhan air industri sebesar 0.028 m 3/s.
Besarnya kebutuhan air RKI pada DAS Togurara dikarenakan DAS tersebut
mencangkup beberapa kecamatan dengan jumlah penduduk yang besar di WS
Halmahera Utara yaitu Kec. Ternate Tengah, Kec. Ternate Utara, dan Kec. Pulau
Ternate. Sedangkan DAS dengan kebutuhan air RKI terkecil yaitu DAS Magalinu
dengan kebutuhan air RKI sebesar 0.00010 m3/s yang mencangkup kebutuhan air
rumah tangga sebesar 0.00006 m3/s, kebutuhan air perkotaan sebesar 0.00001
m3/s, dan kebutuhan air industri sebesar 0.00002 m 3/s. Kecilnya kebutuhan air RKI
tersebut dikarenakan DAS Magalinu merupakan DAS terkecil di WS Halmahera
Utara dan terdapat di Kec. Tobelo Tengah dengan jumlah penduduk yang tidak
terlalu besar. Total Kebutuhan air RKI untuk WS Halmahera Utara yaitu sebesar
1.451 m3/s yang mencangkup kebutuhan air rumah tangga sebesar 0.97 m 3/s,
kebutuhan air perkotaan sebesar 0.146 m 3/s, dan kebutuhan air industri sebesar
0.335 m3/s.
83
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kebutuhan air peternakan terdiri atas kebutuhan air untuk a) ternak besar berupa
sapi, kerbau, banteng, dan kuda; b) ternak kecil yaitu kambing, domba, dan babi;
serta c) unggas, antara lain ayam, bebek, dan angsa. Adapun indeks kebutuhan
air untuk ternak digunakan panduan dari FIDEP (1993) sebagai berikut. Hasil
perhitungan kebutuhan air peternakan pada setiap DAS di WS Halmahera Utara
ditampilkan pada Lampiran 7
84
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Kebutuhan air perikanan dihitung berdasarkan luas kolam ikan yang ada pada tiap
WD. Hasil perhitungan kebutuhan air perikanan di WS Halmahera Utara dapat
dilihat pada Lampiran 7.
Kebutuhan air aliran pemeliharaan dihitung berdasarkan debit andalan 95% atau
10% dari debit rata-rata (Metode Tennant). Debit aliran dipilih yang terkecil dari
kedua perhitungan tersebut untuk mengakomodasi sungai-sungai yang debitnya
sangat kecil atau mendekati nol pada bulan tertentu, dengan pendekatan ini,
maka besarnya aliran pemeliharaan sungai pada musim kemarau tersebut juga
akan sama dengan atau mendekati nol. Besar kebutuhan aliran pemeliharaan
disajikan pada Lampiran 7.
85
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Neraca air dihitung dengan 3 (tiga) keluaran, yaitu surplus – defisit, indeks
pemakaian air, dan indeks ketersediaan air perkapita pertahun. Surplus – defisit
memberikan informasi mengenai kekurangan air atau tidak pada suatu wilayah
yang dihitung dengan mengurangkan antara ketersediaan air dengan
kebutuhannya pada wilayah tersebut. Indeks pemakaian air memberikan informasi
kekritisan akan air pada suatu wilayah dimana perhitungan berdasarkan
kebutuhan yang dibagi terhadap ketersediaan air-nya. Indeks ketersediaan air
perkapita menunjukkan ada atau tidaknya kelangkaan akan air yang dihitung
dengan membandingkan antara ketersediaan air dengan jumlah penduduk pada
wilayah yang sama.
86
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
87
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.29 Peta Neraca Air Surplus Defisit DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara
88
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
89
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.31 Peta Indeks Ketersediaan Air Perkapita DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara
90
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Neraca air aktual dihitung dengan 3 (tiga) keluaran menggunakan ketersediaan air
pada kapasitas terpasang sebagai ketersediaan air-nya. Karena terbatasnya data
yang didapatkan dilapangan, maka ketersediaan air aktual diperkirakan adalah
sama dengan data penggunaan air maksimal pada infrastruktur tersebut,
sepanjang penggunaan air tersebut tidak melampaui ketersediaan air potensial.
Pada WS Halmahera Utara tercatat ada 6 bendung untuk layanan irigasi dan 3
PDAM yang tersebar di 8 DAS. Ketersediaan air aktual untuk 8 DAS tersebut
sebesar 5,54 m3/s atau setara dengan 174,71 juta m3/tahun.
91
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Analisa neraca air aktual per DAS/Sub-DAS menunjukkan bahwa dengan dan
tanpa memasukkan aliran pemeliharaan maka DAS-DAS yang mempunyai
ketersediaan air aktual sebagian besar terdapat pada kondisi defisit, sedangkan
hanya 2 (Dua) DAS di Pulau Morotai yaitu DAS Aha dan DAS Sabala dengan
kondisi surplus. Karena kekurangan air ini maka untuk indeks pemakaian air
dengan dan tanpa aliran pemeliharaan menghasilkan DAS Aha dan DAS Sabala
mengalami kritis berat bersama dengan 6 DAS lainnya dimana kebutuhan
dibandingkan dengan ketersediaan air-nya sudah melebihi 100%. Sehingga
terdapat 8 DAS yang mengalami kritis berat. Indeks ketersediaan air perkapita
pada 8 DAS tersebut yang mempunyai ketersediaan air aktual bervariasi dari
tanpa tekanan pada 5 DAS, ada kelangkaan pada 1 DAS, dan kelangkaan mutlak
pada 2 DAS. Peta neraca air aktual per DAS/SubDAS disajikan pada gambar-
gambar dibawah ini, sedangkan Hasil perhitungan neraca air aktual untuk masing-
masing DAS dan SubDAS disajikan pada Lampiran 8.
92
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.32 Peta Neraca Air Aktual Surplus Defisit Tanpa Aliran Pemeliharaan DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara
93
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.33 Peta Neraca Air Aktual Surplus Defisit DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara
94
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.34 Peta Indeks Pemakaian Air dari Ketersediaan Air Aktual Tanpa Aliran Pemeliharaan DAS/Sub-DAS di WS
Halmahera Utara
95
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.35 Peta Indeks Pemakaian Air dari Ketersediaan Air Aktual DAS/Sub-DAS di WS Halmahera Utara
96
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Gambar 5.36 Peta Indeks Ketersediaan Air Perkapita dari Ketersediaan Air Aktual DAS/Sub-DAS di WS Halmahera
Utara
97
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
Upaya pemenuhan kebutuhan air terdiri atas upaya orientasi pada peningkatan
pasok air dan demand management atau penghematan kebutuhan air. Neraca air
Pulau Ternate yang kritis, dengan sumber daya air terbatas, memaksa kita
menggunakan pendekatan demand management, yaitu penghematan air.
Penghematan air dapat dilakukan dari sumbernya, yaitu mengendalikan jumlah
penduduk dengan keluarga berencana dan pembatasan penduduk baru,
penghematan air dengan tarif progresif, sosialisasi, dan reuse recycle.
Upaya peningkatan pasok untuk Ternate dan Tidore dengan pemanenan hujan
berupa penampung air hujan. Untuk pulau dengan potensi air yang cukup, namun
masih kekurangan air, dapat membangun prasarana sumber daya air seperti
bendung, intake dan pompa
98
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
BAB 6. PENUTUP
1. WS Halmahera Utara dengan luas 8.174 km2 dibagi menjadi 130 DAS.
6. Wilayah Sungai Halmahera Utara memiliki total debit potensi air tanah Q1
dan Q2 sebesar 3638.6 juta m³/tahun dengan 2684 juta m3/tahun potensi
air tanah dalam dan 954 juta m3/tahun potensi air tanah dangkal.
99
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
7. Kebutuhan air RKI untuk WS Halmahera Utara sebesar 1.451 m 3/s yang
mencangkup kebutuhan air rumah tangga sebesar 0.97 m 3/s, kebutuhan air
perkotaan sebesar 0.146 m3/s, dan kebutuhan air industri sebesar 0.335
m3/s.
8. Kebutuhan air irigasi total untuk WS Halmahera Utara yaitu sebesar 3.26
m3/s dan luas irigasi sebesar 2750 Ha.
10. Kebutuhan air perikanan total untuk seluruh WS Halmahera Utara yaitu
sebesar 0.0074 m3/s.
12. Secara keseluruhan WS Halmahera Utara neraca air potensial masih dalam
kondisi surplus baik dengan mempertimbangkan aliran pemeliharaan atau
tidak. Indeks pemakaian air-nya pun masih dalam kondisi tidak kritis dan
indeks ketersediaan air perkapita menunjukkan bahwa WS Halmahera Utara
masuk dalam kategori tanpa tekanan.
100
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
14. Skema Ketersediaan dan Kebutuhan Air serta Grafik Neraca Air WS
Halmahera Utara secara rinci digambarkan sebagai berikut.
101
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
102
-BWS MALUKU UTARA -
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Peta Neraca Air WS Halmahera Utara Skala 1:50.000
LAMPIRAN
Lampiran 2 : Permen Dagri No. 56 tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan
Lampiran 11 : Peta-peta
ix