Anda di halaman 1dari 95

SKRIPSI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PRAKTIK


MANDIRI BIDAN DI KOTA MAKASSAR (BERDASARKAN
PERMENKES NO. 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN
PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN)

OLEH

AGNES SOMI HURINT

B121 14 027

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
HALAMAN JUDUL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN DI

KOTA MAKASSAR (BERDASARKAN PERMENKES NO. 28 TAHUN 2017

TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN)

OLEH
AGNES SOMI HURINT
B121 14 027

SKRIPSI

Sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada Program

Studi Hukum Administrasi Negara

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK

AGNES SOMI HURINT (B121 14 027), dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap
Pelaksanaan Praktik Mandiri Bidan Di Kota Makassar”. Dibimbing oleh Abdul
Razak selaku pembimbing I dan Anshori Ilyas selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami bagaimana


Pelaksanaan Praktik Mandiri Bidan di kota Makassar berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (PerMenKes) Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui bagaimanana
pelaksanaan pelayanan kesehatan bidan terhadap pasiennya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar. Adapun yang
menjadi objek penelitian adalah Dinas Kesehatan kota Makassar dan empat (4)
Praktik Mandiri Bidan yang beroperasi di kota Makassar.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian empiris sosiologis yaitu


pengambilan data Praktik Mandiri/swasta Bidan sekota Makassar di Dinas Kesehatan
Kota Makassar dan pengambilan data, wawancara dan melakukan observasi
langsung di empat (4) Praktik Mandiri Bidan yang beroperasi di kota Makassar.

Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam izin dan
penyelenggaraan praktik mandiri bidan di kota Makassar berjalan dengan baik sesuai
melalui mekanisme dan prosedur Peraturan Menteri Kesehatan (PerMenKes) No. 28
Tahun 2017. Namun dari aturan yang sudah ditetapkan masih ada beberapa
pelanggaran yang terjadi di lapangan yang ditemukan oleh penulis melalui penelitian
yangg dilakukan adalah persyaratan praktik mandiri bidan tidak terpenuhi dan
pelayanan yang dilakukan tidak sesuai wewenang yang dimiliki oleh seorang bidan.

vi
ABSTRACT

AGNES SOMI HURINT (B121 14 027), entitled "Juridical Review of


Independent Midwife Practice in Makassar City (Based on Regulation of the
Minister of Health (Permenkes) Number 28 Year 2017 About the License and
Implementation of Midwife Practice)". Guided by Abdul Razak as mentor I and
Anshori Ilyas as mentor II.

This study aims to know and understand how the implementation of Midwife
Independent Practice in Makassar city based on the Regulation of the Minister of
Health (PerMenKes) Number 28 Year 2017 About the License and Implementation of
Midwife Practice. This study also aims to determine how the implementation of midwife
health services to patients in accordance with applicable provisions. This study was
conducted in Makassar. As for the object of research is the City Health Office of
Makassar and four (4) Independent Practice Midwives who operate in the city of
Makassar.

This research uses sociological empirical research method that is data


collection of Independent Practices Midwives all of Makassar city in Makassar City
Health Office and data collection, interview and direct observation in four (4)
Independent Practice Midwives operating in Makassar city.

The results of this study indicate that in the permit and implementation of self-
employment midwives in the city of Makassar running well in accordance through the
mechanism and procedure of Regulation of the Minister of Health (PerMenKes) no. 28
Year 2017. But from the rules that have been determined there are still some violations
that occurred in the field found by the author through research conducted is the
requirement of self-employment midwife is not met and the services performed do not
match the authority possessed by a midwife.

vii
KATA PENGANTAR

Segala hormat, pujian dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, sumber segala

hikmat, kekuatan dan kebijaksanaan yang senantiasa melimpahkan berkat dan

perlindungan dalam kehidupan penulis, yang oleh kasih dan penyertaanNya selama

ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tinjauan Yuridis

Terhadap Pelaksanaan Praktik Mandiri Bidan Di Kota Makassar (Berdasarkan

PERMENKES No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik

Bidan)”. Penulisan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan dalam penyelesaian

program Sarjana pada program studi Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum

Universitas Hasanuddin.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang

berlimpah kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan maupun

motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, penulis ini

berterimaksih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis yang tercinta Bapa Dominikus Ebang Hurit dan

Mama Maria Semoi Beribe, atas segala pengorbanannya, kesabarannya,

doa, cinta dan bimbingannya kepada penulis dan saudara-saudara yang

lain yang tak pernah tidak pernah hentinya hingga saat ini. Kiranya Tuhan

Yesus senantiasa memberikan kesehatan, kekuatan dan rejeki yang

berlimpah untuk kedua orang tua penulis.

2. Kakak penulis Markus Talu Hurint, kedua adik tersayang Yosep Pati Hurit

dan Octaviana Sabu Hurit, terima kasih atas dukungan dan bantuan serta

menjadi motivator yang terbaik untuk penulis selama menempuh

pendidikan demi menggapai cita-cita penulis.

viii
3. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA.

Dan segenap jajarannya.

4. Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Farida

Patittingi, S.H., M.Hum. dan segenap jajarannya.

5. Ketua Program Studi S1 Hukum Administrasi Negara Prof. Dr. Achmad

Ruslan, S.H., M.H.

6. Bapak Prof. Dr. Abdul Razak, S.H., M.H selaku Pembimbing I dan Bapak

Dr. Anshory Ilyas, S.H., M.H. selaku pembimbing II terima kasih atas

segala kesabaran, petunjuk, saran bimbingan dan waktu yang diluangkan

untuk penulis.

7. Bapak Prof. Dr. Achmad Ruslan, S.H., M.H, Bapak Dr. Romi Librayanto,

S.H., M.H., serta Bapak Muh. Zulfan Hakim, S.H., M.H. selaku dewan

penguji yang telah memberikan masukan dan saran-sarannya kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaiakan tugas akhir ini.

8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen, seluruh staf pegawai akademik dan

Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin ynag telah

memberikan bantuan dan pengarahannya selama proses perkuliahan.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar berserta seluruh pegawai dan staf

yang telah membantu memberikan data selama penelitian dilakukan. Dan

tidak lupa pula kepada seluruh praktik mandiri bidan Kota Makassar yang

telah membantu memberikan pengetahuan dan sudah berpartisipasi

penulis selama penelitian.

10. Saudara-saudari satu rumah yaitu kak kristin, kak toni, kak john dan sepupu

tersayang joe berybe yang senantiasa memberikan motivasi dan materil

untuk mendukung penyelesaian skripsi ini

ix
11. Sahabat seperjuangan semasa kuliah Dien, Suarni, Ekha, Ulfa, Erni,

Yolanda, Sariwana dan seluruh teman-teman prodi HAN yang penulis tidak

dapat menyebutkan satu per satu.

12. Teman-teman KKN Reguler Gel. 96 Desa Tupabbring, Kecamatan Bontoa,

Kabupaten Maros. Khususnya teman seposko Sarina, Deti, Yayat, Kak

Takbir dan Kak Agus.

13. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah

membantu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah penulis susun ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan masukan yang sifatnta membangun guna memperbaiki dan

menyempurnakan skripsi ini.

Makassar, 20 April 2018

AGNES SOMI HURINT

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................... i


PENGESAHAN SKRIPSI ......................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ...................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ................................ v
ABSTRAK ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 8
D. Kegunaan Penelitian ...................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan yuridis UU Kesehatan ............................... 10
1. Undang-Undang Kesehatan ............................. 10
a. dasar hukum ............................................... 10
b. pendapat para ahli ...................................... 12
2. Tenaga Kesehatan ........................................... 14
a. Jenis-jenis tenaga kesehatan ..................... 14
b. Kewenangan tenaga kesehatan ................. 18
c. Sejarah kebidanan ...................................... 19
d. Sejarah Perkembangan Pelayanan

Kebidanan Di Indonesia .............................. 20

B. Perizinan ................................................................. 25
1. Pengertian perizinan ........................................ 25
2. Tujuan dan Fungsi Perizinan ........................... 28
3. Bentuk dan Isi Izin ............................................ 29
C. Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan ................. 30
1. Pengertian izin praktik bidan ....................... 30
2. Prosedur persyaratan izin praktik bidan ...... 33

xi
3. Wewenang Praktek Bidan........................... 38
4. Pembinaan dan Pengawasan ..................... 41
a. Pengertian kegiatan pembinaan dan
pengawasan dalam kebidanan .............. 41
b. Tujuan kegiatan pembinaan dan
Pengawasan ......................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian .................................................... 46
B. Populasi dan Sampel ............................................. 46
C. Jenis dan Sumber Data .......................................... 47
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................... 47
E. Analisis Data .......................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kota Makassar ............. 49
B. Keabsahan Praktik Mandiri Bidan ........................... 59
C. Tugas Pelayanan Praktik Mandiri Bidan .................. 72
1. Pelayanan ........................................................ 72
2. Biaya................................................................ 74
3. Pengawasan .................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................ 78
B. Saran .................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 80
LAMPIRAN

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara hukum yang mempunyai cita-cita

sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945

yang mengatakan “melindungi segenap bangsa indonesia dan

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial’’.1

Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa tersebut

diselenggarakan pembangunan nasional di semua bidang

kehidupan yang bersinambungan yang merupakan suatu rangkaian

pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan terarah.2

Salah satu pembangunan nasional adalah pembangunan hukum

Indonesia. Pelaksanaan pembangunan hukum Indonesia tidak bisa

dilepaskan dengan kegiatan pengembangan ilmu hukum yang

dilakukan selama ini. Kegiatan pembangunan hukum nasional yang

dilakukan tidak berdiri sendiri akan tetapi berkaitan erat dengan

pembangunan dibidang lainnya seperti, pembangunan di bidang

politik, ekonomi, sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan.

1
UUD RI Tahun 1945
2
Penjelasan UU Kesehatan

1
Dari interaksi diantara berbagai faktor tersebut diharapakan dapat

terbentuk suatu sistem hukum nasional.3

Hukum Administrasi Negara (HAN) umum berkenaan dengan

peraturan-peraturan umum mengenai tindakan hukum dan

hubungan Hukum Administrasi Negara atau peraturan-peraturan

dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang Hukum

Administrasi Negara, dalam arti tidak terikat pada bidang tertentu.

Sedangkan Hukum Administrasi Negara (HAN) khusus adalah

peraturan-peraturan yang berkaitan dengan bidang-bidang tertentu

seperti peraturan tentang pertahanan, peraturan kesehatan,

peraturan perpajakan, peraturan bidang pendidikan, peraturan

pertambangan dan sebagainya.

Ada bagian-bagian pokok dari Hukum Administrasi Negara

khusus, yaitu hukum ketertiban dan keamanan umum (recht

openbare orde en veiligheid), Hukum Administrasi Negara bidang

ekonomi (economisch bestuursrecht), Hukum Administrasi Negara

bidang sosial (sociaal bestuursrecht), Hukum Administrasi Negara

bidang kebudayaan (cultureel bestuursrecht), Hukum Administrasi

bidang kesehatan (medisch bestuursrecht), Hukum Administrasi

bidang keuangan (fiscaal bestuursrecht). 4

3
Aminuddin ilmar, 2014, Membangun negara hukum Indonesia, Phinatama
media, Makassar, Hlm. 9.
4
Ridwan HR, 2014, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, Hlm. 42.

2
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya

pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran,

kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Dalam rangka pembangunan sektor kesehatan yang demikian

kompleks dan luas, sangat dirasakan, bahwa peraturan perundang-

undangan yang mendukung upaya kesehatan perlu lebih

disempurnakan dan dtingkatkan.

Dalam UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatakan

bahwa “pembangunan kesehatan diselenggarakan berasaskan

perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata,

perikehidupan dalam keseimbangan, serta kepercayaan akan

kemampuan dan kekuatan sendiri.”5

Oleh karena itu, upaya kesehatan merupakan setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh

pemerintah dan atau oleh masyarakat dengan mempergunakan jasa

tenaga. Kewenangan untuk melaksanakan upaya kesehatan itulah

yang memerlukan peraturan hukum sebagai dasar pembenaran

hukum wewenang kesehatan tersebut.

5
UU RI No.36 Tahun 2009 Tentang kesehatan.

3
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), tenaga kesehatan

merupakan pokok dari subsistem SDM kesehatan, yaitu tatanan

yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan

pelatihan, serta pendayagunaan kesehatan secara terpadu dan

saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur utama dari subsistem ini

adalah perencanaan, pendidikan dan pelatihan, dan

pendayagunaan tenaga kesehatan. 6

Salah satu tenaga kesehatan yang terpenting adalah Bidan.

Dalam pasal 1 ayat (1) PerMenKes No. 28 Tahun 2017 mengatakan

“Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan

yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan”. Dan pada ayat (2) mengatakan “praktek

kebidanan adalah kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Bidan

dalam bentuk asuhan kebidanan”. 7

Salah satu izin praktik tenaga kesehatan yang menjadi

kewenangan dari pemerintah daerah adalah izin praktik bidan yang

mempunyai arti sangat penting dalam pelayanan kesehatan

masyarakat khususnya untuk penanganan atau pelayanan ibu hamil

dan anak. Seorang bidan yang membuka praktik mandiri dapat

disebut juga sebagai wirausahawan. Bidan sebagai pelaku usaha

6
http://tenaga-kesehatan-di-indonesia_18.html. diakses pada tanggal 06
Februari 2018.
7
Permenkes No.28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.

4
mandiri dapat berhasil baik dituntut untuk mampu sebagai manajerial

dan pelaksana usaha, di dukung pula kemampuan menyusun

perencanaan berdasarkan visi yang diimplementasikan secara

strategis dan mempunyai kemampuan personal selling yang baik

guna meraih sukses. Diharapkan bidan nantinya mampu

memberikan pelayanan kesehatan sesuai profesi dan mampu

mengelola manajemen pelayanan secara profesional, serta

mempunyai jiwa entrepreneur.8

Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health

provider) diharapkan mampu melaksanakan pelayanan kebidanan

dengan baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer,

yaitu mampu mengelola segala sesuatu tentang kliennya sehingga

tercapai tujuan yang diharapkan. Bidan merupakan seseorang yang

telah mengikuti program pendidikan bidan dan diakui sesuai

kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki ijin yang sah

(lisensi) untuk melakukan praktik bidan. Bidan sebagai salah satu

tenaga kesehatan pemberi pelayanan kepada masyarakat harus

memberikan pelayanan yang terbaik demi mendukung program

pemerintah untuk pembangunan dalam negeri, salah satunya dalam

aspek kesehatan.9

8
http//bidan-praktek-swasta.html. diakses pada tanggal 06 februari 2018.
9
http://pelatihanrumahsakit.com/manajemen-penyelenggaraan-praktik-mandiri-bidan/
diakses pada tanggal 07 februari 2018

5
Praktek Mandiri Bidan ( PMB ) merupakan bentuk pelayanan

kesehatan di bidang kesehatan dasar. Praktek bidan adalah

serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

bidan kepada pasien (individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai

dengan kewenangan dan kemampuannya. Bidan yang menjalankan

praktek harus memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB) sehingga

dapat menjalankan praktek pada saran kesehatan atau program.

Bidan Praktek Mandiri memiliki berbagai persyaratan khusus untuk

menjalankan prakteknya, seperti tempat atau ruangan praktek,

peralatan, dan obat–obatan. Namun pada kenyataannya PMB

sekarang kurang memperhatikan dan memenuhi kelengkapan

praktek serta kebutuhan kliennya. Di samping peralatan yang kurang

lengkap tindakan dalam memberikan pelayanan kurang ramah dan

bersahabat dengan klien. Sehingga masyarakat berasumsi bahwa

pelayanan kesehatan bidan praktek mandiri tersebut kurang

memuaskan. Praktek pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia

layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam

memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan

kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa

layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu, perlu

adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas persiapannya

sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek seperti perizinan,

6
tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi

semuanya harus sesuai dengan standar.10

Berdasarkan pasal 30 ayat (1) PMK No.28 Tahun 2017

mengatakan “Bidan yang menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan

harus memenuhi persyaratan, selain ketentuan persyaratan

memperoleh SIPB”. Persyaratan meliputi persyaratan lokasi,

bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan bahan habis pakai.

Namun pada realitanya di kota Makassar ada beberapa Praktik

Mandiri Bidan belum memenuhi atau belum melengkapi persyaratan

yang dimaksud diatas. Dan adapun pelayanan yang dilayani oleh

Praktik Mandiri Bidan harus sesuai dengan kewenangan yang

dimilikinya. Tetapi dilapangan terjadi penyimpangan kewenangan

yang dimiliki oleh seorang Bidan. Oleh karena itu, penulis tertarik

untuk mengkaji lebih jauh terkait perkara tersebut dengan

mengangkat judul “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

PELAKSANAAN PRAKTIK MANDIRI BIDAN DI KOTA

MAKASSAR (BERDASARKAN PERMENKES NO. 28 TAHUN

2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAN PRAKTIK

BIDAN)”

10
Persiapan_Membuka_BPM_MEMBUKA_BIDAN_PRAK-2,Pdf

7
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keabsahan praktik mandiri bidan di kota Makassar?

2. Bagaimana tugas-tugas pelayanan praktik mandiri bidan di kota

Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana keabsahan

praktik mandiri bidan di kota Makassar

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana tugas pelayanan

praktik mandiri bidan di kota Makassar

D. Kegunaan Penelitian

1. Dari segi teoritis

Dapat memberikan sumbangan teoritis bagi perkembangan

dan kemajuan Hukum Administrasi Negara. Diharapkan

penulisan ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi para

akademisi, penulis dan kalangan yang berminat dalam bidang

kajian yang sama.

2. Dari segi praktis

Dapat dijadikan masukan dan sumber informasi bagi

pemerintah dan lembaga yang terkait ketertiban umum dalam hal

ini perizinan. Juga dapat dijadikan sumber informasi dan

referensi bagi para pengambil kebijakan guna mengambil

langkah-langkah strategis dalam pelaksanaan penerapan hukum

terhadap perizinan praktek Bidan yang tidak sesuai dengan

8
PerMenKes No.28 Tahun 2017 Tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktek Bidan di kota Makassar.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan yuridis UU kesehatan

1. UU Kesehatan

a. Dasar hukum

Di negara hukum yang sudah meningkat kearah negara kesejahteraan

menjadi kewajiban negara dengan alat perlengkapannya untuk

mewujudkan keadaan bagi kehidupan. Kehidupan bagi setiap orang dan

masyarakat memperoleh kesejahteraan (well being) menurut pasal 1-6

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 yang sudah direvisi dengan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 1992 kemudian direvisi lagi dengan Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, berarti melibatkan

tenaga kesehatan atau dokter turut secara aktif dalam semua usaha

kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah. 11

UU No. 9 Tahun 1960 yang sudah direvisi dengan UU No. 23 Tahun

1992 kemudian direvisi lagi dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan, menegaskan bahwa kesehatan masyarakat merupakan salah

satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa, dan

mempunyai peranan penting dalam penyusunan masyarakat adil, makmur,

dan sejahtera. Dan karena kesejahteraan umum termasuk kesehatan,

11
Muhamad sadi, 2017, etika hukum kesehatan teori dan aplikasinya di Indonesia,
kencana, jakarta, Hlm. 5

10
maka haruslah diusahakan pelaksanaan cita-cita bangsa yang tercantum

dalam alinea keempat UUD RI 1945, yaitu mewujudkan suatu tata

masyarakat yang adil, makmur, materiil, dan spiritual berdasarkan

pancasila. Bagi suatu masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan

sejahtera, soal kesehatan merupakan suatu unsur yang sangat penting.

Sehubungan dengan itu, maka perlu ditetapkan suatu UU tentang pokok-

pokok kesehatan yang sesuai dengan dasar-dasar negara kita serta sesuai

dengan kemajuan ilmu pengetahuan, peraturan yang sampai sekarang

berlaku yaitu Het Reglement op de Dienst der Volksge zondheid dengan

peraturan-peraturan pelaksananya, yang tidak sesuai lagi dengan alam

kemerdekaan dan hasrat pembangunan bangsa Indonesia, perlu segera

diganti dengan suatu UU pokok sebagai landasan bagi peraturan-peraturan

kesehatan selanjutnya. kesehatan terlihat jelas masih sangat kurang. Satu

demi satu terdapat beberapa contoh kasus yang terjadi terhadap seorang

pasien yang tidak mendapatkan pelayanan semestinya, yang terburuk dan

kadang-kadang akan berakhir dengan kematian. 12

Mengingat kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam

kehidupan masyarakat, maka pemerintah harus menciptakan suatu

pembangunan kesehatan yang memadai sebagai upaya perbaikan

terhadap buruknya tingkat kesehatan selama ini. Dalam UUD RI Tahun

1945 pada pasal 28H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar

setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan

12
Ibid., Hlm. 12.

11
kesehatan termasuk masyarakat miskin, dalam implementasinya

dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan keuangan

pemerintah dan pemerintah daerah, dalam pasal 34 ayat (3) menyatakan

bahwa “negara bertanggungjawab atas penyediaan fasiltas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Dalam UU No. 36

Tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa kesehatan merupakan

hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam UUD RI Tahun 1945, setiap hal yang menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan

menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi

pembangunan negara, dan upaya pembangunan harus dilandasi dengan

wawasan kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus

memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggungjawab

semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat.13

b. Pendapat para ahli

Hukum kesehatan (health law) merupakan suatu spesialisasi dari ilmu

hukum yang ruang lingkupnya meliputi segala peraturan perundang-

undangan di sektor pemelihara kesehatan. Banyak istilah yang digunakan

oleh para pakar, ada yang menyebutnya hukum kedokteran dan hukum

13
Ibid., Hlm. 14.

12
medik sebagai terjemahan dari medical law dan droit medical. Para ahli

hukum dan dokter yang berasal dari Inggris, Amerika, dan Australia

menggunakan istilah medical law, sedangkan mereka yang berasal dari

Perancis dan Belgia menggunakan istilah droit medical. Dengan demikian

health law diterjemahkan sebagai hukum kesehatan, sedangkan istilah

hukum kedokteran tetap digunakan sebagai bagian dari hukum kesehatan

yang semula disebut hukum medik.14

Menurut Kansil hukum kesehatan adalah rangkaian peraturan

perundang-undangan dalam bidang kesehatan yang mengatur pelayanan

medik dan sarana medik. Menurut pasal 1 Anggaran Dasar Perhimpunan

Hukum Kesehatan Indonesia (Perhuki), hukum kesehatan adalah semua

ketentuan hukum yang berhubungan langsung dengan

pemeliharaan/pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan

kewajiban baik dari perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai

penerima pelayanan kesehatan maupun dari pihak penyelenggara

pelayanan kesehatan dalam segala aspek organisasi, sarana, pedoman-

pedoman medis nasional/internasional, hukum dibidang kesehatan,

jurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran/kesehatan. 15

Van der Mijn (Soekanto dan Herkutanto, 1986) merumuskan Hukum

Kesehatan sebagai :

14
Hendrik, 2014, Etika dan Hukum Kesehatan, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta,Hlm. 24.
15
Ibid. Hlm. 25

13
“Health law can be defined as the body of rules that relates directly to

the care for health as well as to the application of general civil, criminal and

administrative law. Medical law, the study of the juridical relations to which

the doctor is a party, is a part of health law. In health care a range of juridical

relations, in which the doctor is not involved, exist and become more and

more important....” 16

2. Tenaga kesehatan

a. Jenis tenaga kesehatan

Pada pasal 1 angka 6 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

mengatakan bahwa “Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan

atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis


17
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Sumber Daya Manusia menurut Sistem Kesehatan Nasional 2004

adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan,

pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara

terpadu dan saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu, SDM

kesehatan menurut UU No. 36 Tahun 2014 adalah semua orang yang

bekerja secara aktif di bidang kesehatan, baik untuk jenis tertentu yang

memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga

16
Indar, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Lembaga Penerbitan Unhas (Lephas),
Makassar, Hlm. 85.
17
UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

14
kesehatan menurut SKN 2004 adalah semua orang yang bekerja secara

aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan

formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan

upaya kesehatan. Sementara itu, tenaga kesehatan menurut UU No. 36

Tahun 2014 adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan. 18

Tugas tenaga kesehatan berdasarkan ketentuan pasal 23 ayat (2)

UU 36 Tahun 2009 adalah kewenangan untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki19.

Adapun jenis-jenis tenaga kesehatan terdapat dalam pasal 11 UU

No. 36 Tahun 2014 adalah:20

(1). Tenaga kesehatan dikelompokan dalam:

a. Tenaga medis

b. Tenaga psikologi klinis

c. Tenaga keperawatan

d. Tenaga kebidanan

e. Tenaga kefarmasian

f. Tenaga kesehatan masyarakatan

g. Tenaga kesehatan lingkungan

18
Wiku adisasmito, 2010, sistem kesehatan, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hlm. 124.
19
UU RI No. 36 Tahun 2009, Op.cit.,
20
UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

15
h. Tenaga gizi

i. Tenaga keterapian fisik

j. Tenaga keteknisian medis

k. Tenaga teknik biomedika

l. Tenaga kesehatan tradisional dan

m. Tenaga kesehatan lainnya.

(2). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

terdiri atas dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter

spesialis gigi

(3). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga psikologi klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b adalah psikologi klinis

(4). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c terdiri atas berbagai jenis perawat

(5). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d adalah bidan

(6). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

16
(7). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf f terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga

promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing

kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan

kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan, serta

tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.

(8). Jenis tenaga kesehatan yang ternasuk dalam kelompok

tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf g terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan,

entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

(9). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga gizi sebagaimana dimaksud pasa ayat (1) huruf h

terdiri atas nutrisionis dan dietisien

(10). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf i terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis

wicara dan akunpuntur

(11). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga keteniksian medis sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf j terdiri atas perekam medis dan informasi

kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah,

17
refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata

anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis

(12). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga teknik biomedika sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf k terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli

teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis

dan ortotik protetik

(13). Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok

tenaga kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf l terdiri atas tenaga kesehatan tradisional

ramuan dan tenaga kesehatan tardisional keterampilan

(14). Tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf m ditetapkan oleh Menteri.

b. Kewenangan tenaga kesehatan

Dalam UU kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 2 ayat (2) disebutkan

dengan tegas tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan

pelayanan kesehatan. Ayat (2) pasal ini menegaskan bahwa kewenangan

untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.

Penjelasan pasal ini menyatakan kewenangan yang diberikan berdasarkan

18
pendidikannya setelah melalui proses registrasi dan pemberian izin dari

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.21

Salah satu tenaga kesehatan yang sangat penting adalah bidan.

Menurut PerMenKes No. 28 Tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan

praktik bidan pasal 1 ayat (1) menyatakan bidan adalah seorang

perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.22

Bidan adalah salah satu profesi di bidang kesehatan yang secara

khusus menangani kehamilan, persalinan, keadaan setelah melahirkan

serta pelayanan-pelayanan paramedis yang berhubungan dengan organ

reproduksi.23

c. Sejarah Kebidanan

Perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan nasional

maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini menunjukkan bahwa

perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal yang

penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya

bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.

Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya

pelayanan dan pendidikan kebidanan adalah masih tingginya mortalitas

21
Indar.2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Lembaga penerbit Unhas. Makassar.Hlm. 118.
22
Permenkes no.36 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan
23
https://id.wikipedia.org/wiki/Kebidanan diakses pada tanggal 10 februari 2018

19
dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin, khususnya di negara

berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar 25-50%. Mengingat hal

diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan

pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga

terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai

catatan pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah

ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan

berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan

maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang

sesuai.

d. Sejarah Perkembangan Pelayanan Kebidanan Di Indonesia

Perkembangan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terbatas dari

masa penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah

dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan

masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi. Pelayanan kebidanan

adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi bidan

dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan

yang tepat akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan

bayinya. Layanan kebidanan/oleh bidan dapat dibedakan meliputi :

a. Layanan kebidanan primer yaitu layanan yang diberikan

sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.

20
b. Layanan kolaborasi yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai

anggota tim secara bersama-sama dengan profesi lain dalam rangka

pemberian pelayanan kesehatan.

c. Layanan kebidanan rujukan yaitu merupakan pengalihan tanggung

jawab layanan oleh bidan kepada system layanan yang lebih tinggi

atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan tanggung jawab

layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya seperti

rujukan.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan

anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun

1807 (zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels) para dukun

dilatih dalam pertolongan persalinan, tetapi keadaan ini tidak berlangsung

lama karena tidak adanya pelatih kebidanan.

Adapun pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang

Belanda yang ada di Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter

Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot

Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum merupakan pelajaran, baru tahun

1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan Masland, Ilmu kebidanan

diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan dokter tersebut,

pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia

oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu pelayanan

kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan. Pada tahun 1952

mulai diadakan pelatihan bidan secara formal agar dapat meningkatkan

21
kualitas pertolongan persalinan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan

tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh di

masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah

Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang

akhirnya dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara. Seiring dengan

pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).

Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi

kepada masyarakat yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) pada tahun 1957. Puskesmas memberikan pelayanan

berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang bertugas di Puskesmas

berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk

pelayanan keluarga berencana.

Mulai tahun 1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan

dekat dengan masyarakat. Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara

lisan pada Sidang Kabinet Tahun 1992 tentang perlunya mendidik bidan

untuk penempatan bidan di desa.

Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan

KIA, khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas

serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun

bayi. Dalam melaksanakan tugas pokoknya bidan di desa melaksanakan

kunjungan rumah pada ibu dan anak yang memerlukannya, mengadakan

22
pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta mengembangkan

Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Hal tersebut di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa.

Pelayanan yang diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat

berbeda halnya dengan bidan yang bekerja di rumah sakit, dimana

pelayanan yang diberikan berorientasi pada individu. Bidan di rumah sakit

memberikan pelayanan poliklinik antenatal, gangguan kesehatan

reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil, pendidikan

perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang

perinatal.

Titik tolak dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun

1994 yang menekankan pada reproduktive health (kesehatan reproduksi),

memperluas area garapan pelayanan bidan. Area tersebut meliputi: :

1. Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan abortus

2. .Family planning.

3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat reproduksi

4. Kesehatan reproduksi remaja

5. Kesehatan reproduksi pada orang tua.

Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan

pada kemampuan dan kewenangan yang diberikan. Kewenangan tersebut

diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes). Permenkes yang

menyangkut wewenang bidan selalu mengalami perubahan sesuai dengan

23
kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Permenkes tersebut dimulai dari :

a. Permenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada

pertolongan persalinan normal secara mandiri, didampingi tugas

lain.

b. Permenkes No. 363/IX/1980, yang kemudian diubah menjadi

Permenkes 623/1989 wewenang bidan dibagi menjadi dua yaitu

wewenang umum dan khusus ditetapkan bila bidan

melaksanakan tindakan khusus di bawah pengawasan dokter.

pelaksanaan dari Permenkes ini, bidan dalam melaksanakan

praktek perorangan di bawah pengawasan dokter

c. Permenkes No. 572/VI/1996, wewenang ini mengatur tentang

registrasi dan praktek bidan.

d. Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan

praktek bidan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996

Bidan dalam melaksanakan prakteknya diberi kewenangan yang

mandiri. Kewenangan tersebut disertai dengan kemampuan dalam

melaksanakan tindakan. Dalam wewenang tersebut mencakup :

 Pelayanan kebidanan yang meliputi pelayanan ibu dan anak.

 Pelayanan Keluarga Berencana

 Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

24
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi

dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan

kemampuannya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang

pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam

aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktek

harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman

serta berdasarkan standar profesi. Pencapaian kemampuan bidan sesuai

dengan Kepmenkes No. 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan

yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan

kemampuan bidan sebagai tenaga profesional dan mandiri. 24

B. Perizinan

1. Pengertian perizinan

Di dalam kamus Hukum, izin (vergunning) dijelaskan sebagai

“overheidstoestemming door wet of verordening vereist gesteld voor tal van

handeling waarop in het algemeen belang speciaal toezicht vereist is, maar

die, in het algemeen, niet als onwenselijk worden beschouwd”

(perkenan/izin dari pemerintah berdasarkan Undang-Undang atau

peraturan pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada

umumnya memerlukan pengawasan khusus, tetapi yang pada umumnya

tidaklah dianggap hal-hal yang sama sekali tidak dikehendaki). Ateng

Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan

24
http://www.fkunissula.ac.id diakses pada tanggal 10 februari 2018

25
halangan, hal yang dilarang menjadi boleh atau “als opheffing van een

algemeen verbodsregel in het conrete geval” (sebagai peniadaan ketentuan

larangan umum dalam peristiwa konkret). Menurut Sjachran Basah, izin

adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan

dan prosedur sebagaiman yang ditetapkan oleh ketentuan pearturan

perundang-undangan. E.Utrecht, mengatakan bahwa bilamana pembuat

peraturan pada umumnya tidak melarang suatu perbuatan, tetapi masih

juga memperkenankannya asal saja diadakan secara yang ditentukan

untuk masing-masing hal konkret, maka keputusan administrasi negara

memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunning).25

Menurut N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge pengertian izin dalam arti

luas dan arti sempit, yaitu sebagai berikut :

a. Dalam arti luas

Izin adalah salah satu instrumen yang paling banyak digunakan

dalam Hukum Administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai

sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Izin ialah

suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau

peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari

ketentuan-ketentuan larangan perundangan. dengan memberi izin,

25
Ridwan, 2014, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Hlm. 199.

26
penguasa memperkenankan orang yang memohonnya untuk melakukan

tindakan-tindakan tertentu yang sebenarnya dilarang. Ini menyangkut

perkenan bagi suatu tindakan yang demi kepentingan umum

mengharuskan pengawasan khusus atasnya.

b. Dalam arti sempit

Izin adalah pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada

umumnya didasarkan pada keinginan pembuat Undang-Undang untuk

mencapai suatu tatanan tertentu atau untuk menghalangi keadaan-

keadaan yang buruk. Tujuannya ialah mengatur tindakan-tindakan yang

oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap tercela, namun

di mana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan sekadarnya.

Yang pada pokok izin ialah bahwa suatu tindakan dilarang, terkecuali

diperkenankan, dengan tujuan agar dalam ketentuan-ketentuan yang

disangkutkan dengan perkenan dapat dengan teliti diberikan batas-batas

tertentu bagi tiap kasus. Jadi persoalannya bukanlah untuk hanya

memberi perkenan tindakan yang diperkenankan dilakukan dengan cara

tertentu.26

26
Ridwan, 2014, Hukum Administrasi Negara, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
Hlm. 200.

27
2. Tujuan dan fungsi perizinan

Izin sebagai instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah

untuk mempengaruhi para warga agar mau mengikuti cara yang

dianjurkannya guna mencapai suatu tujuan konkret. Sebagai suatu

instrumen, izin berfungsi selaku ujung tombak instrumen hukum sebagai

pengarah, perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makmur itu

dijelmakan. Hal ini berarti, lewat izin dapat diketahui bagaimana gambaran

masyarakat yang adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti persyaratan-

persyaratan yang terkandung dalam izin merupakan pengendalian dalam

memfungsikan izin itu sendir. Apabila dikatakan bahwa izin itu dapat

difungsikan sebagai instrumen pengendalian dan instrumen untuk

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang

diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, maka

penataan dan pengaturan izin ini sudah semestinya harus dilakukan

dengan sebaik-baiknya. Menurut Prajudi Atmosudirdjo, bahwa berkenaan

dengan fungsi-fungsi hukum modern, izin dapat diletakkan dalam fungsi

menertibkan masyarakat.

Adapun mengenai tujuan perizinan, hal ini tergantung pada kenyataan

konkret yang dihadapi. Keragaman peristiwa konkret menyebabkan

keragaman pula dari tujuan izin ini, yang secara umum dapat disebutkan

sebagai berikut :

28
a. Keinginan mengarahkan (mengendalikan “sturen” ) aktivitas-

aktivitas tertentu (misalnya izin bangunan)

b. Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan)

c. Keinginan melindungi objek-objek tertentu (izin terbang, izin

membongkar, pada monumen-monumen)

d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni di

daerah padat penduduk)

e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-

aktivitas (izin berdasarkan “drank en horecawet”, di mana

pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu).27

3. Bentuk dan isi izin

Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari keputusan, izin

selalu dibuat dalam bentuk tertulis. Sebagai keputusan tertulis, secara

umum izin memuat hal-hal sebagai berikut :

a. Organ yang wewenang

b. Yang dialamatkan

c. Diktum

d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan persyaratan-

persyaratan

e. Pemberian alasan

27
Ibid., Hlm. 209.

29
f. Pemberitahuan-pemberitahuan tambahan28

C. Izin dan penyelenggaraan praktik Bidan

1. Pengertian izin praktik bidan

Perizinan adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau

pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun tanda daftar

usaha. Izin adalah suatu instrumen yang paling banyak digunakan dalam

hukum administrasi, untuk mengemudikan tingkah laku para warga. 29

Dalam rangka melindungi masyarakat penerima pelayanan

kesehatan, setiap tenaga kesehatan akan menjalankan praktik

keprofesiannya harus memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Bidan merupakan salah satu dari tenaga kesehatan

yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan asuhan

kebidanan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Dasar hukum yang menaungi atau menjadikan payung dalam izin

dan praktik bidan yaitu dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga

kesehatan, kepmenkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/II/2002 tentang

Registrasi dan Praktik Bidan.

Pasal 1 ayat (11) UU No. 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan

mengatakan bahwa “surat izin praktik yang selanjutnya disebut SIP adalah

28
Ibid., Hlm.212.
29
Philipus M. Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Surabaya: Yuridika, 1993, hlm.2.

30
bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota

kepada tenaga kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk

menjalankan praktik”

Dalam kepmenkes Nomor 900/Menkes/SK/VII/II/2002 tentang

Registrasi dan Praktik Bidan mengatakan Bidan adalah seorang wanita

yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian sesuai

dengan persyaratan yang berlaku. Registrasi adalah proses pendaftaran,

pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan

memenuhi minimal kompetensi inti atau standar penampilan minimal yang

ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampu melaksanakan praktik

profesinya. Surat Izin Bidan selanjutnya disebut SIB adalah bukti tertulis

pemberian kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan

di seluruh wilayah Republik Indonesia. Praktik Bidan adalah serangkaian

kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan kepada pasien

(individu, keluarga, dan masyarakat) sesuai dengan kewenangan dan

kemampuannya. Surat Izin Praktik Bidan selanjutnya disebut SIPB adalah

bukti tertulis yang diberikan kepada bidan untuk menjalankan praktik bidan.

Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai

petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik.

Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang Izin dan penyelenggaraan

praktik Bidan mengatakan bahwa Bidan adalah seorang perempuan yang

lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan

31
pemberian pelayanan yang dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan

kebidanan. Surat Tanda Registrasi Bidan yang selanjutnya disingkat STRB

adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bidan yang

telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Surat Izin Praktik Bidan yang selanjutnya disingkat

SIPB adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah

kabupaten/kota kepada Bidan sebagai pemberian kewenangan untuk

menjalankan praktik kebidanan. Praktik Mandiri Bidan adalah tempat

pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan kebidanan yang dilakukan oleh

Bidan secara perorangan. Instansi Pemberi Izin adalah instansi atau satuan

kerja yang ditunjuk oleh pemerintah daerah kabupaten/kota untuk

menerbitkan izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat

yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,

baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Organisasi Profesi

adalah wadah berhimpunnya tenaga kesehatan bidan di Indonesia.

Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh

Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah

Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

32
kewenangan daerah otonom. Menteri adalah menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

2. Prosedur untuk mendapatkan praktik izin bidan

Untuk memperoleh surat izin praktik bidan (SIPB), Bidan harus

mengajukan permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dengan

melampirkan:

a. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli;

b. surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin

praktik;

c. surat pernyataan memiliki tempat praktik;

d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik;

e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm

sebanyak 3 (tiga) lembar;

f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota

setempat; dan

g. rekomendasi dari Organisasi Profesi.

Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan

Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik dikecualikan untuk Praktik Mandiri

Bidan. Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas kesehatan

kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi tidak diperlukan. Untuk Praktik

Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi dikeluarkan oleh dinas

kesehatan kabupaten/kota setelah dilakukan visitasi penilaian pemenuhan

33
persyaratan tempat praktik Bidan. Contoh surat permohonan memperoleh

SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir III yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Contoh SIPB sebagaimana

tercantum dalam formulir IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Menteri ini.

Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak

berkas permohonan diterima dan dinyatakan lengkap, Instansi Pemberi Izin

harus mengeluarkan SIPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pernyataan lengkap dibuktikan dengan surat tanda penerimaan

kelengkapan berkas.

SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal:

a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB;

b. masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang;

c. dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin; atau

d. Bidan meninggal dunia.

3. Persyaratan untuk menyelengarakan praktik mandiri bidan

Dalam Permenkes No. 28 Tahun 2017 tentang izin dan penyelengaraan

praktik mandiri bidan pasal 1 ayat (5) mengatakan bahwa “Praktik Mandiri

Bidan adalah tempat pelaksanaan rangkaian kegiatan pelayanan

kebidanan yang dilakukan oleh Bidan secara perorangan”.

Bidan yang menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan harus memenuhi

persyaratan, selain ketentuan persyaratan memperoleh SIPB. Persyaratan

34
meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan

bahan habis pakai, terdapat dalam Permenkes No.28 Tahun 2017 tentang

izin dan penyelenggaraan praktik bidan dalam pasal 30 sampai pasal 36.

1) Persyaratan lokasi berupa Praktik Mandiri Bidan harus berada pada

lokasi yang mudah untuk akses rujukan dan memperhatikan aspek

kesehatan lingkungan. Persyaratan bangunan meliputi ruang dalam

bangunan Praktik Mandiri Bidan yang terdiri atas:

a. ruang tunggu;

b. ruang periksa;

c. ruang bersalin;

d. ruang nifas;

e. WC/kamar mandi; dan

f. ruang lain sesuai kebutuhan.

2) Bangunan Praktik Mandiri Bidan harus bersifat permanen dan tidak

bergabung fisik bangunan lainnya. Sebagaimana tidak bergabung fisik

bangunan lainnya, yakni tidak termasuk rumah tinggal perorangan,

apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan

yang sejenis. Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal

perorangan, akses pintu keluar masuk tempat praktik harus terpisah

dari tempat tinggal perorangan. Bangunan praktik mandiri Bidan harus

memperhatikan fungsi, keamanan, kenyamanan dan kemudahan

dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan

35
kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak

dan orang usia lanjut.

3) Persyaratan prasarana Praktik Mandiri Bidan paling sedikit memiliki:

a. sistem air bersih;

b. sistem kelistrikan atau pencahayaan yang cukup;

c. ventilasi/sirkulasi udara yang baik; dan

d. prasarana lain sesuai kebutuhan.

4) Persyaratan peralatan berupa peralatan Praktik Mandiri Bidan harus

dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik untuk

menyelenggarakan pelayanan.

5) Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan

meliputi pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan

untuk pelayanan antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi

baru lahir, nifas, keluarga berencana, dan penanganan awal kasus

kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. Obat dan bahan habis

pakai hanya diperoleh dari apotek melalui surat pesanan kebutuhan

obat dan bahan habis pakai. Bidan yang melakukan praktik mandiri

harus melakukan pendokumentasian surat pesanan kebutuhan obat

dan bahan habis pakai serta melakukan pengelolaan obat yang baik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Praktik Mandiri Bidan harus melaksanakan pengelolaan limbah medis.

Pengelolaan limbah medis dapat dilakukan melalui kerjasama dengan

institusi yang memiliki instalasi pengelolaan limbah. Praktik Mandiri Bidan

36
harus memasang papan nama pada bagian atau ruang yang mudah

terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan ukuran 60x90 cm

dasar papan nama berwarna putih dan tulisan berwarna hitam. Papan nama

paling sedikit memuat nama Bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu

pelayanan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melakukan penilaian

terhadap pemenuhan persyaratan Praktik Mandiri Bidan, dengan

menggunakan instrumen penilaian sebagaimana tercantum dalam Formulir

I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri. Hasil

penilaian kelayakan, menjadi dasar dalam pembuatan rekomendasi dari

kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.

Praktik Mandiri Bidan tidak memerlukan izin penyelenggaraan sebagai

Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Izin penyelenggaraan Praktik Mandiri

Bidan melekat pada SIPB yang bersangkutan. Bidan dalam

menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan dapat dibantu oleh tenaga

kesehatan lain atau tenaga nonkesehatan. Tenaga kesehatan lain harus

memiliki SIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bidan yang berhalangan sementara dalam melaksanakan praktik

kebidanan dapat menunjuk Bidan pengganti dan melaporkannya kepada

kepala puskesmas setempat. Bidan pengganti harus memiliki SIPB dan

tidak harus SIPB di tempat tersebut. Dalam rangka melaksanakan praktik

kebidanan, Praktik Mandiri Bidan dapat melakukan pemeriksaan

laboratorium sederhana antenatal sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

37
3. kewenangan praktik bidan

Kewenangan praktik bidan dalam penyelenggaraan Praktik

Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa sebelum hamil, masa

hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua

kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan:

a. konseling pada masa sebelum hamil;

b. antenatal pada kehamilan normal;

c. persalinan normal;

d. ibu nifas normal;

e. ibu menyusui; dan

f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, Bidan berwenang

melakukan:

a. episiotomi;

b. pertolongan persalinan normal;

c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

38
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan

perujukan;

e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu

ibu eksklusif;

h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan

postpartum;

i. penyuluhan dan konseling;

j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak

balita, dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan

anak, Bidan berwenang melakukan:

a. pelayanan neonatal esensial;

b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan

perujukan;

c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; dan

d. konseling dan penyuluhan.

Pelayanan noenatal esensial meliputi inisiasi menyusui dini,

pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1,

39
pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan

tanda bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak

dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan

Kesehatan yang lebih mampu. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan

dengan perujukan meliputi:

a. penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan

jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;

b. penanganan awal hipotemia pada bayi baru lahir dengan BBLR

melalui penggunaan selimut atau fasilitas dengan cara

menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;

c. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol

atau povidan iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan

kering; dan

d. membersihkan dan memberikan salep mata pada bayi baru lahir

dengan infeksi gonore (GO);

Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran

lingkar kepala, pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan

intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang balita dengan menggunakan

Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Konseling dan penyuluhan meliputi pemberian komunikasi,

informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi

40
baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan

kesehatan, imunisasi, gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

a. Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana Bidan berwenang memberikan:

penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

b. pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

4. Pembinaan dan pengawasan praktik

A. Pengertian kegiatan pembinaan dan pengawasan dalam kebidanan

Pembinaan dan pengawasan dalam praktik kebidanan merupakan

suatu kegiatan pembimbingan bidan yang dilakukan oleh pemerintah

daerah beserta organisasi lainnya guna untuk memperbaiki kualitas dan

kinerja bidan dalam praktik kebidanan sehingga kegiatan perencanaan

yang dilikukan bidan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan

prosedur.30

B. Tujuan kegiatan pembinaan dan pengawasan

30
www.asuhankebidanan.com diakses pada tanggal 09 april 2018

41
Pembinaan dan pengawasan dalam praktik kebidanan dilakukan oleh

pemerintah dan pemerintah daerah serta mengikutsertakan organisasi

profesi. Hal ini bertujuan untuk :31

a. Meningkatkan mutu pelayanan

b. Mengutamakan keselamatan pasien

c. Melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat

menimbulkan bahaya bagi kesehatan.

Dalam pelaksanaan tugas tersebut, hal yang dilakukan kepala dinas

kesehatan kabupaten/kota adalah:32

a. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, kepala dinas kesehatan

kabupaten/kota dapat membentuk Tim/Panitia yang bertugas

melakukan pemantauan pelaksanaan praktik Bidan di wilayahnya.

b. Tim/panitia sebagaimana dimaksud terdiri dari unsur pemerintah,

Ikatan Bidan Indonesia dan profesi kesehatan terkait lainnya.

c. Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus membuat pemetaan

tenaga bidan praktik mandiri dan bidan di desa serta menetapkan

dokter puskesmas terdekat untuk pelaksanaan tugas supervise

terhadap bidan di wilayah tersebut.

31
Ibid.,

32
Ibid.,

42
Dalam kegiatan pembinaan dan pengawasan, bidan wajib melakukan

hal-hal sesuai dengan ketentuan yang ada, hal tersebut berupa: 33

a. Bidan wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya

ditetapkan oleh organisasi profesi

b. Angka kredit sebagaimana dimaksudkan dikumpulkan dari angka

kegiatan pendidikan dan kegiatan ilmiah dan pengabdian

masyarakat

c. Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur

sebagaimana dimaksudkan ditetapkan oleh organisasi profesi

d. Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan

mendorong para anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit

yang ditentukan

Dinas kesehatan juga melakukan kegiatan pembinaan bekerja sama

dengan ikatan profesi Ikatan Bidan Indonesia (IBI) terhadap bidan yaitu

dengan dilakukannya pelatihan-pelatihan mengenai perkembangan ilmu

pengetahuan dan informasi mengenai bidang sekurang-kurangnya 2 bulan

sekali. Ikatan Bidan Indonesia (IBI) merupakan suatu wadah perkumpulan

yang anggotanya adalah bidan-bidan. Adapun yang menjadi peran dari

Ikatan Bidan Indonesia yaitu memberikan kegiatan dan pelatihan terhadap

bidan-bidan dan juga memberikan rekomendasi kepada Kepala Dinas

33
Ibid.,

43
Kesehatan Kabupaten/kota dalam pemberian izin praktik bidan apabila

telah terjadi pelanggaran.

Pimpinan sarana kesehatan wajib melaporkan bidan yang melakukan

praktik dan yang berhenti melakukan praktik pada sarana kesehatan

kabupaten/kota dengan tembusan kepada organisasi profesi. Kepala dinas

kesehatan kabupaten/kota dan/atau organisasi profesi terkait melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik

diwilayahnya. Kegiatan pembinaan dan pengawasan tersebut dapat

dilakukan melalui pemantauan yang hasilnya dibahas secara periodik

sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Selama

menjalankan praktiknya bidan harus melakukan hal sesuai dengan

wewenang dan ketentuannya. Peringatan lisan atau tertulis sebagaimana

dimaksud dapat di berikan paling banyak 3 (tiga) kali dan apabila peringatan

tersebut tidak diindahkan, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dapat

mencabut SIPB bidan yang bersangkutan. Sebelum keputusan pencabutan

SIPB ditetapkan kepala dinas kabupaten/kota terlebih dahulu mendengar

pertimbangan dari Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis

Pembinaan dan Pegawasan Etika Medis (MP2EPM) sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Yaitu dengan ketentuan :34

34
Ibid.,

44
1. Keputusan pencabutan SIPB disampaikan kepada bidan yang

bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas)

hari terhitung sejak keputusan ditetapkan.

2. Dalam keputusan disebutkan lama pencabutan SIPB

3. Terhadap pencabutan SIPB diajukan keberatan kepada kepala dinas

kesehatan propinsi dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah

keputusan diterima, apabila dalam waktu 14 (empat belas) hari tidak

diajukan keberatan, maka keputusan terbut dinyatakan mempunyai

kekuatan hukum tetap.

4. Kepala dinas kesehatan propinsi memutuskan ditingkat pertama dan

terakhir semua keberatan mengenai pencabutan SIPB.

5. Sebelum prosedur keberatan di tempuh, pengadilan Tata Usaha

Negara tidak berwenang mengadili sengketa tersebut sesuai dengan

maksud pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

pengadilan Tata Usaha Negara.

45
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang relevan terkait

dengan permasalah ini, maka dipilih lokasi penelitian di Kota

Makassar yakni dinas kesehatan kota makassar dan praktik mandiri

bidan di kota Makassar. Adapun pertimbangan memilih lokasi

tersebut dikarenakan memudahkan untuk mengakses data demi

keakuratan penyusunan skripsi ini.

B. Populasi dan sampel

Populasi atau universe, adalah keseluruhan unit atau manusia

(dapat juga berbentuk gejala, atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri

yang sama.35 Populasi yang terkait dalam hal ini adalah dinas

kesehatan kota Makassar dan pendiri tempat praktik bidan.

Mengenai sampel dalam penelitian ini di tetapkan dengan teknik

Probablitas atau Random, yaitu setiap unit atau manusia dalam

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk di pilih sebagai

sampel.36 Yaitu dinas kesehatan kota makassar dan empat (4)

praktik mandiri bidan di kota makassar.

35
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2016, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta, Hlm. 95.
36
Ibid., Hlm. 97

46
C. Jenis dan sumber data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, kuisionerdan pengambilan data baik langsung dari

pihak-pihak yang terkait, seperti dinas kesehatan kota Makassar

dan praktik mandiri bidan di Kota Makassar, yakni di kecamatan

mariso, kecamatan panakukang, kecamatan tallo dan

kecamatan tamalanrea.

2. Data Sekunder, yaitu data yang sudah tersedia sehingga peneliti

hanya mencari dan mengumpulkan penulisan (data yang

diperoleh dari buku-buku, internet, dan undang-undang yang

terkait).

D. Teknik pengumpulan data

Dalam rangka memperoleh data yang relevan dengan pembahasan

tulisan ini, maka dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian kepustakaan (library research) pengumpulan data

pustaka diperoleh dari berbagai data yang berhubungan dengan

hal-hal yang diteliti, berupa buku-buku atau literatur-literatur

yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu juga data

yang diambil, ada yang berasal dari dokumen-dokumen penting

maupun dari peraturan perundang-undangan yang berlaku.

47
2. Penelitian lapangan (field research) adalah melakukan

peninjauan secara langsung dan memperoleh data yang

perlukan dalam penyusunan tugas akhir. penelitian ini untuk

melengkapi data primer, dengan menggunakan metode

wawancara maupun kuisioner.

E. Analisis data

Data yang diperoleh atau yang berhasil dikumpulkan selama

penelitian baik itu data primer maupun sekunder dianalisis secara

kualitatif. Data kualitatif ialah data yang tidak berbentuk

angka,37yang merupakan salah satu jenis penelitian yang

spesifiknya adalah sistematis, terencana dam terstruktur dengan

jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya

37
Muslan Abdurrahman, 2009, Sosiologi dan Metode Penelitian Hukum
Indonesia, Umm Press, Malang, Hlm. 112.

48
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum Wilayah Kota Makassar

1. Luas dan batas wilayah administrasi

Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi, dengan

batas-batas wilayah administratif sebagai berikut38 :

 Sebelah Utara : Kabupaten Maros

 Sebelah Selatan : Kabupaten Gowa

 Sebelah Timur : Kabupaten Gowa dan Maros

 Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan

143 Kelurahan. Bagian utara kota terdiri atas Kecamatan Biringkanaya,

Kecamatan Tamalanrea, Kecamatan Tallo, dan Kecamatan Ujung Tanah.

Di bagian selatan terdiri atas Kecamatan Tamalate dan Kecamatan

Rappocini. Di bagian Timur terbagi atas Kecamatan Manggala dan

Kecamatan Panakkukang. Bagian barat adalah Kecamatan Wajo,

Kecamatan Bontoala, Kecamatan Ujung Pandang, Kecamatan Makassar,

Kecamatan Mamajang, dan Kecamatan Mariso.

2. Letak dan Kondisi Geografis

38
PDF www.geoportalmakassar.info.download Diakses pada tanggal 10 april 2018

49
Kota Makassar yang merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan

terletak di Pantai Barat pulau Sulawesi berada dalam titik koordinat 119° 18’

30,18" sampai dengan 119°32'31,03" BT dan 5°00' 30,18" sampai dengan

5°14’ 6,49" LS. Sesuai dengan karakteristik fisik dan perkembangannya,

berikut ini deskripsi wilayah tiap kecamatan yaitu 39 :

a. Kecamatan Tamalanrea

Kecamatan Tamalanrea adalah Kecamatan terluas kedua sesudah

Kecamatan Biringkanaya, dengan luas 31,84 km2. Jumlah penduduk

89.143 jiwa. Topografi wilayah kecamatan dimulai dari dataran rendah

hingga dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-22 m di atas permukaan

laut. Penggunaan lahan di kecamatan ini sangat bervariasi mulai

permukiman, perkantoran, pertokoan hingga gedung pendidikan. Salah

satunya adalah Universitas sebagai universitas terbesar di Kawasan

Indonesia Timur. Kearah selatan kecamatan ini mengalir Sungai Tallo

sehingga masyarakat yang bermukim di sekitar tepi sungai memiliki

tambak. Selain di tepi Sungai Tallo, kawasan tambak juga ditemukan di sisi

utara kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut. Pantai

Kecamatan Tamalanrea merupakan pantai yang berbatasan dengan laut

dan bagian muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe pantai di lokasi ini

merupakan pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan

pantai yang landai. Namun demikian terdapat pula pantai cadas di sebelah

39
Ibid.,

50
selatan Lantebung (Kelurahan ParangLoe). Dilihat dari segi stabilitas

pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang, sekalipun

juga tampak adanya gejala abrasi dalam skala kecil sepanjang sekitar 20

meter di Lantebung (Kelurahan Bira). Potensi sumberdaya alam yang

masih dapat ditemukan di kecamatan ini adalah tambak. Secara

keseluruhan luas lahan tambak di Kecamatan Tamalanrea yaitu 588 ha,

dengan produksi perikanan darat (tambak) yaitu 190,10 ton.

b. Kecamatan Panakkukang

Kecamatan Panakukang merupakan kecamatan yang terletak

ditengah-tengah Kota Makassar dan merupakan pusat pemerintahan

Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah 17,05 km2 atau sekitar 9,70% dari

luas keseluruhan wilayah Kota Makassar, dengan kepadatan penduduk

7.891 jiwa/km2. Topografi wilayahnya memiliki elevasi 1-13 m di atas

permukaan laut. Potensi penggunaan lahan di sektor pertanian sangat kecil

hanya sekitar 16 ha dan potensi perikanan darat tidak ada. Penggunaan

lahan di kecamatan ini lebih diarahkan pada perkantoran dan pemukiman.

Saat ini kondisi jalan utama di Kecamatan Panakkukang telah mengalami

pelebaran jalan pada bahu jalan selebar 15-22 meter.

c. Kecamatan Tallo

Berdasarkan data BPS (2013), Kecamatan Tallo merupakan yang

memiliki jumlah kelurahan terbanyak (15 kelurahan), dengan luas

wilayahnya 5,83 km2 atau 3,32% dari luas keseluruhan wilayah Kota

51
Makassar. Topografi wilayahnya merupakan dataran rendah dengan

elevasi 1- 3 m di atas permukaan laut. Potensi penggunaan lahan yang

dimiliki terdiri dari sektor pertanian yakni hanya 25 ha (lahan sawah dan

tegalan/kebun) dan sektor perikanan darat (tambak) 293 ha. Total produksi

pertanian tahun 2008 sebesar 49,15 ton sedangkan di subsektor perikanan

2.585,90 ton. Potensi bencana di Kecamatan Tallo berupa banjir, karena

kecamatan ini merupakan Daerah Aliran Sungai Tallo yang berpotensi

terjadinya luapan Sungai Tallo ke pemukiman sekitarnya. Potensi

pencemaran dan pendangkalan pada muara Sungai Tallo sebagi akibat

limbah buangan industri yang tidak terkontrol pada anak-anak Sungai Tallo.

Pantai Kecamatan Tallo merupakan pantai yang berbatasan dengan laut

dan bagian muara Sungai Tallo. Sebagian besar tipe pantai di lokasi ini

merupakan pantai berlumpur dan vegetasi mangrove-nya sangat minim

serta merupakan pantai yang landai. Pada bagian barat pantai kecamatan

ini sudah ada kegiatan reklamasi pantai sekitar sepanjang 200 m sebagai

lahan kegiatan industri pengolahan kayu. Dilihat dari segi stabilitas pantai,

maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan tenang, sekalipun

cenderung maju ke arah laut memperpanjang Tanjung Tallo akibat

sedimentasi di muara Sungai Tallo. Ditinjau dari pemanfaatannya maka

pantai ini sebagian dimanfaatkan untuk kegiatan industri galangan kapal

dan pemukiman pantai (pinggir muara Sungai Tallo) dan pantai paling barat

Kelurahan Tallo.

d. Kecamatan Mariso

52
Kecamatan Mariso merupakan kecamatan yang memiliki luas wilayah

yang paling kecil yakni hanya 1,04% dari luas wilayah Kota Makassar atau

sekitar 1,82km2, dengan tingkat kepadatan sebesar 30.009 jiwa/km2.

Potensi sumber daya alam di Kecamatan ini yaitu subsektor perikanan laut.

Kecamatan mampu menghasilkan 1.227 ton hasil laut atau 3.767.509

rupiah. Penggunaan lahan di kecamatan ini sebagian besar diperuntukkan

pada pemukiman, pertokoan, dan perkantoran. Untuk potensi bencana

alam di kecamatan ini berupa abrasi pantai. Oleh karena itu pantai di

Kecamatan Mariso pada umumnya sudah mengalami pengerasan dengan

tembok pematang pantai, karena sebagian besar pantai di kecamatan ini

merupakan daerah pangkalan pendaratan ikan (TPI Rajawali) dan

permukiman pantai.

e. Kecamatan Biringkanaya

Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan terluas diantara

kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kota Makassar, luasnya 48,22 km2

atau sekitar 27,43% dari luas keseluruhan Kota Makassar dan berbatasan

langsung dengan Kabupaten Maros. Topografi wilayah kecamatan ini mulai

dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian elevasi 1-19

m di atas permukaan laut. Potensi sumberdaya alam yang ada di

kecamatan ini antara lain di sektor pertanian dan perikanan. Berdasarkan

data BPS (2013), di subsektor pertanian, luas lahan peruntukannya sebagai

lahan sawah yakni 657 ha dan lahan tegalan 284 ha. Subsektor perikanan

darat, luas lahan peruntukan sebagai tambak 479 ha dengan produksi

53
149,80 ton. Secara umum, Pantai Kecamatan Biringkanaya sebagian besar

merupakan pantai berlumpur dan bervegetasi mangrove serta merupakan

pantai yang landai. Hanya sebagian kecil pantai ini tergolong cadas. Dilihat

dari segi stabilitas pantai, maka pantai ini dapat dikatakan relatif stabil dan

tenang, namun cenderung maju ke arah laut akibat sedimentasi dari Sungai

Mandai. Di samping itu juga tampak adanya gejala abrasi sepanjang sekitar

30 m di perkampungan nelayan Kelurahan Untia.

f. Kecamatan Manggala

Kecamatan Manggala merupakan salah satu kecamatan di Kota

Makassar yang tidak berbatasan langsung dengan laut. Luas wilayah

sebesar 24,14 km2 atau sekitar 13,73% dari luas keseluruhan wilayah Kota

Makassar dengan kepadatan penduduk 4.101 jiwa/km2. Topografi wilayah

kecamatan ini berelief dataran rendah hingga dataran tinggi, dengan elevasi

2-22 m di atas permukaan laut. Penggunaan lahan untuk pertanian sawah

dan tegalan/kebun merupakan yang terluas dibandingkan kecamatan lain

yakni 827 ha dan 411 ha dengan potensi produksi 4774,90 ton dan 1360,84

ton. Di sektor perikanan darat memiliki potensi yang kecil. Tahun 2008

produksinya hanya sekitar 59,10 ton atau senilai 1.156.200 rupiah.

Meskipun di sub sektor perikanan kecil, namun di sektor peternakan

kecamatan ini memiliki populasi ternak besar dan kecil dalam jumlah yang

sangat besar. Untuk populasi ternak besar (sapi dan kerbau) 1352 ekor

sedangkan untuk populasi ternak kecil (kambing) 1.016 ekor.

54
g. Kecamatan Tamalate

Berdasarkan data BPS menunjukkan bahwa konsentrasi penduduk

terbesar terdapat di Kecamatan Tamalate yang tersebar pada 10 kelurahan,

dengan jumlah penduduk terbesar yakni 152.197 jiwa atau 12,14% dari

jumlah keseluruhan penduduk Kota Makassar. Luas wilayah kecamatan ini

20,21 km2 sehingga kepadatan penduduk berkisar 7.531 jiwa/km2.

Topografi wilayah kecamatan ini termasuk dalam kategori dataran rendah

dengan elevasi ketinggian 1-6 meter di atas permukaan laut dan berbatasan

langsung dengan Kabupaten Gowa. Persentase penggunaan lahan

pertanian terhadap luas wilayah kecamatan terdiri atas 27,07% lahan

sawah dan 5,70% tegalan/kebun dengan produksi padi sebesar 3936,32

ton dan tegalan/kebun sebesar 83,85 ton. Di sektor pertambangan, bahan

galian C terutama pasir, batu dan sirtu terdapat di Kelurahan Mallengkeri.

Kecamatan Tamalate mempunyai pantai terpanjang diantara kecamatan-

kecamatan yang mempunyai pantai di Kota Makassar, yaitu sepanjang

sekitar 10 km (panjang pantai Kota Makassar sekitar 35 km). Dengan pantai

31,25% dari panjang pantai Kota Makassar, mampu menyumbangkan

2.696 ton di sektor perikanan laut dan armada kapal tangkap berjumlah 248

buah. Pada umumnya pantai di kecamatan ini bertipe pantai berpasir

dengan lebar pantai sekitar 10-30 meter serta kelandaiannya 3%. Secara

umum pantai ini dapat dikatakan relatif stabil sekalipun cenderung maju ke

arah laut akibat sedimentasi pasir halus dari Sungai Jeneberang maupun

55
dari arah selatan. Dengan kondisi pantai tersebut, maka sebagian besar

pantai ini digunakan sebagai areal pariwisata pantai.

h. Kecamatan Rappocini

Penggunaan lahan di kecamatan ini hampir seluruhnya diperuntukkan

sebagai kawasan pemukiman. Luas wilayahnya 9,23 km2 atau sekitar

5,25% dari luas keseluruhan Kota Makassar. Topografi wilayahnya dataran

rendah dengan elevasi 2-6 m di atas permukaan laut sehingga peruntukan

lahan di kecamatan ini dominan pemukiman. Persentase penggunaan

lahan sebagai kawasan pemukiman sangat besar hampir 65% sedangkan

penggunaan lahan di sektor pertanian sebagai lahan sawah hanya seluas

20 ha (17 ha luas lahan panen).

i. Kecamatan Ujung Tanah

Kecamatan Ujung Tanah merupakan kecamatan yang memiliki 5 pulau

dengan potensi perikanan laut yang sangat besar yakni 6.709 ton. Luas

wilayahnya 5,94 km2 atau 3,38% dari luas keseluruhan Kota Makassar,

dengan jumlah penduduk 48.382 jiwa serta kepadatan penduduk 8.145

jiwa/km2. Kondisi sosial masyarakat di kecamatan ini terdiri atas dua

kelompok, yakni masyarakat perkotaan dan masyarakat nelayan termasuk

masyarakat yang mendiami pulau-pulau di kecamatan ini. Selain potensi

perikanan yang sangat besar, potensi pariwisata bawah air menjadi andalan

di Kecamatan Ujung Tanah dengan 5 pulau yang menyajikan keindahan

bawah laut yang kaya akan keragaman hayatinya sebagai suatu poin

menarik bagi para wisatawan. Di sisi lain guna menjaga kestabilan pantai

56
di Kecamatan Ujung Tanah, sebagian besar sudah mengalami pengerasan

dengan tembok yang berfungsi sebagai pelindung pantai. Hal ini mengingat

pantai tersebut mempunyai nilai penting karena perairan pantainya

dimanfaatkan untuk pangkalan pendaratan ikan (TPI Paotere), pelabuhan

dan docking kapal TNI AL, Pelabuhan Pertamina Instalasi Makassar dan

Bogasari. Kecamatan ini berada pada wilayah pesisir bagian utara Kota

Makassar.

j. Kecamatan Mamajang

Luas wilayah Kecamatan Mamajang adalah 2,25 km2 atau 1,28% luas

keseluruhan wilayah Kota Makassar dengan kepadatan penduduk 26.842

jiwa/km2. Topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan

elevasi 1–5 m di atas permukaan laut yang memungkinkan pengembangan

lahan kecamatan sebagai kawasan pemukiman. Kecamatan Mamajang

merupakan salah satu kecamatan yang memiliki laju infiltrasi tinggi

sehingga potensi ancaman banjir sangat kecil.

k. Kecamatan Ujung Pandang

Kecamatan Ujung Pandang merupakan kecamatan yang dijadikan

sebagai tempat area publik karena adanya Pantai Losari yang menjadi ikon

Kota Makassar. Luas wilayahnya 2,63 km2 atau 1,50% dari luas

keseluruhan wilayah Kota Makassar. Kecamatan Ujung Pandang memiliki

jumlah penduduk terendah yakni 28.637 jiwa (2,28%) dengan kepadatan

penduduk berkisar 10.889 jiwa/km2. Ancaman terhadap bahaya abrasi

sangatlah besar sehingga diperlukan bangunan pemecah ombak di depan

57
pantai. Oleh karena itu, Pantai Kecamatan Ujung Pandang umumnya juga

sudah mengalami pengerasan dengan tembok pematang pantai,

khususnya pada Daerah Rekreasi Pantai Losari dan sekitarnya. Hanya

sebagian lokasi di sebelah utara pantai kecamatan ini merupakan komplek

perhotelan (Pantai Gerbang Makassar Hotel dan Makassar Golden Hotel)

serta dermaga penyeberangan Kayu Bangkoa ke Pulau Lae-lae, Pulau

Kayangan dan pulau-pulau lainnya di wilayah Kota Makassar. Selain itu,

Kecamatan Ujung Pandang juga berpotensi terhadap pencemaran air laut

dan air tanah karena penggunaan lahan yang lebih diarahkan pada

pembangunan hotel. Selain itu juga restoran merupakan usaha paling besar

memberikan kontribusi terhadap pencemaran air di kecamatan ini.

l. Kecamatan Makassar

Kecamatan Makassar merupakan kecamatan yang memiliki tingkat

kepadatan terbesar yakni 32.900 jiwa/km2, jumlah penduduk 82.907 jiwa

dengan luas wilayah 2,52 km2 atau 1,43% dari keseluruhan luas wilayah

Kota Makassar. Penggunaan lahan di Kecamatan Makassar lebih

diperuntukkan bagi kawasan pemukiman, pertokoan dan perkantoran.

Kecamatan ini sangat minim dan bahkan tidak memiliki potensi sumber

daya alam baik di sektor pertanian maupun perikanan (tambak).

m. Kecamatan Bontoala

Luas wilayah Kecamatan Bontoala adalah 2,10 km2 atau 1,19% dari

keseluruhan luas Kota Makassar yang terdiri atas 12 kelurahan. Kecamatan

Bontoala termasuk dalam kategori kecamatan terpadat (urutan ke-3) yakni

58
29.433 jiwa/km2 dan jumlah penduduk 61.809 jiwa. Topografi di kecamatan

ini dataran rendah dengan elevasi 1-4 m di atas permukaan laut, sebagian

daerah di kecamatan ini berpotensi banjir utamanya daerah yang dialiri

anak Sungai Tallo. Penggunaan lahan di kecamatan ini lebih diperuntukkan

sebagai pemukiman, sehingga kecamatan ini tidak memiliki potensi sumber

daya alam baik di sektor pertanian maupun perikanan.

n. Kecamatan Wajo

Salah satu kecamatan yang terletak di pesisir barat Kota Makassar dan

wilayah pantainya merupakan kompleks Pelabuhan Soekarno-Hatta

(Pelabuhan Umum dan Peti Kemas), dengan luas wilayah 1,99 km atau

1,13% dari luas keseluruhan wilayah Kota. Jumlah penduduk di Kecamatan

Wajo 35.011 jiwa dengan kepadatan 17.593 jiwa/km2. Secara topografi,

kecamatan ini termasuk dalam kategori dataran rendah dengan elevasi 1-4

m di atas permukaan laut sehingga berpotensi terjadi abrasi. Oleh karena

itu, Pantai Kecamatan Wajo umumnya sudah mengalami pengerasan

dengan tembok pematang sebagai pelindung pantai.

B. Keabsahan Praktik Mandiri Bidan

Di kota Makassar terdapat empat belas (14) kecamatan dan seratus

empat puluh tiga (143) kelurahan yang ada di kota Makassar terdapat tujuh

puluh tujuh (74) praktik mandiri bidan yang menyebar seluruh kota

Makassar. Sesuai tabel dibawah ini:

59
Tabel I. Daftar Praktik Mandiri Bidan Sekota Makassar

NO NAMA TEMPAT ALAMAT NOMOR NOMOR ALAMAT TPT NOMOR


TANGGAL SESUAI KTP SIB/MASA SIK/MASA PRAKTIK REKOMENDASI
LAHIR BERLAKU BERLAKU
1. Leli Murni, Rayur Jln. Nuri 446/25.07/BD Jln. Nuri Baru 66 11
S.St, M.Kes Mamuju, 2 Baru No. /DKK/V/2013 No. 117 MKS
maret 117
1961 Makassar
2. Nurhaedah Luwu, 27 BTN Dewi 446/26.11/BD Jln.Kapasa 67 12
, S.St. Des 1970 kewuade /DKK/VI/2013 Rayu No.101
sadi Blok 24 Juni 2013 MKS
AF.1/15
3. Lusia Tandok Taman 28.023211 446/27.11/BD Jln. Makassar 68 13
Sandaden, Bata, 29 Baruga 2.399468 /DKK/VIII/201 IV Blok A No.
Amd, Keb. April 1964 Sudiang Blok 29 April 3 22 Agustus 13
A4 No.2 2017 2013 Perumahan
MKS Sudiang
Permai MKS
4. Narfin, Enrekang, Bumi 446/28.14/BD Bumi Sudiang 69 14
Amd, Keb. 11 Feb Sudiang /DKK/IX/2013 Raya Blok E
1979 Raya Blok E 24 September No.6 MKS
No.6 2013
5. Armiwati,S Palopo, 1 Jln. Bangkala 280252112 446/29.13/BD Jln. Bangkala 099/PC
.St. okt 1971 Dalam 4 No. -0396323/ S/DKK/IX/201 Dalam 4 No. IBI/MK/IX/2013
III Antang 1 okt 2017 3 III Antang 70 15
MKS
6. Pitriani Ujung Jln. 28.02.5.21. 446/30.14/BP jln. Bumi 71 16
Pandang, Seokarno 12.039890 S/DKK/X/2013 sudiang raya
24 Agustus Kompleks 4./24 Tgl 16 okt blok C No.6
1979 TNI AL dewa agustus 2013
blok KS. Mks 2017
7. Mar'atus kediri, 7 Jln. Tidung 28.025211 446/31- Jl. Tidung IX 72 17
solekah April 1977 IX stp 14 20399443/ 12/BPS/DKK/X stp.14 No.162
No.162 mks 7 April I/2013 Tgl 25 mks
2017 Nop 2013
8. ST. Hamdia Pinrang, 26 BTN . Gelora 1060/PTKD 446/32.14/BP BTN Gelora 73 18
Maret Boddoka - S/DKK/I/2014 Baddoka
1976 Indah Blok Registrasi/ Tgl 20 Jan Indah
C1 No.106 SIB/XIII 2014
2011 tgl 13
Des 2016
9. Asrah Kariango, Perum Griya 280252112 446/33- Ruko Insignia 74 19
17 Agustus Prima - 11/BPS/DKK/II Residence
1977 Tonasa No.1 0399521/1 /2014 Tgl 10 Blok A/I
7 agustus Feb 2014 MKS.Birikanay
2017 a

60
10. Hj. Siti Rappang, Jln. 280232112 446/34- Jl. Abubakar 75 20
Mariani 25 Okt Abubakar - 06/BPS/DKK/II Lambogo
Assad 1942 Lambogo 0400152/2 /2014 Tgl 13 No.256
No.256 5 Okt 2017 Feb 2014
11. Tresia Polopo, 23 BTN Mangga 446/35.04/BP Jl.BTN 76 21
Roma Maret Tiga Blok B4 S/DKK/IV/201 Mangga Tiga
Samma 1963 No.5 4 Tgl 04 April Blok B4 No.5
2014
12. A. Tandi Ujung Jl. Mannurik 445/37.09/BD PKM.Maccini 78 23
Ra'pak Pandang, 9 Lr.3 No.8 /DKK/IV/2014 Sombala
10 April
1974
13. Norma Mattoangi Jl. Dg. Hayo 446/39- Jl. Dg. Hayo 124/IBI-Cab-
Amd, n, 26 Jan Lr.4 No.12 13/BD/DKK/XI Lr.4 No.12 Mks/X/2014 79
Keb.S.ST 1969 Antang Mks /2014 Antang Mks 24
14. Yuliance Makale, 02 Jl. AR. Halim 123/IBI- 446/40.04/BP Jl. AR. Halim 80 25
Saureliling Maret No.7 Mks Cab- S/DKK/XII/201 No.0 Mks
1956 Mks/IX/20 4 Tgl 12 Des
14 2015
15. Hj. Sitti Maros, 16 Jl. Teuku 280252112 446.03.01/BP Jl. Teuku 81 26
Hasniah, Okt 1965 Umar IX - S/DKK/IV/201 Umar No.III
S.ST,MM No.II Mks 0403355/1 9 Tgl 1 April Mks
6 Okt 2017 2020
16. Hj. Sitti Ujung Jl.Bulu Dua 280252114 446.04.06/BP Jl.Bulu Dua 82 27
Radiah. Pandang, No.54 Mks - S/DKK/IV/201 No. 54 Mks
S.ST 16 Feb 0766878/1 9 Tgl 16 Feb
1977 6 Feb 2019 2019
17. Sonya Ujung Jl. S. 446.05.05/BP Jl.S.Saddang 83 28
Nancy Pical Pandang, 9 Saddang S/DKK/IV/201 Baru BTN
Okt 1968 Baru BTN 5 Tgl 9 April Timurama
Timurama 2016 Blok A No.10
Blok A No.10
Mks
18. Sukmawati Soppeng, Jl. Sultan280252114 446.06.01/BP Jl. Sultan 84 29
08 Juli Abdullah .0862838/ S/DKK/Vll/201 Abdullah Raya
1987 Raya No.4 08 juli 5 Tgl 13 Juli No.4 Tallo
Tallo 2019 2015 Mks
19. Suwarty Pare-pare, Jl.Veteran280252114 446.07.05/BP Jl.Veteran 85 30
15 Okt lr.40 No.27
- S/DKK/XI/201 Lr.40 No.27
1951 Mks 0777883/2 5 Mks
5 Okt 2019
20. Martha Ujung Jl. Andi 280252114 446.08.09/BP Jl. Andi 176/IBI-Cab-
Charlota Pandang, Mangerangi .0777884/ S/DKK/XI/201 Mangerangi Mks/V/2015
09 Sept No.10 Mks 09 sept 5 No.10 Mks
1933 2019
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar

61
21. Nurhilal Rappang, Jl. KH. A. 280252115 168/IBI-Cab- Jl. KH. A. 86 31
17 mei Djabbar .0884362/ Mks/IV/2015 Djabbar
1955 Ashiry No.1 17 mei Ashiry No.1
2020
22. Hj. Suniah. Bone, 21 Jl. Tamakate 235/IBI-Cab- Jl. Tamalate 1 87 32
Amd. Keb Juni 1952 1 Blok 15 Mks/I/2016 Blok 15 No.4
No. 4 Mks
23. Mariani, Barru, 26 Jl. Bonto 280252115 236/IBI-Cab- Jl. Bonto duri 88 34
S.S.ST.SKM Mei 1974 duri XIII Lr.1 .0395990/ Mks/I/2016 XIII Lr.1 No.1
.M.Kes No.1 26 Mei Mks
2017
24. Mumtahim Palopo, 31 Jl. Abd. Kadir 280252115 446.04.1.09/B Jl. Abd. Kadir 89 35
ah Des 1960 Blok I.S No.8 .0973543/ PM/DKK/II/20 Blok I.S No.8
31 Des 16
2020
25. Suriyanti Welonge, Jl. P. 280252112 446.05.1.14/B Jl. P. 90 36
31 Okt Kemerdekaa .0398963/ PS/DKK/V/201 Kemerdekaan
1978 n 12/148 31 Okt 6 12/148 Mks
Mks 2017
26. Susilawati Takalar, 18 Jl. Toddopuli 280252112 446.06.1.13/B Jl. Toddopuli X 91 37
Nop 1977 X Baru .0396177/ PM/DKK/V/20 Baru
Kompleks 18 Nop 16 Kompleks
Griya 2022 Griya puspita
puspita sari sari Blok A1
Blok A1 No.1B
No.1B
27. Harminah Balunge, BTN Kodam 280252114 446.07.1.11/B BTN Kodam III 92 38
27 Nop III B1 No.6 .0777876/ PM/DKK/V/20 B1 No.6
1975 27 Nop 16
2019
28. Nur Intan Balu-balu, BTN Kodan 280252115 446.03.1.11/B BTN Kodan 93 39
25 Okt Blok F3 No.1 .0972408/ PM/DKK/V/20 Blok F3 No.1
1977 25 Okt 16
2020
29. Hj. Dewi Ujung Griya 280252112 446.09.1.11/B Griya Sudiang 94 40
Suriyani, Pandang, Sudiang .03989169 PM/DKK/V/20 Permai Blok
S.ST 11 Feb Permai Blok /11 Feb 16 C1 No.5
1984 C1 No.5 2017
30. Syamsiah Ujung Kapasa Baru 446.10.1.11/B Kapasa Baru 95 41
Pandang, MTKP RT.1 PM/DKK/V/20 MTKP RT.1
Tahun RW.6 Mks 16 RW.6 Mks
1964
31. Nur pakkatto, Perum 280252112 446.11.1.11/B Perum Gelora 96 42
Syamsi, 17 Maret Gelora .0390759/ PM/DKK/V/20 Pajjaiang
Amd.Keb 1976 Pajjaiang 17 Maret 16 Indah C/19
Indah C/19 2017

62
32. Hj. St. Ujung Jl. P 446.12.1.11/B Jl. P 97 43
Maryam Pandan, 9 Kemerdekaa PM/DKK/V/20 Kemerdekaan
Sholihir Jan 1977 n 14 RT.03 16 14 RT.03
RW.08 RW.08
33. Yettina Mada, 7 Perumahan 280252112 446.13.1.11/B Pondok Asri I 42/IBI.Cab.Mks
Agnes Jan 1977 Stella Maris .0643937/ PM/DDK/X/20 Blok A1 No.4 /IV/2016 98 44
Blok G No.12 7 Jan 2017 17 Sudiang
34. Farida Ujung Komplek TNI 280252115 446.14.1.11/B Komplek TNI 99 45
Pandang, AU Daya Jl. .1078414/ PM/DKK/V/20 AU Daya Jl.
19 Feb Merpati 19 Feb 16 Merpati
1969 No.49 2020 No.49
35. Ignata Tator, 24 Jl. 280252112 446.15.1.10/B Jl. Dirgantara 54/IBI.Cab.Mks
Apolonia Nop 1951 Dirgantara .0397388/ PM/DKK/VIII/ 189 IX No.48 /V/2016 100 46
Ba'ka 189 IX No.48 24 Nop 2016
2017
36. Kadek Ayu Denpasar, Jl. 280252114 446.16.1.13/B Jl. Talimila 82/IBI.Cab.Mks
Erika 20 Okt Tamalanrea .0777889/ PM/DKK/X/20 No.94 Antang. /VII/2016 101
1977 IX BTP Blok 20 Okt 16 47
125 2019
37. Gita Ujung Jl Sunu 280252112 446.171.1.14/ BTP 83/IBI.Cab.Mks
Masyita Pandang, Kompleks .0400157/ BPM/DKK/X/2 Tamalanrea /VII/2016 102
29 Jan Unhas Blok 29 Jan 016 Blok M/125 48
FX.8 2017
38. Titiek Mar Majun, 9 Jl. Sunu 280252114 446.18.1.01/B Jl. Sunu 84/IBI.Cab.Mks
Karmah April 1952 Kompleks .0777879/ PM/DKK/XI/2 Kompleks /VII/2016
Unhas Blok 19 April 017 Unhas Blok 221/IBI.Cab.Mk
Fx.8 2019 Fx.8 s/XI/2017 103
49
39. Anita Ujung Jl. Poso 280252114 446.19.1.01/B Jl. Sunu 153/IBI.Cab.Mk
Rahman Pandang, Lr.77A No.1 .0766437/ PM/DKK/X/20 Kompleks s/II/2015 104
19 Nop 19 Nop 16 Unhas Blok 50
1992 2019 Fx.8
40. Syamsinar Kapasa, 10 Jl. Racing 280252115 446.70.1.06/B Jl. Abubakar 114/IBI.Cab.Mk
Mei 1993 Lr.63 D .1001817/ PM/DKK/X/20 Lambogo s/IX/2018 105
10 Mei 16 No.256 BPM 51
2020 Sitti Mariani
Assad
41. Yusran Malaysia, Jl. Abd. Dg. 280252115 446.21.1.06/B Jl. Abd. Dg. 106 52
Yusuf 15 Feb Sirua .1001777/ PM/DKK/X/20 Sirua
1992 15 Feb 16
2020
42. Dyah Kuningan, Jl. Abubakar 200252112 446.22.1.06/B Jl. Abubakar 89/IBI.Cab.Mks
Nawangsis 27 Juli Lambogo .0398948/ PM/DKK/X/20 Lambogo /VIII/2016 107
Ayu 1987 N0.226 27 Juli 16 N0.226 53
Puspitasari 2017
280252217
.2113269/

63
27 Juli
2022

43. Irma, Lampung, Jl. Sam 290252114 446.23.1.08/B Jl. Sam 124/IBI.Cab.Mk
Amd.Keb 06 maret Ratulangi .0769001/ PM/DKK/XI/2 Ratulangi Lr.7 s/X/2016 108
1991 Lr.7 No.5 6 maret 016 No.5 54
2019
44. Rafiqah ujung Jl. Bulu Dua 280252114 446.1.05/BPM Ruko Mandiri 109 55
Pandang, No.54 .0778879/ /DKK/XI/2016 Jl. Bulu Dua
29 April 29 April No. 54 Mks
1992 2019
45. Nurhayati Ujung KP. Nipa 2 280252114 446.25.1.13/B KP. Nipa 2 134/IBI.Cab.Mk
Pandang, RT/RW .0729641/ PM/DKKK/XII/ RT/RW s/XI/2016
18 Nop 002/009 Kel. 18 Nop 2016 002/009 Kel.
1974 Manggala 2019 Manggala
46. Sri Landasan Asrama Haji 280252112 446.26.1.11/B Asrama Haji 133/IBI.Cab.Mk
Nurhayati Ulu, 3 Jan Lr.1 No.9 .0390672/ PM/DKK/III/2 Lr.1 No.9 s/XI/2018
1970 Sudiang 3 Jan 2017 018 Sudiang
280252217
.1397141/
3 Jan 2022
47. Marniaty Ujung Jl.Tidung 280200411 446.27.1.12/B Jl.Tidung 140/IBI.Cab.Mk
Pandang, 1 Marialo No. 5/St.MTKP PM/DKK/XII/2 Marialo No. s/XI/2018
Mei 1966 100 /X/2016 018 100
48. Nismahul Ujung Jl. 280252112 446.28.1.09/B Jl. Mannuruki 17/IBI.Cab.Mks
Hudabias, Pandang, Mannuruki .0643354/ PM/DKK/III/2 IX No. 14 /II/2017
Amd. Keb 30 Nop IX No. 14 30 Nop 017
1990 2017
49. Mar'atus kediri, 7 Jl. Tidung IX 280252112 446.29.1.12/B Jl. Tidung IX 58/IBI.Cab.Mks
solekah April 1977 Stp 14 .0399443/ PM/DKK/IV/2 Stp 14 No.162 /IV/2017
No.162 7 April 017
2017
50. Rusmawati Watonohu, Jl. Laikang 280252112 446.30.1.11/B Jl. Laikang 05/IBI.Cab.Mks
B. Amd. 18 Feb Ruko No.5 .0512399/ PM/DKK/IV/2 Ruko No.5 /I/2017
Keb 1985 Sudiang 18 017 Sudiang
Feb2017
51. Sri Astuti Surabaya, Jl. H. Kalla II 280252112 446.31.1.10/B Jl. H. Kalla II 92/IBI.Cab.Mks
29 Mei No.37 .0396569/ PM/DKK/V/20 No.37 /V/2017
1974 campagaya 29 Mei 17 campagaya
2017
52. A. Nani Bulukumba Jl. Poros 280252116 446.32.1.11/B Jl. Poros 13/IBI.Cab.Mks
Nurwahyu , 14 Okt yayasan .1182025/ PM/DKK/VII/2 yayasan /II/2017
ni 1978 Gubernur, 14 Okt 017 Gubernur,
Pacerakang 2021 Pacerakang
Daya Daya

64
53. Jurama Pare-pare, Jl.Asrama 280252116 446.33.1.11/B Jl.Asrama Haji 30/IBI.Cab.Mks
Anggreni 18 Mei Haji Blok B .01157007 PM/DKK/VII/2 Blok B 15 /II/2017
1994 15 No.27 /18 Mei 017 No.27 Sudiang
Sudiang 2021
54. Jordas Rantepao, Jl. Sermani I 022803.11. 446.01.13/BP Jl. Tamangapa
Keidah, 3 Juni 1972 4103.D.III/ S/DKK/I/2015 Griya zam-
Amd. Keb 2 Nov 2016 12 Jan 2020 zam No.131-
132
55. Rosmali, Bone, 29 Jl. 280252112 446.2.02/BPS. Jl. Salahutung 117/IBI.Cab.Mk
Amd. Keb Jan 1973 Salahutung .0398163/ M/DKK/II/201 No. 155 s/VII/2014
No. 155 29 Jan 6
2017
56. Hasnah, Maros, 14 Jl. Tinumbu 280252112 446.3.03/BPS/ Jl. Tinumbu 41/IBI.Cab.Mks
Amd. Keb Juli 1983 Lr.165B/28 .0390798/ DKK/IV/2016 Lr.165B/28 /IV/2016
14 Juli
2017
57. Yettina Mada, 7 Perumahan 280252112 446.4.11/BPS/ Pondok Asri I 41/IBI.Cab.Mks
Agnes Jan 1977 Stella Maris .0643937/ DKK/V/2016 Blok A1 No.4 /IV/2016
Blok G No.12 7 Jan 2017 Sudiang
58. Ignata Tator, 24 Jl. 280252112 446.15.1.10/B Jl. Dirgantara 54/IBI.Cab.Mks
Apolonia Nop 1951 Dirgantara .0397388/ PM/DKK/VIII/ 189 IX No.48 /V/2016 100 46
Ba'ka Lr.IX/48 24 Nop 2016
2017
59. Jumratu Soppeng, Jl. Sidrap 2 280252116 446.24.1.11/B Ruko Jl. Poros 30/IBI.Cab.Mks
Muhmina 16 Okt No.17 Blok H .1176156/ PM/DKK/VII/2 yayasan /II/2017
1994 16 Okt 017 Gubernur
2021 Paccerakang
Daya
60. Rosmiati, Bone, 29 Jl. 280262117 446.35.2.09/B Ruko Jl. 109/IBI.Cab.Mk
Amd. Keb Jan 1973 Pajjukukang .1292285/ PM/DKK/VII/2 Pajjukukang s/VI/2017
Barombong 29 Jan 017 Barombong
2022
61. Dewi Ujung Jl. Dg. Tata 280252116 446.36.1.09/B Jl. Dg. Tata 109/IBI.Cab.Mk
Safitri Pandang, No.9 .1176086/ PM/DKK/VII/2 No.9 s/VI/2017
11 juni 11 juni 017
1994 2021
62. Rosmiati Tamala'lan Tamala'lang 280252116
Hasan g, 23 Okt lampungan .1171066/
1993 23 Okt
2021
63. Ayu Sri Ujung 280252112 446.38.1.09/B Jl. Mannuruki 26/IBI.Cab.Mks
Wahyuni Pandang, .0397282/ PM/DKK/VIIII/ II No.36 /II/2016
22 Feb 22 Feb 2017
1989 2017
64. Hj. Aminah Soppeng, Jl. Sunu III 280252112 446.40.1.01/B Jl. Sunu III 144/IBI.Cab.Mk
Hindong 13 Sep No.2 .0397414/ PM/DKK/IX/2 No.2 s/VIII/2017
1952 017

65
13 Sep
2017
65. Armiwati,S Palopo,1 Bangkala 280252116 446.41.1.13/B Bangkala 171/IBI.Cab.Mk
.St. Okt 1971 Dalam 4 .1199613/ PM/DKK/X/20 Dalam 4 No.III s/VIII/2017
No.III 1 Okt 2021 17
66. Emyliana Makale, 9 Bumi Permai 280252116 446.42.1.11/B BPS Blok E2/8 148/IBI.Cab.Mk
Rombe Okt 1965 Sudiang Blok .1169511/ PM/DKK/X/20 s/VIII/2017
Data E2 No.8 9 Okt 2021 17
67. Lusia Tandok Taman 280262112 446.43.1.11/B Bumi Sudiang 149/IBI.Cab.Mk
Sandaden, Bata, 29 Baruga .1292201/ PM/DKK/X/20 Permai Jl. s/VIII/2017
Amd, Keb. April 1964 Sudiang Blok 29 April 17 Makassar IV
A4 No.2 2022 Blok A No.131
MKS
68. Berlin Makale, 14 Jl. 280262117 446.44.1.11/B Jl. Perumahan 147/IBI.Cab.Mk
Padauwan Maret Perumahan .1292323/ PM/DKK/X/20 Raya Blok A s/VIII/2017
1973 Raya Blok A 14 Maret 17 No.146
No.146 2022
69. Anasthasia Kaloloke, 4 Jl. Batara 280252112 446.45.1.11/B Jl. Batara Bira 146/IBI.Cab.Mk
Bu'tu Des 1957 Bira 6 No.9 .0399532/ PM/DKK/X/20 6 No.9 s/VIII/2017
Sampe 4 Des 2017 17
Roge
70. Sitti Ujung Jl. Bulu Dua 280262117 446.46.1.08/B Jl.Bulu Dua 127/IBI.Cab.Mk
Radiah, Pandang, No.54 .1311864/ PM/DKK/XI/2 No. 54 Mks s/VIII/2017
S.ST. 16 Feb 16 Feb 017
1977 2022
71. Siti Mariani Rappang, Jl. Abubakar 280252114 446.47.1.10/B Jl. Abubakar 207/IBI.Cab.Mk
Assad, S.ST 25 Okt Lambogo .0777893/ PM/DKK/XI/2 Lambogo s/X/2017
1942 N0.226 25 Okt 2017 N0.226
2019
72. Hj. Ramiati Tello,4 Juni Jl. Abdullah 280252112 446.48.1.10/B Jl. Abdullah 276/IBI.Cab.Mk
Rappung 1954 Dg. Sirua .0414514/ PM/DKK/I/20 Dg. Sirua s/XII/2017
No.88 4 Juni 18 No.88
2017
73. Nurul Afiah Ujung Jl. Sunu 280252217 446.49.1.03/B BPS Hj.Titiek 273/IBI.Cab.Mk
Pandang, Kompleks .1431926/ PM/DKK/II/20 Mar Karmah s/XII/2017
28 Maret Unhas Blok 28 Maret 18 Jl. Sunu
1989 Fx.8 2022 Kompleks
Unhas Blok
Fx.8
74. Evi Sinjai, 26 BTN Ruko 280252114
Ratnasari April 1992 Paccerakang .1783011/
26 April
2019
Peneliti mengambil sampel pada empat (4) kecamatan yang berada di

Kota Makassar yaitu kecamatan Tamalanrea di kelurahan Tamalanrae,

66
kecamatan Panakukkang di kelurahan Karuwisi, kecamatan Tallo di

kelurahan Lembo dan kecamatan Mariso di kelurahan Tamarunang.

Alasan penulis mengambil empat (4) kecamatan tersebut karena

daerah tersebut terdapat ada beberapa pelayanan kesehatan yang ada di

kecamatan tersebut seperti Rumah Sakit, Puskesmas, klinik dan praktik-

praktik kesehatan lainnya yang Saling berdekatan.

Semua bidan yang penulis teliti adalah Bidan Delima. Bidan Delima

adalah sistem standarisasi kualitas pelayanan bidan praktek swasta,

dengan penekanan pada kegiatan monitoring dan evaluasi serta kegiatan

pembinaan dan pelatihan yang rutin dan berkesinambungan. Bidan Delima

melambangkan pelayanan berkualitas dalam kesehatan Reproduksi dan

Keluarga Berencana yang berlandaskan kasih sayang, sopan santun,

ramah tamah, sentuhan yang manusiawi, terjangkau, dengan tindakan

kebidanan sesuai standar dan kode etik profesi.

Semua bidan yang menyelenggarakan praktik mandiri bidan sudah

melengkapi administrasi yang telah ditetapkan dalam PerMenkes No. 28

Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Persyaratan

praktik mandiri bidan yang terdapat dalam PerMenKes No.28 Tahun 2017

adalah :

a. Persyaratan Bangunan Tempat Praktik

1. Merupakan bangunan permanen dan menetap

2. Dinding dan lantai tempat praktik berwarna terang, tidak berpori

dan mudah dibersihkan.

67
3. Lantai tempat praktik tidak licin, tidak berpori dan mudah

dibersihkan

4. Akses/pintu keluar masuk ke ruang praktik terpisah dari rumah

tinggal keluarga.

5. Memiliki ruang tunggu, ruang periksa, ruang bersalin, ruang

nifas/rawat inap, kamar mandi/WC, ruang pemrosesan alat

dengan syarat- syarat tertentu.

Bangunan praktik bidan bergabung fisik dengan rumah bidan tersebut,

akses/pintu keluar masuk ke ruang praktik memang terpisah dengan rumah

tinggal bidan tersebut tetapi ruang nifas/ruang rawat inap ibu dan bayi

berada di dalam rumah bidan tersebut.

b. Persyaratan prasarana

1. Kesehatan anak

Nno PENCATATAN DAN JUMLAH


PELAPORAN MINIMUM
1. Bagan dinding MTBS 1 buah
2. Bagan MTBS 1 buah
3. Buku register bayi 1 buah
4. Formulir deteksi dini tumbuh Sesuai
kembang anak kebutuhan
5. Formulir kuesioner pra skrining Sesuai
perkembangan (KPSP) kebutuhan
6. Formulir rekapitulasi laporan Sesuai
kesehatan bayi kebutuhan
7. Register kohort bayi 1 buah

Untuk bagian kesehatan anak ini tidak lengkap di salah satu praktik

bidan dengan alasan ia tidak melayani Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) karena kewenangan bidan bukan untuk mengobati, padahal di

68
dalam PerMenKes No. 28 Tahun 2017 pasal 20 mengatur tentang

pelayanan kesehatan anak. Dan ada beberapa pencatatan dan pelaporan

kesehatan ibu dan anak tidak dimiliki oleh praktik mandiri bidan tersebut.

c. Persyaratan peralatan

1. Set pemeriksaan obstetri dan gynekolog

NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM


1. Bak instrumen dengan tutup 1 buah
2. Baki logam tempat alat steril bertutup 1 buah
3. Palu reflex 1 buah
4. Pen lancet 1 buah
5. Sphygmomanometer dewasa 1 buah
6. Sudip lidah 2 buah
7. Termometer dewasa 1 buah
8. Timbangan dewasa 1 buah
9. Torniket karet 1 buah
10. Doppler 1 buah
11. Gunting benang 1 buah
12. Gunting episiotomy 1 buah
13. Gunting tali pusat 1 buah
14. Gunting verband 1 buah
15. Klem kasa (korentang) 1 buah
16. Tempat klem kasa (korentang) 1 buah
17. Lampu periksa halogen 1 buah
18. Masker oksigen + kanula nasal dewasa 1 buah
19. Meja instrument 1 buah
20. Needle holder matheiu 1 buah
21. Pelvimeter obstetric 1 buah
22. Pinset jaringan (sirurgis) 1 buah
23. Pinset kasa (anatomis) 1 buah
24. Pinset bedah 1 buah

69
25. Setengah kocher 1 buah
26. Spekulum (sims) 1 buah
27. Spekulum cocor bebek 1 buah
28. Standar infuse 2 buah
29. Stetoskop dewasa 1 buah
30. Stetoskop janin/fetoscope 1 buah
31. Tabung oksigen dan regulator 1 Set

2. Set pemeriksaan kesehatan anak

NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM


1. Alat pengukur panjang bayi 1 buah
2. Lampu periksa 1 buah
3. Pengukur lingkar kepala 1 buah
4. Pengukur tinggi badan anak 1 buah
5. Timbangan bayi 1 Buah

3. Set pelayanan KB

NO JENIS PERALATAN JUMLAH


MINIMUM
1. Baki logam temapt alat steril 1 buah
bertutup
2. Implant kit 1 buah
3. IUD kit 1 buah
4. Aligator ekstraktor AKDR 1 buah
5. Gunting mayo CVD 1 buah
6. Klem kasa lurus (sponge foster 1 buah
straight)
7. Klem penarik benang AKDR 1 buah
8. Sonde uterus sims 1 buah
9. Tenakulum Schroeder 1 buah

70
10. Scapel 1 buah
11. Trochar 1 Buah

4. Set Imunisasi
NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM
1. Vaccine carrier 1 buah
2. Vaccine refrigerator 1 Buah

5. Set Resusitasi Bayi


NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM
1. Baby suction pump portable 1 set
2. Meja resusitasi dengan pemanas (infant 1 set
radiant warmer)
3. Penghisap lendir DeLee (neonatus) 1 Buah

6. Peralatan lain

NO JENIS PERALATAN JUMLAH MINIMUM


1. Bantal 3 buah
2. Celemek plastic 1 buah
3. Kacamata google 1 buah
4. Sepatu boot 1 pasang
5. Penutup rambut 1 buah
6. Duk bolong 2 buah
7. Kasur 3 buah
8. Lemari obat 1 buah
9. Lemari alat 1 buah
10. Meteran (untuk mengukur tinggi fundus) 1 buah
11. Perlak 5 buah
12. Pispot 2 buah
13. Pita pengukur lila 1 buah

71
14. Seprei 3 buah
15. Set tumbuh kembang anak 1 buah
16. Sikat untuk membersihkan peralatan 1 buah
17. Tempat sampah bertutup yang 2 buah
dilengkapi dengan injakan pembuka
penutup
18. Tirai 3 buah
19. Toples kapas/kasa steril 3 buah
20. Tromol kasa/kain steril 3 buah
21. Waskom kecil 1 buah
22. Bengkok 3 buah
23. Pengukur tinggi badan (microtoise) 1 buah
24. Pisau pencukur 1 buah
25. Handuk pembungkus neonates Sesuai kebutuhan
26. Kantong metode kanguru sesuai ukuran 1 set
neonatus
27. Lemari kecil pasien 1 buah
28. Selimut bayi 3 buah
29. Selimut dewasa 3 buah
30. Sterilisator 1 set
Sumber : lampiran Permenkes No.28 Tahun 2017

Dari beberapa peralatan yang harus dilengkapi oleh praktik mandiri


bidan, ada beberapa peralatan yang belum lengkap di praktik mandiri bidan
untuk menunjang pelayanan kebidanan. Dan juga ada beberapa obat dan
bahan medis habis pakai juga yang harus ada persediannya lengkap
namun ada beberapa obat dan bahan medis habis pakai tidak ada
persediaannya.

C. Tugas Pelayanan Praktik Bidan

1. Pelayanan

72
Praktik pelayanan bidan mandiri merupakan penyedia layanan

kesehatan yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan

pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak.

Dalam Permenkes No. 28 Tahun 2017 pasal 18 mengatakan bahwa

Kewenangan praktik bidan dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan,

Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

Dari hasil wawancara dengan salah satu ibu bidan praktik mandiri ia

mengatakan “Pelayanan kesehatan yang dapat di layani adalah periksa ibu

hamil, masa nifas, imunisasi bayi, KB, dan untuk manula seperti tensi darah,

Pasien hipertensi tidak dapat di tangani dan Manajemen Terpadu Balita

Sakit (MTBS) tidak dilayani karena porsi bidan bukan mengobati”. 40

Sedangkan dalam Permenkes No.28 Tahun 2017 pasal 20 telah

mengatur pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi,

anak balita, dan anak prasekolah. Dalam memberikan pelayanan

kesehatan anak, Bidan berwenang melakukan:

a. pelayanan neonatal esensial;

b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;

40
Wawancara 2 April 2017, pukul 16.00

73
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; dan

d. konseling dan penyuluhan.

Hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Salah satu

Praktik mandiri bidan mengatakan “Pelayanan yang dapat dilakukan

periksa hamil, persalinan, KB, imunisasi, balita, maupun pengobatan umum

seperti lansia, atau orang sakit pada umumnya.”41 Penulis menegaskan

pada kata pengobatan umum atau pengobatan terhadap orang sakit,

pelayanan terhadap pengobatan umum ini tidak dapat dilakukan oleh

seorang bidan karena tidak sesuai dengan wewenang yang dimiliki oleh

seorang bidan. Namun pelayanan terhadap pengobatan umum ini hanya

bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan lain seperti dokter umum ataupun

perawat.

Dalam Permenkes No. 28 Tahun 2017 pasal 23 mengatakan bahwa

“Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari

pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22

huruf a, terdiri atas:

a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan

b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu

wilayah tempat Bidan bertugas.

Namun pada pasal 26 telah ditegaskan lagi dengan mengatakan bahwa

“Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah

41
Wawancara 5 April 2018, pukul 10.30

74
tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1)

huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga kesehatan lain

dengan kompetensi dan kewenangan yang sesuai.

Karena disekitaran tempat praktik mandiri bidan terdapat beberapa

layanan kesehatan yang ada seperti Puskesmas, Klinik maupun praktik

dokter lainnya.

2. Biaya

Dari hasil wawancara yang telah di lakukan tarif dari pelayanan bidan

praktek telah di tetapkan dari organisasi Ikatan Bidan Indonesia (IBI), yaitu:

a) Biaya pemeriksaan kehamilan Rp. 50.000,-

b) Biaya suntik KB Rp. 25.000,-

c) Biaya pasang IUD Rp. 500.000,-

d) Biaya imunisasi Rp. 40.000,-

Namun untuk biaya persalinan tidak di tetapkan oleh Ikatan Bidan

Indonesia (IBI), tetapi praktik mandiri bidan yang menetapkan sendiri biaya

persalinannya berkisar 1 juta sampai dengan 2 juta perpasien untuk dua

malam dan ada juga sampai tiga malam tergantung dari penetapan praktik

mandiri tersebut.

Ada beberapa praktik mandiri bidan telah bekerjasama dengan pihak

BPJS dan KIS. Biaya persalinan normal yang akan ditanggung pihak BPJS

adalah Rp. 600.000,- perpasien dengan syarat kartu BPJS aktif. Namun

pihak dari praktik mandiri bidan kurang puas dengan biaya yang ditetapkan

oleh BPJS dengan melihat kondisi menjaga pasien 2 kali 24 jam atau

75
bahkan sampai tiga hari lamanya kurang cukup untuk membayar jasa

bidan, apalagi jika terjadi kesalahan administrasi maka pihak dari praktik

mandiri bidan tidak sama sekali mendapatkan pembayaran jasa bidan. Jika

dilakukan pembayaran jasa bidan pun masih mandek atau terlambat. Jadi

pihak dari praktik mandiri bidan lebih memilih untuk pelayanan jasa umum

tanpa menggunakan BPJS.

Sebaiknya tarif dari pelayanan bidan praktek akan lebih baik apabila

ada pengaturan yang jelas dan transparan, sehingga masyarakat tidak ragu

untuk datang ke pelayanan bidan praktek tersebut. Informasi dari jasa

pelayanan bidan untuk masyarakat perlu pengaturan yang jelas, sehingga

konsumen praktik mandiri bidan mendapatkan kepuasan yang diterimanya.

Selama penulis melakukan penelitian di salah satu tempat praktik

mandiri bidan ada hal yang menganjal yang terjadi yakni pemilik praktik

mandiri bidan tersebut meminta uang administrasi penelitian sebesar Rp.

100.000,- dalam hal ini penulis berharap pihak pemerintah harus melakukan

tindakan seperti membuat aturan untuk menetapkan biaya pelayanan dan

biaya administrasi penelitian terhadap praktik mandiri bidan yang secara

jelas dan transparansi.

3. Pengawasan

Dari hasil penelitian pengawasan yang telah dilakukan Dinas Kesehatan

Kota Makassar, akan meninjau secara langsung atau melakukan visitasi

terhadap praktik mandiri bidan pada saat pembukaan atau perpanjangan

praktik mandiri bidan, perpanjangan praktik mandiri bidan setiap 5 Tahun

76
sekali, jadi disini kita bisa melihat pengawasan yang dilakukan oleh dinas

Kesehatan Kota hanya dilakukan 5 Tahun sekali hanya untuk pembukaan

atau perpanjangan praktik mandiri bidan. Dalam pengawasan ini Dinas

Kesehatan Kota Makassar mengikutsertakan organisasi profesi bidan yaitu

Ikatan Bidan Indonesia (IBI). IBI akan melakukan pertemuan setiap sebulan

atau tiga bulan sekali untuk mengupdate data Bidan atau membahas

tentang praktik pelayanan bidan ataupun masalah-masalah yang terjadi di

tempat praktik. Pengawasan secara langsung terhadap praktik mandiri

bidan dilakukan oleh tim assesor atau fasilitator dari Ikatan Bidan Indonesia

setiap 3 bulan, tetapi itupun tidak rutin dijalankan peninjauan secara

langsung terhadap praktik mandiri bidan namun hanya di kondisikan

kesempatan dari tim fasilitator.

77
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Semua bidan yang menyelenggarakan praktik mandiri bidan sudah

melengkapi administrasi yang telah ditetapkan dalam PerMenkes

No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik

Bidan. Namun praktik mandiri bidan dikota Makassar belum

memenuhi persyaratan yang meliputi bangunan tempat praktik,

ruang praktik, prasarana, peralatan, obat dan bahan medis habis

pakai agar dapat menunjang pelayanan kebidanannya itu sendiri.

2. Praktik mandiri bidan telah memiliki kewenangan yang telah di atur

dalam PerMenKes No. 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan namun ada beberapa praktik

mandiri bidan di Kota Makassar yang melakukan pelayanan tidak

sesuai kewenangan yang miliki.

B. SARAN

Berdasarkan dari kesimpulan, adapun saran-saran yang diberikan:

1. Sebaiknya praktik mandiri bidan memenuhi persyaratan yang

harus dilengkapi serta pelayanan yang diberikan kepada pasien

sesuai dengan kewenangan yang dimiliki agar tidak terjadi

pelanggaran dalam melakukan praktik bidan

78
2. Masyarakat sebagai pengguna jasa bidan harus juga mengetahui

kewenangan yang dimiliki seorang bidan agar tidak terjadi

malpraktik.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Makassar agar lebih memperbanyak

jadwal pembinaan dan pengawasan sehingga seorang bidan

yang melakukan praktik lebih memiliki ilmu pengetahuan dan

informasi yang banyak yang berkaitan dengan penyelengaraan

praktik bidan.

79
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2016. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

PT Rajagrafindo Persada.Jakarta.

Aminuddin Ilmar. 2014. Membangun Negara Hukum Indonesia. Phinatama

Media. Makassar.

Achmad Ruslan, 2013, Implementasi prinsip-prinsip tata kelola

pemerintahan yang baik (Good Governance), Amanna Gappa.

Bahder Johan Nasution. 2005. Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban

Dokter. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Diana Halim Koentjoro. 2004. Hukum Administrasi Negara. Ghalia

Indonesia. Bogor.

Hendrik. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan.

Indar. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Lembaga penerbit Unhas.

Makassar.

Muhamad sadi, 2017, etika hukum kesehatan teori dan aplikasinya di

Indonesia, kencana, jakarta,

Muh. Zulfan hakim, 2012, izin sebagai instrumen pengawasan dalam

mewujudkan pemerintahan yang baik, (PDF) from core.ac.uk.

Philipus,et al.2005. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

80
Philipus M. Hadjon. 1993. Pengantar Hukum Perizinan. Yuridika. Surabaya.

Ridwan HR. 2014. Hukum Administrasi Negara. PT RajaGrafindo Persada.

Jakarta.

Sri Praptianingsih. 2006. Kedudukan Hukum Perawat dalam Upaya

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

S. Prajudi Atmossudirjo. 1994. Hukum Administrasi Negara. Balai Aksara.

Jakarta.

Ns. Ta’adi. 2009. Hukum Kesehatan Pengantar Menuju Perawat

Profesional. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Wiku Adisasmito. 2010. Sistem Kesehatan. PT RajaGrafindo Persada.

Jakarta.

UUD RI Tahun 1945

UU RI No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

UU No. 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

Permenkes No.28 tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik

bidan.

Persiapan_Membuka_BPM_MEMBUKA_BIDAN_PRAK-2,Pdf

http://tenaga-kesehatan-di-indonesia_18.html. diakses pada tanggal 06

Februari 2018.

81
http://bidan-praktek-swasta.html. diakses pada tanggal 06 februari 2018.

http://pelatihanrumahsakit.com/manajemen-penyelenggaraan-praktik-

mandiri-bidan/ diakses pada tanggal 07 februari 2018

https://id.wikipedia.org/wiki/Kebidanan diakses pada tanggal 10 februari

2018

http://www.fkunissula.ac.id diakses pada tanggal 10 februari 2018

www.asuhankebidanan.com diakses pada tanggal 9 april 2018

PDF www.geoportalmakassar.info.download Diakses pada tanggal 10 april

2018

82

Anda mungkin juga menyukai