Anda di halaman 1dari 12

INOVASI “AMBON CITY OF MUSIC”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Risiko

Dosen Pengampu: Titik Djumiarti, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Indah Putri Istiqomah (14030117110034)


2. Juliana (14030117120005)
3. Ervin Dwi (14030117130047)
4. Armaviani Rizka H (14030117140075)
5. Sandra Ayu Winarni (14030117140079)
6. Yulistia Akni (14030117140085)
7. Rizal Aditias (14030117140109)

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020
AMBON CITY OF MUSIC

1. Penetapan Risiko
2. Identifikasi Risiko
Risiko merupakan segala sesuatu kejadian yang berpotensi untuk menghambat,
menunda atau menggagalkan pencapaian tujuan organisasi. Pokok acuan dalam
mengidentifikasi risiko adalah tujuan organisasi. Ambon City of Music berhasil menai
kkan aktivitas bermusik dan membuka ruang kreatif bagi masyarakat Ambon. Pemkot
Ambon mengembangkan ruang kreatif itu di kafe, hotel, resto, dan pangguing-panggu
ng pertunjukkan. Inovasi ini memberi pelajaran untuk fokus pada satu visi atau brand
ing yang mengutamakan kepentingan masyarakat sesuai kebutuhan masyarakat, serta
nilai seni budaya yang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat Kota Ambon.
Berikut ini adalah tabel risiko dari program ini:

No. Konten Risiko


1. SDM Kemampuan bermusik masyarakat Kota
Ambon
Kurangnya komitmen antar masyarakat
Kota Ambon
Kurangnya Koordinasi Tim Ambon Music
Office (AMO) dengan stakeholder
2. Data Base Kelengkapan data
3. Sarana dan Prasarana Sarana Pendidikan yang belum
mendukung
Rendahnya motivasi seniman untuk
berkarya akibat tidak disediakan
panggung permanen dalam berkesenian
Kurangnya minat seniman, musisi,
sastrawan dalam meningkatkan kualitas
penampilannya menyebabkan kurangnya
minat penonton untuk menyaksikan
pertunjukan kesenian
4. Promosi Kurangnya branding dari masyarakat Kota
Ambon
Tidak ada ciri khas musik di
persimpangan jalan Kota Ambon

3. Analisis Risiko

2
No Konten Risiko yang Mungkin Nilai Level Risiko Bukti
. Terjadi H M L
1. Sumber Daya a. Kemampuan bermusik 2 √ Dikutip dari
Manusia masyarakat Kota Liputan6.com “Inovasi ini
Ambon di latar belakangi 90%
masyarakat Ambon
memiliki DNA dan Intuisi
bermusik yang sangat
tinggi, tetapi yang
menjadi masalah adalah
music belum mampu
mendorong pertumbuhan
ekonomi dan
menyediakan lapangan
kerja kepada masyarakat.”
kata Richard seperti yang
dilansir antara Rabu 17
Agustus 2019.
b. Kurangnya komitmen 4 √ Kebijakan-kebijakan yang
antar masyarakat Kota dibuat Pemerintah yang
Ambon mencoba melindungi para
musisi dari hak cipta
mereka tidak dianggap
menguntungkan, para
musisi lebih memilih
menjadi pegawai kantoran
daripada menjadi musisi
di daerahnya (Sumber :
Jurnal Damayanti,
Strategy City Branding
Ambon City Of Music
Oleh Masyarakat dan
Dinas Pariwisata Kota
Ambon
c. Kurangnya koordinasi 3 √ Kurangnya koordinasi
Tim Ambon Music diantara Dinas
Office (AMO) dengan Kebudayaan dan
Stakeholder Pariwisata dengan
komunitas bermusik di
Kota Ambon.
Total 9
2. Data Base a. Kelengkapan data 2 √ Data Pengangguran
(Dilansir dari
www.kemenpan.go.id)
Data Pelaku Industri
Hiburan (Data Bekraf RI)
Total 2
3. Sarana dan a. Sarana Pendidikan 3 √ Terdapat Mata Pelajaran
Prasarana yang belum Muatan Lokal Musik
mendukung tetapi fasilitas guru belum

3
terpenuhi
(www.kemenpan.go.id)
b. Rendahnya motivasi 3 √ Selama ini, para pemusik
seniman untuk dan penyanyi dibayar
berkarya akibat tidak dengan harga murah.
disediakan panggung Misalnya, bernyanyi di
permanen dalam kafe biasanya hanya
berkesenian diupah Rp50.000.
Di lain sisi, panggung
bagi mereka mencari
nafkah sangat sedikit.
Seniman tidak disediakan
mini teater, listrik, dan
sound system.
(http://ambonekspres.fajar
.co.id/2017/04/07/tak-ada-
panggung-trotoar-pun-
jadi/)
c. Kurangnya minat 3 √ Anggaran daerah dipakai
seniman, musisi, untuk membangun
sastrawan dalam monumen kota musik,
meningkatkan kualitas tidak dipakai untuk
penampilannya membangun mini teater.
menyebabkan (http://ambonekspres.fajar
kurangnya minat .co.id/2017/04/07/tak-ada-
penonton untuk panggung-trotoar-pun-
menyaksikan jadi/)
pertunjukan kesenian
Total 9
4. Promosi a. Kurangnya branding 4 √ 1. Situs Web tidak dapat d
dari masyarakat Kota iakses
Ambon 2. Media Sosial tidak aktif
b. Tidak ada ciri khas 3 √ Persimpangan-
music di persimpangan persimpangan jalan yang
jalan Kota Ambon tidak terlalu banyak di
kota Ambon juga tidak
menunjukkan hal
bermusiknya masyarakat
Ambon, atau adanya ciri
khas musik yang sengaja
ditampilkan di
persimpangan jalan.
Persimpangan jalan
sepanjang jalan di Ambon
hanya menunjukkan hal
yang biasa, lampu lalu
lintas dan billboard iklan,
tidak ada billboard yang
menunjukkan ciri Ambon
sebagai Kota Musik.

4
(Sumber: Jurnal
Damayanti, Strategy City
Branding Ambon City Of
Music Oleh Masyarakat
dan Dinas Pariwisata Kota
Ambon
Total 7

Keterangan:

1. Sumber Daya Manusia

Skor : 3-6 = low

6,1 – 9 = medium

9,1 - 12 = high

Kesimpulan : risiko yang terjadi pada konten sumber daya manusia dikategorikan
kepada level medium

2. Database

Skor 1-2 = low

2,1 -3 = medium

3,1 - 4 = high

Kesimpulannnya konten database terdapat pada level medium

3. Sarana dan Prasarana

Skor 3-6 = low

6,1-9 = medium

9,1 -12 = high

Kesimpulan konten sarana prasarana berada pada level medium

4. Promosi

Skor 2 -4 = low

5
4,1 - 6 = medium

6,1-8 = high

Kesimpulannya konten promosi berada pada level high

4. Evaluasi Risiko
Setelah menentukan resiko yang diukur dari tingkat kemungkinan dan dampak yang
terjadi, maka akan disusun dalam bentuk prioritas resiko. Dapat dimulai dari tingkat resiko
yang tertinggi sampai dengan tingkat resiko yang terendah. Suatu resiko yang tidak
termasuk dalam resiko yang dapat diterima merupakan resiko yang menjadi prioritas
utama untuk segera ditangani. Apabila sudah diketahui besarnya tingkat resiko dan
prioritas resiko, maka perlu menyusun peta resiko. Berdasarkan kasus tentang inovasi
“Ambon City of Music”, peta resiko yang dapat dibuat berdasarkan prioritas resiko adalah
sebagai berikut :
 Kurangnya komitmen antar masyarakat Kota Ambon. Hal ini sebaiknya perlu
adanya kerjasama antara masyarakat dengan pemerintah daerah. Mulai dari
pemerintah daerah yang perlu membangun komitmen masyarakat dengan
memberikan fasilitas-fasilitas pendukung atau bangunan-bangunan fisik untuk
dijadikan ciri identitas kota sehingga menarik perhatian wisatawan. Masyarakat
lebih memilih menjadi pegawai kantoran karena menganggap bahwa menjadi
pemusik tidak menjanjikan hidup yang lebih baik, para pemusik dan penyanyi
dibayar dengan harga murah. Misalnya, bernyanyi di kafe biasanya hanya diupah
Rp 50.000,00. Upah yang diterima pemusik Ambon tergantung dari jumlah minat
wisatawan dan akses penonton untuk menyaksikan pertunjukan sehingga perlunya
pemerintah daerah memikirkan tempat-tempat pemusik untuk berkarya dengan
menyediakan panggung kesenian. Dengan begitu, masyarakat pun tertarik menjadi
pemusik. Peran masyarakat juga sangat diperlukan yaitu memanfaatkan fasilitas-
fasilitas yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan baik sehingga sangat
diperlukan kerjasama antara pemerintah daerah dengan masyarakat dalam
menjadikan Ambon sebagai kota musik.
 Kurangnya branding dari masyarakat Kota Ambon. Brand atau Branding memiliki
fungsi sebagai tanda pengenal perusahaan/organisasi/produk di kancah persaingan.
Selain itu brand berfungsi menyampaikan kepada konsumen, pemegang, saham, st
akeholder, masyarakat dan dunia pada umumnya semua nilai dan sikap yang terkad

6
ung dalam sebuah produk, perusahaan, ataupun organisasi (Damayanti, 2019: 4).
Branding dari masyarakat Kota Ambon dalam menjadikan kotanya sebagai kota
musik sangatlah penting. Agar musik Kota Ambon lebih dikenal oleh seluruh
masyarakat Indonesia dan wisatawan asing, masyarakat perlu mengelola social
media lebih baik lagi. Situs web dan social media mengenai karya-karya musik
dari musisi Kota Ambon perlu diaktifkan sehingga seluruh masyarakat dapat
mengakses informasi mengenai event-event musik di Kota Ambon. Dengan
demikian, dapat meningkatkan perhatian publik dan musik-musik khas Ambon
dapat diterima masyarakat luas sehingga Ambon City of Music dapat tercapai
dengan baik.

5. Pengendalian Risiko

No. Konten Risiko Cara Pengendalian


1. SDM Kemampuan bermusik masyarakat Sebagian besar masyarakat kota
Kota Ambon Ambon sudah menguasai musik
karena music sudah menjadi
identitas Kota Ambon oleh
karena itu kemampuan mereka
dalam bermusik sudah tidak perlu
diragukan lagi, hanya tinggal
melatih
Kurangnya komitmen antar Komitmen yang kurang ini
masyarakat Kota Ambon disebabkan oleh kurangnya
pendapatan yang mereka terima
jika hanya menjadi seorang
musisi. Oleh karena itu
diperlukan kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah agar
musisi yang ada di Kota Ambon
berpenghasilan yang mencukupi
salah satunya dengan menjadikan
Kota Ambon menjadi kota musik.
Kurangnya Koordinasi Tim Koordinasi antar pihak
Ambon Music Office (AMO) stakeholders sangat diperlukan
dengan stakeholder agar tujuan dari program dapat
berjalan dengan lancar. Dinas
pariwisata sangat berperan dalam
memajukan pariwisata di bidang
musik. Oleh karena itu, mereka
perlu berkomunikasi dengan
pihak komunitas musik Kota
Ambon. Komunitas ini bisa
dilaksanakan secara terjadwal

7
agar menjadi agenda rapat dinas
pariwisata tersebut
2. Data Base Kelengkapan data Untuk kelengkapan data program
Ambon City of Music sudah
lengkap tersedia. Bisa diakses
melalui website Data Bekraf RI
3. Sarana dan Sarana Pendidikan yang belum Sarana yang dimaksudkan disini
Prasarana mendukung adalah tenaga pengajar yang
belum sesuai jumlahnya dengan
yang dibutuhkan. Cara
pengendalian yang dapat
dilakukan adalah dengan
menambah jumlah guru untuk
mata pelajaran muatan lokal
musik tersebut.
Rendahnya motivasi seniman Rendahnya motivasi ini
untuk berkarya akibat tidak disebabkan oleh rendahnya
disediakan panggung permanen bayaran yang diterima oleh para
dalam berkesenian musisi. Cara pengendalian yang
bisa dilakukan dengan
meningkatkan upah musisi
tersebut
Kurangnya minat seniman, musisi, Selama ini anggaran daerah
sastrawan dalam meningkatkan dipakai untuk membangun
kualitas penampilannya monumen, akan lebih baik
menyebabkan kurangnya minat sebenarnya jika anggaran daerah
penonton untuk menyaksikan digunakan untuk membangun
pertunjukan kesenian mini teater yang digunakan untuk
menunjang penampilan para
seniman sehingga dapat menarik
minat para penonton.
4. Promosi Kurangnya branding dari Promosi yang dapat dilakukan
masyarakat Kota Ambon oleh komunitas musik Kota
Ambon adalah dengan
mengaktifkan kembali media
sosial karena saat ini informasi
banyak diterima oleh masyarakat
dari media sosial. Media sosial
dapat melalui aplikasi apapun,
sehingga masyarakat di daerah
lain dapat mengetahuinya
Tidak ada ciri khas musik di Komunitas musik Kota Ambon
persimpangan jalan Kota Ambon diharapkan dapat menghadirkan
para pemain musik jalanan
dengan menampilkan musik ciri
khas Kota Ambon. Selain itu
papan iklan di setiap jalan dapat
menampilkan musik-musik ciri
khas Kota Ambon sehingga
program Ambon City of Music

8
bisa berjalan dengan baik.

6. Peninjauan Ulang Risiko


Peninjauan ulang risiko perlu dilakukan supaya tidak menimbulkan risiko baru atau
membuat risiko yang mulanya low menjadi high. Dari konten sumber daya manusia, level
risikonya adalah medium, maka dari itu diperlukan peninjauan berupa seberapa banyak
masyarakat Kota Ambon yang mempunyai kemampuan dalam bermusik, lalu perlu
ditinjau kebijakan-kebijakan yang terkait dengan perlindungan hak cipta kepada musisi
supaya masih adanya komitmen antara masyarakat dengan pemerintah daerah. Dalam segi
konten data base juga perlu ditinjau mengenai data dari masyarakat pengangguran di Kota
Ambon. Perlu juga ditinjau mengenai sarana dan prasarana yang tersedia untuk
mendukung masyarakat Kota Ambon dalam hal bermusik supaya tidak mengurangi minat
untuk bermusik. Lalu juga dilakukan peninjauan pada media yang ada untuk
mempromosikan ciri khas musik pada Kota Ambon.

7. Pemantauan Resiko
Pemantauan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus untuk
memeriksa, mengawasi, dan melakukan pengamatan secara kritis untuk dapat
mengidentifikasi terjadinya perubahan dari tingkat kinerja atau sasaran yang ingin dicapai
dari pelaksanaan pengelolaan resiko. Pemantauan dalam proses manajemen resiko
bermanfaat agar dapat mengetahui bahwa risk assessment dan risk treatment berjalan
dengn efektif, mampu memberikan umpan balik dan adanya rekomendasi perbaikan yang
diperlukan.
Pemantauan terhadap resiko harus selalu dilakukan dari tahap awal hingga akhir.
Pemantauan resiko dalam inovasi “Ambon City of Music” terbagi menjadi tiga bagian
yang dapat diidentifikasi yaitu :
a. Pemantauan Skala Rendah (Low)
Dikatakan rendah apabila resiko yang dihadapi oleh baik perencana maupun pelaks
ana masih dapat diatasi sendiri tanpa mengubah rencana yang telah ada, dapat dilak
ukan oleh pelaksana dalam proses tersebut. Untuk resiko dengan satus rendah,
maka perlu melakukan prosedur rutin yang cukup untuk menanggung dampak,
perlu pengendalian intern yang efektif dan pemantauan, serta menciptakan strategi
yang fokus pada pemantauan dan review terhadap prosedur pengendalian yang
sudah ada.

9
b. Pemantauan Skala Sedang (Medium)
Dikatakan sedang apabila resiko yang dihadapi memiliki gejala yang mampu mem
buat pelaksana proses harus memutuskan pengurangan resiko atau mengadakan ops
i untuk melakukan pemantauan terhadap proses yang sedang berjalan. Untuk resiko
dengan status sedang maka perlu melakukan pemantauan dengan cara perlu
mengelola dan mereview resiko secara rutin dan pengendalian intern yang efektif
dan melakukan pemantauan, serta melaksanakan strategi yang telah dibuat.
c. Pemantauan Skala Tinggi (High)
Dikatakan tinggi apabila resiko yang dihadapi sudah harus mendapatkan perhatian
khusus dari seluruh elemen yang ada dalam proses agar segera melakukan pengura
ngan. Untuk resiko dengan status tinggi maka perlu melakukan pemantauan dengan
cara melakukan pengelolaan aktif dan review resiko dari inovasi “Ambon City of
Music” secara ruitin, melaksanakan strategi yang difokuskan pada pemeliharaan
kendali resiko yang sudah baik, serta melakukan pendekatan yang tepat.

8. Komunikasi
Komunikasi merupakan salahsatu faktor penentu keberhasilan dari sebuah program.
Dalam mencapai sebuah tujuan yang diinginkan komunikasi menjadi faktor penting dalam
rangka penyampaian kumpulan dari berbagai macam data-data yang diolah sehingga menjadi
sebuah informasi yang berguna untuk kemudian disampaikkan kepada para Stakeholders
yang terkait di dalamnya. Di dalam program AMBON CITY OF MUSIC terdapat beberapa
Stakeholders yang memiliki peran aktif dalam keberlangsungan program.
Pertama, Pemerintah Kota Ambon tentunya kemudian Tim Ambon Music Office
(AMO), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Ambon. Pemerintah kota harus dapat
mengkomunikasikan baik kebijakan, evaluasi maupun rencana pengembangan program
kepada Dinas Kebudayaan dan pariwisata serta tim AMO sebagai tim secara efektif, efisien
dan jelas dengan cara melakukan komunikasi dua arah, tidak hanya memberi perintah saja
tetapi pemerintah kota juga wajib untuk mendengar kritik dan saran dari tim AMO sebagai
pelaksana serta masyarakat ambon yang terkait agar diharapkan melalui jaringan komunikasi
yang baik diharapkan akan membawa dampak yang baik pula.

10
Kesimpulan

Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy mengatakan bahwa dengan adanya inovasi
Ambon City of Music memberi dampak jumlah kafe di Ambon semakin bertambah sejalan
dengan menghadirkan musisi untuk promosi, serta menjadi daya ungkit untuk kuliner.
Produksi lagu daerah dan digitalisasi juga semakin tinggi. Selain itu, kunjungan artis nasional
dan internasional memberikan ruang penonton yang tinggi.

Sejak kreativitas musik dijadikan peluang usaha maka angka pengangguran pada
tahun 2018 angka pengangguran mencapai angka 4,94% dengan demikian presentase
pengangguran dapat ditekan sebesar 1,5 persen pertahun dan angka kemiskinan 0,15 persen
pertahun, maka inovasi ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperluas
kesempatan kerja dengan hadirnya tempat usaha dan ruang pertunjukan di Ambon.
Terbukanya ruang bagi musisi juga menciptakan kolaborasi antar-musisi, kunjungan
wisatawan yang makin signifikan dalam menciptakan geliat ekonomi di berbagai usaha
bisnis. Sebut saja toko alat musik, toko cendera mata, bahkan semakin marak
munculnya event organizer (EO) lokal.

Banyak hal yang dapat ditunjukkan dari Ambon City of Music yang memiliki
berbagai hal baik itu kualitas bermusik, keragaman sosial dan budaya, ini tentu menjadi nilai
yang berbeda.

Namun dalam menjadikan kota Ambon sebagai kota Musik seperti yang dicanangkan
oleh Bekrah dan Pemerintah setempat belum mendapat dukungan yang memadai dari
masyarakat. Masyarakat masih menganggap Musik bagian dari kehidupan mereka, nadi
mereka, ciri khas mereka, tapi belum sampai pada kesadaran bahwa ciri khas tersebut bisa
dijadikan identitas kota mereka.

Dalam hal fisik pun pemerintah daerah belum secara serius menggarap bangunan-
bangunan fisik untuk dijadikan ciri identitas kota mereka, padahal ciri-ciri fisi yang tercermin
pada bangunanbangunan fisik ini akan sangat membantu para turis memberikan kesan pada
kota Ambon. “Ambon City of Music” akan sangat menempel pada kesan wisatawan jika
mereka mendapatkan dari bangunan-bangunan ataupun ciri-ciri fisik yang bertebaran di kota
tersebut, tetapi hal itu belum didapat dari Kota Ambon.

11
12

Anda mungkin juga menyukai