Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

Subsektor ekonomii kreatif


Musik

Kelompok III
Maysharah
Resti amelia
Jeni sherlina
Nurul sutia ningsih
Hasbi rahmadan
Marsel
Yoga afri damara

MTS.N 5 KAMPAR
KECAMATAN KAMPAR KIRI
TP. 2022-2023
Musik

Industri kreatif subsektor musik adalah kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi,
pertunjukan musik, reproduksi dan distribusi dari rekaman suara. Seiring dengan perkembangan
industri musik yang tumbuh pesat, maka klasifikasi buku lapangan Indonesia 2005 (KBLI) perlu
dikaji ulang, yaitu terkait dengan pemisahan lapangan usaha distribusi reproduksi media
rekaman, manajemen representasi - promosi (agensi) musik, jasa komposer, jasa pencipta lagu
dan jasa penyanyi menjadi satu kelompok lapangan usaha sendiri. Musik merupakan industri
cukup menjanjikan dalam dunia showbiz. Besarnya minat dan antusiasme para musisi muda
untuk terjun ke dalam bidang ini menunjukkan bahwa musik punya potensi menjadi industri
yang lebih besar.

Kemenparekraf optimistis menepatkan musik sebagai salah satu subsektor yang akan dikelola
secara lebih maksimal. Meskipun subsektor musik punya potensi yang sangat besar, beberapa
pelaku melihat permasalahan yang harus segera diselesaikan, salah satu tantangan terbesar
pembajakan yang masih marak sehingga menyebabkan perkembangan industri musik di
Indonesia terhambat. Pembajakan tentunya menyebabkan turunnya minat investasi di bidang ini.

Kemenparekraf menyediakan fasilitas untuk para pelaku industri musik. Beberapa fasilitas yang
akan disediakan oleh kemenparekraf antara lain perlindungan HKI sehingga bisa mengurangi
pembajakan menginisiasi terbentuknya inkubator - inkubator musik, membuka akses permodalan
untuk industri musik, membangun ekosistem bisnis yang sehat dalam program -program lain.

Subsektor ekonomi kreatif musik melengkapi subsektor ekonomi kreatif yang dinikmati dari
semua kalangan yaitu musik. Industri yang lengket dengan ekspresi dan melalui kumpulan nada
dan irama ini tentu saja menjadi sektor yang cukup menyita perhatian. Sudah dari e, industri
musik menjadi salah satu industri yang terus menghadirkan inovasi dan perkembangan yang
cukup pesat.

Masa keemasan dunia permusikan di Indonesia masih bisa kita nikmati sampai saat ini. Bukti
nyatanya di era 2000an yang identik dengan musik yang ringan dan lirik yang sederhana masih
terus melekat sampai banyak dinyanyikan ulang dengan aransemen yang lebih kekinian namun
masih bisa dinikmati baik untuk kalangan penikmat musik 2000an sendiri sampai dengan
generasi milenial saat ini. Bedanya penghargaan atas karya yang dulu melalui kaset, CD atau
lainnya bergeser ke aplikasi seperti Spotify, joox dan banyak lagi lainnya. Namun sering kali
muncul polemik cover lagu yang tanpa sepengetahuan pencipta yang diupload melalui social
media seperti YouTube, Instagram, bahkan yang terbaru melalui tiktok.

Apalagi dengan munculnya talenta baru didorong dengan perkembangan teknologi digital, bisa
kita rasakan semakin banyaknya talenta berbakat dari segenap penjuru negeri ini semakin aktif
dalam berkarya. Terlepas dari makin banyaknya karya tersebut, isu mengenai originalitas, hak
cipta dan pembajakan akan selalu menghantui. Beberapa hal tersebut disinyalir menghambat
perkembangan subsektor ekonomi kreatif musik di Indonesia. Ambil contoh pembajakan sendiri
tentunya menyebabkan turunnya kualitas dan kuantitas produksi, menurunnya apresiasi
masyarakat terhadap musik, dan turunnya minat investasi di bidang ekonomi kreatif industri
musik ini. Langkah antisipasi yang dapat dilakukan antara lain adalah perlindungan hak
kekayaan intelektual (HKI) dengan harapan bisa mengurangi pembajakan.

Langkah lain seperti menginisiasi terbentuknya inkubator - inkubator musik, membuka akses
permodalan untuk industri musik, membangun ekosistem bisnis musik yang sehat dan program -
program lain. Regulasi ini membutuhkan dukungan dari pihak. Ittelekom Jakarta sangat
mendukung langkah tersebut dengan memberikan pendidikan etika profesi yang diterapkan
dalam sistem perkuliahan.

Sudah dikatakan bahwa industri musik merupakan salah satu subsektor dari ekonomi kreatif.
Sebelumnya dapat diketahui bahwa musik merupakan sebuah bentuk mengekspresikan diri
melalui bunyi.

Unsur dasar dari musik adalah melodi, irama dan harmoni dengan unsur pendukung berupa
gagasan, sifat dan warna bunyi. Secara sederhana, industri musik merupakan sebuah proses
penggabungan dari bermacam kegiatan, mulai dari komposisi musik, rekaman musik, promosi,
penertiban hingga pertunjukan musik.

Dari definisi industri kreatif maka subsektor industri musik dapat didefinisikan sebagai kegiatan
atau usaha berkaitan dengan pendidikan, kreasi atau komposisi, rekaman, promosi, distribusi,
penjualan dan pertunjukan karya seni musik.

Pengembangan industri musik di dunia terbagi dalam beberapa era, mulai dari era industri
pertunjukan musik, industri penerbitan musik, industri rekaman musik, dan era industri musik
digital. Pada era pertunjukan musik, sebuah musik hanya dapat dinikmati secara langsung. Era
ini berada pada tahun sebelum 1600-an dan terus berjalan ratusan tahun. Era penerbitan sekitar
1600-an mesin cetak sederhana sudah ditemukan lalu, musik sudah dapat dimainkan ulang dalam
bentuk kertas yang berisi catatan nada atau komposisi lagu yang diterbitkan. Era penerbitan
musik ini berlangsung hingga abad ke-18.

Era industri rekaman musik mulai pada tahun 1875, tentunya tepat saat mesin perekam suara
pertama dan pornograf telah ditemukan. Pada tahun 1800 sampai 1900, bentuk media rekaman
suara terus berubah. Selain ditemukannya mesin perekam suara, perkembangan dan penyebaran
radio dan industri penyiaran pada tahun 1920, juga turut serta cara khalayak mendengarkan
musik.

Tempat - tempat pertunjukan tetap berjalan dan tetap melakukan pertunjukan secara langsung.
Namun dengan radio, kelompok musik diberikan kesempatan untuk lebih dikenal oleh khalayak
umum yang lebih luas dalam skala nasional bahkan dunia. Era rekaman musik ini terus
berkembang hingga tahun 1948.

Seperti muncul proses rekaman multitrack pertama (sound-on-sound over dubbed). Hal ini
mengubah pandangan bahwa perekam musik tidak selalu harus dilakukan secara live. Seluruh
anggota tidak harus berkumpul pada satu ruangan dan memainkan komposisinya bersamaan.
Kemudian muncullah lebel rekaman yang berperan menjadi penghubung. Lebel rekaman ini
memperkerjakan orang untuk mencari bakat bakat baru dalam bidang musik. Orang tersebut
akan menempatkan musisi dengan tepat dan dengan lagu yang tepat.

Orang ini dikenal dg artist dan reportoire representatives (A dan R reps).

Pada tahun 1940, terdapat suatu perusahaan rekaman Batavia bernama "Tio Tek Tiong".
Perusahaan rekaman ini menjadi pelopor subsektor industri kreatif bidang musik Indonesia.
Tahun 1950 musisi solois bergenre pop seperti Adi Bing Slamet, Titiek Puspa, Rachmat Kartolo,
Nier Lesmana, Koes Plus, dan Panbers.

Sementara pada tahun 1990 mulai muncul band bergenre pop di Indonesia seperti Dewa, Slank,
Gigi, Anang dan masih banyak lagi. Di era muncul pengaruh indie atau independen yang artinya
band atau orang itu menciptakan lagu sesuka dia dengan genre apapun tanpa lebel, mandiri dan
bebas. Pas band merupakan band yang berhasil merilis album dengan tradisi indie pertama di
Indonesia yang membuat band bergenre rock lain mengikutinya. Di era 2000-an, musisi bergenre
pop yang ada di Indonesia sudah terbilang banyak.

Anda mungkin juga menyukai