Anda di halaman 1dari 12

INDUSTRI MUSIK/RECORDING DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Hilmi Fitriati Syawaliah (24071120047)

Yen Yuan Rubiani (24071120159)

Rida Saeful Malik (24071120120)

Mochamad Juandi Ramdhani (24071120087)

Nur Apriani Sholihah (24071120048)

Huda Rofik Hamzah (24071120158)

Fakultas Ilmu Komunikasi dan Informasi

Universitas Garut

2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Industri Musik/Recording di
Indonesia” Dengan tepat waktu. Kelompok kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kelompok kami pun
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 LATAR BELAKANG 4
1.2 RUMUSAN MASALAH 5
1.3 TUJUAN PENELITIAN 5
1.4 MANFAAT PENELITIAN 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
2.1 PENGARUH MUSIK PADA BUDAYA YANG ADA DI INDONESIA 6
2.2 INDUSTRI MUSIK YANG BERKEMBANG DI INDONESIA 8
2.3 INOVASI MUSIK/RECORDING YANG ADA DI INDONESIA 9
BAB III 11
PENUTUP 11
3.1 KESIMPULAN 11
3.2 SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Industri musik merupakan industri kultural yang mana di dalamnya terdapat dua
unsur yaitu unsur seni dan unsur industri. Industri rekaman yaitu merekam suara
penyanyi dan musisi ke dalam piringan hitam (1960-pertengahan 1970-an) dan pita
suara kaset (mulai 1973). Tujuan utama industri musik rekaman adalah keuntungan.
Sejarah industri musik di Indonesia dapat dilihat dari tahun 1950-an. Beberapa jenis
musik yang berkembang adalah musik jazz, rock, dan pop. Ketika itu banyak pemuda
Indonesia lebih menyukai lagu-lagu yang berasal dari Amerika Serikat yang didengar
dari radio-radio luar negeri atau melalui film-film luar negeri yang masuk ke
Indonesia. Hal itu mengakibatkan lagu-lagu daerah tidak diminati oleh masyarakat
Indonesia.

Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno musik tidak banyak memberikan


sumbangan ekonomi, baik terhadap negara ataupun musisi. Hal itu karena banyaknya
pembatasan terhadap musik, sehingga industri musik belum berkembang dan musik
lebih mewujud sebagai alat politik Industri musik Indonesia berkembang mengikuti
kemajuan teknologi dan berubah fungsinya dari sebagai alat politik di masa
kepemimpinan Presiden Soekarno hingga menjadi sebuah Industri hiburan yang
banyak menghasilkan uang yang dikelola seorang produser dan studio rekaman besar
dan nantinya akan menimbulkan sebuah arus berlawanan dalam industri musik itu
sendiri.

Theodore K.S dalam bukunya yang berjudul Rock n Roll Industri Musik Indonesia
dari Analog ke Digital membagi periode sejarah industri musik Indonesia menjadi
tiga periode, periode pertama tahun 1950-1970 sebagai masa Piringan Hitam, periode
kedua berkisar antara tahun 1970 hingga akhir 1980-an yang menjadi era Kaset, dan
tahun 1990 hingga sekarang menjadii era revolusi digital.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh musik/recording pada budaya yang ada di Indonesia?


2. Bagaimana industri musik/recording yang berkembang di Indonesia?
3. Apa saja inovasi music/recording yang ada di Indonesia?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Dapat mengetahui dan dapat mendeskripsikan pengaruh musik/recording pada


budaya yang ada di Indonesia
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan industri musik/recording yang
berkembang di Indonesia
3. Dapat menyebutkan dan menjelaskan inovasi musik/recording yang ada di
Indonesia

1.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Dapat menyelesaikan tugas yang sudah diberikan kepada penulis


2. Dapat menambah wawasan penulis dan pembaca
3. Dapat mengetahui, menyebutkan, dan menjelaskan tentang industri musik
yang ada di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGARUH MUSIK PADA BUDAYA YANG ADA DI INDONESIA

Dalam perspektif kebudayaan, musik sebagai bagian unsur kesenian dari kebudayaan
tidak bisa lepas dari realitas sosial dinamika kehidupan yang berkembang di
masyarakat bersangkutan. Sebagai seni, musik tidak lepas dari kehidupan. Bahkan
nilai-nilai intrinsik dari sebuah karya musik (lagu) pada skala tertentu merupakan
pencerminan yang merepresentasikan gambaran kondisi sosio-kultural yang terkait
dengan bidang-bidang kehidupan lainnya, termasuk ketahanan budaya suatu bangsa.

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa musik mempunyai peran dan pengaruh
sangat penting dalam kehidupan manusia, termasuk di bidang kehidupan politik.
Sebagaimana tercatat bahwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia tidak lepas dari
peran musik didalamnya. Para seniman pejuang ini dengan spirit kesenimanannya
ikut mengawal jalannya perjuangan bangsa lewat lagu-lagunya bernuansa heroik dan
patriotik. Adalah saatnya bagi kita untuk merenungkan kembali dan memaknai peran
dan fungsi musik tidak sekadar hiburan semata, tapi juga bagaimana
mengintegrasikannya dalam karya besar kehidupan kemanusiaan dan kebudayaan.

Sebuah peristiwa budaya yang awalnya dianggap peristiwa budaya semata menjadi
gerakan kebudayaan yang membawa pengaruh pada pergeseran orentasi nilai dan
gaya hidup yang akhirnya berimplikasi terhadap kehidupan sosial politik. Sementara
kita sendiri sudah keasyikan terbuai oleh ekstasi kesadaran semu budaya popular
yang mengalir dalam denyut nadi musik pop Indonesia.

Seperti dikatakan Ali Moertopo dalam buku Strategi Kebudayaan, bahwa manusia
sebagai inti kebudayaan merupakan sumber dari berbagai kekuatan-kekuatan dalam
sejarah. Di mana kebudayaan merupakan perwujudan dari segenap hasil pikiran
kemauan serta perasaan manusia dalam rangka perkembangan kepribadiannya. Untuk
mewujudkan semua itu dibutuhkan adanya strategi sebagai kekuatan yang berkenaan
dengan pendayagunaan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu bangsa.

Dengan sendirinya diperlukan adanya sebuah strategi kebudayaan menempatkan


kebudayaan sebagai suatu kekuatan. Di mana segala unsur kehidupan dan
kemanusiaan sebagai sentral dari proses keberlangsungan dinamika kebudayaan.
Strategi kebudayaan pada hakekatnya merupakan strategi perjuangan. Karenanya
strategi kebudayaan haruslah menjadi satu pedoman gerakan perjuangan yang
melahirkan gerakan-gerakan kebudayaan.

Dalam sarasehan budaya bertajuk "Dinamika Kebudayaan dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara", diantaranya menghadirkan pembicara sosiolog Ignas
Kleden dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama. Dikatakan oleh Ignas
Kleden bahwa selama ini kebudayaan masih kerap dipahami secara ontologis. Dalam
konteks ini, kebudayaan dan perkembangannya dilihat sebagai sesuatu yang berjalan
sendiri sesuai hakikatnya, bukan dibuat oleh manusia tetapi hadir begitu saja sebagai
rujukan yang harus diikuti oleh pendukung kebudayaan.

Padahal dalam konsep kebudayaan justru sebaliknya, bahwa kebudayaan juga


dibentuk oleh pendukungnya. Keadaan masyarakat menjadi acuan pembentukan
kebudayaan dan dapat mempengaruhi kebudayaan itu. Kebudayaan dibuat oleh
manusia secara bersama-sama melalui interaksi sosial. Oleh karena itu suatu politik
kebudayaan hanya mungkin dilakukan jika berangkat dari asumsi dasar bahwa
kebudayaan itu diproduisi oleh manusia dan melalui konstruksi sosial.
2.2 INDUSTRI MUSIK YANG BERKEMBANG DI INDONESIA

1. Masa Piringan HItam (1950-1970)

Sejarah awal industri musik Indonesia dirintis oleh Sujoso Karsono yang akrab
dipanggil Mas Yos. Kecintaannya pada musik membuat beliau mendirikan The
Indonesian Music Company Limited tanggal 17 Mei 195123 yang dikenal sebagai
label Irama.

Piringan hitam pertama yang dirilis Irama Records adalah album Sarinande (1956)
karya The Progressif, band beraliran jazz yang digawangi oleh Nick Mamahit (piano).

Tahun 1961, Irama Records merilis Semalam di Malaya karya Orkes Studio Djakarta.
Rilisan itu sekaligus menandai piringan hitam stereo pertama di Indonesia. Musisi-
musisi ternama saat itu, seperti Bing Slamet dan Sam Saimun, tak luput digandeng
Irama Records.

Kehadiran Irama yang mulai mempopulerkan musik-musik Amerika Serikat ke


Indonesia lewat grup-grup band dan sering diadakan festival-festival band seperti
Festival Irama Populer yang diadakan di beberapa kota di Indonesia menjadi salah
satu akibat pemuda di Indonesia mulai menyukai lagu-lagu yang berasal dari Amerika
Serikat.

2. Masa Kaset (1970-akhir 1980an)

Pada 1963, Philips memperkenalkan produksi pertama audio-kaset di Eropa dengan


nama Compact Cassette buatan Jerman Barat. Bersamaan dengan itu, Philips juga
memproduksi tape recorder portable yang pertama diedarkan di Eropa. Semenjak itu
penyebaran kaset mulai menerjang dunia. Para penikmat musik lebih memilih kaset
yang lebih slim dan praktis. kaset kemudian menjadi sebuah industri baru pengganti
piringan hitam.
Menjelang akhir 1960-an, industri kaset mulai memasuki Indonesia. Era kaset ini
membuka mata pencaharian baru; toko-toko elektronik menyediakan jasa berupa
merekam lagu berdasarkan pesanan dan menarik perhatian masyarakat luas.

Meskipun kaset diciptakan untuk mempermudah manusia merekam audio nyatanya,


era kaset memunculkan sebuah permasalahan baru di mana era pembajakan juga
terjadi di Indonesia. adanya kaset menyebabkan para pelanggar hak cipta merekam
lagu-lagu dari PH Produksi Remaco, Dimita, Lokananta, Metropolitan, dan J&B
Enterprises. Pada 1971 berbagai berita di media cetak memberitakan betapa kaset
bajakan mengancam industri PH di Indonesia.

3. Industri Musik Digital

Tahun 1988 memulai era baru industri musik, piringan compact disc berformat digital
mulai muncul di pasaran. Lebih dari 100 judul CD yang berisi lagu-lagu Indonesia
dengan berbagai jenis aliran musik. Pop, rock, dangdut hingga keroncong di jual
belikan di toko-toko kaset seluruh Indonesia. Nirwana Records merupakan label yang
mengawali penjualan CD pada akhir tahun 198 yang berisi lagu-lagu populer seperti
Kebyar Kebyar dan Madu Dan Racun.

2.3 INOVASI MUSIK/RECORDING YANG ADA DI INDONESIA

2.3.1 Tape Recording

Tape mulai populer tahun 1950-an. Perkembangan tape recorder ini membawa
perubahan yang pesat dalam membuat musik. Proses edit yang menjadi lebih mudah,
pemberian efek fade in dan fade out bisa dilakukan. Jika sebelumnya seorang artis
harus membawakan lagu dengan sempurna saat direkam, dengan adanya tape
recording, proses penambalan dan edit yang lebih mudah, berbagai kesalahan dapat
diperbaiki dengan mudah.
2.3.2 Multitrack Recording

Pada tahun 1940-an mulainya eksperimen dengan menggunakan multitrack recording


yang terus berkembang menjadi lebih rumit hingga tahun 1960-an. Dengan adanya
multitrack recording, teknik merekam dengan memisahkan grup artis dapat
dilakukan. Efek lain yang ditimbulkan oleh multitrack recording ini adalah
munculnya suara stereo.

2.3.3 Digital Recording

Mulai tahun 1980-an teknologi digital recording mulai berkembang. Tahun 1984
Sony memperkenalkan Compact Disk CD yang berbentuk seperti cakram kecil
dengan lubang ditengahnya. Ide dari pembuatan CD ini adalah merampingkan bentuk
media penyimpan musik populer selama ini yaitu kaset yang dirasa terlalu besar.
Disamping itu pengenalan CD ini juga bertujuan untuk membuat kualitas audio yang
dihasilkan menjadi lebih baik selain kepraktisan dalam penyimpanan.

Lahirnya CD kemudian diikuti oleh lahirnya VCD dan DVD yang dapat menyimpan
bentuk visual bergerak selain dapat menyimpan bentuk audio.

Perkembangan teknologi dari masa ke masa tidak dapat dipungkiri memberi dampak.
Di satu sisi perkembangan teknologi pemutar musik kesempatan bagi tersebarnya
produk-produk musik secara luas kepada penikmatnya.
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dalam perspektif kebudayaan, musik sebagai bagian unsur kesenian dari


kebudayaan tidak bisa lepas dari realitas sosial dinamika kehidupan yang
berkembang di masyarakat bersangkutan.
Sejarah awal industri musik Indonesia dirintis oleh Sujoso Karsono yang
akrab dipanggil Mas Yos. Kecintaannya pada musik membuat beliau
mendirikan The Indonesian Music Company Limited tanggal 17 Mei 195123
yang dikenal sebagai label Irama.
Pada 1963, Philips memperkenalkan produksi pertama audio-kaset di Eropa
dengan nama Compact Cassette buatan Jerman Barat. Bersamaan dengan itu,
Philips juga memproduksi tape recorder portable yang pertama diedarkan di
Eropa.
Tahun 1988 memulai era baru industri musik, piringan compact disc
berformat digital mulai muncul di pasaran. Lebih dari 100 judul CD yang
berisi lagu-lagu Indonesia

3.2 SARAN

Industri musik di Indonesiaharus lebih bisa dikembangkan dengan baik.


Karena pada zaman sekarang masyarakat Indonesia sangat senang
mendengarkan musik yang berasal dari Indonesia. Kita harus bisa menjaga
industri musik kita tetap bisa didengarkan oleh anak bangsa, dan bahkan
menjadi musik internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Jamalus. (1981). Musik 4 Untuk PSG. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Untuk Melalui Pengalaman Musik. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Jamalus. (1996). Panduan Pengajaran buku pengajaran Musik melalui Pengalaman


Musik. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan.

McNeill, R. J. (1998). Sejarah Musik 2. Jakarta: PT. Bpk Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai