13 - Dhisya Wahyudhiya Ranti - Mikologi - Metodologi Penelitian
13 - Dhisya Wahyudhiya Ranti - Mikologi - Metodologi Penelitian
OLEH :
OLEH :
DHISYA WAHYUDHIYA RANTI
NIM P07134118306
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tahun 2010, Penyakit infeksi kulit dan jaringan subkutan mempunyai prevalensi
diantaranya merupakan kasus baru. Salah satu penyakit infeksi kulit adalah
mengandung zat tanduk, seperti stratum korneum dari epidermis kulit, rambut dan
keasaman yang rendah (pH 4,5 hingga 5,6) sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri [ CITATION Cap14 \l 1033 ]. Walaupun dapat tumbuh dengan baik, jamur
Trichophyton rubrum.
sel. Unsur-unsur dasar tersebut seperti karbon, nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor,
magnesium, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Komponen sederhana
seperti selulosa, glukosa, protein, lignin dan pati juga dibutuhkan oleh
penambahan karbohidrat berupa khitin yang diekstrak dari bahan kulit kecoa
Khitin mempunyai tekstur yang baik, memiliki kandungan protein dan mineral
yang tidak terlalu tinggi. Penggunaan kitin banyak dimanfaatkan untuk keperluan
crustaceae, khitin juga dapat ditemukan dalam kerang (mollusca), serangga dan
salah satu komoditas ekspor sektor perikanan Indonesia yang dijual dalam bentuk
rajungan beku atau kemasan dalam kaleng. Berdasarkan Kementerian Kelautan
dan Perikanan (2019), tercatat nilai ekspor rajungan pada periode Januari – April
2019, berada pada posisi ketiga sebagai komoditas perikanan ekspor dengan nilai
cukup banyak yang jumlahnya dapat mencapai sekitar 40-60 % dari total berat
apabila tidak ditangani. Di dunia, kitin yang di produksi secara komersial 120
ribu ton pertahun. Kitin yang berasal dari kepiting dan udang sebesar 39 ribu ton
(32,5%) dan dari jamur 32 ribu ton (26,7%). Dengan pemanfaatan limbah
(2018) dan Muhammad Ma’ruf (2020) namun media alternatif hasil dari penlitian
Bertitik tolak dasar pemikiran dan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
C. Batasan Masalah
cangkang rajungan (Portunus sp.) dalam media SDA terhadap percepatan waktu
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran penambahan ekstrak khitin dari limbah
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Kecepatan pertumbuhan Trichophyton rubrum menggunakan
E. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Trichophyton rubrum.
Manfaat Praktis
a. Bagi penatalaksana bidang kesehatan
b. Bagi Peneliti
F. Keaslian Penelitian
No Penulis
Judul Penelitian Perbedaan Penelitian
(Tahun)
Trichophyton rubrum
namun media alternatif hasil dari penlitian justru masih kurang praktis untuk
diolah sehingga tidak didapatkan solusi terbaik dari permasalahan yang ada, dan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dermatofitosis
jamur superfisial yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Jamur ini menyerang
stratum korneum kulit, rambut dan kuku pada manusia. Penyakit kulit ini sering
terjadi di negara beriklim tropis, seperti di Indonesia. Suhu dan kelembaban yang
manusia dipengaruhi oleh kondisi yang panas dan lembab pada suhu berkisar 25-
kronis pada individu sehat. Distribusi spesies penyebab dan bentuk infeksi yang
terjadi bervariasi pada kondisi geografis, lingkungan dan budaya yang berbeda.
lain. Dinding sel jamur merupakan jaringan cross-linked antara kitin, glukan,
polisakarida yang kompleks serta protein integral. Inti sel terdiri dari glukan yang
B. Trichophyton rubrum
yang berarti host hanya terbatas pada manusia dan ditransmisikan dengan kontak
langsung. Namun, bagian dari kulit, rambut ataupun kuku yang terinfeksi jika
tertinggal pada pakaian, sisir, topi, kaus kaki, handuk dan sebagainya juga dapat
infeksi biasanya muncul dalam jangka waktu yang lama, seringkali berulang, dan
1. Morfologi
Dermatofita diidentifikasi berdasarkan gambaran koloni dan morfologi
(velvety) ditutupi oleh aerial miselium, kemudian bila dilihat dari sisi
yang tersusun satu persatu pada sisi hifa (enthyrsi), atau berkelompok
shaped macroconidia), dan terdiri dari beberapa sel. Beberapa strain dari
clavate yang tipis, kecil hingga sedang terdapat dalam jumlah sedikit, dan
rubrum tumbuh lambat pada media dasar seperti SDA dan PDA yakni 2-3
2. Toksonomi
Menurut [ CITATION Wib88 \l 1033 ], Trichophyton rubrum
Divisio : Thallophyta
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Familia : Moniliaceae
Genus : Trichophyton
3. Patogenesis
Trichophyton rubrum menyerang jaringan mengandung zat tanduk,
seperti stratum korneum dari epidermis kulit, rambut dan kuku. Cara
rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam. Menurut
[ CITATION Gan14 \l 1033 ] Berikut ini adalah beberapa jenis mikosis yang
a. Tinea korporis
lengan, tetapi tidak termasuk lipat paha, tangan dan kaki. Tinea Corporis,
seperti bercak sirkuler dengan tepi merah, melebar, bervesikel dan pusat
b. Tinea kruris
kulit lipat paha, daerah pubis, perineum dan perianal. biasanya infeksi ini
yang hangat dan lembab infeksi ditunjukkan dengan rasa gatal, tampak
sebagai lesi kering yang gatal dan sering dimulai pada scrotum dan
tropis dan dipengaruhi keadaan yang lembab dan panas. Tinea kruris
c. Tinea pedis
antara jari-jari dan dapat menjadi infeksi kronis. . Infeksi dimulai dengan
utama, disertai nyeri dan gatal. Infeksi ini banyak dialami oleh orang
d. Tinea unguium
kuku di jari tangan maupun kaki. Infeksi kuku dapat terjadi seteiah tinea
penebalan, rapuh di bagian distal, mudah hancur akibat invasi hifa, kuku
terjadinya infeksi jamur, yaitu kelembaban dan panas dari lingkungan, friksi
atau truma minor, misalnya gesekan pada paha orang gemuk, keseimbangan
dalam jangka panjang, penyakit tertentu seperti HIV/ AIDS dan diabetes,
4. Metabolisme
Metabolisme Trichophyton rubrum sangat dipengaruhi oleh kondisi pH
sekresi keratinase, dimana bekerja paling optimal pada keadaan asam. Hal
C. Media
1. Pengertian
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutriis-nutrisi yang
1033 ]
zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti untuk pertumbuhan
kuku), ragi, dan spesies lain yang ditemukan pada hewan dan manusia. SDA
komposisi zat nya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, dimana
karbohidrat.
nutrien dasar untuk kelangsungan hidupnya, kebutuhan ini juga penting untuk
keberhasilan kultivasi. Kebutuhan mikroorganisme tersebut sangatlah
a. Karbon
b. Nitrogen
sel. Asam nukleat meliputi 2 jenis yaitu, DNA dan RNA yang memainkan
c. Unsur non-logam
1. Sulfur
RNA, juga untuk sintesis senyawa organik berenergi tinggi yaitu adenosin
d. Unsur logam
kelangsungan aktivitas seluler secara efisien seperti Ca+2, Zn+2, Na+, K+,
Cu+2, Mn+2, Mg+2, dan Fe2+,3+. Beberapa aktivitas seluler tersebut antara lain
e. Vitamin
penting untuk aktivitas sel. Vitamin juga dibutuhkan dalam jumlah yang
g. Energi
Energi yang berada di dalam sel harus dalam keadaan konstan, hal ini
a. Suhu
c. Kebutuhan Gas
sel tertentu tidak memiliki sistem enzim untuk respirasi anaerob atau
fermentasi.
D. Rajungan (Portunus)
Rajungan dan kepiting merupakan satu famili atau satu suku. suku
mencapai 2/3 kali panjangnya. Dahi bergigi empat buah, gigi sebelah luar lebih
besar dan lebih menonjol, gigi ini lebih rendah dan lebih membulat pada individu
merupakan kulit yang keras atau dengan istilah lain exoskeleton (kulit luar)
berfungsi untuk melindungi organ bagian kepala, badan dan insang. Mulut
rajungan terbuka dan terletak pada bagian bawah tubuh. [ CITATION Sar16 \l 1033 ]
Filum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Eucaridae
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
1. Cangkang Rajungan
Cangkang merupakan bagian terkeras dari semua komponen rajungan.
rajungan, yakni:
No Komponen zat Jumlah
1.
Air (%) 4,32
2. Protein (%) 18,8
3. Lemak (%) 2,27
4. Serat Kasar (%) 16,67
5. Abu (%) 44,28
6. Karbohidrat (%)
Khitin 50,21
Kitosan 22,66
8. Mineral (%)
Fosfor 1,81
Ca 19,97
Mg 1,01
Na 15,98
Cu (ppm) 30,26
Fe (ppm) 38,78
Mn (ppm) 184,52
Zn (ppm) 44,59
E. Khitin
berikatan (1-4) yang paling banyak dijumpai di alam setelah selulosa. Kitin
Struktur kitin menyerupai struktur selulosa dan hanya berbeda pada gugus yang
terikat di posisi atom C-2. Gugus pada C-2 selulosa adalah gugus hidroksil,
Produksi alamiah kitin di dunia diperkirakan mencapai 109 metrik ton per
tahun. Sebagian besar kelompok Crustacea seperti, udang dan lobster, merupakan
sumber utama kitin komersial. Di dunia, kitin yang di produksi secara komersial
120 ribu ton pertahun. Kitin yang berasal dari kepiting dan udang sebesar 39 ribu
septa dan dinding sel jamur (tergantung pada spesies jamur). Khitin dapat
dikompresi dari sebagian kecil sampai hampir setengah dari berat kering dinding
memiliki warna yang lebih putih, kandungan protein dan mineral yang tidak
terlalu tinggi. Salah satu sifat dari khitin adalah dapat mengikat ion logam
(chelates metal ions) seperti Fe, Cu, Cd, Hg, serta mempunyai sifat adsorpsi yang
tinggi.
Pada umumnya kitin di alam tidak terdapat dalam keadaan bebas, akan tetapi
Keterangan
a = berat organik dari kutikula
b = berat total masa dari kutikula
c = berat kering dari dinding sel
1. Kelarutan Khitin
Khitin termasuk polisakarida yang bersifat hidrofobik atau sukar dilarutkan
pada pelarut pH netral seperti air, juga sukar larut pada asam anorganik encer,
asam organik, alkali pekat dan pelarut organik tetapi larut dalam asam pekat
seperti asam sulfat, asam nitrit, asam fosfat, dan asam format anhidrat. Khitin
2. Pengolahan khitin
Kitin yang terkandung dalan cangkang rajungan masih terikat dengan
protein, CaCO3, pigmen dan lemak. Untuk mengolah kitin dilakukan beberapa
Pur14 \l 1033 ]
a. Pelepasan protein
NaOH 3,5% selama 2 jam pada suhu 65 oC selama 1-2 jam dengan nisba
padatan-pelarut 1:10 (b/v) [ CITATION FJD11 \l 1033 ]. Perlakuan optimum
perlakuan terbaik
Keterangan:
)* Nilai standar berasal dari Proton Lab Inc. [ CITATION Bas89 \l 1033 ]
b. Penghilangan mineral
laut. Pada air laut elemen Ca ini berbentuk garam karbonat yang dapat
larutan HCl atau asam lainnya seperti H2SO4 pada kondisi tertentu.
Keefektifan HCl dalam melarutkan kalsium 10% lebih tinggi dari pada
H2SO4.
kasus baru. Salah satu penyakit infeksi kulit adalah infeksi jamur golongan
1033 ].
penunjang agar tidak menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam
media dasar seperti SDA, mencapai waktu 2-3 minggu sehingga diperlukan
sumber energi, dan kondisi lingkungan hidup yang cocok untuk jamur. Salah satu
zat tertentu seperti zat protein atau karbohidrat. Pada media SDA didalamnya
Khitin mempunyai tekstur yang baik, memiliki kandungan protein dan mineral
crustaceae, khitin juga dapat ditemukan dalam kerang (mollusca), serangga dan
salah satu komoditas ekspor sektor perikanan Indonesia yang dijual dalam bentuk
dan Perikanan (2019), tercatat nilai ekspor rajungan pada periode Januari – April
2019, berada pada posisi ketiga sebagai komoditas perikanan ekspor dengan nilai
lingkungan dan dapat membuat nilai tambah bagi limbah cangkang rajungan
tersebut.
G. Kerangka Teori
Infeksi pada jaringan yang
Dermatofitosis
mengandung zat tanduk, yaitu :
H. Kerangka Konsep Stratum korneum
Penyebab dermatofitosis : Rambut
1. Trichophyton Kuku
Faktor yang berpengaruh :
2. Microsporum
1. Karakteristik Khitin
3. Epidermophyton.
2. Spesies Rajungan
Metabolisme karbohidrat
Trichophyton rubrum bergantung kepada karbohidrat
Media Sabouraud Dextrose kompleks sebagai sumber
Agar dengan penambahan nutrien berupa polisakarida.
Percepatan waktu
Diagnosis dengan
ekstrak khitin dariisolasi
limbah pertumbuhan
cangkang rajungan sebanyak Trichophyton rubrum
0,75%; 1%; dan 1,25%
Media pertumbuhan
METODOLOGI PENELITIAN
diberikannya perlakuan, dan kelompok kontrol tidak diambil secara random dan
khitin yang diperoleh dari ekstrak cangkang rajungan (Portunus sp.) terhadap
(SDA) dengan penambahan konsentrasi khitin 0.75%, 1%, dan 1.25% kemudian
Bahan penelitian ini adalah cangkang rajungan yang dalam kondisi baik,
tidak tercemar limbah kimia, tidak terinfeksi jamur, parasit ataupun penyakit lain.
Sedangkan objek penelitian ini adalah biakan murni dari jamur Trichophyton
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
rubrum setelah penambahan ekstrak khitin yang terdapat pada cangkang rajungan
ciri koloni berwarna putih kekuning-kuningan atau bisa juga merah violet dan
seperti kapas, kemudian umur koloni yang telah tumbuh lebih dari 72 jam (3
hari), setiap harinya akan diperiksa secara mikroskopis untuk meninjau
1. Alat
dan inkubator.
Ose, mikroskop, lampu spiritus, objek glass, dect glass dan pipet
tetes.
2. Bahan
aquadest.
Media SDA kontrol, media jagung manis dan rambut sapi, NaCl
3. Cara Kerja
a. Persiapan instrument
2 jam pada suhu 1800C. Tujuan sterilisasi adalah agar semua alat benar-
hingga bersih disikat serta dihilangkan kotoran dan daging yang tersisa
dan dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar. Setelah itu campuran
dalam 3 erlenmayer.
sebanyak:
0,75 1 1,25
x= x 60 x= x 60 x= x 60
100 100 100
aseptis.
e. Perlakuan penelitian
McFarland’s 0,1N.
McFarland’s 0,1N dengan teknik dot lalu dilebarkan dengan ose kira-
kira 1 cm.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis secara statisitik
selama 14 hari.
Daftar Pustaka
Ahmad. (2019). Penggunaan Tepung Biji Kluwih (Artocarpus communis) Sebagai Sumber
Karbohidrat Media Alternatif Untuk Menumbuhkan Trichophyton rubrum. Jurnal
Riset Kesehatan Poltekkes Departemen Kesehatan Bandung Volume 11 No. 1.
Bastaman, S. (1989). Degradation and Extraction of Chitin and Chitosan from Shells of
Prawn. Journal of Agro-based Industry., 6(2): 1-6.
Cappuccino, J., & Sherman, N. (2014). Manual Laboratorium Mikrobiologi. Jakarta: Buku
Kedokteran EGG.
Dewi, S. (2019). Efek Ekstrak Etanol Daun Kesum (Polygonum minus Huds.) sebagai Antifungi
terhadap Trichophyton rubrum. Jurnal Kesehatan Andalas.
Djaenudin. (2019). Ekstraksi Kitosan dari Cangkang Rajungan pada Lama dan Pengulangan
Perendaman yang Berbeda. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan Vol. 10 No. 1.
Ellis, D., Helen, A., Kidd, S., & Halliday, C. (2007). Descriptions of medical fungi, 3nd ed.
Pzifer & Anzmig, University Of Adelaide, Australia, 207-210.
Hafsan, Sukmawaty, E., & Masri, M. (2015). Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Makasar:
Universitas Islam Negeri Alauddin.
Hayati, I. (2014). Identifikasi Jamur Malassezia furfur Pada Nelayan Penderita Penyakit Kulit
di RT 09 Kelurahan Malabro Kota Bengkulu. GRADIEN 10(1): 972-975.
Jawetz, M., & Adelberg. (2013). Medical Microbiolgy 26th Edition. The McGraw-hill
Companies. United States.
Kurniasih, M., & Dwiasi, D. W. (2007). Preparasi Dan Karakterisasi Kitin Dari Kulit Udang
Putih (Litophenaeus Vannamei). Molekul, Volume 2 No. 2, 79-87.
Matheis, F. J., Amos, K., & Marsela, S. L. (2011). Kitosan dari Limbah Kulit Kepiting Rajungan
(Portunus sanginolentus L.) sebagai Absorben Zat Warna Biru Metilena. Jurnal Natur
Indonesia, 14 (2) : 165-171.
Purwanti, A. (2014). Evaluasi Pengolahan Limbah Kulit Udang untuk Meningkatkan Mutu
Kitosan yang Dihasilkan. Jurnal Teknologi, Volume 7 Nomor 1.
Putri, A. I., & Linda, A. (2017). Profil dan Evaluasi Pasien Dermatofitosis. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Rochima, E. (2007). Karakterisasi Kitin dan Kitosan Asal Limbah Rajungan Cirebon Jawa
Barat. Buletin Teknologi Hasil Perikanan, Vol X. Nomor 1.
Saanin, H. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jakarta: Bina Cipta.
Sartika, I. D. (2016). Isolasi dan Karakterisasi Kitosan dari Cangkang Rajungan (Portunus
pelagicus). Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 18.
Srijanto, B. (2003). Kajian Pengembangan Teknologi Proses Produksi Kitin dan Kitosan Secara
Kimiawi. Prosiding seminar Nasional Teknik Kimia, Volume I, hal. F01-1 – F01-5.
Suhardi. (1993). Khitin dan Khitosan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas
Gajah Mada. Yogyakarta.